Anda di halaman 1dari 30

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kabupaten Maluku Tenggara secara astronomis terletak pada posisi kordinat
131° - 133° 5’ Bujur Timur dan 5° – 6.5° Lintang Selatan selain itu juga terdiri dari
kawasan pesisir dan pulau-pulau kecil yang memiliki banyak selat dan teluk. Sebagai
daerah kepulauan, Maluku Tenggara memiliki potensi yang sengat besar dalam bidang
perikanan dan pariwisata. Dalam bidang perikanan, dengan total panjang garis pantai
mencapai 632,15 km, Maluku Tenggara kaya akan potensi sumberdaya kelautan,
Usaha perikanan di desa Namar merupakan salah satu sentra penghasilan ikan
dalam hal ini usaha perikanan tangkap. Adapun kondisi geografisnya yaitu berhadapan
langsung dengan laut sehingga hampir sebagian besar penduduknya bermata
pencaharian sebagai nelayan. Salah satu teknik penangkapan ikan yang di usahakan
oleh para nelayan di desa ini adalah penangkapan dengan menggunakan alat tangkap
bagan apung. Bedasarkan cara pengoperasiannya bagan apung merupakan alat tangkap
ikan yang termasuk jaring angkat, yaitu jaring yang biasanya berbentuk empat persegi
panjang, di bentangkan di dalam air secara vertikal dengan menggunakan pemberat
dan diikat dengan bingkai bagan yang berfungsi sebagai penahan jaring.
Pada umumnya bagan apung dioperasikan oleh nelayan Desa Namar pada waktu
malam hari di saat bulan gelap, terutama untuk menagkap jenis-jenis ikan dan biota air
lainnya yang bergerak pada malam hari atau saat bulan gelap pengoprasian pada
malam hari sangat mengandalkan cahaya karena mengacu pada prinsipnya bahwa ikan
tertarik dengan cahaya hal ini berkaitan dengan pemahaman mengenai pengetahuan
tingkah laku ikan Masyarakat nelayan Desa Namar sudah lama mengenal alat tangkap
bagan tetapi dalam pengembangan nya masih sederhana dengan hasil tangkapan bagan
apung umumnya jenis ikan yang berenang dekat permukaan perairan dan hidup
bergerombol serta tertarik pada cahaya.
Desa Namar merupakan salah satu Desa nelayan pada wilayah Kabupaten Maluku
Tenggara sejak dahulu, berdasarkan letak strategis dari Desa Namar yang berada pada
daerah pesisir dan berhadapan langsung dengan laut, sehingga mempermudah akses

1
masyarakat desa Namar untuk melakukan pekerjaan sebagai nelayan dan dapat
mengambil hasil laut yang ada dengan mengusahkan usaha penagkapan memakai alat
tangkap bagan apung untuk meningkatkan usaha perikanan yang lebih berkembang.
1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari pelaksanaan Pada penelitian ini adalah :
1. Mengetahui konstruksi bagan apung.
2. Mengamati proses pengoprasian penangkapan ikan dengan menggunakan bagan
apung.
3. Mengetahui investasi bagan apung di Desa Namar.

1.3 Manfaat
Manfaat yang diperoleh adalah Memahami cara pengoperasian alat tangkap
bagan apung untuk proses penangkapan ikan dan Mendapat pengalaman kerja dalam
industri perikanan tangkap khususnya pada alat tangkap bagan apung.

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sejarah Penggunaan Cahaya Pada Penangkapan ikan


Setelah manusia mengetahui cara membuat api, mereka juga menemukan
bahwa beberapa jenis ikan tertarik oleh cahaya, namun tidak diketahui dengan pasti
kapan manusia memulai penangkapan ikan dengan menggunakan alat bantu cahaya
Berawal dari sinilah penangkapan ikan dengan menggunakan alat bantu cahaya
berkembang terus. Penangkapan ikan yang menggunakan alat bantu cahaya di sebut
dengan Light fishing.
Penggunaan cahaya (lampu) untuk penangkapan ikan di Indonesia dewasa ini
telah berkembang cukup pesat, sehingga tempat-tempat di mana terdapat kegiatan
perikanan hampir dapat di pastikan bahwa di daerah tersebut terdapat lampu yang di
gunakan untuk usaha penangkapan ikan. Pada mulanya penggunaan lampu untuk
penangkapan, masih terbatas pada daerah-daerah tertentu dan umumnya hanya di
lakukan di tepi-tepi pantai dengan menggunakan alat tangkap beach seine, serok
(scoop net) dan pancing (hand line). Pada tahun 1953 perkembangan penggunaan
lampu untuk tujuan penangkpan ikan tumbuh dengan sangat pesat bersama dengan
perkembangan bagan untuk penangkapan ikan. Saaat ini pemanfaatan lampu tidak
hanya terbatas pada daerah pantai saja, tetapi juga di lakukan pada daerah lepas pantai
yang penggunaannya di sesuaiakan dengan keadaan perairan seperti alat tangkap
paying, purse seine dan sebagainya.

