Anda di halaman 1dari 11

Journal of Sustainable Agriculture and Fisheries (JoSAF)

PERBEDAAN WAKTU SETTING JARING INSANG


HANYUT TERHADAP HASIL TANGKAPAN IKAN
PELAGIS DI PERAIRAN SELAT BALI

Gedeon Ino Setiawan1, Erika Saraswati2, Ervina W. Setyaningrum3*

1
Mahasiswa Universitas 17 Agustus 1945 Banyuwangi, Jl. Laksda Adi Sucipto, Taman
Baru 68416, Kab. Banyuwangi, Indonesia
2
Dosen Universitas 17 Agustus 1945 Banyuwangi, Jl. Laksda Adi Sucipto, Taman
Baru 68416, Kab. Banyuwangi, Indonesia
3
Dosen Universitas 17 Agustus 1945 Banyuwangi, Jl. Laksda Adi Sucipto, Taman
Baru 68416, Kab. Banyuwangi, Indonesia

* koresponden penulis: ervinawahyu@untag-banyuwangi.ac.id

Abstrak

Indonesia merupakan negara maritim dengan laut 5,8 juta km2 termasuk zona ekonomi
eksklusif (ZEE), potensi sumber daya perikanan saja mencapai 6,7 juta ton per tahun.
Muncar merupakan salah satu wilayah yang memiliki potensi perikanan dengan salah satu alat
tangkap yang ramah lingkungan yaitu jaring insang hanyut. Hasil tangkapan dari gill net adalah
ikan pelagis kecil dan ikan-ikan yang mempunyai sifat fototaksis positif. Tujuan dari penelitian
ini adalah untuk Mengetahui perbedaan waktu setting pada drift gill net terhadap hasil tangkapan
ikan pelagis dan waktu setting yang paling banyak mendapatkan hasil tangkapan ikan pelagis di
Peraian Selat Bali. Metode penelitian yang digunakan adalah metode Eksperimental Fishing
dengan rancangan acak kelompok (RAK). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa waktu setting
yang berbeda memberikan hasil tangkapan yang berbeda pula, dimana hasil tangkapan terbanyak
ialah pada saat setting jam 17.00 WIB (perlakuan A)

Kata kunci: gill net hanyut, ikan Pelagis, parameter oseanografi, waktu setting

Abstract

Indonesia is a marine country with 5.8 million km2 of sea including exclusive economic zone
(ZEE). Fishery resources potential reaches 6.7 million tons per year. Muncar is one of the
environmental friendly fishing gear using drift gill net. The catches from drift gill net are pelagic
fishes and other fishes that have positive phototoxic characteristic. The purpose of the research
was to know the differences setting toward the amoun of pelagic catches in the Bali current
waters. The research method was experimental fishing. The results showed that the difference of
drift gill net Setting times resulted significantly different. The largest amount pelagic catches of
drift gill net setting times is at 17.00 WIB (treatment A).

Keywords: Drift gill net, oceanographic parameters, pelagic fish

PENDAHULUAN (ZEE), potensi sumber daya perikanan


saja mencapai 6,7 juta ton per tahun
Indonesia merupakan negara (Departemen Kelautan dan Perikanan,
maritim dengan laut 5,8 juta km2 2014). Dilihat dari segi oseanografi,
termasuk zona ekonomi eksklusif
Journal of Sustainable Agriculture and Fisheries (JoSAF)

