Anda di halaman 1dari 20

PENGANTAR ILMU PERIKANAN KELAUTAN

BAGAN TANCAP

Dosen Pengampu :
Zakyatul Muna, S.Pi., M.Si

Disusun Oleh :
Mhd. Arif Maulana Panggabean (23020009)

SEKOLAH TINGGI PERIKANAN DAN KELAUTAN MATAULI


PANDAN TAPANULI TENGAH
2023

1
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum wr.wb, Puji dan syukur saya panjatkan kepada Tuhan yang

Maha Esa atas rahmat dan karunianya saya dapat menyelesaikan tugas makalah yang

berjudul Bagan Tancap tepat pada waktunya. Adapun tujuan dari penulisan makalah ini

adalah untuk memenuhi tugas pada mata kuliah Pengantar Ilmu Perikanan dan Kelautan.

Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang materi Alat

Penangkapan Ikan bagi para pembaca dan juga bagi penulis.

Saya mengucapkan terimakasih kepada Ibu selaku dosen pengampu mata kuliah ini

yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan

sesuai dengan bidang studi yang kami tekuni.

Kami menyadari, makalah kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena

itu, kritik dan saran kami membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan makalah

ini.

Pandan, 13 November 2023

Mhd. Arif Maulana Panggabean

2
DAFTAR ISI

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Bagan adalah salah satu jenis alat tangkap yang digunakan nelayan untuk
menangkap ikan pelagis kecil, pertama kali diperkenal oleh nelayan Bugis-
Makassar sekitar tahun 1950-an. Selanjutnya dalam waktu relatif singkat sudah
dikenal di seluruh indonesia. Bagan dalam perkembangannya telah banyak
mengalami perubahan baik bentuk maupun ukuran yang dimodifikasi sedekian
rupa sehingga sehingga sesuai dengan daerah penangkapannya. Berdasarkan cara
pengoperasiannya bagan dikelompokkan ke dalam jaring angkat (lift net), namun
karena menggunakan cahaya lampu untuk mengumpulkan ikan maka disebut juga
light fishing.Bagan tancap merupakan rangkaian atau susunan nibung berbentuk
segi empat yang ditancapkan sehingga berdiri kokoh diatas perairan, dimana pada
tengah bangunan tersebut dipasang jaring. Dengan kata lain alat tangkap ini
sifatnya Inmobile. Hal ini karena alat tersebut ditancapkan ke dasar perairan, yang
berarti kedalaman laut tempat beroperasinya alat ini menjadi sangat terbatas yaitu
pada perairan dangkal yang subtrat baik untuk pemasangan adalah lumpur
campur pasir.
Unsur utama dari Bagan adalah penggunaan lampu. Lampu digunakan untuk
menarik kumpulan ikan-ikan yang mempunyai sifat fototaksis positif. Pada dasarnya
susunan dari Bagan terdiri atas 2 bagian yaitu Rumah Bagan dan Daun Bagan.
Daun Bagan ini terbuat dari waring plastik yang berbentuk seperti kantong besar
yang keempat sisinya diikatkan pada nibung Daun Bagan ini dapat dinaik-turunkan
dengan menggunakan penggulung/roller (sistemnya seperti katrol) yang diletakkan
dibagian atas Bagan atau disebut dengan plataran (flat form). Karena alat ini
sifatnya pasif dan menunggu ikan-ikan kecil supaya mendekat dan
berkumpul/bergerombol dibawah sinar cahaya lampu, maka penangkapan Daun
Bagan tersebut menunggu sampai ikan yang berkumpul banyak. Setelah itu,
barulah alat diangkat keatas secara vertikal sampai bingkai Daun Bagan hampir
4
menempel pada langit-langit Rumah Bagan.
Dengan cara-cara tersebut dapat diketahui bahwa alat Bagan adalah termasuk
kedalam jenis Lift net.

1.2 Tujuan Penulisan


Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Mengetahui teknik pengoperasian alat tangkap Bagan Tancap
2. Mengetahui cara penanganan hasil tangkapan pada alat tangkap Bagan
Tancap

1.3. Manfaat Penulisan


Adapun manfaat dari penulisan makalah Alat Tangkap Bagan Tancap ini ialah
sebagai bahan acuan atau refrensi bagi mahasiswa khususnya mahasiswa jurusan
ilmu kelauatan dan perikanan, sehingga dapat memberikan manfaat tentang
pengoperasian alat tangkap Bagan Tancap

1.4 Batasan Masalah

Sehubungan dengan judul yang di ambil penulis pada laporan, yang


berhubungan dengan batasan masalah pengoperasian alat tangkap Bagan Tancap
yaitu :

1. Pengertian alat tangkap Bagan Tancap


2. Cara pengoperasian alat tangkap Bagan Tancap

5
BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Umum Bagan

Menurut Mulyono (1986), bagan merupakan salah satu jaring angkat yang
dioperasikan diperairan pantai pada malam hari dengan menggunakan cahaya lampu
sebagai faktor penarik ikan. Bagan atau ada juga yang menyebutnya dengan branjang,
yaitu suatu alat tangkap yang wujudnya seperti kerangka sebuah bangun piramida
tanpa sudut puncak.