2.2 Bagan
Bagan adalah salah satu jenis alat tangkap yang di gunakan nelayan di tanah air
untuk menangkap jenis-jenis ikan pelagis kecil. Pertama kali di perkenalakan oleh
nelayan bugis-makasar sekitar tahun 1950-an. Selanjutnya dalam waktu yang relatif
singkat alat tangkap tersebut sudah di kenal di seluruh Indonesia. Bagan dalam
perkembangannya telah banyak mengalami perubahan baik bentuk maupun ukuran
yang di modifikasi sedemikian rupa sehingga sesuai dengan peraiarannya. Berdasarkan
cara pengoperasiannya, bagan di kelompokan dalam jaring angkat (lift net)), namun
karena menggunakan cahaya lampu untuk mengumpulkan ikan maka di sebut juga
light fishing .

3
Ada dua jenis tipe bagan di Indonesia, yang pertama adalah bagan tancap yaitu
bagan yang di tancapakan segara menetap di perairan dengan kedalam 4 – 10 meter.
Jenis yang ke dua adalah bagan apung yaitu bagan yang dapat berpindah dari suatu
daerah penangkapan ke daerah penangkapan yang lainnya (Baskoro, 1999).
Sealnjutnya dapat di klasifikasikan menjadi bagan dengan satu perahu, bagan dua
perahu, bagan rakit, dan bagan dengan menggunakan mesin.
Bagan termasuk ke dalam light fishing yang menggunakan lampu sebagai alat
bantu untuk merangsang atau menarik perhatian ikan untuk berkumpul di bawah
cahaya lampu, kemudian di lakukan penangkapan dengan jaring yang telah tersedia
(Ayodhya, 1981). Selanjutnya di katakana bahwa ikan tersebut memberikan respon
melalui rangsangan cahaya dan di manfaatkan dalam penangkapan atau pemanfaatan
salah satu tingkah laku ikan untuk menangkpa ikan itu.

Keberhasilan usaha penangkapan ikan dengan menggunakan alat tangkap dari


jenis apapun akan sangat tergantung pada pengetahuan tentang tingkah laku ikan dan
kondisi perairan setempat. Pengetahuan tentang tingkah laku ikan yang menunjang
usaha penangkapan ikan dengan menggunakan sumber cahaya (light fishing) adalah :
bergerombol, ruaya verikal, tertarik pada cahaya lampu dan mengikuti benda-benda
terapung (Katiandagho, 1985)

Ada jenis ikan yang bersifat phototaxis, yaitu Ikan akan bergerak kearah
sumber cahaya karena rasa tertariknya, sebaliknya beberapa jenis ikan mungkin sekali
akan bersifat phototaxis negative, yang memberikan respond dan tindakan yang
sebaliknya dengan yang bersifat phototaxispositif tadi. Karena adanya sifat phototaxis
ini, maka beberapa jenis ikan yang ekonemis penting dapat dipikat dengan cahaya
buatan pada malam hari. Sifat tertarik tersebut, selain bahwa ikan tersebut memang
mempunyai sifat phototaxis positif, dapat pula dikarenakan berbagai motif lain. Bagi
ikan ternyata bahwa cahaya juga merupakan indikasi adanya makanan hasil-hasil
pengamatanya juga menunjukan bahwa ikan yang dalam keadaan lapar akan lebih
mudah terpikat cahaya dari ikan yang dalam keadaan tidak lapar.bahkan adakalanya
ikan-ikan tersebut akan muncul ke permukaan, kearah cahaya, dengan tiba-tiba walau
mungkin setelah selang beberapa menit ikan tersebut akan menyebar dan
meninggalkan tempat tersebut.juga dikemukakan bahwa ternyata setiap jenis ikan
mempunyai intensitas cahaya optimum untuk aktivitasnya ( ZUSSER. 1958)

4
Walau demikian, pada kenyataanya tertariknya ikan terhadap cahaya tersebut
hanya dapat dikatakan efektif untuk beberapa jenis ikan tertentu saja. Diantara
berbagai jenis ikan yang benar-benar phototaxis positif antara lain : ( Sprateloides sp.),
( Cololabis saira ) dan jenis ikan Hering muda. Dalam rangka pengadaan ikan umpan
bagi perikanan pole and line di Sulawesi Tenggara, Warjono dan Gunarso ( 1972).

Reaksi ikan terhadap sumber cahaya ada dua mcm yaitu ada yg mendekati dan
ada yang Menjauhinya. reaksi ikan untuk mendekati atau menjauhi sumber cahaya
disebut bersifat phototaksis. Apabila ikan senang mendekati sumber cahaya disebut
phototaksis positip dan apabila bergerak menjauhi sumber cahaya disebut phototaksis
negatif. menurut Brandt(1964) sifat phototaksis ini dapat berubah~ubah bergantung
kepada tingkat hidup dan keadaan ikannya sendiri. Anak~anak ikan pada umumnya
lebih tertarik oleh cahaya lampu dari pada ikan dewasa. Anak~anak ikan lebih tertarik
oleh cahaya yang berkekuatan tinggi sedang ikan dewasa lebih tertarik oleh sumber
cahaya denga kekuatan yang lebih rendah. Ikan tuna (yellowfin dan little tunny)
biasanya tertarik oleh cahaya lampu yang berkekuatan sedang sekitar 40~450 lilin dan
tidak tertatrik oleh cahaya yang lebih kuat. Sebaliknya ikan putih lebih senang
berkumpul pada cahaya lampu yang lebih terang daripada di daerah gelap.