Indonesia memiliki perairan dengan ikan layang, ikan kerapuh, ikan tongkol,
kedalaman berbeda-beda, bercirikan ikan marlin, udang dan cumi-cumi.
sebagai perairan laut yang dangkal, Salah satu alat tangkap yang
disamping itu memiliki perairan laut banyak digunakan oleh nelayan
yang dalam dan sangat luas. Dilihat dari perairan Muncar ialah gill net. Gill net
segi topografi dasar perairan khususnya ialah salah satu alat tangkap yang ramah
perairan pantai mempunyai tipe yang lingkungan dan populer digunakan
berbeda-beda antara daerah satu dengan karena pengoperasiannya tidak terlalu
yang lainnya (Subani dan Barus, 2003). rumit. Menurut Martasuganda (2002)
Subani dan Barus (1989) berpendapat gill net adalah alat penangkap ikan yang
bahwa lautan Indonesia yang terletak di berbentuk jaring empat persegi panjang
daerah khatulistiwa, beriklim tropis dan dimana ikan yang tertangkap oleh Gill
kaya akan jenis-jenis maupun potensi net ada empat cara yakni, terjerat pada
sumberdaya perikanan serta jenis ikan tutup insang (gilled), terjerat pada
diperkirakan ada 6.000 jenis dimana bagian badan (wedged) yang
3.000 jenis telah diidentifikasikan. disebabkan karena keliling kepala ikan
Jawa timur merupakan bagian berukuran lebih kecil dari mata jaring,
wilayah Negara Kesatuan Republik terhadang (snagged) disebabkan karena
Indonesia dengan luas 247.992 km2, keliling kepala ikan berukuran lebih
sedangkan luas lautnya 200.000 km2 besar dari pada mata jaring dan ikan
dengan potensi produksi perikanan tidak dapat menerobos mata jaring
sebesar 618.418,92 ton dengan hasil tetapi terjerat pada bagian gigi, maxilla
tangkapan ikan laut pada tahun 2003 atau preoverculum, dan terpuntal
sebesar 751.337,50 ton (Dinas (entangled) yaitu dimana ikan terbelit
Perikanan dan Kelautan Provinsi Jawa tanpa harus menerobos mata jaring
Timur, 2014). Kabupaten Banyuwangi karena bagian tubuh yang menonjol
merupakan kabupaten paling ujung (gigi, rahang, sirip).
timur Propinsi Jawa Timur yang Hasil tangkapan dari gill net
memiliki luas wilayah 5.782,50 km2 adalah ikan pelagis kecil dan ikan-ikan
dengan panjang garis pantai 291,5 km yang mempunyai sifat fotoaksis positif
dan menyimpan potensi sumber daya yaitu ikan teri dan avertebrata yaitu
pesisir yang cukup besar dan beragam cumi-cumi. Namun tidak jarang gill net
(Dinas Kelautan dan Perikanan juga sering menangkap hasil sampingan
Kabupaten Banyuwangi, 2014). seperti layur, tambang, pepetek,
Kabupaten Banyuwangi memiliki kembung, layang, dan lain-lain (Subani
potensi pesisir yang besar khususnya dan Barus, 1989). Salah satu faktor
potensi perikanan. Pantai timur yang mempengaruhi keberhasilan
Banyuwangi (Selat Bali) merupakan penangkapan dengan alat tangkap
salah satu penghasil ikan terbesar di jaring insang hanyut ialah Waktu
Jawa Timur yang berada antara setting sehingga penelitian mengenai
Provinsi Bali dan Provinsi Jawa Timur. perbedaan waktu setting pada jaring
Kawasan perikanan di Kabupaten insang hanyut (drift gill net) terhadap
Banyuwangi terpusat di Kecamatan hasil tangkapan ikan pelagis di perairan
Muncar. Muncar termasuk salah satu Selat Bali sangat perlu dilakukan guna
pelabuhan perikanan penghasil meningkatkan hasil tangkapan di
produksi perikanan terbesar di Jawa perairan Muncar.
Timur. Menurut Laporan Tahunan PPP
Muncar (2015) menyebutkan bahwa METODE
produksi perikanan laut di Kecamatan
Muncar mencapai 16.526.315kg Lokasi penelitian dilaksanakan di
dengan jenis hasil tangkapan perairan Selat Bali yang letak
diantaranya ikan lemuru, ikan tuna, geografisnya pada posisi 08o 44’316’’
BT dan 114o 34’596’’ LS dengan
Journal of Sustainable Agriculture and Fisheries (JoSAF)

