Anda di halaman 1dari 20

1

MAKALAH MANAJAMEN PERIKANAN TANGKAP

JUDUL :
Strategi Pengembangan Potensi Perikanan Tnagkap di Wanasalam,
Kabupaten Lebak

DISUSUN OLEH :
Siti Ummi Maktum
2018.02.5.0008

PRODI ILMU PERIKANAN


FAKULTAS TEKNIK DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS HANG TUAH
SURABAYA
2021
2

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan Rahmat
dan Hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada
waktunya. Makalah ini dibuat guna memenuhi salah satu tugas pada mata kuliah
Manajemen Perikanan Tangkap dengan judul “Strategi Pengembangan Potensi
Perikanan Tnagkap di Wanasalam, Kabupaten Lebak”.
Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penulisan makalah dan
masih jauh dari kesempurnaan. Mohon kritik dan saran dari semua pihak yang
bersifat membangun sangat diharapkan guna memperbaiki makalah ini. Semoga
makalah ini berguna dan bermanfaat bagi pembaca.

SURABAYA, 29 April 2021

Penyusun
3

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL
KATA PENGANTAR ..........................................................................................................I
DAFTAR ISI .........................................................................................................................I
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ........................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah ...................................................................................................2
1.3 Maksud dan Tujuan .................................................................................................2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Teori Strategi ............................................................................................................3
2.2 Teori Manajemen.......................................................................................................3
2.3 Teori Strategi manajemen .......................................................................................3
2.4 Analisa SWOT .........................................................................................................3
2.5 Konsep perikanan
………………………………………………………………........................................3
BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Gambaran Umum .....................................................................................................6
3.2 Strategi Penembangan Wilayah ................................................................................6
3.3 Analisis SWOT .........................................................................................................6
BAB IV PENUTUP
Kesimpulan .....................................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................10
4

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Indonesia dengan sebutan negara maritim serta memiliki coastal line yang
hampir seperlima panjang pantai dunia memiliki potensi perikanan dan kelautan
yang cukup besar. Indonesia juga dikenal kaya dengan marine diversity dimana
lebih dari 450 spesies coral dan lebih dari 2000 spesies ikan berada di wilayah
perairan Indonesia. Selain itu, Indonesia adalah negara kepulauan, yang terdiri
dari 17.506 pulau, panjang garis pantai lebih dari 80.570 km, luas laut teritorial
sekitar 285.005 km, luas laut perairan Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) sejumlah
2.692.762 km, luas perairan dalam pedalaman 2.012.392 km, dan luas daratan
2.012.402 dengan luas total perairan Indonesia adalah 5.877.879 km.
Provinsi Banten adalah salah satu provinsi yang ada di Indonesia. Banten
adalah sebuah provinsi di Tatar Pasundan, serta wilayah paling barat di Pulau
Jawa, Indonesia. Provinsi Banten terdiri dari 4 kota, 4 kabupaten, 154 kecamatan,
262 kelurahan, dan 1273 desa.
Dalam pembagian zona potensi wilayah, Provinsi Banten ini dibagi ke
beberapa zona, seperti dalam hal sumber daya alam gas alam, emas, minyak bumi,
dan bidang perikanan berada pada Banten Selatan. Dalam bidang industry,
Provinsi Banten memiliki potensi yang sangat baik, terbukti dengan banyak
industri yang sudah ada di kawasan Cilegon, Serang, dan Tangerang. Seperti yang
sudah ada pembagiannya, karena memang setiap kabupaten/kota yang ada di
Banten memiliki potensi yang berbeda-beda sesuai dengan sumber daya yang ada
di wilayahnya.
Kabupaten Lebak adalah kabupaten yang berada di Provinsi Banten.
Ibukotanya adalah Rangkasbitung. Kabupaten ini berbatasan dengan Kabupaten
Serang dan Kabupaten Tangerang di Utara, Kabupaten Bogor dan Kabupaten
Sukabumi di Timur, Samudera Hindia di Selatan, serta Kabupaten Pandeglang di
Barat. Kabupaten Lebak terdiri dari 28 kecamatan, yang terbagi atas 340 desa dan
5 kelurahan. Kabupaten Lebak juga bagian utaranya merupakan dataran rendah,
sedangkan bagian selatannya merupakan pegunungan.
5