Diatas bangunan bagan ini pada bagian tengah terdapat bangunan rumah kecil
yang berfungsi sebagai tempat istirahat, pelindung lampu dari hujan, dan tempat
untuk melihat dan mengawasi ikan. Di atas bangunan ini terdapat roller yang terbuat
dari bambu yang berfungsi untuk menarik jaring.

Gambar 2.1 Alat Tangkap Bagan Tancap

Selama ini untuk membuat daya tarik ikan sehingga berkumpul di bawah
bagan, umumnya nelayan masih menggunakan lampu petromaks yang jumlahnya
bervariasi 2-5 buah. Penangkapan dengan bagan hanya dilakukan pada malam

6
hari (Light Fishing) terutama pada hari gelap bulan dengan menggunakan lampu
sebagai alat bantu penangkapan (Sudirman dan Achmar Mallawa, 2000).

Tertariknya ikan pada cahaya karena terjadinya peristiwaphototaxis. Antara lain


hal disebutkan bahwa cahaya merangsang ikan dan menarik (attrack) ikan berkumpul
pada sumber cahaya itu atau juga disebutkan karena rangsangan
cahaya (stimulus), kemudian ikan memberikan responnya. Penangkapan dengan
bagan menggunakan bantuan lampu dinamakan light fishing. Peristiwa phototaxis
dimanfaatkan untuk menangkap ikan itu sendiri. Dapat juga dikatakan dalam light
fishing, penangkapan ikan tidak seluruhnya memaksakan keinginannya secara paksa
untuk menangkap ikan tetapi menyalurkan ikan sesuai dengan nalurinya untuk
ditangkap.

Fungsi cahaya pada penangkapan ikan ini ialah untuk mengumpulkan ikan
sampai pada sesuatu catchable area tertentu, lalu penangkapan dilakukan dengan
jaring. Dengan alat jaring ini dapat dikatakan bahwa jaring bersifat pasif, cahaya
berfungsi untuk menarik ikan ke tempat jaring. Peristiwa berkumpulnya ikan di
bawah cahaya ini dapat dibedakan menjadi 2 yaitu peristiwa langsung dan peristiwa
tidak langsung. Peristiwa langsung yaitu ikan tertarik oleh cahaya lalu berkumpul.
Sedangkan peristiwa tidak langsung yaitu dengan adanya cahaya maka sebagai
tempat plankton berkumpul lalu banyak ikan yang berkumpul untuk memakan
plankton tersebut (Ayodhyoa, 1981).

7
Gambar 2.2 Lampu Penerangan

Daerah penangkapan bagan atau daerah operasi untuk pemasangan bagan


adalah diperairan pantai yang berairkan jernih, mempunyai kedalaman 7 – 10 meter.
Jarak jauhnya dari pantai adalah 2 mil. Antara bagan yang satu dengan bagan yang
lain adalah sekitar 200 – 300 meter. Dasar perairan dipilih daerah yang berlumpur
campur pasir (untuk memudahkan dalam pemancangan tiang bagan (Mulyono, 1986).

Komponen bahan tancap yang biasanya tidak pernah luput dari pembuatan
bagan itu sendiri adalah rumah bagan, daun bagan, penggiling, tali-tali, lampu dan
serok. Rumah bagan merupakan rumah yang dibuat diatas bagan untuk tempat
istirahat nelayan. Dalam rumah bagan biasanya digunakan juga sebagai tempat
penyimpanan bahan bakar minyak untuk lampu petromaks (Naryo, 1985).

Menurut Subani dan Barus (1989), daun bagan terbuat dari waring plastik,
berbentuk seperti kantong besar yang keempat sisinya diikatkan pada bambu.
Penggilingan merupakan bambu yang digunakan untuk menarik dan menggulingkan
tali jaring. Tali-tali merupakan bagian penting pada bagan untuk mrnunjang operasi
penangkapan. Lampu disini digunakan sebagai perangsang atau penarik ikan saat

8
pengoperasian. Sedangkan serok digunakan untuk mengambil hasil tangkapan saat
jaring dinaikkan.

Menurut Mulyono (1986), hasil tangkapan yang umumnya tertangkap dengan


alat tangkap bagan ini adalah jenis-jenis ikan pelagis yang umumya bergerak cepat
dan berada di permukaan. Misalnya, ikan teri, tembang, ikan terbang, jambrung, cumi
dan udang.

