Anda di halaman 1dari 54

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sumberdaya perikanan di Kabupaten Gorontalo Utara meliputi perikanan

tangkap dan perikanan budidaya. Potensi perikanan yang ada di Kabupaten

Gorontalo Utara meliputi sub sektor perikanan tangkap, budidaya yang meliputi

Tambak, Jaring Apung, serta pengolahan perikanan. Potensi perikanan di

Kabupaten Gorontalo Utara semakin meluas, seiring capaian produksi yang

mengalami kenaikan signifikan setiap tahun. capaian produksi perikanan

kabupaten ini sejak tahun 2007-2014 mengalami kenaikan dari 9.317 ton di tahun

2007, menjadi 51.631 ton pada tahun 2014. Meliputi produksi perikanan budidaya

dari 2.160 ton tahun 2007 menjadi 28.443 ton tahun 2014 serta produksi

perikanan tangkap dari 7.157 ton tahun 2007 menjadi 23.178 ton tahun 2014

(Dinas Perikanan Dan Kelautan Kabupaten Gorontalo Utara, 2015). Salah satu

wilayah penangkapan ikan yang mempunyai potensial cukup tinggi di Kabupaten

Gorontalo terdapat di daerah perairan Pulau Ponelo.

Potensi perikanan di wilayah Kabupaten Gorontalo Utara merupakan salah

satu bidang yang diharapkan mampu menjadi penopang perekoromian masyarakat

terutama masyarakat pulau yang secara umum mata pencahariannya sebagai

nelayan. subsektor perikanan Kabupaten Gorontalo Utara masih didominasi oleh

sekor perikanan skala kecil dengan menggunakan alat tangkap ikan sederhana.

Seperti halnya di Pulau Ponelo. Berdasarkan hasil observasi bahwa alat tangkap

1
yang banyak digunakan di Pulau tersebut adalah pancing ulur, bagan dan sero.

Unit penangkapan dan alat tangkap ikan yang digunakan masih cukup tadisional.

Bagan (lift net) merupakan alat tangkap yang dioperasikan dengan cara

menarik waring ke permukaan air pada posisi horisontal, bagan diklasifikasikan

ke dalam klasifikasi jaring angkat (lift net) karena proses pengoperasiannya, jaring

diturunkan ke dalam perairan, kemudian diangkat secara vertikal, berdasarkan

teknik yang digunakan untuk memikat perhatian ikan agar berkumpul pada area,

maka bagan diklasifikasikan dalam light fishing yang menangkap ikan dengan

menggunakan atraktor cahaya untuk mengumpulkan ikan (Von Brandt 2005).

Bagan perahu menggunakan lampu atau cahaya sebagai alat bantu

penangkapan, oleh karena itu operasi tidak dimungkinkan dilakukan pada siang

hari atau saat sinar bulan terang, karena cahaya menyebar merata di permukaan

air. Penangkapan ikan dengan bagan hanya akan efektif dilakukan pada malam

hari. Waktu operasi penangkapan biasanya dimulai saat matahari mulai terbenam

hingga menjelang fajar. Pada umumya ikan akan aktif dan menunjukkan sifat

fototaksis yang maksimum sebelum tengah malam (Gunarso, 1985). Berdasarkan

hal tersebut, maka dilakukanlah penelitian tentang pengaruh warna lampu

terhadap hasil tangkapan bagan perahu di Kecamatan Ponelo Kepulauan.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana perbandingan warna lampu terhadap hasil tangkapan bagan

perahu di Kecamatan Ponelo Kepualauan ?

2. Bagaimana analisis ekonomi bagan perahu di Kecamatan Ponelo

Kepulauan?

2
C. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui perbandingan warna lampu terhadap jenis dan hasil

tangkapan bagan perahu di Kecamatan Ponelo Kepulauan.

2. Untuk mengetahui aspek ekonomi bagan perahu di Kecamatan Ponelo

Kepulauan.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat bagi masyarakat dapat membantu masyarakat untuk

menyelesaikan masalah yang timbul dalam usaha penangkapan ikan

dengan menggunakan alat tangkap bagan perahu.

2. Manfaat bagi pemerintah untuk membantu pemerintah dalam membuat

suatu kebijakan untuk masyarakat nelayan tentang kelayakan alat tangkap.

3. Manfaat bagi peneliti diharapkan dapat memberikan informasi tentang

kelayakan usaha penangkapan ikan serta dapat mengetahui perbandingan

warna lampu terhadap hasil tangkapan bagan perahu.

E. Kerangka Pikir Penelitian

Potensi perikanan di Gorontalo Utara sekitar 590,970 ton atau baru

mencapai 46 %. Dilihat dari penangkapan ikan yang di operasikan oleh bagan

perhu dalam penelitian ini masih menggunakan lampu berwarna putih sedangkan

faktor faktor yang mempengaruhi hasil tangkpan ikan salah satunya adalah warna

lampu. yang digunakan dalam penelitian ini adalah warna biru dan putih.

Berdasarkan informasi tersebut maka akan diketahui hasil tangkapan dengan

menggunakan kedua warna lampu tersebut. Maka dilakukan penelitian pengaruh

warna lampu terhadap hasil tangkapan ikan. Hasil penelitian ini akan menjadi

3
rekomendasi penggunaan warna lampu yang lebih baik digunakan di Kabupaten

Gorontalo Utara.

Potensi Perikanan
Gorontalo Utara

Bagan Perahu

warna Lampu

Biru Putih

Hasil Tangkapan

Rekomendasi Penggunaan Warna Lampu


Yang Lebih Baik Digunakan

Gambar 1. Kerangka Pikir Penelitian

4
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi Bagan Perahu

Bagan adalah salah satu jenis alat tangkap yang digunakan nelayan di

tanah air untuk menangkap ikan pelagis kecil, pertama kali diperkenalkan oleh

nsingkat alat tangkap tersebut telah dikenal di seluruh Indonesia. Bagan dalam

perkembangannya telah banyak mengalami perubahan baik bentuk maupun

ukuran yang dimodofikasi sedemikian rupa sehingga sesuai dengan daerah

penangkapannya. Bagan perahu mempunyai konstruksi yang dapat dipindah-

pindah (dioperasikan pada berbagai tempat) dengan ditarik menggunakan perahu.

Bagan perahu dibuat dari rangkaian atau susunan bambu berbentuk segi empat,

pada bagian tengah dari bangunan bagan dipasang jaring yang ukurannya 1 meter

lebih kecil dari bangunan bagan.

Berdasarkan cara pengoperasiannya bagan dikelompokkan dalam jaring

angkat (lift net), namun karena menggunakan cahaya lampu untuk mengumpulkan

ikan maka disebut juga light fishing (Subani dan Barus, 1972). Menurut Baskoro

dan Suherman (2007), bagan dapat diklasifisikan menjadi dua, yaitu bagan tancap

dan bagan apung.

B. Pengoperasian Bagan Perahu

Bagan perahu biasa dioperasikan menjelang malam hingga pagi. Persiapan

yang dilakukan antara lain bahan bakar, makanan, kondisi waring dan peralatan

lainnya. Untuk mencapai daerah penangkapan, nelayan sebelumnya telah

memperkirakan posisi yang akan didatangi. Pengalaman dan kebiasaan nelayan

5
menjadi patokan. Setting dimulai pada saat senja hari (pukul 18.00) setelah semua

ujung jaring telah diikatkan pada bingkai bagan dan selanjutnya dilakukan

penyalaan lampu. Sebelum bingkai jaring diturunkan, batu arus yang berfungsi

sebagai penahan jaring dari arus diturunkan terlebih dahulu. Dua sampai tiga jam

setelah lampu dinyalakan dilakukan pemadaman lampu. Huling I dilakukan pada

pukul 01.00.

Pemadaman lampu dilakukan secara bertahap untuk menghindari agar ikan

tidak kaget dan ikan semakin mendekat ketengah jaring. Lampu pertama yang

dipadamkan adalah lampu yang berada pada bagian pinggir rangka bagan.

Penarikan jarring dimulai setelah salah seorang nelayan telah memberikani syarat

bahwa jarring segera ditarik. Penarikan jarring dilakukan setelah itu mengamati

secara visual kawanan ikan yang terdapat di bawah rangka bagan. Pemutaran

roller jarring dilakukan dengan cepat agar kawanan ikan pada catchable area tidak

meloloskan diri. Pada saat pemutaran roller jaring, tali jangkar juga dikendorkan

agar bingkai jarring tepat berada di bawah perahu pada saat penarikan bingkai

jaring. Waktu yang dibutuhkan untuk menarik jaring sampai kepermukaan air

bergantung pada kecepatan arus dan kedalaman bingkai jaring, umumnya lama

penarikan jaring berkisar 10 menit.