Menurut Dragesund (1959),terdapat empat tipe reaksi ikan terhadap cahaya


lampu pada malam hari:

1. Jika malam hari lampu, ikan akan membentuk kelompokkan dan berenang
menuju ke bagian yang lebih dalam untuk menjauhi sumber cahaya.
2. Ikan akan menyebar sekitar sumber cahaya.
3. Ikan berenang menuju sumber cahaya yang di pasang dengan tiba~tiba,akan
tetapi setelah beberapa menit menyebar kembali dan berenang ke bagian
yang lebih dalam untuk menjauhi sumber cahaya.
4. Ikan segera membentuk kelompokkan, berenang menuju sumber cahaya
dan menetap disekitar sumber cahaya tersebut.

5
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus sampai Oktober 2020 di


perairan Desa Namar Kabupaten Maluku Tenggara. Pengambilan data lapangan
dimulai sejak tanggal 12 Agustus sampai 2 Oktober 2020 dengan mengikuti langsung
kegiatan operasi penangkapan pada alat tangkap bagan apung. Secara georafis Desa
namar teletak diantara sebelah utara berbatasan dengan Ngilngof, Sebelah selatan
berbatasan dengan Debut, Sebelah timur berbatasan dengan Ngayub, Sebelah barat
berbatasan dengan Laut dapat di lihat pada gambar 1.

Gambar. 1 Peta lokasi penelitian

6
3.2 Bahan dan Alat
Bahan/material yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

a. Tabel 1. Fasilitas bagan apung

No Fasilitas Satuan Ukuran Fungsi


unit

1. Alat tangkap 1 unit 14 x 14 Alat penangkapan ikan


Bagan apung
2. Speedboot 1 unit P anjang 9 Sarana transportasi
meter Lebar 2 dari fishing base ke
.meter fishing ground dan
sebagai sarana
pengangkutan hasil
tangkapan
3. Mesin penggerak 1 unit 40 pk Mesin penggerak kapal
Merk yamaha
4. Ember ikan 22 unit 50 x 39 cm Tempat penampung
(Diameter atas hasil tangkapan
dan bawah)
55 cm (tinggi)
5. Mesin lampu 1 unit 3kg Sebagai sumber energi
Merek daimaru listrik
6. Lampu philips 18 unit Sumber cahaya yang
dan hanox 80 wat membantu operasi
penangkapan ikan

Serok 2 unit Diameter Sebagai sekop atau alat


7 bukaan mulut untuk memindahkan
masing-masing ikan dari kantong
30 mm jaring ke gona- gona
Panjang Maupun dari kantong
pegangan gona-gona ke
(gagang) speedboad.
Kayunya
masing-masing
3 m dan 6 m

b. Bahan

7
Adapun bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah

1. Minyak tanah
2. Bensin
3. Oli
4. Makanan dan minuman

3.3 Metode Pengambilan Data

Pengambilan data dalam penelitian ini dilakukan dengan metode experimental


fishing dengan cara mengikuti operasi penangkapan pada bagan apung. Untuk
mendapatkan data total tangkapan, jumlah dan jenis ikan dilakukan dengan cara
pengamatan secara langsung pada setiap waktu hauling.

3.4 Prosedur/Cara Kerja

Pengambilan data dilapangan dilakukan dengan cara pengamatan langsung di


lapangan, dimana penulis melibatkan diri secara langsung dalam setiap tahapan
kegiatan operasi penangkapan dengan menggunakan alat tangkap bagan apung dan
melakukan wawancara dengan nelayan tersebut.

Data menghenai konstruksi alat tangkap dan perbedahan waktu hauling


dilakukan dengan mengadakan wawancara dan pengukuran alat tangkap secara
langsung guna memahami penggunaan serta peranan lampu dalam operasi
penangkapan ikan dengan waktu yang berbeda . sehingga megetahui sistim operasi
penangkapan guna untuk memperoleh komposisi hasil tangkapan.

3.5 Metode analisis data

Data yang diperoleh dibahas dengan menggunakan pendekatan deskriptif


dengan melakukan wawancara dengan nelayan serta terjun langsung di lapangan
dengan melihat dan mengikuti proses penangkapan untuk dapat mengetahui deskripsi
dan konstruksi alat tangkap bagan apung serta teknik pengoperasian alat tangkap bagan
apung dengan menggunakan lampu sebagai alat bantu maupun dapat melihat pada
komposisi hasil tangkapan per trip dan dapat disajikan dalam bentuk tabel dan grafik

8
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Profil Lokasi Penelitian


Desa Namar merupakan salah satu sentral perikananan tangkap bagan apung
diwilayah Kepulauan kei khususnya Wilayah Kecamatan Manyeuw Kabupaten
Maluku Tenggara. Berdasarkan tuturan orang tua di desa Namar dari kronologis
sejarah adalah ketika moyang-moyang dari desa namar melakukan perjalanan dan
mereka berhenti pada suatu tempat dan di situ tiba-tiba mereka melihat sebuah cahaya
dan ketika itu mereka mengikuti tempat cahaya itu berada dan tinggal disitu dan
membuka perkampungan dengan memberi nama Namar yang artinya cahaya. Maka
desa Namar ada dan berkembang hingga saat ini,dengan jumlah penduduk di desa
Namar adalah dengan mata pencaharian yang bervariasi antara lain nelayan,
petani,Wirasuasta, pegawai negeri dan lain-lain.

