BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Pada saat nelayan tiba di bagan maka yang pertama dilakukan adalah
menurunkan jaring dan memasang lampu yaitu pada bulan gelap. Setelah
beberapa jam kemudian (sekitar 4 jam) atau dianggap sudah banyak ikan yang
terkumpul di bawah bagan maka penarikan jaring mulai dilakukan. Penarikan
dilakukan dengan memutar roller, sehingga jaring akan terangkat ke atas. Setelah
jaring terangkat maka pengambilan hasil tangkapan dilakukan dengan
menggunakan scoop net. Dalam satu malam operasi penangkapan bisa dilakukan
sampai tiga kali tergantung umur bulan (Sudirman dan Mallawa, 2004).
Hasil tangkapan bagan pada umumnya adalah ikan pelagis kecil seperti
ikan tembang (Cluepa sp), teri (Stolehorus sp), japuh (Dussumierea sp), selar
(Choranx sp), pepetek (Leiognathus sp), kerot-kerot (Therapon sp), cumi-cumi
(Loligos sp), sotong (Sepia sp), layur (Trichiulus savala) (Trichiulus sp), dan ikan
kembung (Rastrellinger sp) (Subani, 1972).
faktor terpenting bagi hewan tingkat tinggi yang mempunyai organ - organ
terspesialisasi untuk menghasilkan dan mengamati gelombang-gelombang
tersebut. Dengan menggunakan gelombang bunyi, hewan hewan tersebut mampu
berkomunikasi satu dengan yang lainnya dan untuk memperoleh informasi
tentang lingkungannya termasuk yang hidup dalam air sebagai media komunikasi
diantara individu. (Alan H, 1994).
Ada beberapa jenis ikan yang menjadikan suara sebagai alat komunikasi
dari lingkungan sekitar dan dengan individu yang lain. Fungsi suara erat
kaitannya dengan organ pendengaran yang dapat merespon suara dari luar, baik
yang mendekati sumber maupun yang menjauhi sumber. Ikan yang mendekati
sumber suara dikategorikan acoustictaksis positive, sedangkan bagi ikan yang
menjauhi sumber suara dikategorikan acoustictaksis negative. Bagi beberapa ikan
menjadikan media terbaik untuk komunikasi bawah air adalah suara, gelombang
suara dalam kaitannya sebagai alat komunikasi ikan memiliki beberapa
keunggulan, antara lain dapat merambat hingga jarak yang cukup jauh tanpa
dipengaruhi oleh keberadaan terumbu karang atau batu karang. Gelombang suara
juga tidak dipengaruhi oleh kecerahan perairan sehingga species ikan tertentu
mampu berkomunikasi dengan menggunakan suara dalam keadaan gelap
(Tavolga, 1971), mudah untuk dihasilkan dan komposisi suara dapat
menyampaikan informasi yang berguna dari pengirim kepada penerima.
ikan yang telah dikembangkan sebagai alat bantu dalam operasi penangkapan ikan
dengan menggunakan alat tangkap purseine, bagan, pancing dan bubu.
Prinsip kerja alat pemanggil ikan “Pikat” adalah meniru suara kumpulan
ikan dan umpannya. Alat ini terdiri dari dua komponen besar yaitu speaker bawah
air dan alat elektronik yang diletakkan di atas perahu. Untuk mengoperasikan
sebaiknya menggunakan dua perahu, 1 perahu dalam keadaan mesin mati dengan
alat “Pikat” yang dicelupkan di permukaan air, satu lagi perahu dengan mesin
menyala untuk menjaring ikan di sekitar perahu yang terdapat alat “Pikat”
(Suryadhi. 2017).
Menurut Stevens (1981) kisaran frekuensi ikan rata-rata di bawah 100 Hz.
Namun tidak menutup kemungkinan ada beberapa spesies ikan yang mampu
merespon frekuensi sampai dengan 5 KHz. Menurut Tujaya (1999), kisaran
frekuensi respon dari sistem gurat sisi berada pada kisaran yang lebih rendah dari
tekanan gelombang suara dan spektrum. Output nilai rangsangan dari organ
neuromast berkisar antara 100 – 200 Hz, tergantung spesiesnya.
Dari hasil penelitian Rosana N dan Suryadi, 2017 alat pemanggil ikan yang
berbasis gelomang bunyi ini dapat di pasangkan pada jaring insang atau alat
tangkap lainnya yang berbasis jaring (net).
9
Alat pemanggil ikan yang biasa nelayan setempat gunakan yaitu lampu
jenis lampu hemat energi menyerupai lampu pijar yang sebenarnya pada dasarnya
adalah lampu tabung tabung flourescent yang digabungkan menjadi satu
rangkaian. Lampu tabung flouresen terdiri dari gelas kaca dimana dinding bagian
dalam dilapisi dengan serbuk phosphor yang pada dasarnya merupakan material
semikonduktor dengan tambahan zat pengaktif lain untuk mengubah radiasi
ultraviolet menjadi cahaya tampak (Andrizal, 2001). Salah satu contoh lampu
CFL dapat dilihat pada Gambar 2.1.