Kabupaten Lebak ini salah satu kabupaten yang memiliki wilayah pesisir.
Tepatnya wilayah yang ada di sebelah selatan, mayoritas wilayah pesisir. Selain
itu, daerah ini pun memiliki potensi perikanan laut dengan panjang pantai dari
Muara Binuangeun - Cibareno, daerah yang berbatasan dengan Kabupaten
Sukabumi, Jawa Barat, sehingga Kabupaten Lebak bagian selatan kaya akan hasil
tangkapan ikannya, dan sumber daya alam lainnya yang melimpah seperti gas
alam dan minyak bumi.

1.2 RUMUSAN MASALAH


Bagaimana Strategi Pengembangan Potensi Perikanan Tnagkap di
Wanasalam, Kabupaten Lebak?
1.3 TUJUAN
Untuk mengetahui Strategi Pengembangan Potensi Perikanan Tnagkap di
Wanasalam, Kabupaten Lebak.
6

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Teori Manajemen
Manajemen adalah proses perencanaan, pengorganisasian, kepemimpinan,
dan pengendalian upaya dari anggota organisasi dan penggunaan semua sumber
daya yang ada pada organisasi untuk mencapai tujuan organisasi yang telah
ditetapkan sebelumnya.
2.2 TEORI STATEGI
Pengertian strategi secara umum merupakan proses penentuan rencana
pemimpin puncak berfokus pada tujuan jangka panjang organisasi, disertai
penyusunan cara/upaya bagaimana agar tujuan dapat dicapai. Sedangkan secara
khusus strategi merupakan tindakan yang bersifat senantiasa meningkat, terus-
menerus, dilakukan berdasarkan sudut pandang tentang apa yang diharapkan
pelanggan di masa depan. Strategi hampir selalu dimulai dari apa yang dapat
terjadi dan bukan dimulai dari apa yang terjadimanajemen strategi adalah
serangkaian keputusan dan tindakan manajerial yang menentukan kinerja
perusahaan dalam jangka panjang.
2.3 MANAJEMEN STRATEGI
Manajemen strategi adalah serangkaian keputusan dan tindakan manajerial
yang menentukan kinerja perusahaan dalam jangka panjang. Manajemen strategi
meliputi pengamatan lingkungan, perumusan strategi (perencanaan strategis atau
perencanaan jangka panjang), implementasi strategi dan evaluasi strategi serta
pengendalian. Manajemen strategi menekankan pada pengamatan dan evaluasi
peluang dan ancaman lingkungan dengan melihat kekuatan dan kelemahan
perusahaan. Tujuan manajemen: Melaksanakan dan mengevaluasi strategi yang
dipilih secara efisien dan efektif, Mengevaluasi kinerja, meninjau dan mengkaji
ulang situasi serta melakukan berbagai penyesuaian dan koreksi jika terdapat
penyimpangan dalam pelaksanaan strategi, Memperbarui strategi yang
dirumuskan agar sesuai dengan perkembangan lingkungan eksternal. Sedangkan
manfaat manajemen strategi adalah Memungkinkan untuk identifikasi, penentuan
prioritas dan eksploitasi peluang, Memberikan pandangan objektif atas masalah
manajemen, Merepresentasikan kerangka kerja untuk aktivitas control dan
7

koordinasi yang lebih baik, Meminimalkan efek kondisi dan perubahan yang
jelek.
2.4 Analisis SWOT
Analisis SWOT adalah identifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk
merumuskan strategi perusahaan. Analisis ini didasarkan pada hubungan atau
interaksi antar unsur internal, yakni kekuatan dan kelemahan, terhadap unsur
eksternal yaitu peluang dan ancaman. Tujuan analisa SWOT yaitu membuahkan
rencana jangka panjang, dengan cara mengatasi dan mengurangi ancaman dan
kelemahan. Analisis ini lebih condong menghasilkan rencana jangka pendek, yaitu
rencana perbaikan.