4.2 Perkembangan Usaha Bagan Apung


Usaha bagan apung didesa Namar dengan pemilik bagan adalah bapak Markus
maturbongs. Usaha yang dilakukan secara turunan dari orang tua pemilik bagan, dan
pada tahun 2013 bapak M Maturbongs menjadi pemilik bagan dan sekaligus pengelola
usaha bagan apung. Perkembangannya usaha bagan ini berjalan baik dan lancar,
walaupun tidak dapat di pungkiri bahwa dalam sebuah usaha pasti ada kendala yang di
temui oleh pengelola tetapi itu tidak menjadi penghalang dalam perkembangan usaha
bagan apung sampai saat ini memperoleh penghasilan yang baik sehingga dapat
membuka peluang kerja bagi masyarakat desa Namar yang membutuhkan pekerjaan ke
depannya.

9
4.3 Struktur Organisasi
Adapun struktur organisai bagan apung didesa Namar dikelola langsung oleh
pemilik bagan dan di bantu oleh beberapa karyawan atau anak buah yang merupakan
karyawan tetap bertugas mengontrol dan melakukan pemeliharaan alat tangkap bagan
apung. Pengelolaan bagan apung ini dilakukan secara sederhana selain bertang

gung jawab melakukan tindakan. Untuk lebih jelasnya dapat di lihat pada bagan
struktur organisasi berikut :

PEMILIK UNIT BAGAN APUNG

BAPAK MARKUS MATURBONGS

ANAK BUAH BAGAN

Etus ohoiwutun Valen fofied Savelus Johan Yamlean

Gambar 2 : Struktur organisasi bagan apung di Desa Namar

10
4. 4 Unit Penangkapan Bagan Apung
Bagan apung merupakan alat penangkapan yang dapat berpindah-pindah dan
menggunakan lampu sebagai alat untuk menarik perhatian ikan. Alat ini hanya
dioperasikan pada malam hari pada perairan yang arusnya tidak terlalu kuat. Alat
tangkap bagan termasuk kedalam alat tangkap jenis with lift net, dimana proses
kerjanya adalah dengan mengusahakan agar berbagai jenis ikan dan biota air lainnya
dapat berkumpul diatas jaring bagan, yang kemudian alat tangkap tersebut diangkat
secepatnya (Gunarso, 1985). Alat tangkap bagan apung. menggunakan cahaya sebagai
alat untuk menarik dan mengumpulkan ikan di daerah penangkapan, sehingga
memudahkan dalam proses penangkapan. Bagan apung dalam pengoperasiannya
berpindah-pindah ke lokasi yang diperkirakan banyak ikannya. operasinya bagan
apung dilakukan dengan cara menurunkan dan mengangkat jaring secara vertikal .satu
unit bagan apung terdiri dari beberapa komponen yang saling berhubungan antara satu
dengan yang lain komponen tersebut adalah rangka bagan, badan jaring/ roller ,
lampu , pemberat, dan drum plastik /blong semua komponen tersebut dirangkai hingga
menjadi satu unit tangkap bagan apung. Bagan apung dibuat dari rangkaian atau
susunan kayu berbentuk segi empat pada bagian tengah di bawah bangun bagan
dipasang jaring yang berbentuk segi empat di kaitkan atau di ikat pada bingkai yang
terbuat dari kayu. Bingkai tersebut di hubungkan langsung dengan tali di ke empat
sisinya agar mudah dalam proses hauling, Pada ke empat sisi bangunan rangka bagan
terdapat kayu - kayu yang melintang dan menyilang dengan maksud untuk
memperkuat berdirinya bagan .diatas bangunan bagan yaitu tepat di bagian tengah
terdapat bagunan rumah sebagai tempat istirahat, tempat berlindung dari hujan dan
panas.dan tempat untuk memantau ikan .di atas bangunan bagan juga terdapat Roller
atau pemutaryang berfungsi sebagai penarik jaring. Pada ke empat sisi jaring di beri
pemberat yang berfungsi menengalamkan jaring dan memberikan posisi jaring yang
baik selama berada dalam air.

11
4.5 Konstruksi Bagan Apung
Secara umum konstruksi unit penangkapan bagan apung terdiri atas kerangka
bagan yang terbuat dari kayu, rumah bagan, drum plastik, jaring. Pada bagan terdapat
alat penggulung atau roller yang berfungsi untuk menurunkan atau mengangkat jaring.
Mata jaring bagan apung umumnya berukuran 0, 5 cm. Ukuran mata jaring ini
berkaitan erat dengan sasaran utama ikan yang tertangkap, yaitu ikan teri yang
berukuran kecil. Jika ukuran mata jaring terlalu besar, maka ikan tersebut tidak
tertangkap.