fishingbase di Pangkalan Pendaratan Sumberberas,Wringin Putih,


Ikan Muncar. Waktu penelitian Kedungringin, Tambakrejo, Tapanrejo,
dilaksanakan pada tanggal 06 - 16 Blambangan, Kedungrejo, Tembokrejo,
Desember 2015. Metode dalam Sumbersewu dan Kumendung. Mata
penelitian ini menggunakan metode pencaharian penduduk sebagian besar
penelitian eksperimental fishing, di sektor pertanian tanaman pangan dan
dengan menggunakan Rancangan Acak di sektor perikanan. Sektor perikanan
Kelompok (RAK) pada tiga perlakuan sangat berpengaruh sekali terhadap
yaitu: perkembangan ekonomi masyarakat
- Perlakuan A (setting jam 17.00 khususnya di Desa Kedungrejo dan
WIB) Desa Tembokrejo serta masyarakat
- Perlakuan B (setting jam 22.00 Muncar pada umumnya.
WIB) Berat Hasil Tangkapan Ikan Pelagis
Perhitungan berat hasil tangkapan
- Perlakuan C (setting jam 03.00 ikan pelagis pada penelitian ini di
WIB) hitung secara langsung di lokasi
penelitian selama sembilan hari
Materi yang digunakan dalam berdasarkan perbedan waktu setting
penelitian ini adalah alat tangkap drift yang telah ditetapkan. Data yang
gill net dan hasil tangkapan. Alat bantu diperoleh dari hasil penelitian
yang digunakan dalam penelitian ini menunjukkan bahwa hasil tangkapan
adalah sechi disk, topdal, termometer, total selama 9 kali ulangan sebesar
fish finder,salinometer, kamera, dan 730,5 kg dengan rincian hasil
alat tulis menulis. tangkapan tertinggi ialah pada saat
setting jam 17.00 WIB sejumlah 289,75
HASIL DAN PEMBAHASAN kg, sedangkan hasil tangkapan terendah
pada saat setting jam 22.00 WIB
Gambaran Lokasi Penelitian sejumlah 177 kg. Sedangkan hasil
Kecamatan Muncar merupakan tangkapan pada jam 03.00 WIB tidak
salah satu Kecamatan yang berada di beda jauh dengan hasil tangkapan pada
Kabupaten Banyuwangi yang dikenal jam 17.00 WIB yaitu sejumlah 263,75
sebagai daerah penghasil ikan terbesar kg.
di Banyuwangi. Kecamatan Muncar
terletak di bagian timur dari Kabupaten Jenis Hasil Tangkapan Ikan Pelagis
Banyuwangi dengan luas wilayah Hasil dari peneitian ini
8.509,6Ha dengan batas administrasi memperoleh jenis hasil tangkapan yang
sebagai berikut : berbeda-beda. Dimana terdapat tiga
a. Sebelah Utara berbatasan dengan jenis hasil tangkapan yaitu ikan
Kecamatan Rogojampi tongkol, ikan cakalang dan baby tuna.
b. Sebelah Selatan berbatasan dengan Pada saat setting jam 17.00 WIB hasil
Kecamatan Tegaldlimo tangkapan ikan tongkol ialah sebesar
c. Sebelah Barat berbatasan dengan 108.75kg, hasil tangkapan ikan
Kecamatan Srono dan Kecamatan cakalang sebesar 133 kg dan hasil
Cluring tangkapan baby tuna sebesar 48kg.
d. Sebelah Timur berbatasan dengan Pada saat setting jam 22.00 WIB hasil
Selat Bali tangkapan ikan tongkol ialah sebesar
Wilayah Muncar merupakan 70kg, hasil tangkapan ikan cakalang
dataran rendah dengan ketinggian sebesar 68kg dan hasil tangkapan baby
berkisar antara 0-37m dari permukaan tuna sebesar 39kg. Sedangkan Pada saat
laut. Jumlah penduduk di Kecamatan setting jam 03.00 WIB hasil tangkapan
Muncar pada tahun 2014 ialah sebesar ikan tongkol ialah sebesar 942,75kg,
132.033 jiwa yang terdiri dari 10 hasil tangkapan ikan cakalang sebesar
Kecamatan yaitu kecamatan 128kg dan hasil tangkapan baby tuna
Journal of Sustainable Agriculture and Fisheries (JoSAF)

sebesar 43kg. Jenis hasil tangkapan dan pada perlakuan jam 03.00
tertinggi selama penelitian ialah jenis WIB tidak jauh berbeda yang
ikan cakalang, dimana jumlah hasil hanya berkisar antara 33 sampai
tangkapannya sebesar 323kg sedangkan
34.
jenis hasil tangkapan terendah ialah
baby tuna, dimana hasil tangkapannya c. Kecerahan
sebesar 111,5kg. Berdasarkan data kecepatan arus
selama penelitian menunjukkan
Data Parameter Oseanografi bahwa kecepatan arus pada saat
a. Suhu setting jam 17.00 WIB berkisar
Data hasil pengukuran suhu air antara 21 sampai 22 m sedangkan
laut selama penelitian pada saat setting jam 22.00 WIB
menunjukkan bahwa rata-rata suhu kecepatan arus berkisar antara 19
pada perlakuan jam 17.00 WIB, sampai 21m dan pada saat setting
pada perlakuan jam 22.00 WIB jam 03.00 WIB, kecepatan arus
dan pada perlakuan jam 03.00 berkisar antara 21 sampai 22 m.
WIB tidak jauh berbeda. Suhu di
perairan Muncar berkisar antara Analisis Ragam Berat Hasil
26°C sampai 28°C sedangkan Tangkapan
Hasil pencatatan berat hasil
untuk rata-rata suhu permukaan
tangkapan selama penelitian kemudian
laut secara keseluruhan selama 9 di analisis secara statistik. Hasil
hari penelitian ialah 26,8°C. perhitungan tersebut disajikan dalam
b. Salinitas bentuk tabel hasil analisis ragam untuk
Data hasil pengukuran salinitas air mempermudah membaca hasil analisis
laut selama penelitian yag telah dilakukan. Berikut tabel hasil
menunjukkan bahwa rata-rata suhu analisis ragam dapat dilihat pada tabel
di bawah ini :
pada perlakuan jam 17.00 WIB,
pada perlakuan jam 22.00 WIB

Tabel 1. Hasil Analisis Ragam Berat Hasil Tangkapan Ikan Pelagis Berdasarkan Perbedaan
Waktu Setting pada Alat Tangkap Jaring Insang Hanyut (Drift Gill Net)
Sumber db JK KT F hitung F tabel
Keragaman F5% F1%
Perlakuan 2 774,6 387,3 80,23** 3,63 6,22
Ulangan 8 70,25 8,78 1,82 2,59 3,89
Galat 16 77,2 4,83
Total 26 922,05
** Berbeda sangat nyata