2.5 Konsep Perikanan Tangkap


Konsep perikanan tangkap adalah struktur atau rancangan kegiatan
mengangkap ikan dialaut yang tidak terkontrol. perikanan adalah semua kegiatan
yang berhubungan dengan pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya ikan dan
lingkungannya mulai dari praproduksi, produksi, pengolahan sampai dengan
pemasaran, yang dilaksanakan dalam suatu sistem bisnis perikanan. Perikanan
adalah kegiatan ekonomi dalam bidang penangkapan atau budidaya ikan atau
binatang air lainnya serta tanaman air.
8

BAB III
HASIL dan PEMBAHASAN
3.1 Gambaran umum Wilayah Kabupaten Lebak
Kabupaten Lebak adalah kabupaten yang berada di Provinsi Banten.
Ibukotanya adalah Rangkasbitung. Kabupaten Lebak memiliki letak geografis
105˚ 25’-106˚ 30’ BT dan 6˚ 18’-7˚ 00’ LS dengan batas administratif sebagai
berikut :
a. Sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Serang
b. Sebelah selatan dibatasi oleh Samudera Indonesia
c. Sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Pandeglang
d. Sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Tangerang, Kabupaten
Bogor, dan Kabupaten Sukabumi
Kabupaten lebak memiliki 28 kecamatan yang dibagi lagi atas 340 desa
dan 5 kelurahan dengan RW 1.618 RT 5.656 jumlah Kepala Keluarga (KK)
361.416. Jumlah penduduk berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS)
Kabupaten Lebak dalam angka tahun 2016 sebanyak 1.269.812. Pusat
pemerintahan di Kecamatan Rangkasbitung. Kota ini dilintasi jalur kereta api
Jakarta-Merak. Sungai Ciujung mengalir ke arah utara, merupakan sungai
terpanjang di Banten. Baduy merupakan salah satu objek wisata yang dimiliki
Kabupaten Lebak dan sering dikunjungi wisatawan mancanegara karena memiliki
keunikan tersendiri.
3.2 STRATEGI PENGEMBANGAN WILAYAH
Sebagaimana tercantum dalam Perencanaan Strategis (Renstra) tahun
2014-2019, visi dari Dinas Perikanan Kabupaten Lebak yaitu “Terwujudnya
Kabupaten Lebak sebagai Penghasil Komoditas Perikanan yang Optimal, Maju,
Berdaya Saing dan Berkelanjutan Berbasis Pengembangan Potensi Wilayah”.
Kemudian untuk mencapai visi, maka ditetapkan pula misi Dinas Perikanan
Kabupaten Lebak tahun 2014-2019 yaitu (1) meningkatkan kapasitas
kelembagaan, sumber daya manusia aparatur dan pelaku usaha perikanan, (2)
memanfaatkan potensi sumber daya perikanan secara optimal dan berkelanjutan,
(3) meningkatkan peran sektor dan perikanan dalam perekonomian daerah, (4)
mengembangkan usaha perikanan yang maju dan berdaya saing. Sudah
9