Proses selanjutnya adalah menggiring ikan ke bagian sisi jaring yang

berfungsi sebagai kantong setelah bingkai jaring ditarik sampai rangka bagan dan

lampu dinyalakan kembali. Jika ikan sudah terkumpul, ikan diangkat keatas

perahu dengan menggunakan serok dilanjutkan dengan penyortiran. Ikan yang

sejenis dikelompokkan ke dalam satu basket dan dimasukkan ke dalam peti

6
setelah dicampur es. Pada saat ini pula tali jangkar ditarik kembali, jarring

diturunkan untuk melakukan proses penangkapan berikutnya, Hauling II

dilakukan pada pukul 05.00. (Baskoro, dan Effendy, 2005)

C. Faktor- Faktor Yang Mempengaruhi Hasil Tangkapan Bagan Perahu

Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil tangkapan bagan tancap selain

faktor lingkungan antara lain:

1. Intensitas Cahaya

Menurut Ayodhyoa (1981), menyebutkan bahwa peristiwa tertariknya ikan

di bawah cahaya dapat dibagi menjadi dua macam, yaitu :

a. Peristiwa langsung, yaitu ikan tertarik oleh cahaya lalu berkumpul. Hal ini

berhubungan langsung dengan peristiwa fototaksis.

b. Peristiwa tidak langgsung, yaitu karena ada cahaya maka plankton, ikan-

ikan kecil dan lain-lain sebagainya berkumpul, lalu ikan yang dimaksud

datang berkumpul dengan tujuan mencari makan (feeding). Beberapa jenis

ikan yang termasuk dalam kategori ini seperti ikan tengiri, selar dan lain-

lain.

Hasil penelitian terhadap ikan Kepe-kepe karang jenis kepe-kepe

menunjukan pola pergerakan pigmen ikan belum berpengaruh secara penuh

terhadap iluminasi intensitas cahaya yang rendah. Namun pada intensitas cahaya

yang tinggi baru terlihat adanya adaptasi pigmen ikan. Kemungkinan penerapan

hasil penelitian ini untuk menarik jenis ikan dilapangan adalah pada intensitas

sekitar 350 lux, sedangkan untuk mengkonsentrasikan ikan ini pada alat tangkap

lift net perlu digunakan cahaya dengan intensitas rendah sekitar 38 lux (Baskoro

7
dan Suherman, 2007). Hal ini sesuai dengan penelitian dari made (2006), yang

menyatakan bahwa ikan mempunyai kesenangan terhadap intensitas cahaya

tertentu, atau intensitas cahaya optimum dan berbeda-beda setiap jenis ikan,

sehingga penambahan intensitas cahaya melebihi optimum justru menurunkan

hasil tangkapan.

2. Warna Lampu

Penelitian mengenai pengaruh warna cahaya terhadap hasil tangkapan

pada perikanan bagan perahu di perairan kepulauan ponelo menunjukan bahwa

cahaya putih memberikan pengaruh terhadap hasil tangkapan cumi-cumi, di mana

cahaya putih memberikan hasil tangkapan terbaik dibandingkan dengan

penggunaan warna merah dan hijau. Cahaya hijau dengan daya tembus yang

rendah tampaknya kurang efektif digunakan sebagai pengumpul cumi-cumi dalam

satu area yang luas, sedangkan cahaya merah dengan tingkat penetrasi yang tinggi

justru mampu merangsang hadirnya predator ke arah sumberr cahaya yang akan

menyebabkan cumi-cumi yang telah terkumpul di bawah lampu akan

menyelamatkan diri dan menghilang di daerah gelap (Baskoro dan Suherman,

2007). Namun dari hasil penelitian Hamzah dan Sumadhiharga (1993),

menyatakan bahwa setiap jenis cumi-cumi mempunyai respons yang berbeda-

beda terhadap sinar warna lampu yang digunakan.

3. Posisi dan Jenis Lampu

Penelitian tentang penggunaan jenis lampu terhadap efektifitas cahaya

dalam penangkapan dilakukan untuk mendapatkan gambaran jenis lampu yang

baik untuk digunakan. Salah satu penelitian yang telah dilakukan adalah

8
penggunaan lampu petromaks dan lampu neon (bawah air) terhadap hasil

tangkapan ikan kembung (Rastrelliger sp), perbedaan sumber pencahayaan antara

petromaks dan neon memberikan pengaruh yang sangat nyata terhadap hasil

tangkapan ikan kembung, di mana hasil tangkapan terbaik diperoleh dengan

menggunakan lampu neon (Baskoro dan Suherman, 2007). Menurut Picasouw

(2005), dibandingkan dengan penangkapan ikan menggunakan lampu-lampu lain

selain petromaks seperti yang ditempatkan langsung kedalam air, lampu

petromaks memiliki beberapa kelemahan (kekurangan) antara lain :

a. Memiliki intensitas yang sangat terbatas, sebab sinarnya terpencar kemana-

mana dan yang memancar ke bawah tidak mempunyai titik fokus yang baik

dengan kata lain memiliki radius lingkaran yang besar.

b. Sebagian cahayanya terpantul ke udara.

c. Membutuhkan waktu yang cukup lama bila lampunya mati atau padam.

d. Lampu petromaks yang diletakkan di atas permukaan air tidak efektif

cahayanya bila air bergelombang dan dapat menakutkan ikan yang berada di

sekitarnya dan

e. Hanya dapat digunakan bila air tenang dan cuaca cerah.

D. Daerah Penangkapan, Waktu dan Musim Penangkapan

Operasi penangkapan biasa dilakukan dekat dengan pulau atau daerah

teluk dengan perairan yang tenang. Kedalaman perairan untuk operasi

penangkapan 10-18 m. Dalam pengoperasiannya jika dibandingkan dengan jenis

bagan lainnya, bisas juga dapat dilakukan pada bulan terang, karena kekuatan

cahaya yang digunakan sangat tinggi sehingga penetrasi cahaya yang 10 masuk

9
secara vertikal ke dalam air akan lebih dalam dan secara horizontal dapat menarik

kawanan ikan pada jarak yang jauh.Bagan ditarik ke fishing ground setelah

fishing ground ditentukan. Jarak dari fishing base ke fishing ground sekitar 1.5

mil. Lama waktu yang dibutuhkan ke fishing ground sekitar 30 menit. Penurunan

jangkar pada fishing ground dilakukan setelah dilakukan pengecekan dasar

perairan. Dasar perairan sebaiknya berlumpur dan dekat dengan batu agar

terlindung dari arus dan gelombang yang besar.Pengoperasian dimulai pada saat

senja hari pukul 18.00.

Fishing ground (daerah penangkapan ikan) bagan perahu pulau ponelo

masih tergolong daerah pantai karena kedalaman perairannya 25 – 70 meter.

Perairan yang tergolong landai ini menyebabkan ikan bermigrasi ke pantai karena

faktor lingkungan seperti arus, salinitas, temperatur, musim, pasang surut,

topografi, makanan, dan Iain lain sehingga daerah ini menjadi fishing ground

yang ideal bagi bagan perahu. Lokasi yang ideal mengoperasikan bagan perahu

adalah: dasar perairan berlumpur dan terlindung dari ombak dan arus yang kuat.

Dasar perairan yang berbatu sebaiknya berada di depan bagan agar terhindar dari

arus dan ombak. Dasar perairan berbatu yang tepat berada di bawah bagan kurang

baik karena habitat ikan yang berada di ekosisitem batu adalah ikan dasar yang

tidak menyenangi cahaya sehingga tidak sesuai dengan tujuan penangkapan

bagan perahu yang tujuannya menangkap ikan pelagis yang umumnya

berkelompok dan menyenangi cahaya (Made, 2006).

10
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat

Penelitian ini dilaksanakan selama 3 bulan dari bulan Maret sampai

dengan bulan Mei 2019, tempat penelitian dilaksanakan di Perairan Kecamatan

Ponelo Kepulauan, Kabupaten Gorontalo Utara.

Gambar 2. .Lokasi penelitian

B. Alat dan Bahan

Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat pada

Tabel 1 dan Tabel 2. Alat yang digunakan pada penelitian ini sebanyak 6 unit

yaitu Alat Tulis, GPS, Perahu Pamo, Bagan Perahu, Lampu Warna Putih dan

Biru, Kuisioner, Jaring, Cool Boks, Ganset, Serok, Peteng dan Timbangan. Alat

yang digunakan pada penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 1.