4.5. 1 Rangka Bagan


Rangka bagan apung di rangkai dengan sedemikian rupa guna menunjang
pengoperasian berjalan lancar .ukuran bagan yang dipakai selama dalam magang kerja
industri dengan ukuran adalah 14 x 14 meter dan rangka bagan terbuat dari kayu
bintangur, fungsi rangka bagan apung adalah sebagai tempat mengantung jaring,
tempat melakukan setting dan hauling, tempat mengantungkan lampu, tempat duduk
roller dan kegiatan sampingan lainya seperti memancing ikan dapat dilihhat pada
gambar 3.

Gambar 3 Rangka bagan apung

4.5.2 Rumah bagan apung


Rumah bagan menjadi komponen yang penting juga dalam suatu bagan karena
rumah bagan menjadi tempat beristirahat dan berlindung nelayan dari hujan dan tempat
penyimpanan benda peralatan nelayan dan juga menjadi tempat panel lampu ,saklar,

12
genset.rumah bagan terletak di atas rangka bagan dengan ukuran panjang 4 m, lebar 5
m, dan tinggi 1 ,5 m dan berbentuk persegi empat. dapat di lihat pada gambar 4

Gambar 4 Rumah bagan apung

4.5.3 Drum plastik


Drum merupakan komponen pada bagan dan tidak dapat di pisahkan dari bagan
.fungsi drum bagi bagan adalah sebagai pelampung jika tidak ada drum maka bagan
tidak bisa menapung atau menopang semua peralatan yang ada di atas bagan , drum
yang digunakan adalah drum biru dengan volume 200 liter berjumlah total 36 buah
drum di pasang pada ke dua sisi bagan apung dengan jumlah yang berimbang yaitu
masing masing 16 buah dikiri dan kanan bagan di ikat bergandengan untuk
memberikan daya apung yang seimbang . diameter buah drum plastik yang dipakai
sebagai pelampung bagan adalah 58 cm dengan tinggi total 93 cm .untuk menambah
daya apung drum maka setiap drum akan di isi batu karbit untuk menambah tekanan
udarah dalam drum dapat di lihat pada gambar 5

Gambar 5 : drum plastik

13
4.5.4 Badan jaring
Jaring pada bagan apung terletak dibawah rangka bagan dengan posisis seperti
kelambu terbalik .terbuat dari bahan jaring berawarna hitam (polypropylene) dengan
ukuran mesh size 0,5 mm .pada bagian tepi jaring di pasangkan tali ris yang berfungsi
sebagai penguat pinggiran jaring dengan ukuran dimeter tali yang di pakai adalah 10
mm. ukuran panjang 4 m dan lebar 45 m dengan kedalaman daerah penagngkapan 10
m. di setiap sudut dari pada bingkai jaring di beri pemberat dengan berat 7kg yang
terhubung langsung dengan roller dan juga terdapat 8 buah tali arus masing masing
dengan pemberat yang berfungsi menahan jaring agar tidak terbawah arus.dapat di
lihat pada gambar 6

Gambar 6: badan jaring


4.5.5 Roller
Roller atau line hauler atau pemutar tali berfungsi untuk menarik ,menggulung
dan menurunkan tali yang terhubung dengan badan jaring pada saat proses setting dan
hauling berlangsung . tali tersebut mengikat pada bingkai jaring dengan rata rata
panjang tali 150 meter . roller di pasang secarah melintang pada sisikiri dan tengah di
belakang rumah bagan .yang berada di bagian sisi kiri dari rumah bagan adalah roller
jaring dengan ukuran panjang 40 meter , sedangkan roller yang berada di belakang
rumah bagan adalah roller jangkar yang berfungsi untuk menurunkan dan menarik tali
jangkar .ukuran panjang nya 100 meter dengan .tinggi masing masing kayu dudukan
roller jaring dan roller jangkar adalah 1 meter .di sepanjang masing- masing kayu
roller di buat handel pemutar atau (gagang pemutar) berjumlah 2 buah dengan panjang
1 meter . panjang tali yang diturunkan roller jaring tergantumng pada kedalaman
perairan .ukuran tali yang pakai pada roller jaring adalah tali dengan berdiameter 12

14
mm sedangkan ukuran tali yang dipakai untuk roller jangkar adalah tali diameter 22
mm. roller terbuat dari kayu kenawa. dapat di lihat pada gambar 7

Gambar 7 : roller jangkar dan roller jaring

15
4.5.6 Pemberat

Pemberat adalah komponen penting pada sebuah alat tangakap bagan


apung yang berfungsi untuk menenggelamkan jaring dari alat tangkap dan juga
mempertahankan kedudukan jaring agar tidak berubah atau terpengaruh pada
keadaan arus didalam air laut pemberat pada sebuah bagan apung . bagan
apung di Desa Namar pemberat terbuat dari cor semen yangdi cetak dengan
berat masing masing 5 kg pemberat pada sebuah bagan apung berjumlah 14
buah sesuai dengan jumlah tali arus.dapat di lihat pada gambar 8

