BAGAN TANCAP
Dosen Pengampu :
Zakyatul Muna, S.Pi., M.Si
Disusun Oleh :
Mhd. Arif Maulana Panggabean (23020009)
1
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum wr.wb, Puji dan syukur saya panjatkan kepada Tuhan yang
Maha Esa atas rahmat dan karunianya saya dapat menyelesaikan tugas makalah yang
berjudul Bagan Tancap tepat pada waktunya. Adapun tujuan dari penulisan makalah ini
adalah untuk memenuhi tugas pada mata kuliah Pengantar Ilmu Perikanan dan Kelautan.
Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang materi Alat
Saya mengucapkan terimakasih kepada Ibu selaku dosen pengampu mata kuliah ini
yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan
Kami menyadari, makalah kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena
itu, kritik dan saran kami membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan makalah
ini.
2
DAFTAR ISI
3
BAB I
PENDAHULUAN
Bagan adalah salah satu jenis alat tangkap yang digunakan nelayan untuk
menangkap ikan pelagis kecil, pertama kali diperkenal oleh nelayan Bugis-
Makassar sekitar tahun 1950-an. Selanjutnya dalam waktu relatif singkat sudah
dikenal di seluruh indonesia. Bagan dalam perkembangannya telah banyak
mengalami perubahan baik bentuk maupun ukuran yang dimodifikasi sedekian
rupa sehingga sehingga sesuai dengan daerah penangkapannya. Berdasarkan cara
pengoperasiannya bagan dikelompokkan ke dalam jaring angkat (lift net), namun
karena menggunakan cahaya lampu untuk mengumpulkan ikan maka disebut juga
light fishing.Bagan tancap merupakan rangkaian atau susunan nibung berbentuk
segi empat yang ditancapkan sehingga berdiri kokoh diatas perairan, dimana pada
tengah bangunan tersebut dipasang jaring. Dengan kata lain alat tangkap ini
sifatnya Inmobile. Hal ini karena alat tersebut ditancapkan ke dasar perairan, yang
berarti kedalaman laut tempat beroperasinya alat ini menjadi sangat terbatas yaitu
pada perairan dangkal yang subtrat baik untuk pemasangan adalah lumpur
campur pasir.
Unsur utama dari Bagan adalah penggunaan lampu. Lampu digunakan untuk
menarik kumpulan ikan-ikan yang mempunyai sifat fototaksis positif. Pada dasarnya
susunan dari Bagan terdiri atas 2 bagian yaitu Rumah Bagan dan Daun Bagan.
Daun Bagan ini terbuat dari waring plastik yang berbentuk seperti kantong besar
yang keempat sisinya diikatkan pada nibung Daun Bagan ini dapat dinaik-turunkan
dengan menggunakan penggulung/roller (sistemnya seperti katrol) yang diletakkan
dibagian atas Bagan atau disebut dengan plataran (flat form). Karena alat ini
sifatnya pasif dan menunggu ikan-ikan kecil supaya mendekat dan
berkumpul/bergerombol dibawah sinar cahaya lampu, maka penangkapan Daun
Bagan tersebut menunggu sampai ikan yang berkumpul banyak. Setelah itu,
barulah alat diangkat keatas secara vertikal sampai bingkai Daun Bagan hampir
4
menempel pada langit-langit Rumah Bagan.
Dengan cara-cara tersebut dapat diketahui bahwa alat Bagan adalah termasuk
kedalam jenis Lift net.
5
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Menurut Mulyono (1986), bagan merupakan salah satu jaring angkat yang
dioperasikan diperairan pantai pada malam hari dengan menggunakan cahaya lampu
sebagai faktor penarik ikan. Bagan atau ada juga yang menyebutnya dengan branjang,
yaitu suatu alat tangkap yang wujudnya seperti kerangka sebuah bangun piramida
tanpa sudut puncak.