11
Tabel.1 Alat Yang Digunakan Pada Penelitian
No Alat Fungsi

1 Alat tulis menulis Untuk mencatat hasil tangkapan


2 Global Positioning System (GPS) Melihat lokasi penangkapan
3 Perahu Pamo Mengangkutan ikan hasil tangkapan
4 Bagan perahu Objek Penelitian
5 Lampu Warna Putih dan Biru Objek Penelitian
6 Kuisioner Untuk mengumpulkan informasi
7 Jaring Perangkap ikan
6 Cool boks Menampung ikan
7 Ganset Sumber listrik
8 Serok Untuk menangkap ikan
9 Peteng Tempat lampu
10 Timbangan Menimbang hasil tangkapan

Bahan yang digunakan pada penelitian ini yaitu sebanyak 8 jenis yaitu es

batu, ikan, air minum, beras, bawang, rica, tomat, Elpiji, Bensin dan Solar. Bahan

yang digunakan pada penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Bahan Yang Digunakan Pada Penelitian


No Bahan Fungsi

1 Es batu Untuk mengawetkan ikan


2 Ikan Objek penelitian
3 Air Minum Konsumsi
4 Beras Konsumsi
5 Bawang, rica, tomat Konsumsi
6 Elpiji Bahan bakar kompor
7 Bensin Bahan bakar ganset
8 Solar Bahan bakar mesin kapal

C. Sumber Data

Pengumpulan data berdasarkan jenis data dan sumber data yang

dibutuhkan. Jenis data penelitian ini terdiri atas data primer dan data sekunder.

1. Data Primer

12
Data primer dapat berupa data-data yang bersifat kuantitatif maupun

kualitatif. Data primer merupakan data yang dikumpulkan secara langsung pada

penelitian yaitu hasil tangkapan, jenis-jenis tangkapan, serta nilai ekonomi bagan

perahu.

2. Data Sekunder

Data sekunder diperoleh melalui studi literatur, informasi hasil penelitian

terdahulu yang meliputi informasi dan literatur yang sesuai dengan penelitian ini.

D. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif studi kasus

dan deskriptif survey. Menurut Nazir (2009), metode deskriptif adalah suatu

metode dalam meneliti kasus sekelompok manusia, suatu objek, suatu sistem

pemikiran ataupun suatu kelas peristiwa masa sekarang. Tujuan dari penelitian

deskriptid ini adalah untuk membuat deskriptif, gambaran atau lukisan secara

sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan

antar fenomena yang diselidiki.

a. Persiapan

Persiapan dilakukan sebelum keberangkatan kapal yang menarik bagan

apung ke tempat fishing ground, persiapan dilkukan pada pukul 15.00 WITA

sampai pukul 16.00 WITA. Hal yang dipersiapkan adalah pengecekan generator,

wadah penampung hasil tangkapan bagan perahu, lampu cahaya yang digunakan

untuk penangkapan ikan dibagan persediaan bahan bakar dan perbekalan selama

menunggu hasil tangkapan diatas bagan perahu.

13
Jenis lampu yang digunakan pada bagan perahu yaitu lampu jenis silinder

dan sering disebut sebagai lampu fokus dengan daya 35 watt sebanyak 2 buah

yang akan diturunkan pada bagian kanan dan kiri kapal dan lampu yang ada di

bagian luar rangka sebanyak 50 buah. Jumlah lampu keseluruhan yang digunakan

yaitu 50 buah ditambah dengan 2 buah lampu fokus. Fungsi dari lampu tersebut

silinder agar cahaya lampu terfokus pada perairan. Lampu dipasang pada masing-

masing peteng yang ada di bagian rangka luar dan peteng yang ada di bagian

rangka dalam. Pada penelitian ini, perlakuan yang dilakukan pada lampu fokus

yaitu lampu warna putih dan lampu warna biru.

b. Penangkapan Ikan

Penangkapan dilakukan ketika malam hari pukul 19.00 WITA jaring mulai

diturunkan dan lampu penarik perhatian ikan mulai dinyalakan. selama waktu 2-3

jam, jaring ditarik mengunakan roller. Waktu yang dibutuhkan untuk penarikan

hanya 10 menit. setelah itu ikan diangkat ke atas bagan. Selanjutnya jaring

kembali diturunkan untuk menunggu operasi selanjutnya.

1. Pengambilan Data

Hasil tangkapan yang menggunakan lampu warna putih dan warna biru di

sortir berdasarkan jenis, setelah itu melakukan penimbangan pada masing-masing

jenis ikan dan catat total berat berdasarkan perlakuan kemudian menghitung

jumlah individu jenis ikan berdasarkan hasil tangkapan setiap perlakuan,

2. Parameter yang Diamati

Parameter yang diamati dalam penelitian ini meliputi hasil tangkapan dari

bagan perahu pada lampu warna putih dan lampu warna biru pada malam hari

14
pukul 20.00-05.00 WITA. Adapun parameter hasil tangkapan yang diamati

meliputi Bobot total pada setiap lampu warna putih dan warna biru, Jumlah

individu setiap lampu warna putih dan warna biru.

E. Analisis Data

Data bobot total hasil tangkapan dominan dianalisa menggunakan uji t-

student. Apabila t hitung lebih besar dari t tabel 0,05 maka terdapat perbedaan

hasil tangkapan antara hasil tangkapan pada warna cahaya putih dan biru, apabila t

hitung lebih kecil dari t tabel 0,05 maka antar perlakuan tidak menujukan

perbedaan yang cukup nyata, rumus yang digunakan sebagai berikut: (Priyatno,

2010).

y 1− y 2
t=
s
√n
Keterangan :

t: Simpangan nilai tengah


Y1 : Hasil tangkapan (Warna Putih)
Y2 : Hasil Tangkapan (Warna Biru)
S: Simpangan Baku
n: Jumlah total ulangan (16 kali)

F. Analisis Ekonomi

Analisis ekonomi yang digunakan untuk menghitung pendapatan usaha

tangkap bagan perahu yaitu :

1. Analisis Total Biaya

Total biaya (Total Cost) adalah total jumlah dari biaya tetap dengan biaya

variabel dalam kegiatan usaha tangkap Nelayan Gill Net dan Pukat Pantai (Ashari,

15
2011 dalam Ikram, 2016). Rumus yang digunakan untuk menghitung total biaya

yaitu :

TC=FC +VC

Dimana :

TC (Total Cost) = Total biaya/biaya pengeluaran (Rp)

FC (Fixed Cost) = Biaya tetap (Rp)

VC (Variabel Cost) = Biaya variabel (Rp)

2. Analisis Total Penerimaan

Total penerimaan (Total Revenue) adalah total jumlah hasil yang diperoleh

dalam kegiatan usaha tangkap Nelayan Gill Net dan Pukat Pantai (Ashari, 2011

dalam Ikram, 2016). Rumus yang digunakan untuk menghitung total penerimaan

yaitu :

TR=P × Q

Dimana :

TR (Total Revenue) = Total penerimaan/total pendapatan (Rp)

P = Harga jual (Rp/Kg)

Q = Jumlah ikan yang di jual (Kg)

3. Analisis Keuntungan

Keuntungan adalah hasil yang diperoleh nelayan dari penerimaan setelah

dikurangi dengan total biaya dalam usaha tangkap selama satu kali proses

produksi (Ashari, 2011 dalam Ikram, 2016). Rumus yang digunakan untuk

menghitung keuntungan yaitu :

16
π=TR−TC

Dimana :

π = Keuntungan (Rp)

TR (Total Revenue) = Total penerimaan/total pendapatan (Rp)

TC (Total Cost) = Total biaya (pengeluaran) (Rp)

17
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian secara geografis terletak pada koordinat 0,88340o LU-

122,8850o BT, berada pada ketinggian 0-500 m dpl (Gambar 1). Secara rinci letak

geografis masing-masing desa di Kecamatan Ponelo Kepulauan sebagai berikut:

Desa Ponelo terletak antara 0,8950o LU-122,8850o BT; Malambe terletak antara

0,8981o LU-122,8769o BT; Tihengo terletak antara 0,88340o LU-122,8841o BT;

dan Desa Otiola terletak antara 0,8845o LU-122,8849o BT (BPS Kabupaten

Gorontalo Utara, 2012). Luas wilayah Kecamatan Ponelo Kepulauan sebesar

10,40 km2 (Bappeda Kabupaten Gorontalo Utara, 2013) dengan topografi wilayah

cukup beragam berkisar antara 0-20%. Kecamatan ini mempunyai batas wilayah

sebagai berikut:

a. Sebelah utara berbatasan dengan Laut Sulawesi

b. Sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan Kwandang

c. Sebelah timur berbatasan dengan Kecamatan Tomilito

d. Sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Anggrek

Secara administrasi Kecamatan Ponelo Kepulauan termasuk dalam

wilayah hukum Kabupaten Gorontalo Utara dengan ibu kota di Desa Ponelo.

Kecamatan ini terdiri dari empat desa meliputi: Desa Ponelo, Malambe, Otiola

dan Desa Tihengo. Jarak dari ibu kota Kecamatan ke ibu kota Kabupaten kurang

lebih 12 km, sementara jarak dari ibu kota Kecamatan ke pusat Desa Malambe

18
kurang lebih 1 km, ke pusat desa Tihengo kurang lebih 2 km, dan ke pusat desa

Otiola kurang lebih berjarak 1 km.