seharusnya memang dari pemerintah khususnya Dinas Perikanan Kabupaten


Lebak bisa mengoptimalkan potensi yang ada di setiap daerah yang ada di
Kabupaten Lebak khususnya di Kecamatan Wanasalam ini terutama dalam bidang
perikanannya.
Dalam Perencanaan Strategis (Renstra) tahun 2014-2019 Dinas Perikanan
Kabupaten Lebak memiliki program untuk pengembangan di bidang perikanan
tangkap yaitu program pengembangan perikanan sistem perikanan tangkap,
dimana didalamnya pun ada beberapa kegiatan yang akan dilakukan diantaranya :
(1) pendampingan pada kelompok nelayan perikanan tangkap, (2) pemeliharaan
tempat pelelangan ikan, (3) rehabilitasi sedang/berat tempat pelelangan ikan, (4)
pengembangan prasarana perikanan tangkap. Kegiatan ini akan dilakukan dalam
jangka waktu 5 tahun kedepan, dan program ini pun selalu hasil dari evaluasi yang
dilakukan. Selain itu juga, berdasarkan Petunjuk Teknis (Juknis) dan Petunjuk
Pelaksana (Juklak) Dinas Perikanan Kabupaten Lebak. Dengan melihat program
prioritas di dalam Perencanaan Strategis (Renstra) yang mengacu pada Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Daerah tahun 2014-2019, dimana semuanya
mengarah untuk pengembangan potensi di bidang perikanan Kabupaten Lebak
khususnya Kecamatan Wanasalam.
3.3 ANALISA SWOT
 Strengths (Kekuatan)
Sumber Daya Manusia dari Aparatur dinas yang memadai, dilihat dari
jumlah pegawai dinas sebanyak 46 pegawai termasuk PNS dan non PNS, PNS
semuanya ada 26 orang, dibagi lagi menjadi penyuluh perikanan PNS 4 orang,
non penyuluh berarti pegawai struktural ada 22 orang. Kalau penyuluh termasuk
ke jabatan fungsional. Sekarang pegawai non PNS 20 orang, dibagi lagi menjadi
penyuluh perikanan bantu (PPB) pusat 7 orang, ada tenaga kerja sukarela
sebanyak 13 orang. Sedangkan Sumber Daya Manusia dari pelaku perikanan
seperti nelayan yang cukup, dengan jumlah 1926 nelayan pada tahun 2015.
Jumlah ini paling banyak dibanding dengan wilayah pesisir lain di Kabupaten
Lebak.
Aset atau sarana prasarana yang dimiliki baik, salah satu aset yang dimiliki
yaitu adanya Pangkalan Pendaratan Ikan di Kecamatan Wanasalam, sedangkan
10

wilayah pesisir lain tidak memiliki. Sarana prasarana lain, seperti ukuran dermaga
yang lebih panjang dan memiliki pabrik es, sedangkan kalau yang di wilayah
pesisir Kabupaten Lebak belum ada.
Potensi wilayah yang baik, karena Kecamatan Wanasalam ini salah satu
wilayah berupa pesisir dan arah selatan berbatasan langsung dengan Samudera
Hindia.
Potensi sumber daya ikan yang sangat baik, karena Kecamatan Wanasalam
ini menjadi tempat imigrasi ikan cakalang dan tongkol, dan ikan-ikan besar seperti
tuna, layaran, bahkan ada marlin. Sedangkan wilayah pesisir lain tidak seperti itu,
oleh karenanya nelayan yang di wilayah pesisir lain sering berada di sekitaran
Wanasalam.
Pendistribusian hasil tangkapan sudah baik, bisa dilihat dari
pendistribusian hasil tangkapan ikan untuk ekspor, seperti ke Vietnam, Malaysia.
Paling sering untuk distribusi ekspor itu memang ikan seperti tuna, layaran besar,
marlin, cakalang.
Adanya kerjasama dengan masyarakat nelayan yang baik, karena itu salah satu
hal yang penting untuk bisa saling mengerti antara nelayan dengan pihak dinas
perikanan, dengan kerjasama yang baik itulah nantinya seperti ada informasi
mengenai kegiatan atau bantuan, bisa langsung dikomunikasikan dengan
perwakilan masyarakat nelayan.
 Weaknesses(Kelemahan)
1. Sumber Daya Manusia dari pegawai teknis masih kurang, karena hanya
terdapat satu orang, sedangkan untuk beban kerja yang banyak, seperti hal
mengurusi 5 wilayah pesisir, dengan 11 Tempat Pelelangan Ikan (TPI) yang ada
di Kabupaten Lebak
2. Belum terjangkaunya wilayah penangkapan ikan dalam pengawasan,
dikarenakan jarak yang jauh antar wilayahnya dari ujung Wanasalam sampai ke
ujung Cibareno dan di tambah kekurangan personil dalam hal pengawasan
3. Masih sedikit program atau kegiatan untuk keterampilan nelayan, karena
selama ini program atau kegiatan yang dilakukan hanya berupa pemberian
bantuan saja, sedangkan untuk kegiatan meningkatkan keterampilan nelayan
belum pernah dilakukan oleh dinas Kabupaten, adapun kegiatan pelatihan itu dari
11