Diatas bangunan bagan ini pada bagian tengah terdapat bangunan rumah kecil
yang berfungsi sebagai tempat istirahat, pelindung lampu dari hujan, dan tempat
untuk melihat dan mengawasi ikan. Di atas bangunan ini terdapat roller yang terbuat
dari bambu yang berfungsi untuk menarik jaring.
Selama ini untuk membuat daya tarik ikan sehingga berkumpul di bawah
bagan, umumnya nelayan masih menggunakan lampu petromaks yang jumlahnya
bervariasi 2-5 buah. Penangkapan dengan bagan hanya dilakukan pada malam
6
hari (Light Fishing) terutama pada hari gelap bulan dengan menggunakan lampu
sebagai alat bantu penangkapan (Sudirman dan Achmar Mallawa, 2000).
Fungsi cahaya pada penangkapan ikan ini ialah untuk mengumpulkan ikan
sampai pada sesuatu catchable area tertentu, lalu penangkapan dilakukan dengan
jaring. Dengan alat jaring ini dapat dikatakan bahwa jaring bersifat pasif, cahaya
berfungsi untuk menarik ikan ke tempat jaring. Peristiwa berkumpulnya ikan di
bawah cahaya ini dapat dibedakan menjadi 2 yaitu peristiwa langsung dan peristiwa
tidak langsung. Peristiwa langsung yaitu ikan tertarik oleh cahaya lalu berkumpul.
Sedangkan peristiwa tidak langsung yaitu dengan adanya cahaya maka sebagai
tempat plankton berkumpul lalu banyak ikan yang berkumpul untuk memakan
plankton tersebut (Ayodhyoa, 1981).
7
Gambar 2.2 Lampu Penerangan
Komponen bahan tancap yang biasanya tidak pernah luput dari pembuatan
bagan itu sendiri adalah rumah bagan, daun bagan, penggiling, tali-tali, lampu dan
serok. Rumah bagan merupakan rumah yang dibuat diatas bagan untuk tempat
istirahat nelayan. Dalam rumah bagan biasanya digunakan juga sebagai tempat
penyimpanan bahan bakar minyak untuk lampu petromaks (Naryo, 1985).
Menurut Subani dan Barus (1989), daun bagan terbuat dari waring plastik,
berbentuk seperti kantong besar yang keempat sisinya diikatkan pada bambu.
Penggilingan merupakan bambu yang digunakan untuk menarik dan menggulingkan
tali jaring. Tali-tali merupakan bagian penting pada bagan untuk mrnunjang operasi
penangkapan. Lampu disini digunakan sebagai perangsang atau penarik ikan saat
8
pengoperasian. Sedangkan serok digunakan untuk mengambil hasil tangkapan saat
jaring dinaikkan.
Menurut Sudirman dan Achmar Mallawa (2000), klasifikasi bagan ada 3, yaitu
:
1. Bagan Tancap
9
Gambar 2.4 Bagan Tancap
2. Bagan Rakit
Jenis bagan lain yang sangat sederhana dan biasa digunakan oleh nelayan
khususnya di sungai atau muara-muara sungai yaitu sebagai rakit. Bagan ini terbuat
dari bambu, dimana operasinya berpindah-pindah. Proses operasi penangkapannya
sama dengan bagan tancap.
10
3. Bagan Perahu (Bagan Rambo)
Bagan ini disebut pula sebagai bagan perahu listrik. Ukurannya bervariasi tetapi
di Sulawesi Selatan umumnya menggunakan jaring dengan panjang total 45 m dan
lebar 45 m, berbentuk segi empat bujur sangkar dengan ukuran mata jaring 0,5 cm
dan bahannya terbuat dari waring. Dalam pengoperasiannya bagan ini dilengkapi
dengan perahu motor yang berfungsi untuk menggandeng bagan rambo menuju
daerah penangkapan. Selain itu, bagan tersebut berfungsi sebagai pengangkut hasil
tangkapan dari fishing ground kefishing base.