B. Jenis Tangkapan

Jenis tangkapan bagan perahu yang menggunakan lampu warna putih dan

lampu warna biru di Kecamatan Ponelo menangkap 10 jenis yaitu 8 jenis ikan

yang sama dan 2 jenis ikan yang berbeda. Jenis ikan hasil tangkapan bagan perahu

yang menggunakan lampu warna putih dan lampu warna biru di Kecamatan

ponelo dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Jenis Ikan Hasil Tertangkapan Bagan Perahu


No Lampu Warna Putih Lampu Warna Biru
1 Teri Gelagar Teri Gelagar
2 Kembung Kembung
3 Cumi Cumi
4 Petek Petek
5 Kuwe Kuwe
6 Tembang Tembang
7 Tongkol Tongkol
8 Teri Galer Teri Galer
9 Kepe-kepe Pari Macan
(Sumber: Data Primer 2019)

Tabel 3. Menunjukan jenis ikan yang tertangkap menggunakan lampu

warna putih yaitu ikan Teri Gelagar (Stolephorus indicus), ikan Kembung

(Rastrelliger brachysoma), Cumi (Loligo sp), ikan Petek (Equulites leuciscus),

ikan Kuwe (Carangoides chrysophrys), Ikan Kepe-kepe (Zanclus cornutus), ikan

Tongkol (Euthynnus affinis), ikan Teri Galer (Encrasicholina punctifer) dan ikan

Tembang (Sardinella gibbosa). Bagan yang menggunakan lampu warna biru yaitu

ikan Teri Gelagar (Stolephorus indicus), ikan Kembung (Rastrelliger

brachysoma), ikan Tongkol (Katsuwonus pelamis), ikan Tembang (Sardinella

19
gibbosa), ikan Pari Macan (Himantura uarnak), ikan Petek (Equulites leuciscus),

Teri Galer (Encrasicholina punctifer), ikan Kuwe (Carangoides chrysophrys) dan

Cumi (Loligo sp).

Berdasarkan jenis ikan hasil tangkapan bagan yang menggunakan lampu

warna putih dan lampu warna biru terdapat jenis ikan yang berbeda yaitu jenis

Ikan Kepe-kepe (Zanclus cornutus) yang tertangkap oleh bagan menggunakan

lampu warna putih. Hal ini diduga dipengaruhi oleh cahaya lampu warna putih

lebih terang dibandingkan dengan cahaya lampu warna biru, sehingga

menyebabkan keberadaan ikan yang aktif pada siang hari untuk berkumpul

dibawah cahaya lampu. Gustaman et al., (2012) bahwa ikan yang tidak bersifat

fototaksis positif, kemungkinan dapat tertangkap di bagan dikarenakan faktor

makanan yaitu plankton yang berkumpul dibawah sinar lampu petromaks. Ikan

Kepe-kepe (Zanclus cornutus) ini termasuk ikan yang hidup secara berkelompok,

meskipun kadangkala juga ditemukan ikan ini hidup secara individu. Ikan ini

termasuk ikan diurnal atau aktif pada siang hari (DKP Aceh, 2015).

C. Hasil Tangkapan

Pengambilan data hasil tangkapan bagan perahu yang menggunakan lampu

warna putih dan lampu warna biru dilakukan sebanyak 8 kali Trip. Hasil

tangkapan bagan perahu menggunakan lampu warna putih berkisar antara 149

sampai 176 kg dan hasil tangkapan bagan perahu yang menggunakan lampu

warna biru berkisar antara 157 sampai 210 kg. Hasil tangkapan bagan perahu

dapat dilihat pada Gambar 3.

20
Hasil Tangkapan Bagan Perahu
250
210
199
200 176186
173168 174
167
157 149164 156166 155165 165
Berat (Kg)

150
Putih
100 Biru
50

0
trip 1 trip 2 trip 3 trip 4 trip 5 trip 6 trip 7 trip 8
Trip Penangkapan

Sumber: Olahan Data Primer 2019


Gambar 3. Hasil Tangkapan Bagan Perahu

Gambar 3. Menunjukkan hasil tangkapan bagan perahu yang

menggunakan lampu warna putih dari yang rendah secara berturut yaitu trip 3

memiliki hasil tangkapan yang rendah sebanyak 149 kg, kemudian trip 5 memiliki

hasil tangkapan sebanyak 155 kg, trip 4 sebanyak 156 kg, trip 7 sebanyak 165 kg,

trip 2 sebanyak 167 kg, trip 6 sebanyak 173 kg, trip 8 sebanyak 174 kg dan trip 1

memiliki hasil tangkapan terbanyak yaitu 176 kg. Rata-rata hasil tangkapan

selama 8 kali trip yaitu 174,05 kg.

Hasil tangkapan bagan perahu yang menggunakan lampu warna biru

secara berturut dari yang rendah yaitu trip 2 memiliki hasil tangkapan yang rendah

sebanyak 157 kg, trip 3 sebanyak 164 kg, trip 5 sebanyak 165 kg, trip 4 sebanyak

166 kg, trip 6 sebanyak 168 kg, trip 1 sebanyak 186 kg, trip 8 sebanyak 199 kg

dan trip 7 memiliki hasil tangkapan yang terbanyak yaitu 210 kg. Rata-rata hasil

tangkapan 8 kali trip yaitu 176,875 kg.

Rata-rata hasil tangkapan terbanyak selama 8 kali trip yaitu bagan perahu

yang menggunakan lampu warna biru. Tingginya hasil tangkapan bagan perahu

21
menggunakan lampu warna biru diduga dipengaruhi oleh intensitas cahaya warna

biru yang rendah sehingga memicu ikan untuk berkumpul di bawah paparan sinar

lampu biru. Rudin et al., (2017) Cahaya warna biru memiliki panjang gelombang

yang rendah sehingga jangkauannya sangat jauh di dalam perairan. Cahaya ini

mampu menarik ikan-ikan demersal seperti pepetek, cumi-cumi, golok-golok,

rajungan, belanak, kuniran dan pelagis kecil seperti teri, selar, kembung dan

tembang dalam jumlah yang cukup banyak.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian dilakukan oleh Taufiq et al.,

(2015) bahwa hasil tangkapan ikan dengan menggunakan alat bantu lampu LED

biru lebih banyak (efektif) dibandingkan dengan lampu neon yang digunakan oleh

nelayan. Berdasarkan hasil tangkapan total dengan lampu celup LED sebanyak

3779 kg dan lampu neon sebanyak 2343 kg, rata-rata tangkapan dengan lampu

celup LED sebesar 377.9 kg pertrip dan lampu neon biru sebesar 234.3 kg pertrip.

Mulyawan et al., (2015) semakin besar panjang gelombang, semakin kecil

daya tembus cahaya yang masuk kedalam perairan. Tinggi rendahnya intensitas

cahaya yang masuk kedalam air akan mempengaruhi jarak ikan yang berkumpul

dari sumber cahaya. Ada dua faktor ikan tertangkap pada bagan. Pertama ikan

tertangkap pada bagan apung disebabkan ikan tertarik mendatangi cahaya

(fototaksis positif) (Purbayanto et al. 2010). Kedua karena adanya rangsangan

ingin mencari makan (predator). Menurut Won Lea J (2010) berkumpulnya ikan-

ikan kecil (dalam penelitian ini seperti teri dan petek) disekitar bagan akan

memicu berkumpulnya ikan-ikan lain dengan ukuran lebih besar. Hal ini terjadi

karena adanya siklus saling memakan (rantai makanan) antara ikan kecil dengan

22
predatornya yang berukuran lebih besar untuk mendapatkan makanan contohnya

cumi sebagai predator dan teri adalah ikan yang dimangsa.

Rendahnya hasil tangkapan bagan perahu yang menggunakan lampu

warna putih dan lampu warna biru pada trip 1 diduga dipengaruhi oleh faktor

alam seperti angin yang kencang dan berombak sehingga pada saat hauling

menjadi kesulitan. Hal ini karena kecepatan dan arah angin akan mempengaruhi

arus dan gelombang di perairan. Arus yang terjadi akan menjadikan posisi jaring

tidak membentuk setengah lingkaran secara sempurna dan menjadi tidak stabil di

dalam perairan. Keadaan jaring seperti ini menyebabkan ikan meloloskan diri dari

jaring pada saat hauling yang seharusnya berada pada catchable area. Kondisi ini

sesuai dengan hasil penelitian Sudirman et al., (2013) jika kondisi cuaca laut

buruk, seperti angin yang kencang dan ombak yang besar, menyebabkan

pengangkatan jaring tidak dapat dilakukan. Faktor arus memiliki pengaruh yang

sangat besar dalam proses penangkapan pada bagan (Sudirman et al., 2006). Arus

yang deras menyebabkan kesulitan dalam pengoperasian bagan (Nelwan et al.,

2015). Banyak sedikitnya hasil tangkapan ikan menggunakan bagan, dipengaruhi

oleh banyak faktor yang diantaranya pengaruh musim ikan dan posisi penempatan

bagan, pengaruh faktor oseanografi, pengaruh sinar bulan dan sebagainya.