Gambar 8 : pemberat jaring

16
4.5.7 Lampu

Lampu adalah alat penerangan yang digunakan untuk mengumpulkan ikan dan
memfokuskan nya dibawah rumah bagan , sehingga jaring yang di turunkan dengan
lebih mudah dapat menangkap gerombolan ikan .cahaya yang dikeluarkan lampu akan
memancing ikan ikan berkumpul di sekitar bagan. lampu yang dipakai pada
pengoperasian bagan apung desa Namar ada menggunakaan jenis lampu yaitu hanox
dan philips berukuran 80 Wat sebanyak 19 buah yang di fungsikan untuk menarik
perhatian ikan agar mendekati bagan. Atau tengah badan jaring dapat di lihat pada
gambar 9

Gambar 9: lampu philips dan hanox 80 wat

4.5.8 Mesin lampu /generator set

generator set /genset adalah sebuah perangkat yang mampu menghasilkan daya
listrik. Genset yang di gunakan adalah merek Daimaru generator 3 kg dapat di lihat
pada gambar 10

Gambar 10 : Generator set

17
4.5.9 Gona –gona penampungan ikan hidup

gona gona adalah salah satu bagian dari bagan apung ukuran gona gona adalah
panjang 4meter dan lebar 4,5 meter.gona gona berfungsi untuk menampung hasil
tangkapan yang masih hidup dalam hal ini ikan yang di tangkap pada saat proses
setting dan haulling terdahulu .hal ini di maksudkan agar ikan tetap hdup dalam
keadaan segar saat di angkut ke darat dapat di lihat pada gambar 11

Gambar 11 : gona gona

4.5.10 Alat bantu lainnya

Peralatan lain yang ada pada sebuah bagan apung adalah sebagai penunjang
dalam memperlancar operasional antara lain ember ikan dan serok ,ember ikan adalah
untuk menampung hasil tangkapan ukuran ember yang dipakai adalah ember 80 liter
berukuran diameter 50x3 9 cm dan tinggi 55 cm dapat di lihat pada gambar 12

Gambar 12 : ember ikan

18
Selain ember ikan ada alat penunjang lainya yaitu serok .diSmana serok
berfungsi untuk mengankat ikan hasil tangkapan dari dalam jaring ke speedboat serok
memiliki ukuran panjang gagang ,3 m dan 6m dan diamataer bukaan mulut 50 cm
tinggi jaring serok 60 cm dapat di lihat pada gambar dapat di lihat pada gambar 13

Gambar 13 : serok ikan

4. 5.11 Metode pengoperasia alat tangkap bagan apung

Pengoperasian bagan apung biasanya dilakukuan pada malam hari setelah


matahari terbenam sampai terbit, di mana cara pengoperasiannya memanfaatkan sifat
ikan yaitu fototaksis positif (Peka terhadap rangsangan cahaya). Dengan mengunakan
cahaya sinar lampu philips dan lampu hanox yang sengaja di pasang pada bagan apung
untuk mengumpulkan ikan dan memfokuskannya pada daerah tertentu untuk di
tangkap. Operasi penangkapan dengan alat tangkap bagan apung biasanya di lakukan
dekat dengan alat tangkap bagan apung biasanya di lakukan dekat pulau, daerah teluk
atau perairan tenang dengan kedalam 10 meter dapat di lihat pada gambar.14

19
Gambar 14 : lokasi penangkapan

4.6 Proses pengoperasian alat tangkap bagan apung.

Adapun proses pengoperasian bagan apung terdiri dari beberapa tahapan


sebagai berikut:
a. Tahap persiapan
Beberapa hal yang harus di persiapkan sebelum kegiatan operasi penangkapan di
laksanakan diantaranya :Persiapan BBM dan konsumsi di lakukan selama 5 menit
yaitu dengan mengangkut BBM serta jenis makanan seperti beras,kopi, gula, roti,
rokok air bersih(air minum) dan lain-lain untuk keperluan konsumsi nelayan di bagan
nanti ke dalam speedboad.

b. Berangkat dari fishing Base menuju Fhising Ground


Setelah semua hal yang di butuhkan siap, nahkoda atau nelayan kemudi yang
bertugas mengemudikan speedboad akan memberikan isyarat bhawa armada siap
berangkat meninggalkan fishingbase menuju ke fishingground. Perjalanan dari
fishingbase menuju ke fishing ground biasanya memakan waktu sekitar 30 menit jika

20
fhisingground-nya jauh. Sedangkan jika dekat maka biasanya waktu tempuh yang di
perlukan kurang dari 5 menit.

c. Tiba di fhising ground

Setelah tiba di bagan apung, ABK siap untuk menyalakan lampu danke tempat ikan
pada bagian bawah rumah bagan.