Berdasarkan tabel analisis ragam ikan pelagis di perairan Muncar. Oleh


berat hasil tangkapan menunjukkan karena terdapat perbedaan sangat nyata
bahwa nilai F hitung sebesar 80,23 dan antara waktu setting terhadap berat
nilai F tabel pada taraf nyata 5% sebesar hasil tangkapan, selanjutnya dilakukan
3,63 dan F tabel pada taraf nyata 1% uji beda nyata terkecil (BNT) untuk
sebesar 6,22. Hal ini berarti bahwa nilai melihat perbandingan rata-rata
F hitung > F tabel pada taraf nyata 5% perlakuan. Perhitungan uji BNT dapat
dan pada taraf nyata 10% sehingga dilihat pada Lampiran 8 dan
dapat disimpulkan bahwa terdapat berdasarkan tabel hasil perhitungan uji
perbedaan sangat nyata antara waktu BNT menunjukkan bahwa rata-rata
setting terhadap berat hasil tangkapan berat hasil tangkapan memiliki
Journal of Sustainable Agriculture and Fisheries (JoSAF)

perbedaan yang signifikan antara berdasarkan perbedaan waktu


perlakuan pada jam 17.00 dengan setting dianalisis dan kemudian
perlakuan pada jam 22.00 sedangkan hasil analisis tersebut disajikan
perlakuan pada jam 17.00 tidak berbeda dalam bentuk tabel hasil analisis
signifikan dengan perlakuan pada jam ragam untuk mempermudah
03.00, namun pada perlakuan jam 22.00 membaca hasil analisis yang telah
berbeda signifikan dengan perlakuan dilakukan. Berdasarkan tabel
pada jam 03.00. analisis ragam jenis ikan hasil
tangkapan menunjukkan bahwa
Analisis Ragam Jenis Ikan Hasil nilai F hitung sebesar 4,6 dan nilai
Tangkapan F tabel pada taraf nyata 5% sebesar
Hasil pencatatan jenis hasil 3,63 dan F tabel pada taraf nyata
tangkapan selama penelitian kemudian 1% sebesar 8,22. Hal ini berarti
di analisis secara statistik. Terdapat tiga bahwa nilai F hitung > F tabel pada
jenis hasil tangkapan yang dianalisis taraf nyata 5% dan F Hitung < F
dalam penelitian ini yaitu ikan tongkol, Tabel pada taraf nyata 1%
ikan cakalang dan ikan baby tuna. sehingga dapat disimpulkan bahwa
terdapat perbedaan sangat nyata
a. Ikan Tongkol antara waktu setting terhadap berat
Hasil perhitungan berat hasil hasil tangkapan ikan pelagis di
tangkapan pada jenis ikan tongkol perairan Muncar.

Tabel 2. Hasil Analisis Ragam Jenis Hasil Tangkapan Ikan Tongkol berdasarkan Perbedaan
Waktu Setting pada Alat Tangkap Jaring Insang Hanyut (Drift Gill Net)
Sumber db JK KT F hitung F tabel
Keragaman F5% F1%
Perlakuan 2 172,8 86,4 4,6 3,63 8,22
Ulangan 8 101,5 12,7 0,7 2,59 3,89
Galat 16 303,9 18,9
Total 26 578,2
** Berbeda sangat nyata

Karena terdapat perbedaan yang perlakuan menggunakan Uji Beda


nyata maka perlu dilakukan uji lanjutan Nyata Terkecil (BNT). Berikut Tabel
untuk melihat perbandingan rata-rata hasil uji BNT dapat dilihat di bawah ini.

Tabel 3. Hasil Uji BNT Hasil Tangkapan Ikan Tongkol berdasarkan Perbedaan Waktu Setting
pada Alat Tangkap Jaring Insang Hanyut (Drift Gill Net)
Perlakuan Selisih Rata-rata Notasi
A-B 13,8 - 7,5 = 6,3 a
A-C 13,8 - 10,8 = 3 b
B-C 7,5 - 10,8 = 3,3 c

Berdasarkan perhitungan analisis


uji BNT dapat disimpulkan bahwa
selisih perlakuan A ke perlakuan B
berbeda nyata, perlakuan A ke b. Ikan Tongkol
perlakuan C tidak berbeda nyata dan Hasil perhitungan berat hasil
perlakuan B ke perlakuan C tidak tangkapan pada jenis ikan
berbeda nyata. cakalang berdasarkan perbedaan
waktu setting dianalisis dan
Journal of Sustainable Agriculture and Fisheries (JoSAF)

kemudian hasil analisis tersebut tabel pada taraf nyata 5% dan F


disajikan dalam bentuk tabel hasil Hitung > F Tabel pada taraf nyata
analisis ragam untuk 1% sehingga dapat disimpulkan
mempermudah membaca hasil bahwa terdapat perbedaan sangat
analisis yag telah dilakukan. nyata antara waktu setting
Berdasarkan tabel analisis ragam terhadap berat hasil tangkapan
jenis hasil tangkapan ikan ikan cakalang di perairan Muncar.
cakalang menunjukkan bahwa Berikut tabel hasil analisis ragam
nilai F hitung sebesar 11,6 dan pada jenis hasil tangkapan ikan
nilai F tabel pada taraf nyata 5% cakalang dapat dilihat pada tabel di
sebesar 3,63 dan F tabel pada taraf bawah ini :
nyata 1% sebesar 8,22. Hal ini
berarti bahwa nilai F hitung > F