Kementerian Kelautan, dan itu belum tentu satu tahun ada kegiatan seperti itu,
seharusnya memang dinas perikanan kabupaten juga jangan terlalu fokus ke
kegiatan pemberian bantuan saja. Sedikit sekali memang kegiatan pelatihan
keterampilan untuk nelayan ini.
4. Sarana prasarana belum optimal dan belum lengkap, dalam hal sarana
prasarana yang belum optimal yaitu sudah adanya pabrik es, namun disini pabrik
es belum bisa menghasilkan es yang kualitas baik, dikarenakan es yg diproduksi
disini masih gampang untuk cair, banyak mengandung zat kapur, sehingga
nelayan di Wanasalam pun tetap membeli es dari luar wilayah Wanasalam seperti
ke Serang atau Pandeglang. Untuk sarana prasarana yang belum lengkap, yaitu
seperti belum adanya cold storage, dimana fungsinya yaitu untuk menyimpan ikan
agar tetap segar untuk persediaan ikan ketika nelayan pada masa paceklik,
kemudian yang belum ada juga yaitu lahan parkir, karena tempat pelelangan ini
dekat dengan pasar, namun lahan untuk parkir tidak ada, suka macet ketika masuk
ke tempat pelelangan ikan,karena banyak yang parkir sembarangan.
5. Alat tangkap nelayan masih tradisional, di Wanasalam memang mayoritas
nelayan tradisional, karena alat tangkap yang mereka gunakan pun seperti
pancing, dan jaring yangukuran kecil, untuk kapal/perahu yang digunakan pun
dibawah ukuran 5 GT atau biasa disebut perahu kincang. Hanya ada sedikit yang
sudah menggunakan alat tangkap modern, sekitar 75% nelayan tradisional dan
25% nelayan yang sudah modern
6. Pengetahuan dan kemampuan nelayan yang belum terampil, hal tersebut
karena masih sedikitnya program atau kegiatan untuk meningkatkan kemampuan
atau pengetahuan nelayan. Seperti nelayan disana masih sangat sedikit untuk
membuat kapal, atau merancang jaring. Kebanyakan mereka langsung membeli
jadi, sehingga kemampuan dan pengetahuan nelayan pun tidak berkembang, atau
tidak memiliki keterampilan
7. Nelayan masih banyak yang belum mempunyai sertifikat, hal tersebut
menjadi salah satu kendala nelayan yang ada di Kecamatan Wanasalam, karena
kalau nelayan disana itu mayoritas nelayan yang tinggal di atas tanah juragannya,
sehingga sertifikat tanah pun tidak ada, salah satu kerugian yang dirasakan yaitu
nelayan itu sulit mendapat pinjaman dari perbankan, karena syarat dari bank itu
12