Gambar 15 : proses pengoperasian pada alat tangkap bagan apung

d. Operasi penangkapan

Operasi penangkapan pada alat tangkap bagan apung terbagi menjadi dua tahapan
yaitu proses setting dan hauling. Dimana proses setting adalah proses penurunan badan
jaring kedalam air dan hauling adalah penarikan jaring (menaikan) badan jaring ke atas
permukaan air.

e. Proses settingg

Proses setting bagan apung dalam kegiatan magang kerja industri ini di lakukan
sebelum pukul 20.00 wit, yaitu sekitar pukul 18.00-19.59 wit. Proses setting di awali
dengan menyiapkan lampu-lampu listrik utama atau lampu pemanggil untuk di pasang
pada tempatnya masing-masing . jumlah lampu yang di gunakan yaitu 18 buah lampu
philips dan hanox ukuran 80watt dibagian depan tiang kayu menggunakan 8 buah
lampu sedangkan di bagian belakang kayu bagan menggunakan 6 buah lampu, dan di

21
sisi kiri bagan dan di sisi kanan bagan menggunakan 2 buah lampu. Setelah semua
lampu siap pada posisi masing-masing, ABK memeriksa kapasitas minyak pada mesin
lampu,jika perlu penambahan maka akan di tambahkan minyak pada mesin
lampu.setelah itu, mesin lampu di nyalakan dan kemudian di lakukan penurunan jaring
, yakni dengan menjatuhkan pemberat jaring dan melepaskan ikataan-ikatan badan
jaring pada rangka-rangka bagan apung kemudian melepaskan ikatan tali yang
dikaitkan pada gagang handle roller bingkai jaring, agar jaring tenggelam seluruhnya
ke dalam air 10 meter. Lamanyawaktu perendaman jaring adalah 4 jam, tergantung
sudah banyak ikan yang berkumpul atau belum . dalam kurun waktu -4 jam perendam ,
pada saat ikan mulai mendekati daerah target penangkapan yaitu badan jaring di bawah
rumah bagan, lampu-lampu pemanggil atau lampu listrik mulai di matikan / secara
bertahap.di mulai dari bagian depan bagan,kemudiaan bagian belakang bagan , dan
sisi kiri dan kanan bagan .sementara itu tersisa satu buah lampu yang berfungsi sebagai
lampu fokus, Jika dalam kurun waktu tesebut di lihat bawah ikan sudah banyak
berkumpul pada daerah fokus cahaya, maka proses hauling dapat di lakukan dalam
semalam, dapat di lakukan 2 kali setting dan hauling. Dapat di lihat pada gambar16

Gambar 16 : proses setting pada alat tangkap bagan apung

f. Proses hauling

Proses hauling di tandai dengan pemadam lampu-lampu gas secara bertahap


hingga menyisahkan satu buah lampu yang difokuskan di bawah rumah bagan yang
ditutupi dengan kap berupa ember. Proses ini berlangsung 5-8 menit. Hal ini
dimaksudkan agar ikan tidak terkejut dan tetap terkonsentrsi pada bagian bawah bagan
di sekitar lampu yang masih menyala. Sambil memfokuskan ikan di daerah yang

22
terkonsentrasi, nelayan memperhatikan dan mengamati keadaan ikan dsengan melihat
tanda gelembung atau riakan air keil yang muncul di permukaan perairan yang
menandakan bahwa ikan telah terkonsentrasi secara sempurna Setelah di rasa cukup ,
maka boleh di lakukan penarikan jaring dengan memutar roller secara perlahan hingga
cepat agar ikan tidak berusaha meloloskan diri. setelah bingkai jaring telah naik ke
atas permukaan air, maka tali pengait dan kaitkan pada roller. Kemudian badan jaring
di tarik ke atas agar mempermudah penarikan seluruh badan jaring . dan lampu-lampu
listrik dapat di nyalakan kembali. Jaring kemudian di tarik sedikit demi sedikit dari
atas sisi-sisi rangka bagan ke atas dan di ikatkan pada kayu-kayu rangka bagan , agar
hasil tangkapan tertampung pada satu daerah badan jaring di dekat gona-gona dan
dapat di angkat dengan serokan untuk di pindahkan ke gona-gona agar kemudian
dipindahkan ke spedboad pada pagi hari menjelang kembali ke darat dapat dilihat pada
gambar 17

Gambar 17 :proses hauling pada alat tangkap bagan apung

23
g. Hasil tangkapan
Hasil tangkapan yang di peroleh selama kegiatan magang kerja pada unit
penangkapan bagan apung di desa Namar Kecamatan Kei kecil selama tujuh hari
penelitian mendapatkan tiga jenis ikan hasil tangkapan yaitu : ikan Teri (Stolephorus
sp.,), ikan Tongkol, dan ikan Tembang. Hasil tangkapan selama penelitian dapat di
lihat pada gambar 18 berikut ini :

No Jenis Ikan (Kg)


Teri (Puri) Tongkol (Komo) Tembang
1 250
2 200
3 150 100
4 250 50
5 320
6 300 150 50
7 250
Jumla 1720 250 100
h

24
Selama penelitian hasil tangkapan utama adalah ikan Teri sedangkan ikan
Tongkol dan ikan Tembang merupakan hasil tangkapan sampingan.

350

300

250
Jumlah (Kg)

200
Teri (Puri)
150
Tongkol (Komo)
100 Tembang

50

0
1 2 3 4 5 6 7
Hari

Gambar 18. Grafik Hasil Tangkapan Selama Penelitian

Berdasarkan gambar 18, diatas maka hasil tangkapan utama terbanyak pada
hari ke lima sebesar 320 kg dan terendah pada hari ke tiga sebesar 150 kg. Untuk ikan
hasil tangkapan sampingan yaitu ikan Tongkol diperoleh pada hari ke enam
sebanyak150 kg dan hari ke tiga sebanyak 100 kg, sedangkan ikan Tembang diperoleh
pada hari ke empat dan ke enam sebanyak 50 kg.