Tabel 4. Hasil Analisis Ragam Jenis Hasil Tangkapan Ikan Cakalang berdasarkan Perbedaan
Waktu Setting pada Alat Tangkap Jaring Insang Hanyut (Drift Gill Net)
Sumber db JK KT F hitung F tabel
Keragaman F5% F1%
Perlakuan 2 302,5 151,25 11,6 3,63 8,22
Ulangan 8 274,7 34,3 2,6 2,59 3,89
Galat 16 208.4 13,02
Total 26 785,6

Karena terdapat perbedaan yang perlakuan menggunakan Uji Beda


nyata maka perlu dilakukan uji lanjutan Nyata Terkecil (BNT).
untuk melihat perbandingan rata-rata

Tabel 5. Hasil Uji BNT Hasil Tangkapan Ikan Cakalang berdasarkan Perbedaan Waktu Setting
pada Alat Tangkap Jaring Insang Hanyut (Drift Gill Net)
Perlakuan Selisih Rata-rata Notasi
A-B 14,5 - 7,25 = 7,25 a
A-C 14,5 - 14,2 = 0,3 b
B-C 14,2 - 7,25 = 6,95 c

Berdasarkan perhitungan analisis analisis ragam jenis hasil


uji BNT dapat disimpulkan bahwa tangkapan ikan baby tuna
selisih perlakuan a ke perlakuan b menunjukkan bahwa nilai F hitung
berbeda nyata, perlakuan a ke perlakuan sebesar 0,5 dan nilai F tabel pada
c tidak berbeda nyata dan perlakuan b taraf nyata 5% sebesar 3,63 dan F
ke perlakuan c berbeda sangat nyata. tabel pada taraf nyata 1% sebesar
8,22. Hal ini berarti bahwa nilai F
c. Ikan Baby Tuna hitung < F tabel pada taraf nyata
Hasil perhitungan berat hasil 5% dan F Hitung < F Tabel pada
tangkapan pada jenis ikan baby taraf nyata 1% sehingga dapat
tuna berdasarkan perbedaan waktu disimpulkan bahwa tidak terdapat
setting dianalisis dan kemudian perbedaan sangat nyata antara
hasil analisis tersebut disajikan waktu setting terhadap jenis hasil
dalam bentuk tabel hasil analisis tangkapan ikan baby tuna di
ragam untuk mempermudah perairan Muncar.
membaca hasil analisis yag telah Berikut tabel hasil analisis ragam
dilakukan. Berdasarkan tabel pada jenis hasil tangkapan ikan baby
Journal of Sustainable Agriculture and Fisheries (JoSAF)

tunal dapat dilihat pada tabel di bawah


ini :

Tabel 6. Hasil Analisis Ragam Suhu Air Laut berdasarkan Perbedaan Waktu Setting pada Alat
Tangkap Jaring Insang Hanyut (Drift Gill Net)
Sumber db JK KT F hitung F tabel
Keragaman F5% F1%
Perlakuan 2 3,6 1,8 0,5 3,63 8,22
Ulangan 24,4 3,05 0,9 2,59 3,89 24,4
Galat 16 54,1 3,4
Total 26

Analisis Ragam Parameter Hasil perhitungan suhu air laut


Oseanografi berdasarkan perbedaan waktu setting
Data parameter oseanografi yang dianalisis dan kemudian hasil analisis
diukur secara langsung pada saat tersebut disajikan dalam bentuk tabel
penelitian dilakukan analisis ragam hasil analisis ragam untuk
untuk mengetahui pengaruh parameter mempermudah membaca hasil analisis
oseanografi terhadap hasil tangkapan yag telah dilakukan. Berikut tabel hasil
ikan pelagis di perairan Muncar. analisis ragam dapat dilihat pada tabel
di bawah ini :
a. Suhu Air Laut

Tabel 7. Hasil Analisis Ragam Suhu Air Laut berdasarkan Perbedaan Waktu Setting pada Alat
Tangkap Jaring Insang Hanyut (Drift Gill Net)
Sumber db JK KT F hitung F tabel
Keragaman F5% F1%
Perlakuan 2 19.343,09 9.671,5 -8,006 3,63 8,22
Ulangan 8 19.336,2 2.417,02 -16,005 2,59 3,89
Galat 16 -19.329,09 -1.208,07
Total 26 19.350,2

Berdasarkan tabel analisis ragam Hasil perhitungan salinitas air laut


menunjukkan bahwa nilai F hitung berdasarkan perbedaan waktu
sebesar -8,006 dan nilai F tabel pada setting dianalisis dan kemudian
taraf nyata 5% sebesar 3,6. Hal ini hasil analisis tersebut disajikan
berarti bahwa nilai F hitung < F tabel dalam bentuk tabel hasil analisis
sehingga dapat disimpulkan bahwa ragam untuk mempermudah
tidak terdapat perbedaan sangat nyata membaca hasil analisis yag telah
antara waktu setting terhadap suhu air dilakukan. Berikut tabel hasil
laut di perairan Muncar. analisis ragam dapat dilihat pada
tabel di bawah ini :
b. Salinitas Air Laut