harus adanya jaminan, sedangkan salah satu jaminan itu adalah sertifikat tadi.
Kalau ada bantuan dari pemerintah mengenai Rumah Tidak Layak Huni (RTLH)
atau program Sertifikat Hak Atas Tanah (SEHAT) nelayan juga tidak akan bisa
didapatkan karena tidak adanya sertifikat sendiri
8. Budaya masyarakat nelayan yang kumuh, lingkungan nelayan dimana pun
memang dikenal dengan kotor, kumuh,termasuk di Wanasalam karena sudah
budaya memang, jadi apabila kita ke lingkungan nelayan itu agak berbeda
memang, biasanya rumah pun banyak sampah, dikarenakan memang nelayan itu
kebanyakan hidupnya di laut, sedangkan berada di rumah itu hanya sedikit, jadi
kebanyakan nelayan disana itu tidak mengurus rumahnya, sehingga terlihat
lingkungan yang kumuh.
9. Faktor turun menurun pekerjaan sebagai nelayan, pola pikir nelayan untuk
memajukan anaknya supaya lebih sukses itu disana belum ada, seperti halnya ada
banyak juragan disana, istilahnya kalau untuk menyekolahkan anaknya ada
sebenarnya, minimal tidak sama dengan orangtuanya, namun di Wanasalam itu
menyuruh anaknya untuk melaut mengikuti ayahnya dibanding dengan sekolah,
dari situlah terjadi budaya turun menurun
10. Belum adanya dukungan perbankan untuk permodalan nelayan kecil, hal
tersebut disebabkan oleh tidak adanya sertifikat yang dimiliki, sehingga pihak
bank pun tidak mau memberikan pinjaman, karena dikhawatirkan dalam
membayar angsuran nantinya malah tidak berjalan lancar, apalagi kalau nelayan
kecil ini pekerjaan nelayannya penuh tidak memiliki usaha sambilan, sedangkan
kalau pendapatan nelayan itu tidak menentu. Paling bank itu memberikan
pinjaman ke yang bukan nelayan penuh, dimana memiliki usaha sambilan, dan
rata-rata itu bukan nelayan kecil.
11. Masih menjadi supplier belum eksportir, karena kalau menjadi supplier itu
nelayan tersebut harus mengirim dulu ke perusahaan yang mau mengekspor hasil
tangkapan ikan nya, sedangkan kalau eksportir, nantinya nelayan ini bisa
mengirim langsung ke luar tanpa perantara lagi. Namun selama ini memang
nelayan yang di Wanasalam itu masih mengirim hasil tangkapan ikan yang sudah
kualitas ekspor ini ke daerah Jakarta tepatnya ke Muara Angke, disana ada
13

perusahaan yang sudah berlangganan, dari perusahaan tersebut baru proses ekspor
dilakukan, tapi nelayan disini hanya sebatas mengirim ke perusahaan tersebut.
 Opportunities (Peluang)
1. Adanya kerjasama dengan Perindo, kerjasama ini dalam hal pembangunan
SPBN, karena melihat potensi yang baik di Wanasalam, sehingga pihak Perindo
ini mau bekerjasama. Tahun 2017 ini sedang proses untuk hal regulasi-regulasi.
2. Adanya kunjungan Menteri BUMN ke TPI Binuangeun, dengan adanya
kunjungan seperti pejabat pemerintahan pusat akan menarik perhatian para
investor, karena dengan adanya kunjungan kerja seperti ini akan ada hal yang
dibicarakan antara pemerintah pusat dengan daerah untuk memajukan potensi
yang ada di daerah. Salah satunya seperti Perindo ini, awalnya mereka ragu,
karena setelah adanya kunjungan Menteri BUMN lalu mengajak Perindo supaya
bisa bekerjsama akhirnya bisa memantapkan Perindo tersebut.
3. Jenis ikan dengan kualias ekspor, yang sering menjadi incaran para
perusahaan untuk di ekspor yaitu ikan tuna, layaran besar, cakalang, bahkan
sejenis marlin pun di Kecamatan Wanasalam ini ada.
4. Adanya Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI), karena dengan adanya PPI di
Kecamatan Wanasalam, salah satu peluang untuk bisa memajukan wilayahnya,
karena untuk tingkat kabupaten PPI ini hanya ada satu, dan Kabupaten Lebak
adanya di Kecamatan Wanasalam, dengan ini juga nantinya Wanasalam ini akan
lebih ramai, dibandingkan dengan wilayah pesisir lain di Kabupaten Lebak
5. TPI Binuangeun merupakan TPI terbesar dan paling aktif di Kabupaten
Lebak, kebetulan memang TPI Binuangeun ini tempatnya berdekatan dengan
Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) sehingga TPI Binuangeun paling aktif dan ramai
di Kabupaten Lebak, juga merupakan TPI terbesar yang ada di Kabupaten Lebak,
TPI tersebut juga tepatnya berada di Kecamatan Wanasalam.
6. Adanya perkembangan teknologi, hal ini merupakan yang bisa
dimanfaatkan oleh para nelayan di Wanasalam,karena zaman pun akan semakin
maju, apabila tidak diimbangi dengan teknologi yang canggih pun akan kalah
maju dengan wilayah lain. Contoh teknologi yang sudah muali digunakan oleh
nelayan Wanasalam yaitu seperti adanya GPS dikapal/perahu mereka, karena
14