Keanekaragaman jenis ikan hasil tangkapan juga berkaitan dengan kondisi

oseanografi yang mempengaruhi distribusi ikan pada suatu wilayah perairan

(Yulianto et al. 2014).

Menurut Sukandar dan Fuad (2015) kondisi cuaca sangat berpengaruh

terhadap keberhasilan operasi penangkapan ikan, dimana arus, angin dan

23
perbedaan suhu perairan akan mendorong terjadinya upwelling. Jika upwelling

terjadi maka pengoperasian alat dihentikan sementara sambil menunggu kondisi

perairan yang kondusif. Kondisi cuaca sangat berpengaruh terhadap kondisi

perairan dan kondisi perairan juga berpengaruh pada distribusi ikan. Sihombing

(2014) juga menyatakan keadaan air yang kurang baik membuat hasil tangkapan

menjadi lebih sedikit.

Menurut Gustaman et al. (2012) bahwa penangkapan ikan-ikan predator

lebih efektif dengan menggunakan lampu warna biru. Berdasarkan pengamatan

secara visual adanya perbedaan tingkah laku cumi-cumi antara bagan yang

menggunakan lampu neon dengan bagan yang menggunakan LED biru. Pada

bagan yang menggunakan lampu neon 192 watt cumi-cumi mengintai mangsanya

dari daerah bayang-bayang pelampung bagan, cumi-cumi akan mengejar

mangsanya apa bila targetnya sudah tepat. Hal ini sesuai dengan pernyataan

Sudirman (2003) spesies cumi-cumi berada pada daerah bayang-bayang.

Sedangkan pada bagan yang menggunakan LED biru 72 watt cumi-cumi berburu

mangsa sangat aktif dibawah cahaya lampu tanpa menunggu dia daerah bayang-

bayang pelampung bagan. Hakgeun et al., (2012) dan Guntur et al., (2015) juga

mengemukakan bahwa perubahan warna lampu mampu meningkatkan hasil

tangkapan ikan cumi-cumi dan warna yang paling disukai adalah warna biru.

Selama pengumpulan data bahwa hasil tangkapan cumi-cumi menggunakan

lampu warna biru lebih banyak (192 individu) di bandingkan dengan lampu warna

putih yaitu sebanyak 70 individu. Pengaruh penggunaan lampu warna putih dan

warna biru terhadap berat hasil tangkapan dominan dapat dilihat pada Tabel 4.

24
Perbedaan hasil tangkapan dominan selama pengumpulan data yaitu ikan Teri

Galer (Encrasicholina punctifer) dan Teri Gelagar (Stolephorus indicus).

Tabel 4. Analisis Uji T Hasil Tangkapan Dominan Bagan Perahu


Perlakuan T Hitung P (Value) Keterangan
Lampu Putih Dan Lampu
-2,07 0,04 Berbeda Nyata
Biru
Sumber: Olahan Data Primer 2019

Tabel 4. Menunjukan nilai T Hitung < T Tabel (-2,07<0,05), sehingga dapat

dikatakan bahwa pengaruh perlakuan warna lampu putih dan warna biru berbeda

nyata terhadap hasil tangkapan dominan pada taraf 95 %.

D. Analisis Ekonomi

1. Analisis Total Biaya

Analisi total biaya yaitu dengan mengetahui jumlah biaya tetap dan biaya

variabel. Biaya tetap bagan perahu yang menggunakan lampu warna putih dan

lampu warna biru yaitu bahan bakar solar dan bensin, beras, rokok, bawang, rica,

tomat, gas Elpiji dan es batu. Biaya tetap bagan perahu dikeluarkan selama 8 kali

trip dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Biaya Tetap Bagan Perahu 8 kali trip


Modal Kerja Jumlah Biaya (Rp)
Solar 60 l 600.000
Bensin 80 l 840.000
Beras 40 l 400.000
Rokok 16 bungkus 80.000
Bawang, Rica, Tomat - 400.000
es batu 400 biji 800.000
gas elpiji 1 tabung 22.000
Total 3.142.000
Sumber :Olahan Data Primer 2019

25
Tabel 5. Menunjukan biaya selama 8 kali trip bahan bakar solar sebanyak

Rp 600.000, bahan bakar bensin sebanyak Rp 840.000, Beras sebanyak Rp

400.000, Rokok sebanyak Rp 80.000, Bawang Rica Tomat sebanyak Rp 400.000,

Es Batu sebanyak Rp 800.000 dan Gas Elpiji sebanyak Rp 24.000. Total biaya

tetap bagan perahu selama 8 kali trip sebanyak Rp 3.142.000. Biaya variabel

bagan perahu selama 8 kali trip yaitu biaya pembelian lampu bagan warna putih

dan lampu warna biru. Biaya variabel dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Total Biaya Variabel Bagan Perahu Selama 8 Kali Trip


Jenis Variabel Jumlah Biaya (Rp)
Lampu Putih 4 160.000
Lampu Biru 4 160.000
Total 320.000
Sumber :Olahan Data Primer 2019

Tabel 6. Menunjukan total biaya variabel bagan perahu selama 8 kali trip

yaitu sebesar Rp 320.000 dengan biaya lampu warna putih yaitu sebesar Rp

160.000 dan biaya pembelian lampu warna biru sebesar Rp 160.000. Analisis total

biaya pengeluaran bagan perahu yang dikeluarkan selama 8 kali trip dapat dilihat

pada Tabel 7.

Tabel 7. Analisis Biaya Pengeluaran Bagan Perahu Selama 8 kali Trip


Jenis Biaya Biaya (Rp)
Biaya Tetap 3.142.000
Biaya Variabel 320.000
Total 3.462.000
Sumber: Olahan Data Primer 2019

Tabel 7. Menunjukan total biaya pengeluaran bagan perahu selama 8 kali

Trip yaitu sebesar Rp 3.462.000 dari hasil penjumlahan rata-rata biaya tetap

sebesar Rp 3.142.000 dan rata-rata biaya variabel sebanyak Rp 320.000. Total

rata-rata biaya pengeluaran bagan perahu yang menggunakan lampu warna putih

26
dan lampu warna biru selama 8 kali trip memiliki jumlah biaya pengeluaran yang

sama.

2. Analisis Total Penerimaan

Total penerimaan bagan perahu yang menggunakan lampu warna putih

yaitu hasil penjualan ikan 8 jenis ikan. Total penerimaan bagan perahu

menggunakan lampu warna putih selama 8 kali trip dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8. Total Penerimaan Bagan Perahu Lampu Warna Putih selama 8 kali Trip
Hasil Tangkapan Harga/satuan
Jenis ikan Jumlah
(Kg) (Rp)
Teri Gelagar 700 25.000 17.500.000
Kembung 21 10.000 210.000
Cumi 10 25.000 250.000
Petek 63 15.000 945.000
Kuwe 11 50.000 550.000
Tembang 113 5.000 565.000
Tongkol 24 25.000 600.000
Teri Galer 450 25.000 11.250.000
Total 31.870.000
Sumber: Olahan Data Primer 2019

Tabel 8. Menunjukan hasil penjualan ikan Teri Gelagar selama 8 kali trip

yaitu sebesar Rp 17.500.000, Kembung sebesar Rp 210.000, Cumi sebesar Rp

250.000, Petek sebesar Rp 945.000, Kuwe sebesar Rp 550.000, Tembang sebesar

Rp 565.000, Tongkol sebesar Rp 600.000 dan Teri Galer sebesar Rp 11.250.000.

Total penerimaan bagan perahu menggunakan lampu warna putih yaitu sebesar

Rp 31.870.000. Total penerimaan bagan perahu menggunakan lampu warna biru

yaitu dari hasil penjualan 9 jenis ikan tangkapan. Total penerimaan bagan perahu

menggunakan lampu warna biru selama 8 kali trip dapat dilihat pada Tabel 9.

27
Tabel 9. Total Penerimaan Bagan Perahu Lampu Warna Biru selama 8 kali Trip
Hasil Tangkapan Harga/satuan
Jenis ikan Jumlah
(Kg) (Rp)
Teri Gelagar 750 25.000 18.750.000
Kembung 23 10.000 230.000
Tongkol 5 25.000 125.000
Tembang 57 5.000 285.000
Pari Macan 8 100.000 800.000
Petek 56 15.000 840.000
Teri Galer 500 25.000 12.500.000
Kuwe 3 50.000 150.000
Cumi 13 Rp25.000 325.000
Total 34.005.000
Sumber: Olahan Data Primer 2019

Tabel 9. Menunjukan hasil penjualan ikan Teri Gelagar selama 8 kali trip

yaitu sebesar Rp 18.750.000, Kembung sebesar Rp 230.000, Tongkol sebesar Rp

125.000, Tembang sebesar Rp 285.000, Pari Macan sebesar Rp 800.000, Petek

sebesar Rp 840.000, Teri Galer sebesar Rp 12.500.000, Kuwe sebesar Rp 150.000

dan Cumi sebesar Rp 325.000. Total penerimaan bagan perahu menggunakan

lampu warna biru yaitu sebesar Rp 34.005.000.