Tabel 8. Hasil Analisis Ragam Salinitas Air Laut berdasarkan Perbedaan Waktu Setting pada
Alat Tangkap Jaring Insang Hanyut (Drift Gill Net)
Sumber db JK KT F hitung F tabel
Keragaman F5% F1%
Perlakuan 2 30.303,1 15.151,6 -7,9 3,63 8,22
Ulangan 8 30.302,8 3.787,9 -15,8 2,59 3,89
Galat 16 -30.771,7 - 1.923,2
Total 26 2.9834,2
Journal of Sustainable Agriculture and Fisheries (JoSAF)

Berdasarkan tabel analisis ragam Hasil perhitungan kecerahan air


menunjukkan bahwa nilai F hitung laut berdasarkan perbedaan waktu
sebesar -7,9 dan nilai F tabel pada taraf setting dianalisis dan kemudian
nyata 5% sebesar 3,6. Hal ini berarti hasil analisis tersebut disajikan
dalam bentuk tabel hasil analisis
bahwa nilai F hitung < F tabel sehingga ragam untuk mempermudah
dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat membaca hasil analisis yag telah
perbedaan sangat nyata antara waktu dilakukan. Tabel hasil analisis
setting terhadap salinitas air laut di ragam dapat dilihat pada tabel di
perairan Muncar. bawah ini :

c. Kecerahan

Tabel 9. Hasil Analisis Ragam Kecerahan Air Laut berdasarkan Perbedaan Waktu Setting pada
Alat Tangkap Jaring Insang Hanyut (Drift Gill Net)
Sumber db JK KT F hitung F tabel
Keragaman F5% F1%
Perlakuan 2 12.211,9 6.105,9 -8,2 3,63 8,22
Ulangan 8 12.206 1.525,8 -16,3 2,59 3,89
Galat 16 - 11.963,9 - 747,7
Total 26 12.454
pada jam 17.00 matahari mulai
Berdasarkan tabel analisis ragam terbenam namun masih ada cahaya. Hal
menunjukkan bahwa nilai F hitung ini juga sesuai dengan hasil tangkapan
sebesar -8,2 dan nilai F tabel pada taraf tertinggi kedua setelah waktu setting
nyata 5% sebesar 3,6. Hal ini berarti
jam 17.00 WIB yaitu pada saat setting
bahwa nilai F hitung > F tabel sehingga
jam 03.00.
dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat Pada jam 03.00WIB, matahari
perbedaan sangat nyata antara waktu mulai terbit sehingga sehingga perairan
setting terhadap kecerahan air laut di pun juga memiliki kecerahan yang
perairan Muncar. cukup sehingga ikan akan tertarik pada
sumber cahaya tersebut. Hal ini sesuai
Hubungan Waktu Setting Terhadap dengan yang dikemukanan oleh
Hasil Tangkapan Ikan Pelagis Ayodhya (1989) bahwa ikan bersifat
Hasil Analisis ragam phototaksis. Sehingga ikan dengan
menunjukkan bahwa perbedaan waktu sendirinya akan tertarik oleh cahaya
setting pada alat tangkap drift gill net yang muncul di suatu perairan. Cahaya
berpengaruh sangat nyata terhadap hasil merangsang ikan dan menarik ikan
tangkapan ikan pelagis selama untuk berkumpul pada sumber cahaya
penelitian, sedangkan hasil Uji Beda itu atau juga karena rangsangan cahaya
Nyata Terkecil (BNT) menunjukkan (stimulus), ikan lalu memberikan
bahwa waktu setting pukul 17.00 WIB responnya. Dan ada juga ikan
adalah hasil tangkapan terbanyak berkelompok yang sedang mencari
dengan rata-rata hasil tangkapan makan di bawah cahaya, dimana
32,2kg, sedangkan waktu setting pukul ketersediaan makanan merupakan salah
22.00 WIB adalah hasil tangkapan satu faktor yang menentukan
berikutnya dengan rata-rata 19,6 kg dan kelimpahan populasi serta kondisi ikan
waktu setting pukul 03.00 WIB adalah yang ada pada suatu perairan (Nikolsky,
hasil tangkapan dengan rata-rata hasil 1983).
tangkapannya 29,31kg. Hasil Ikan-ikan pototaksis positif akan
tangkapan tertinggi ialah pada saat memilih cahaya yang disenanginya.
setting jam 17.00 WIB hal ini karena Berenang di atas atau di bawah jaring
Journal of Sustainable Agriculture and Fisheries (JoSAF)