dengan begitu nelayan tidak bingung untuk mencari arah yang tepat, sehingga bisa
lebih efisien dalam melaut.
7. Potensi alam, karena potensi alam yang baik di Kecamatan Wanasalam,
seperti di bidang perikanan tangkap ada, perikanan budidaya juga ada, untuk
persawahan juga ada. karena potensi itu lah Kecamatan Wanasalam ini menjadi
kawasan minapolitan sesuai dengan tata ruang Kabupaten Lebak, berdasarkan
juga keputusan Bupati mengenai kawasan minapolitan tersebut.
 Threats (Ancaman)
1. Berkembangnya industri di pinggir pantai, untuk saat ini memang sudah
mulai banyak industri baru yang berada di pesisir pantai, namun lebih banyak ke
usaha tambak udang, hal tersebut bisa akan merugikan masyarakat Wanasalam
apabila tidak ada kerjasama yang baik antara masyarakat dengan industri seperti
halnya untuk pekerja berasal dari Wanasalam itu sendiri, jangan sampai industri
ini malah mengahmbat untuk mengembangkan potensi yang ada di Kecamatan
Wanasalam.
2. Membeli ikan dari Jakarta, hal tersebut bisa terjadi ketika terjadi musim
paceklik untuk nelayan, dimana nelayan mendapatkan hasil tangkapan yang tidak
banyak, sedangkan permintaan ikan tetap meningkat. Biasanya nelayan di
Wanasalam membeli ikan dari Jakarta, resiko yang dirasakan yaitu nelayan ini
tidak mengecek kesegaran ikan tersebut, sehingga pernah ada kejadian ikan yang
mengandung formalin. Ketika di cek oleh dinas ikan tersebut bukan dari ikan
Wanasalam, melainkan dari luar.
3. Penurunan kualitas perairan, karena banyaknya masyarakat yang kurang
memperhatikan dalam pembuangan melalui sungai, seperti limbah pabrik dibuang
ke sungai, karena sungai itu akan bermuara ke laut, oleh sebab itu, lama kelamaan
kualitas air laut akan semakin menurun.
4. Cuaca ekstrem, karena wilayah Kecamatan Wanasalam ini langsung arah
selatannya berbatasan dengan Samudera Hindia, jadi seperti angina, dan
gelombang tinggi lebih sering terjadi
5. Adanya kapal pendatang yang lebih besar dan alat tangkap yang modern,
karena nelayan di Kecamatan Wanasalam ini mayoritas menggunakan
kapal/perahu kecil dan alat tangkap yang masih tradisional, sehingga kapal
15