3. Analisis Keuntungan

Keuntungan bagan perahu menggunakan lampu warna putih dan bagan

perahu yang menggunakan lampu warna biru dapat dilihat pada Tabel 10.

Tabel 10. Keuntungan Bagan Perahu selama 8 kali trip


Bagan Perahu
Uraian
Lampu Putih Lampu Biru
Total Pemasukan 31.870.000 34.005.000
Total Biaya Pengeluaran 3.302.000 3.302.000
Pendapatan 28.568.000 30.703.000
Ongkos ABK 14.284.000 15.351.500
Keuntungan 14.284.000 15.351.500
Sumber: Olahan Data Primer 2019

28
Tabel 9. Menunjukan keuntungan bagan perahu selama 8 kali trip yang

menggunakan lampu warna putih sebesar Rp 28.568.000 dan bagan perahu

menggunakan lampu warna biru sebesar Rp 30.703.000. Keuntungan yang di

peroleh setelah pembagian pendapatan dengan ongkos ABK (50% dari hasil

pendapatan). Pendapatan bagan perahu menggunakan lampu warna putih selama 8

kali trip yaitu sebesar Rp 14.284.000 dan bagan perahu menggunakan lampu

warna biru sebesar Rp 15.351.500.

29
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian maka dapat disimpulkan bahwa:

1. Hasil tangkapan bagan perahu yang menggunakan lampu warna putih dengan

rata-rata hasil tangkapan selama 8 kali trip yaitu 174,05 kg sedangkan hasil

tangkapan bagan perahu yang menggunakan lampu warna biru rata-rata

176,875 kg. Jenis ikan yang tertangkap menggunakan lampu warna putih dan

lampu warna biru di kecamatan Ponelo Kepulauan yaitu sebanyak 10 jenis

ikan dimana 8 jenis ikan yang sama dan 2 jenis ikan berbeda. Perbedaan hasil

tangkapan bagan menggunakan lampu warna putih dan warna biru berbeda

nyata terhadap hasil tangkapan dominan pada taraf 95 % nilai T Hitung >T Tabel (-

2,07 > 0,05).

2. Keuntungan bagan perahu selama 8 kali trip yang menggunakan lampu warna

putih sebesar Rp 14.284.000 dan bagan perahu menggunakan lampu warna

biru sebesar Rp 15.351.500.

B. Saran

1. Lampu warna biru dapat diaplikasikan pada perikanan bagan khususnya

untuk menangkap spesies cumi.

2. Dalam teknik pengoperasian bagan, sebaiknya memperhatikan faktor

lingkungan untuk memaksimalkan hasil tangkapan.

30
DAFTAR PUSTAKA

Ayodhyoa, A.U. 1981. Metode Penangkapan Ikan. Yayasan Dewi Sri, Bogor. 97
hal.
Baskoro, dan Effendy. 2005. Tingkah Laku Ikan Hubungannya dengan Metode
Pengoperasian Alat Tangkap Ikan. Departemen Pemanfaatan
Sumberdaya Perikanan, Bogor.
Baskoro, dan Suherman, 2007. Teknologi Penangkapan Ikan Dengan Cahaya.
UNDIP. Semarang. 176 hal.
Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Gorontalo Utara ,2015. Profil
Perikanan dan Kelautan Gorontalo utara.
Gunarso, W. 1985. Tingkah Laku Ikan Dalam Hubungannya dengan Alat, Metode
dan Taktik Penangkapan. Jurusan Pemanfaatan Sumber daya
Perikanan. Fakutas Perikanan. Institut Pertanian Bogor. 149 hal.
Guntur, Fuad, Muntaha A. 2015. Pengaruh Intensitas Lampu Bawah Air Terhadap
Hasil Tangkapan pada Bagan Tancap. Marine Fisheries. 6(2):195-
202.
Gustaman Gugik, Fauziyah dan Isnaini. 2012. Efektifitas Perbedaan Warna
Cahaya Lampu terhadap Hasil Tangkapan Bagan Tancap di Perairan
Sungsang Sumatera Selatan. Journal Maspari. 4 (1), 92-102
Hakgeun J, Seunghwan Y, Junghoon L, Young. 2012. The Retinular Responses of
Common Squid Todarodes Pacificus for Energy Efficient Fishing
Lamp using LED. Elsevier Renewable Energy. 54:101-104.
Hamzah dan sumadhiharga. 1993. Pengaruh Cahaya Lampu Terhadap Hasil
Tangkapn Cumi-Cumi (LoligoSp) Dengan Alat Tangkap “Jigs” Di
Teluk Galela, Maluku Utara. Balitbang Sumberdaya Laut, Puslitbang
Oseanologi-LIPI Ambon 55-62.
Ikram, Z. 2016. Analisis Kelayakan Usaha Budidaya Ikan Nila (oreochomis
niloticus) Dalam Keramba Jaring Apung Di Danau Limboto Kawasan
Kota Gorontalo. Skripsi. Jurusan Manajemen Sumberdaya Perikanan.
[Skripsi]. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Universitas Negeri
Gorontalo
Kairul. 2017. Penggunaan Lampu Light Emitting Diode (LED) Biru Terhadap
Hasil Tangkapan Bagan Apung di Kabupaten Aceh Jaya. [Tesis].
Institut Pertanian Bogor.
Made, S. 2006. Efisiensi Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Hasil
Tangkapan Bagan Rambo Di Kabupaten Barru. UNHAS. Makasar.

31
Mulyawan , Masjamsir dan Andriani, Y. 2015. Pengaruh Perbedaan Warna
Cahaya Lampu Terhadap Hasil Tangkapan Cumi-cumi (Loligo sp.)
Pada Bagan Apung di Perairan Pelabuhanratu Kabupaten Sukabumi
Jawa Barat. Jurnal Perikanan Kelautan. Vol. VI No. 2(1)/Desember
2015 (116-124).
Nazir, M. 2009. Metode Penelitian. Ghalia Indonesia. Jakarta.
Nelwan AFP, Sudirman, Nursam M, Yunus MA. 2015. Produktivitas
Penangkapan Ikan Pelagis di Perairan Kabupaten Sinjai pada Musim
Peralihan Barat - Timur. Jurnal Perikanan. 17(1):18-26.
Picasouw, John. 2005. Lampu Petromak Sebagai Alat Bantu Penangkapan Ikan.
Warta Oseanografi. Vol. XIX No 3, Juli-September.
Priyanto, 2010. Buku saku analisis Statistika Data SPSS. Yogyakarta: Mediakom.
Purbayanto A, Riyanto M, Fitri ADP. 2010. Fisiologi dan Tingkah Laku Ikan
pada Perikanan Tangkap. Bogor (ID): IPB press. Kampus Institut
Pertanian Bogor Taman Kencana Bogor.
Rudin M. Johar, Ririn Irnawati dan Ani Rahmawati. 2017. Perbedaan Hasil
Tangkapan Bagan Tancap dengan Menggunakan Lampu CFL dan
LED Dalam Air (Leda) di Perairan Teluk Banten. Jurnal Perikanan
dan Kelautan. Volume 7 Nomor 2. Halaman : 167 – 180.
Subani. dan Barus 1972. Alat dan Cara PenangkapanIkan di Indonesia. Lembaga
Penelitian Perikanan Laut (LPPL), Jakarta. 247 hal.
Sudirman. 2003. Analisis Tingkah Laku Ikan untuk Mewujudkan Teknologi
Ramah Lingkungan dalam Proses Penangkapan pada Bagan Rambo
[Disertasi]. Bogor (ID): Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian
Bogor.
Sudirman, Baskoro MS, Purbayanto A, Safruddin, Suratman. 2006. Hubungan
antara Kecerahan Perairan dan Kecepatan Arus dengan Hasil
Tangkapan dan Pengoperasian Bagan Rambo di Selat Makassar.
Jurnal Ilmiah Sorihi. 1(5):82-104.
Sudirman, Najamuddin, Palo M. 2013. Efektivitas Penggunaan Berbagai Jenis
Lampu Listrik untuk Menarik Perhatian Ikan Pelagis Kecil pada
Bagan Tancap. Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia. 19(3):157-
165.
Sukandar dan Fuad. 2015. Pengoperasian Lampu Celup Bawah Air pada Bagan
Tancap di Perairan Lekok. Journal of Innovation and Applied
Technology 1(2): 101-105.