dan berdiam lama disekitar iluminasi ikan. Banyaknya jumlah hasil


cahaya. Ikan yang pototaksis positif dan tangkapan juga dipengaruhi oleh
mencari makan akan melakukan banyak tidaknya makanan di suatu
keduanya berada didaerah iluminasi perairan. Ikan-ikan yang mencari
sambil melakukan aktifitas makan makan, apabila tersedia makanan akan
(feeding activity) (Sudirman dan Natsir, tinggal lama di daerah iluminasi cahaya
2011). untuk makan dan sebaliknya akan
Pada saat setting jam 22.00 WIB, segera meninggalkan daerah tersebut
hasil tangkapan cenderung rendah jika tidak tersedia makanan.
karena pada saat setting jam 22.00 Jenis Ikan Hasil Tangkapan
WIB, cahaya perairan mulai menurun Hasil penelitian menjelaskan
atau bahkan tidak ada cahaya sama bahwa terdapat tiga jenis ikan hasil
sekali sehingga ikan tidak tertarik tangkapan yang tertangkap dengan alat
menuju permukaan sehingga hasil tangkap jaring insang hanyut (drift gill
tangkapan pun sedikit. Selain itu net) selama penelitian yaitu sembilan
kebiasaan makan ikan juga merupakan hari. Tiga jenis hasil tangkapan tersebut
salah satu faktor adanya perbedaan diantaranya ialah ikan tongkol, ikan
waktu setting yang berpengaruh cakalang dan baby tuna. Ketiga jenis
terhadap hasil tangkapan. ikan tersebut merupakan jenis ikan
Keadaan diatas menunjukkan pelagis yang hidup di permukaan air
waktu dengan hasil tangkapan laut. Hal ini sesuai dengan ciri-ciri dari
terbanyak adalah waktu dimana ikan ikan pelagis yang hidupnya membentuk
menuju ke permukaan untuk mencari gerombolan sehingga pada saat
makan. Yaitu menjelang matahari penangkapan, banyak hasil tangkapan
terbenam (17.00 WIB) dan menjelang yang diperoleh. Hanafi (2010)
matahari terbit (03.00 WIB) sedangkan menjelaskan bahwa ikan pelagis
pada jam 22.00 WIB, hasil memiliki kebiasaan hidup membentuk
tangkapannya paling sedikit gerombolan (Schooling) dalam
dibandingkan dengan perlakuan lainnya melangsungkan hidupnya.
hal ini dikarenakan waktu tersebut ikan Jaring insang hanyut merupakan
cenderung turun menuju ke lapisan jaring yang dioperasikan dengan cara
termoklin. Banyaknya hasil tangkapan dihanyutkan sesuai dengan pergerakan
pada jam 17.00 WIB adalah saat arus di perairan yang sifatnya pasif atau
dimana ikan menuju ke permukaan menunggu ikan datang. Pada umumnya
untuk mencari makan. Hal tersebut ikan berenang melawan arus, hal itu
sesuai dengan pernyataan yang dikarenakan adanya makanan yang
dikemukakan oleh Hela dan Laevestu terbawa oleh arus sehingga arah
(1993), bahwa ruaya harian untuk ikan pergerakan ikan berlawanan dengan
pelagis ada 3yaitu : arus dan hal itu menyebabkan ikan
a. Ikan pelagis yang muncul di atas terbelit pada jaring insang yang dalam
termoklin pada waktu siang pengoperasiannya dihanyutkan sesuai
b. Ikan pelagis yang yang muncul di dengan pergerakan arus. Ikan pelagis.
Hela dan Laevestu (1988) menyatakan
bawah termoklin pada saat siang
bahwa pada umumnya ikan mencari
hari makan dengan arah melawan
c. Ikan pelagis yang muncul di pergerakan arus.
bawah termoklin selama sore hari
Parameter Oseanografi
Ruaya harian ikan ini penting Kondisi oseanografis di perairan
diketahui untuk memprediksi waktu muncar dilihat dari beberapa parameter
dimana ikan menuju/muncul yaitu suhu, salinitas dan kecerahan
permukaan, hal tersebut juga perairan menunjukkan adanya
menentukan waktu operasional harian hubungan yang sangat erat kaitannya
Journal of Sustainable Agriculture and Fisheries (JoSAF)