pendatang ini biasanya ukuran kapal yang lebih besar, sehingga untuk area
penangkapan ikan juga lebih jauh, kalau nelayan Wanasalam itu paling 4 mil,
karena menggunakan perahu kecil, kalau kapal pendatang ini bisa mencapai 12
mil, untuk hasil tangkapan pun akan kalah, karena semakin jauh area penangkapal
akan semakin beragam ikan yang didapat.
6. Pembuatan rumah ikan oleh nelayan pendatang, dikarenakan pendatang ini
menggunakan kapal yang besar, biasanya nelayan pendatang ini membuat rumah
ikan, dimana aka nada jaring yang dibentangkan supaya ikan terhalang dan masuk
ke rumah ikan tersebut. Akibatnya nelayan di Wanasalam ini mendapat hasil
tangkapan yang berkurang, karena sudah terhalang terlebih dahulu
7. Penggunaan bom oleh nelayan luar dalam penangkapan
ikan, selain membuat rumah ikan juga, kadang ada nelayan dari luar biasanya dari
wilayah Lampung menggunakan bom dalam penangkapan ikan, namun nelayan
Wanasalam ini tidak bisa berbuat apa-apa karena untuk melapor ke pol air pun
nelayan dari luar ini sudah kabur, dan pol air di Wanasalam ini juga belum ada
kapl patrolinya sehingga sulit untuk langsung menindaknya
8. Kebijakan mengenai benur/bayi lobster, kebijakan ini dibuat oleh Menteri
Kelautan. Mengenai kebijakan tersebut memang pro dan kontra, namun kalau di
Kecamatan Wanasalam, itu kontra dengan adanya kebijakan tersebut, karena
dilihat dari harga jual saja benur ini memiliki nilai yang tinggi dibandingkan
dengan ikan. Apalagi untuk di TPI Tanjung Panto ini hampir 90% pindah ke
menangkap benur daripada ikan. Kalau di TPI Binuangeun hanya sedikit saja.
Bahkan di TPI Tanjung Panto ini ada kasus penangkapan nelayan karena
menangkap benur ini oleh kepolisian, namun nelayan disana tidak kapok dengan
adanya kasus tersebut. Perlu memang dikaji kembali mengenai kebijakan tersebut,
karena nelayan di Wanasalam juga setelah menangkap benur ini dikirim ke
perusahaan lalu di ekspor ke Vietnam, karena di Indonesia sendiri belum bisa
mengembangkan benur ini, disayangkan memang Indonesia memiliki potensi
yang luar biasa, namun yang mengembangkan negara lain, lalu nanti dikirim
kembali ke Indonesia dengan harga yang lebih mahal. Nelayan di Wanasalam ini
menilai menangkap benur ini akan lebih meningkatkan kesejateraan nelayan
dibandingkan dengan menangkap ikan.
16
17

BAB IV
PENUTUPAN
4.1 KESIMPULAN
Bahwa strategi Dinas Perikanan dalam pengembangan potensi perikanan
tangkap di Kecamatan Wanasalam Kabupaten Lebak belum berjalan dengan
optimal. Strategi yang dilakukan Dinas Perikanan Kabupaten Lebak yaitu melalui
pendampingan pada kelompok nelayan, pemeliharaan dan rehabilitasi Tempat
Pelelangan ikan, dan pengembangan prasarana perikanan tangkap. Untuk
pencapaian strategi yang belum optimal ini tidak terlepas dari faktor-faktor dalam
penerapan startegi tersebut, yaitu faktor internal juga dari faktor eksternal.
Dilihat dari faktor internal seperti masih kurangnya Sumber Daya Manusia untuk
pegawai teknis, masih belum optimal dan belum lengkapnya sarana prasana
Tempat Pelelangan Ikan dan Pangkalan Pendaratan Ikan, dan masih sedikit
program atau kegiatan untuk keterampilan dan pengetahuan nelayan. Sedangkan
dari faktor eksternalnya seperti belum adanya dukungan perbankan untuk
permodalan nelayan kecil, dan masih kurangnya respon Pemerintah Daerah dalam
melihat potensi yang dimiliki untuk bidang perikanan tangkap. Apabila melihat
dari faktor internal dan eksternal, maka yang masih banyak permasalahan yaitu
pada faktor secara internal dibanding dengan eksternalnya.
18

DAFTAR PUSTAKA
Rahayu, Sierfi. 2017. “Strategi Dinas Perikanan dalam Pengembangan Potensi
Perikanan Tangkap di Kecamatan Wanasalam Kabupaten Lebak. ”.
Fakultas Ilmu Sosial dan Politik. Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
Serang
19

LAMPIRAN

Program Pendampingan Kegiatan pelatihan aplikasi Nelayan pintar


(NelPin)

Kondisi TPI Tanjung Panto


20

Suasana di TPI Binuangeun

Proses pengisian es ke kapal dan es nya beli dari luar Wanasalam

Suasana di TPI Tanjung Panto

Anda mungkin juga menyukai