32
Sihombing ME. 2014. Pengaruh Intensitas Cahaya Lampu Bawah Air dengan
Senter Light Emitting Diode Pada Reaksi Fototaksis Ikan Di Perairan
Kepulauan Seribu. [SKRIPSI]. Bogor: Departemen Fisika. Fakultas
Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam. Institut Pertanian Bogor. 33
hlm.
Tadjuddah, M. 2009. Kajian Keramahan Lingkungan Alat Tangkap Menurut
Klasifikasi Statistik Internasional Standar FAO. http://muslim-
tadjuddah. blogspot. com/ (diakses : 1 februari 20111)
Taufiq, Mawardi W, Baskoro MS, Zulkarnain. 2015. Rekayasa Lampu LED
Celup untuk Perikanan Bagan Apung di Perairan Patek Kabupaten
Aceh Jaya Propinsi Aceh. Jurnal Teknologi Perikanan dan Kelautan.
6(1):51-67.
Von Brandt. 2005. Fish Catching Methods of the world. Edisike 4. Otto G, Klaus
L, Erdmann D, Thomas W, editor.Oxfort. BlacKuwell Publishing.
523p.
White W.T., Last P.R., Dharmadi, Faizah R., Chodrijah U., Prisantoso B.I.,
Pogonoski J.J., Puckridge M. and Blaber S.J.M. 2013. Market fishes
of Indonesia. ACIAR Monograph No. 155. Australian Centre for
International Agricultural Research: Canberra. 438 pp.
White W.T, P.R. Last, J.D. Stevens, G.K. Yearsley, Fahmi dan Darmadi. 2006.
Hiu dan pari yang bernilai ekonomis penting di indonesia. ACIAR
monograph series; no. 124. Australia
Won lea, J. 2010. Pengaruh Periode Hari Bulan Terhadap Hasil Tangkapan dan
Tingkatan pendapatan Nelayan Bagan Tancap di Kabupaten Serang.
[Tesis]. Sekolah Pasca Sarjana Institut Pertanian Bogor.
Yulianto ES, Purbayanto A, Wisudo SH, Mawardi W. 2014. Lampu LED Bawah
Air Sebagai Alat Bantu Pemikat Ikan pada Bagan Apung. Jurnal
Teknologi Perikanan dan Kelautan. 5(1):83-93.

33
Lampiran 1. Dokumentasi Penelitian

Timbangan

Ganset

Kapstan

34
Pemeriksaan Lampu Bagan

Saklar Instalasi Lampu Bagan

Penurunan Jaring

35
Cool Box

Pemasangan Lampu

Pememantauan Ikan

36
Pengangkatan Jaring

Pengambilan Ikan hasil tangkapan

Ikan Hasil Tangkapan

37
Penyortiran Ikan

Ikan Teri Gacer (Encrasicholina punctifer)

Cumi (loligo sp)

38
Ikan Tembang (Sardinella gibbosa)

Ikan Pari Macan (Himantura uarnak)

Kembung (Rastrelliger brachysoma)

39
Menimbang Ikan Jaring

Bagan Perahu

Pengambilan data Quisioner Pengambilan Data Wawancara

40
Lampiran 2. Identifikasi Jenis Ikan Hasil Tangkapan Bagan

Buku Identifikasi (White et al.,


No Hasil Tangkapan
(2013, 2006))

Petek, Cotek, Terongtong(Equulites leuciscus)


Dasar bersubstrat lunak, kedalaman 5–50 m; duri sirip punggung kedua
sangat memanjang dan lembek, duri sirip dubur kedua sedikit
memanjang, tubuh agak lebar, tengkuk sedikit cembung, lingkaran
keabu-abuan samar di sisi atas, bercak lonjong kekuningan di bawah
gurat sisi; Indo–Pasifik Barat; sampai 14 cm.

N Buku Identifikasi (White et al.,


Hasil Tangkapan
o (2013, 2006))

Kembung, Kembung Perempuan (Rastrelliger brachysoma)


Pelagis pantai; dua lunas kecil di pangkal ekor, tapis insang terlihat dari
sisi kepala ketika mulut terbuka, 30–48 tapis insang di bagian bawah
lengkung insang ke-1, tubuh sangat lebar, sirip ekor kekuningan, perak
kehijauan dengan bintik-bintik hitam halus di sisi atas tubuh; Hindia
Timur & Pasifik Tengah Barat; sampai 40 cm.

41
N Buku Identifikasi (White et al.,
Hasil Tangkapan
o (2013, 2006))

Puri Putih, Teri Galagar (Stolephorus indicus)


Pelagis pantai dan muara sungai; tubuh sangat langsing dan silindris,
perut dengan 2–6 sisik tebal menyerupai jarum sebelum sirip perut, sirip
dubur pendek dengan 16–18 jari-jari bercabang, garis perak lebar di sisi,
sirip ekor berwarna gelap; Indo–Pasifik Barat, kemungkinan jenis yang
kompleks; sampai 19 cm.

N Buku Identifikasi (White et al., (2013,


Hasil Tangkapan
o 2006))

Tembang, Tanjan, Tamban (Sardinella gibbosa)


Pelagis pantai, 0–70 m; tubuh pipih, sisik tebal pada perut menonjol, sisik
depan punggung sejajar bagian punggung, 2 jari sirip dubur terakhir
membesar, sirip perut dengan 1 jari tidak bercabang dan 7 lainnya
bercabang, garis keemasan di samping, bercak gelap di pangkal sirip
punggung; Indo–Pasifik Barat; sampai 20 cm.

42
Buku Identifikasi (White et al.,
No Hasil Tangkapan
(2013, 2006))
p

Teri Galer (Encrasicholina punctifer)


Pelagis pantai sampai epipelagis; tubuh sangat langsing dan silindris,
perut dengan 3–6 sisik tebal menyerupai jarum sebelum sirip perut, sirip
dubur pendek dengan 13 atau 14 jari bercabang, tubuh pucat dengan garis
perak terang sangat lebar di sepanjang sisi; Indo–Pasifik Barat dan
Tengah; sampai 10 cm.

Buku Identifikasi (White et al.,


No Hasil Tangkapan
(2013, 2006))

Ikan Kepe-kepe (Zanclus cornutus)


Terumbu berbatu dan karang, kedalaman 0–180 m; tubuh sangat lebar
dan sangat pipih, moncong amat menonjol, tonjolan tulang tajam di
depan mata, duri ke-3 sirip punggung sangat panjang, 2 garis lebar hitam
pada tubuh dan kepala, pelana oranye pada moncong; Indo–Pasifik;
sampai 22 cm.

43
Buku Identifikasi (White et al.,
No Hasil Tangkapan
(2013, 2006))

Pari Macan (Jawa), Pari Merica (Bali) (Himantura uarnak)


7 Ciri umum:tidak terdapat selaput kulit di bagian bawah ekor, bentuk
lempengan tubuhnya persegi empat, ekor seperti cambuk, dengan warna
belang-belang yang bervariasi, permukaan atas tubuhnya didominasi oleh
bintik-bintik dan retikulasi pada pariDewasa dan lempengan tubuh
juvenil berbentuk persegi melebar dengan bintik-bintik kecil. Lebar
badannya (LB) dapat mencapai lebih dari 150 cm; pari jantan dewasa
pada ukuran 82–84 cm; ukuran saat lahir 21–28 cm LB.. Tersebar luas di
perairan Indo–Pasifik Barat,mulai dari Laut Mediterania hingga
Australia.Habitat dan biologi: Hidup di dasar perairan bersubstrat lunak
pada daerah pasang surut, hingga kedalaman 50 m. Merupakan hewan
vivipar dengan kecenderungan histotrofi; aspek biologi tidak banyak
diketahui. Makanannya terdiri dari krustasea dan ikan-ikan kecil.

44
Buku Identifikasi (White et al.,
No Hasil Tangkapan
(2013, 2006))

Kuwe (Carangoides chrysophrys)


Perairan pantai, kedalaman 0–90 m; sisik tebal di pangkal ekor, tubuh
lebar, bentuk kepala landai tetapi vertikal tepat di atas mulut, daerah
tanpa sisik pada dada memanjang sampai dasar sirip dada tapi tidak di
atasnya, 18–20 jari lunak sirip punggung, keperakan dengan warna
kuning-hijau; Indo–Pasifik Barat; sampai 65 cm.

N Buku Identifikasi (White et al., (2013,


Hasil Tangkapan
o 2006))

Tongkol, Timphik (Euthynnus affinis)


Pelagis pantai; lunas besar diapit 2 lunas lebih kecil, lidah dengan 2
guratan memanjang, kedua sirip punggung berdekatan, hitam kebiruan di
sisi atas dengan susunan garis miring di belakang pertengahan sirip
punggung ke-1, dua atau tiga bintik hitam kecil di antara pasangan sirip;
Indo–Pasifik Barat; sampai 100 cm.