11
Adapun teknik pengoperasiannya sebagai berikut :
Setelah sampai diatas bagan, jaring bagan kemudian diturunkan kedalam air.
Lalu menyalakan beberapa (3 – 4 buah) lampu pompa, dan menurunkan tali lampu
pompa tersebut hingga mendekati permukaan air.
Jaring bagan dapat segera diangkat (hauling), pada saat terdapat banyak ikan
yang berada didalam jaring. Atau pada saat ikan telah mendekat dan berkumpul di
bawah sinar cahaya lampu. Dengan cara memutar batang penggiling atau katrol,
kemudian jaring bagan secara perlahan – lahan naik ke atas sampai kerangka jaring
bagannya terangkat seluruhnya.
12
Pada bagan 2 diperlukan waktu saat setting adalah 43 detik. Lama penebaran
jaring atau immersing berkisar antara 1 hingga 1 ½ jam.Dan waktu penarikan jaring
atau hauling memerlukan waktu 5 menit.
Bagan 3 memerlukan waktu untuk menebar jaring atau setting 1 menit 28 detik.
Lama waktu penebaran jaring atau immersing 2 jam dan waktu penarikan jaring
atau hauling sekitar 3 menit.
Bagan 4 memerlukan waktu untuk menebar jaring atau setting 2 menit. Lama
waktu penebaran jaring atau immersing 2 jam dan waktu penarikan jaring
atau hauling sekitar 4 menit.
Jaring bagan dapat segera diangkat, pada saat terdapat banyak ikan yang berada
didalam jaring. Atau pada saat ikan telah mendekat dan berkumpul di bawah sinar
cahaya lampu. Dengan cara memutar batang penggiling atau katrol, kemudian jaring
bagan secara perlahan – lahan naik ke atas sampai kerangka jaring bagannya
terangkat seluruhnya.
Dilihat dari penjelasan tersebut, waktu yang dibutuhkan untuk penarikan jaring
atau hauling dengan waktu yang dibutuhkan untuk setting atau penebaran jaring lebih
lama. Hal ini dikarenakan saat penarikan jaring, terasa lebih berat karena ada muatan
13
dan air dalam jaring tersebut sehingga lebih berat dan lebih lama
untuk mengangkatnya.
Pada alat tangkap bagan tancap yang menjadi objek penelitian dan
pengamatan, ikan hasil tangkapan hanya dimasukkan kedalam wadah ember tanpa
diberi perlakuan khusus atau dibiarkan begitu saja. Namun, saat nelayan ini
diwawancarai mereka hanya mengatakan bahwa alasan ikan tidak diberi es sebab
mereka telah mengetahui bahwa pada musim barat, jumlah ikan sedikit sehingga
tidak perlu membawa es. Selain itu, jarak antara lokasi penangkapan ikan dengan
darat tidak terlalu jauh sehingga penanganan bisa dilakukan di darat.
14
Gambar 2.8 Pendinginan Ikan
Dalam proses pendinginan ikan dengan es batu, terjadi perpindahan panas dari
tubuh ikan ke kristal es batu. Ikan dengan suhu tubuh relatif lebih tinggi akan
melepaskan sejumlah energi panas yang kemudian diserap oleh kristales batu.
Dengan demikian, suhu tubuh ikan menurun dan sebaliknya kristal es batu akan
meleleh karena terjadi peningkatan suhu. Proses pemindahan panas ini akan terhenti
apabila suhu tubuh ikan telah mencapai 00C, yaitu sama dengan suhu es batu.
1. Cepat
Ditangani dengan cepat sesaat setelah ditangkap dan tidak terburu- buru.
Berdasarkan hasil observasi di lapangan para nelayan memberikan perlakuan yang
tidak baik terhadap ikan seperti dengan melempar ikan hal ini sesuai dengan Anonim
15
(2012) bahwa jika ikan terluka atau memar akibat benturan atau lemparan maka itu
akan mempercepat ikan membusuk.