Gambar 19. Hasil Tangkapan Bagan

25
4.7 Manajemen usaha bagan.

4.7.1 Manajemen alat tangkap

Manaejemenatau pengelolaan merupakan suatu upaya teratur untuk mencapai


tujuan tertentu dalam upaya ini ada tahapan tahapan yang harus dilakukan mulai dari
perencanaan ,pengorganisasian, pelaksanaaan, dan pengontrolan pada macam alat
tangkap atau fasilitas yang di pakai pada bagan apung .usaha bagan apung tetap
menjaga macam macam alat tangkap serta alat bantu lainya untuk pengembangan
uasaha bagan apung ke depan dan membawa dampak baik bagi pengelola maupun
anak buah bagan maka daftar nama barang atau alat kelengkapan pada sebuah bagan
dapat di lihat pada tabel berikut :

No Nama barang Volume Harga (Rp) Total


1 Jaring 9 600.000 5.400.000
2 Serok 1 - -
3 Kayu 2 10.000.000 20.000.000
4 Lampu 18 100.000 1.800.000
5 Genset 1 6.000.000 6.000.000
6 Tali 2 400.000 800.000
7 Ember 22 150.000 3.300.000
8 Batu pemberat 5 - -
9 Blong 32 350.000 11.200.000

4.7.2 Kapal

Bagan apung di dsesa Namar memiliki ukuran dan harga yang di diketahui
cukup besar untuk proses pembuatannya serta memakai rentang waktu 1 bulan bahkan
lebih untuk satu unit bagan apung bukan hanya bagan apung tetap ada juga speedboad
yang digunakan untuk mengankut hasil tangkapan pada saat proses penjualan. Kapal
atau alat kelengkapan lainya dapat dilihat pada tabel berikut :

No Nama barang Volume Harga (Rp) Total


1. Spedboad 1 30.000.000 30.000.000
2 Viber 1 30.000.000 30.000.000

26
3 Mesin 1 49.000.000 49.000.000

4.7.3 Hasil Tangkap

No Nama ikan Volume ember Harga (Rp) Total


1. Ikan teri 5 Ember 350.000 1.750.000
2. Ikan layang 5 Ember 250.000 1.250.000
3 Ikan tembang 1 Ember 100.000 100.000
4 Ikan tongkol 4 Ember 250.000 1.000.000

4.7.4 Pendapatan Nelayan

No Nama nelayan Volume Harga (Rp) Total


1. Etus. Ohoiwutun 5 bulan 2.700.000 13.500.000
2. Valen. Fofied 5 bulan 2.700.000 13.500.000
3. Savelus 5 bulan 2.700.000 13.500,000
4. Johan. Yamlean 5 bulan 2.700.000 13.500,00

27
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan

Adapun kesimpulan yang di dapatkan dari magang ini adalah

1. Kontruksi bagan apung terdiri dari: Rangka bagan, rumah bagan, drum plastik,
roller jangkar , roller jaring, batu pemberat, Mesin lampu,Serok, ember, lampu,
gona-gona
2. Dalam pelaksanaan pengoperasian bagan apung terdiri dari tahap persiapan, setting
,hauling dan penanganan hasil penangkapan serta pemasaran.
3. Invetasi usaha bagan apung di Desa Namar yaitu : kontruksi bagan Rp 48.500.000,
Kapal Rp 49.000.000 hasil tangkapan Rp 3.000.000,
pendapatan nelayan Rp 54.000.000

5.2 Saran

Penetapan alat tangkap bagan harus memperhatikan keadaan perairan atau daerah
penangkapan dengan keadaan perairan yang relatif tenang karena keadaan perairan
sangat mempengaruhi proses penangkapan untuk kontruksi dari bagan apung tidak
menggangu ekosistem. Hanya saja keberadaan bagan sering kali mengganggu alur
pelayanan kapal.

28
DAFTAR PUSTAKA

Avron brandt 1985 pengetahuan tentang tingkah laku ikan

Ben-yami 1987 penangkapan ikan menggunakan alat bantu

Dragesund 1959 empat tipe reaksi ikan terhadap cahaya

Martubongs.M.2020. Profil Lokasi Magang desa Namar Tahun 2020 Kabupaten


maluku tenggara.

RPJM Ohoi Namar Tahun 2017-2020

Warjono dan gunarso 1972 pengadaan ikan umpan bagi perikanan .di sulaesi utara.

Rhaman,1982. Rencana pemerintah dalam pembangunan perikanan laut di indonesia


dalam hubungannya dengan inplementasi wawasan nusantara. Depertemen
pertanian jakarta.

Sumani W dan Barus.1989 alat penangkapan ikan dam udang laut di indonesia.balai
penelitian perikanan laut BPPP, Dept.pertanian jakarta.

Zusser 1958 insensitas cahaya pada ikan

29
DAFTAR LAMPIRAN

30

Anda mungkin juga menyukai