45
Buku Identifikasi (White et al.,
No Hasil Tangkapan
(2013, 2006)

10 Cumi (Loligo sp)


Habitat : Dasar laut (paling banyak) dan pertengahan air, kadang-kadang
naik ke permukaan untuk berburu   ikan atau udang yang menjadi
makanannya. Karakter : Perlawanannya jika terpancing merupakan
yang paling kuat diantara jenis yang lain, kadang terus   melawan sampai
saat akan diangkat dari permukaan air. Umumnya merupakan target
utama pemancing cumi   mengingat perlawanannya yang tidak gampang
menyerah.Ukuran : Rata-rata yang biasa terpancing berukuran kurang
dari 1 kg. Ukuran besarnya bisa mencapai 1.5 – 3   kg lebih tapi biasanya
jarang, hanya pada musim musim atau periode tertentu saja.

46
Lampiran 3. Jumlah Hasil Tangkapan

1. Hasil Tangkapan Bagan Menggunakan Lampu Warna Putih

trip 1 trip 2 trip 3 trip 4 trip 5 trip 6 trip 7 trip 8 TOTAL


Warna Bera
Jenis Ikan Berat Berat Berat Berat Berat Berat Berat Berat
Lampu indi indi indi indi indi indi indi indi t Indiv
(kg) (kg) (kg) (kg) (kg) (kg) (kg) (kg)
(kg)
Teri
150 -  150 -  150  - 300 -  400 -  1000 -  1700 -  1500 -  5350 -
Gelagar
Kembung 5 23 3 14 2 6  - -  3 15 -  -  -   - 8 25 21 83
Cumi 1 -  2 -  1 -  1 -  1  - 2  - 1  - 1 -  10 -
Petek 10 84 7 70 11 100 9 76 12 122 5 43 8 78 1 9 63 582
Putih kwe 1 10 -  -  2 15 3 30 3 32 1 9 -   - 1 9 11 105

Ikan Hias 0,1 4  -  - -  -  -  -  0,2 8 -  -  0,1 5  -  - 0,4 17


Cakalang 10 28 -  -  -  -  7 16 -   - 5 15 2 7  -  - 24 66
Teri Gacer 150  - 150  - 150  - 300  - 500  - 900  - 1300  - 1500 -  4950  -

Tembang 20 205 15 160 8 83 13 130 10 102 18 181 9 91 20 203 113 1155

47
2. Hasil Tangkapan Bagan Menggunakan Lampu Warna Biru

trip 1 trip 2 trip 3 trip 4 trip 5 trip 6 trip 7 trip 8 Total


Warna Bera
Jenis Ikan Berat indi Berat indi Berat indi Berat indi Berat indi Berat indi Berat indi Berat
Lampu indiv t Indiv
(kg) v (kg) v (kg) v (kg) v (kg) v (kg) v (kg) v (kg)
(kg)
Teri
200  - 300  - 400 -  1500 -  2000 -  1000 -  2150 -  2350 -  9900 -
Gelagar
Kembung 3 9 4 13 3 10 2 5 2 6 2 5 3 8 4 13 23 69
Cakalang 1 3  -  - 1 3 1 3  - -  2 5 -  -   -  - 5 14
Tembang 10 103 11 112 10 102 9 91 3 33 5 52 4 43 5 55 57 591
Biru
Pari Macan 1 1 2 1     1 1 4 1  -  -  - -  -  -  8 4
Petek 9 91 10 101 3 32 6 62 3 33 7 71 10 100 8 81 56 571
Teri Gacer 100  - 350  - 700  - 300  - 400  - 2000  - 850  - 650  - 5350 -
Kwe 1 2  -  -  -  - -  -  1 2 -  -  1 2  -  - 3 6
Cumi 1 31 -  -  2 37 2 30 2 14 2 10 2 23 2 12 13 157

48
Lampiran 4. Hasil Uji t Ikan Yang Dominan Tertangkap

t-Test: Paired Two Sample for Means

  lampu putih lampu biru


Mean 1287,5 1906,25
1398392,85 1236026,78
Variance 7 6
Observations 8 8
0,86066248
Pearson Correlation 4
Hypothesized Mean
Difference 0
Df 7
-
t Stat 2,87176338
0,01196580
P(T<=t) one-tail 3
1,89457860
t Critical one-tail 4
0,02393160
P(T<=t) two-tail 5
2,36462425
t Critical two-tail 1  

49
Lampiran 5. Analisis Ekonomi

1. Biaya Tetap

Modal Kerja jumlah Biaya (Rp)


Solar 60 l Rp 600.000
Bensin 80 l Rp 840.000
Beras 40 l Rp 400.000
Rokok 16 bungkus Rp 80.000
Bawang, Rica, Tomat Rp 400.000
es batu 400 biji Rp 800.000
gas elpigi 1 tabung Rp 22.000
Total Rp3.142.000

2. Biaya Variabel

Jenis Variabel jumlah Biaya (Rp)


Lampu Putih 4 Rp160.000
Lampu Biru 4 Rp160.000
Total Rp320.000

3. Hasil Penjualan

a. Total Penerimaan Bagan Perahu Menggunakan Lampu Warna Putih

Jenis ikan Hasil Tangkapan Harga/satuan Jumlah


Rp160.500.00
Teri Gelagar 5350 Rp30.000
0
Kembung 21 Rp10.000 Rp210.000
Cumi 10 Rp25.000 Rp250.000
Petek 63 Rp15.000 Rp945.000
Kuwe 11 Rp50.000 Rp550.000
Tembang 113 Rp5.000 Rp565.000
Tongkol 24 Rp25.000 Rp600.000
Rp123.750.00
Teri Galer 4950 Rp25.000
0
TOTAL Rp287.370.00

50
0

b. Total Penerimaan Bagan Perahu Menggunakan Lampu Warna Biru

Jenis ikan Hasil Tangkapan Harga/satuan Jumlah


Rp297.000.00
Rp30.000
Teri Gelagar 9900 0
Kembung 23 Rp10.000 Rp230.000
Tongkol 5 Rp25.000 Rp125.000
Tembang 57 Rp5.000 Rp285.000
Pari Macan 8 Rp100.000 Rp800.000
Petek 56 Rp15.000 Rp840.000
Rp133.750.00
Rp25.000
Teri Galer 5350 0
Kuwe 3 Rp50.000 Rp150.000
Cumi 13 Rp25.000 Rp325.000
Rp433.505.00
TOTAL
0

51
Lampiran 6. Quesioner

KUESIONER PENELITIAN
PENGARUH WARNA LAMPU TERHADAP HASIL TANGKAPAN PADA
BAGAN PERAHU KECAMATAN PONELO

Karakteristik Responden
1. Nama : ................................................................
2. Jenis Kelamin
Laki-laiki Perempuan
3. Umur :.........................Tahun
4. Status Pernikahan
Menikah
Janda/Duda
Belum Menikah
5. Pendidikan Terakhir
Tidak Sekolah SMA
SD Diploma/Sarjana
SMP
6. Alamat :................................................................................................................
...............................................................................................................................
7. Jumlah Anggota Keluarga (Termasuk Anda)
1 – 4 Orang
5 – 8 Orang
> 8 Orang
8. Lama Pengalaman berprofesi sebagai nelayan :.........................................Tahun
9. Profesi atau pekerjaan sampingan
Tidak Ada Tani
Buruh Lainnya, Sebutkan...............................................
Wirausaha

52
10. Jenis Armada yang digunakan dalam aktifitas penangkapan ikan dilaut
Perahu Kapal Motor Tempel
Kapal Motor Lainnya, sebutkan................................................
11. Nama Kapal
....................................................................................

Aktifitas Nelayan Dalam Melaut


12. Jumlah ABK dalam satu armada.........................................................
13. Jenis alat tangkapa:.........................................................
14. Ukurankapal.....................................................................
15. Berapa lama waktu tempuh ke daerah penangkapan :........................................
16. Hasil produksi :...........................................................
17. Berapa kali trip .........................................................
18. Jumlah trip dalam 1 tahun..........................................
19. Jumlah hasil tangkapan rata-rata...............................
20. Rata-rata pendapatan yang diperoleh dalam setiap kali melaut :
Rp................................................
21. Jenis ikan hasil tangkapan...................................................................................
.............................................................................................................................
..............
22. Berapa Pendapatan atau keuntungan anda dalam satu kali melaut (Trip) ?
.......................................................................................................................

23. Modal kerja dan biaya investasi


Modal Kerja jumlah Biaya (Rp)
Solar    
Bensin    
Beras    
Rokok    
air minum    
Barito    
es batu    
gas elpigi    

53
Jenis Investasi Umur Ekonomis (Tahun) Biaya (Rp)
Kapal    
Mesin Utama    
Genset    
Bagan Perahu    
Jaring    
Lampu Putih    
Lampu Biru

54

Anda mungkin juga menyukai