2. Cermat
Dengan hati-hati agar ikan tidak luka atau memar. Berdasarkan hasil
pengamatan di lapangan nelayan juga terburu-buru dalam melakukan penanganan di
atas bagan. .Menurut Anonim (2008) bahwa adanya luka pada ikan yang
menyebabkan ikan memar atau patah, luka maka itu dapat mempercepat proses
pembusukan terjadi.
Lingkungan dan orang yang menangani harus bersih dan sehat. Yang terlihat
dilapangan faktor kebersihan tidak diperhatikan karena pada saat ikan di naikkan
diatas kapal tidak menggunakan wadah yang bersih untuk menyimpan ikan seperti
keranjang atau cool box yang bersih. Hal ini tidak tidak sesuai seperti yang dikatakan
oleh Adawyah (2007) bahwa untuk menghasilkan produk yang bagus maka harus
membiasakan untuk mencuci peralatan sebelum dan sesudah digunakan begitu juga
dengan lantainya setiap kali proses terhenti, baik karena istirahat atau proses selesai.
Pada saat di TPI mereka juga terkadang hanya meletakkan ikan hasil tangkapan di
lantai TPI tanpa memperhatikan kebersihan.
16
berjamur. Keadaan yang demikian sebenarnya dikhawatirkan dapat menjadi sumber
penyebab menurunnya mutu ikan. Padahal menurut Anonim (2008), salah satu
prinsip penanganan yang baik adalah bersih dan sehat baik lingkungan, wadah
ataupun orang yang menangani.
17
BAB 5
5.1 kesimpulan
Bagan tancap adalah salah satu alat tangkap yang dimana proses
pengoperasiannya di lakukan pada malam hari untuk menangkap ikan. Bagan tancap
bisa di katagorikan sebagai alat tangkap ramah lingkungan karena proses
pengoperasiannya tidak berpindah-pindah tempat dan hanya menunggu ikan yang
berkumpul di bawah sinaran lampu kemudian di angkat ke atas menggunakan Roller
yang prinsip kerjanya hampir sama dengan katrol. Hasil tangkapan utama bagan
tancap tidak hanya ikan teri melainkan cumi-cumi, tamban, kembung dan ikan
lainnya yang termasuk dalam ikan pelagis.
Penanganan hasil tangkapan bagan tancap tidak lah rumit hanya memasukan
hasil tangkapan ke dalam keranjang, dan proses penangganan selanjutnya di lakukan
di darat yaitu dengan cara di buat ikan asin yang di mana proses pengerjaannya
dengan cara di rebus menggunakan air laut kemudian di jemur sampai kadar air di
dalam ikan berkuarang dan ikan benar-benar kering.
5.2 Saran
Saran yang di berikan penulis untuk laporan alat tangkap Bagan Tancap ini
agar menjadi lebih baik yaitu :
1. Pada saat penggoperasian alat tangkap bagan tancap di lengkapi dengan alat
keselamat berupa pelampung atau life jacket
2. Pada saat proses hauling di lakukan dengan memperhitungkan faktor angin
dan gelombang
3. Saat proses penangganan di darat, air rebusan ikan sebagusnya di ganti agar
tidak menimbulkan bau busuk dan wadah/drum sebagai tempat untuk merebus
18
ikan selalu di bersihkan agar tidak berkarat dan menimbulkan jamur
DAFTAR PUSTAKA
http://www.alamikan.com/2012/11/mengetahui-tentang-bagan-tancap.html
http://makaira- indica.blogspot.co.id/2011/11/iv-bagan-tancap.html
Ir. H . Sudirman M.Pi , Prof. Dr. Ir. Achmar Mallawa. DAE .Teknik Penangkapan
Ikan. Rineka Cipta . 2004.
19
20