terhadap hasil tangkapan berdasarkan proses biologi dan secara langsung


waktu setting dalam proses akan akan mempengaruhi
penangkapan. Hal ini di dukung oleh kehidupan organisme laut.
hasil penelitian dengan analisis statistik Menurut Nontji (2002), di perairan
yang menunjukan bahwa masing- Samudera salinitas biasanya
masing parameter oseanografi tersebut berkisar antara 34-35 ‰. Di
berhubungan terhadap waktu setting perairan pantai karena terjadi
penangkapan pada alat tangkap drift gill pengenceran seperti karena
net. pengaruh aliran sungai, salinitas
bisa turun rendah. Sebaliknya di
a. Suhu Permukaan Air Laut daerah dengan penguapan yang
Kisaran suhu permukaan laut pada sangat kuat, salinitas bisa
saat penelitian berkisar antara 26- meningkat tinggi.
28oC. Kondisi ini membuktikan c. Kecerahan Perairan
bahwa ikan pelagis tidak dapat
Kecerahan air juga merupakan
mentolerir suhu permukaan laut
salah satu paremeter pendukung
dingin pada suhu 20-25 oC namun
yang mempengaruhi berhasil
ikan pelagis dapat mentolerir suhu
tidaknya suatu penelitian. Jika
permukaan laut panas pada suhu
kecerahan kecil berarti banyak zat-
26-30oC. Hal ini menunjukkan
zat atau partikel-partikel yang
bahwa suhu yang cocok untuk
menyebar di dalam air, maka
penangkapan ikan pelagis di
sebagian besar pembiasan cahaya
perairan Muncar adalah 25-28oC.
akan habis tertahan (diserap) oleh
Laevastu dan Hela (1970)
zat-zat tersebut tingkat kecerahan
mengungkapkan bahwa suhu
di daerah penangkapan. Selama
sangat berpengaruh terhadap ikan
penelitian berlangsung kecerahan
yaitu dalam proses metabolisme
perairan berkisar antara 21 - 22 m
seperti kecepatan renang. Menurut
dimana tingkat kecerahan ini
Nontji (2005) bahwa Pada
sudah cukup baik untuk
umumya ikan pelagis menyenangi
penangkapan ikan-ikan pelagis.
perairan panas dan hidup pada
Selain itu hasil analisis ragam juga
lapisan permukaan hingga
menunjukkan bahwa kecerahan
kedalaman 40 meter dengan
perairan sangat berpengaruh
kisaran suhu optimum antara 25-
terhadap hasil tangkapan
29°C. Hal tersebut sangat sesuai
berdasarkan waktu setting dalam
dengan hasil penelitian
proses penangkapan. Hal ini sesuai
bahwasanya kisaran suhu untuk
dengan pendapat yang
tangkapan ikan tongkol di perairan
dikemukakan oleh Imam (2008)
Muncar bekisar antara 25-29°C.
bahwa ikan bersifat fototaxis
b. Salinitas Air Laut (responsif terhadap cahaya).
Hasil pengukuran salinitas di Sehingga banyak ikan yang akan
lokasi penelitian yaitu di Perairan muncul ketika kecerahan perairan
Muncar berkisar antara 33-34 ‰. tersebut tinggi.
Berdasarkan hasil analisis ragam,
salinitas air laut berpengaruh KESIMPULAN
terhadap hasil tangkapan Berdasarkan hasil penelitian dan analisa
berdasarkan waktu setting dalam data tentang daerah potensial
proses penangkapan. Hal ini sesuai penangkapan ikan tongkol di perairan
dengan yang di kemukaan oleh, Pandean Desa Wonorejo Kecamatan
Andrianto (2005) bahwa salinitas Banyuputih Kabupaten Situbondo,
merupakan salah satu parameter dapat disimpulkan bahwa :
lingkungan yang mempengaruhi
Journal of Sustainable Agriculture and Fisheries (JoSAF)

a. Parameter oseanografi berupa [7] Hela and Laevastu. 1961. “Ruaya


suhu, salinitas dan chlorofil secara Ikan Pelagis. Studi Dalam:
bersama-sama berpengaruh Pemetaan Sebaran Ikan Pelagis
terhadap hasil tangkapan ikan dengan Data Klorofil-a Citra
tongkol. Secara parsial variabel Modis pada Alat Tangkap Payang
suhu yang berpengaruh terhadap (Danish-seine) di Perairan Teluk
hasil tangkapan ikan tongkol Pelabuhan Ratu Sukabumi Jawa
sedangkan salinitas dan klorofil Barat”. Fakultas Ilmu Kelautan
tidak berpengaruh terhadap hasil dan Perikanan. Universitas
tangkapan ikan tongkol di perairan Dipenogoro. Semarang.
Pandean Desa Wonorejo
Kecamatan Banyuputih Kabupaten
Situbondo.
b. Daerah potensial penangkapan
ikan tongkol di Perairan Pandean
memiliki luas area 12,872 Km2
yang secara geografis terletak pada
07055’725’’ BT dan 114025’813’’
LS dimana jumlah tangkapannya
mencapai 209,388ton.

DAFTAR PUSTAKA

[1] Dinas Kelautan dan Perikanan


Kabupaten Banyuwangi. “Potensi
Perikanan Kabupaten
Banyuwangi”. Banyuwangi.
2014.

[2] Dinas Perikanan dan Kelautan


Provinsi Jawa Timur. “Data Luas
Perairan Jawa Timur”. Surabaya.
2014.

[3] Ditjen Perikanan. "Alat Tangkap


Gillnet”. Direktorat Jenderal
Perikanan Tangkap. Jakarta.
2005.

[4] Gunarso, W. “Tingkah Laku


Ikan”. Jurusan pemanfaatan
Sumberdaya perikanan Fakultas
perikanan. Institut Pertanian
Bogor. Bogor. 1985.

[5] Hanafi. “Deskripsi Ikan Pelagis”.


Kanisius. Yogyakarta. 2010.

[6] Harfiah. “Metode Penelitian


Rancangan Percobaan”.
Universitas Diponogoro.
Semarang. 2005.

Anda mungkin juga menyukai