Gambar 2.3 Hasil Tangkapan

2.2. Klasifikasi Bagan

Menurut Sudirman dan Achmar Mallawa (2000), klasifikasi bagan ada 3, yaitu
:

1. Bagan Tancap

Bagan tancap merupakan rangkaian atau susunan bambu berbentuk persegi


empat yang di tancapkan sehingga berdiri kokoh di atas perairan, dimana pada tengah
bangunan tersebut dipasang jaring. Dengan kata lain, alat tangkap ini bersifat
inmobile. Hal ini karena alat tangkap tersebut ditancapkan pada dasar perairan, yang
berarti kedalaman laut tempat beropesinya alat ini menjadi sangat terbatas yaitu pada
perairan dangkal.

9
Gambar 2.4 Bagan Tancap

2. Bagan Rakit

Jenis bagan lain yang sangat sederhana dan biasa digunakan oleh nelayan
khususnya di sungai atau muara-muara sungai yaitu sebagai rakit. Bagan ini terbuat
dari bambu, dimana operasinya berpindah-pindah. Proses operasi penangkapannya
sama dengan bagan tancap.

Gambar 2.5 Bagan Rakit

10
3. Bagan Perahu (Bagan Rambo)

Bagan ini disebut pula sebagai bagan perahu listrik. Ukurannya bervariasi tetapi
di Sulawesi Selatan umumnya menggunakan jaring dengan panjang total 45 m dan
lebar 45 m, berbentuk segi empat bujur sangkar dengan ukuran mata jaring 0,5 cm
dan bahannya terbuat dari waring. Dalam pengoperasiannya bagan ini dilengkapi
dengan perahu motor yang berfungsi untuk menggandeng bagan rambo menuju
daerah penangkapan. Selain itu, bagan tersebut berfungsi sebagai pengangkut hasil
tangkapan dari fishing ground kefishing base.

Gambar 2.6 Bagan Perahu

2.3 Teknik Pengoperasian Bagan Tancap

Pengoperasian bagan tancap biasanya dilakukan pada malam hari,


dimana cara pengoperasiannya memanfaatkan sifat ikan yaitu fototaksis positif (peka
terhadap rangsang cahaya). Dengan menggunakan cahaya sinar petromak yang
sengaja di pasang pada bagan tancap, dapat merangsang ikan untuk mendekati arah
cahaya tersebut. Sehingga nelayan dapat memperoleh ikan dengan memanfaatkan
sifat ikan tersebut.

11
Adapun teknik pengoperasiannya sebagai berikut :

Terlebih dahulu nelayan mempersiapkan perlengkapan yang akan di


pergunakan dalam operasi penangkapan. Perlengkapan tersebut dapat berupa ;
perbekalan pribadi nelayan, beberapa lampu pompa lengkap dengan cadangannya
(kaos lampu, minyak tanah , serta korek api), kapal dan perlengkapan yang di
butuhkan lainnya.

Sebaiknya sebelum matahari terbenam, dengan mempergunakan perahu nelayan


telah meninggalkan daratan untuk menuju ke bagan. Setelah tiba di bagan, nelayan
menambatkan perahunya pada salah satu tiang bagan. kemudian nelayan dapat
membawa seluruh perlengkapan yang diperlukan ke atas bagan.

Setelah sampai diatas bagan, jaring bagan kemudian diturunkan kedalam air.
Lalu menyalakan beberapa (3 – 4 buah) lampu pompa, dan menurunkan tali lampu
pompa tersebut hingga mendekati permukaan air.

Melakukan persiapan perendaman jaring (setting) kurang lebih selama 2 menit.

Merendam jaring beberapa waktu sampai ikan – ikan berkumpul. Diperkirakan


lamanya merendam jaring (immersing) kurang lebih selama 2 jam.

Jaring bagan dapat segera diangkat (hauling), pada saat terdapat banyak ikan
yang berada didalam jaring. Atau pada saat ikan telah mendekat dan berkumpul di
bawah sinar cahaya lampu. Dengan cara memutar batang penggiling atau katrol,
kemudian jaring bagan secara perlahan – lahan naik ke atas sampai kerangka jaring
bagannya terangkat seluruhnya.

Melalukan persiapan penebaran jaring (setting), lama penebaran


jaring (immersing) dan penarikan jaring (hauling) pada masing- masing bagan.

Pada bagan 1 saat penebaran jaring atau setting memerlukan waktu 2


menit. Lama penebaran jaring atau immersing 1 ½ jam dan penarikan jaring
atau hauling memerlukan waktu 3 menit.

12
Pada bagan 2 diperlukan waktu saat setting adalah 43 detik. Lama penebaran
jaring atau immersing berkisar antara 1 hingga 1 ½ jam.Dan waktu penarikan jaring
atau hauling memerlukan waktu 5 menit.

Bagan 3 memerlukan waktu untuk menebar jaring atau setting 1 menit 28 detik.
Lama waktu penebaran jaring atau immersing 2 jam dan waktu penarikan jaring
atau hauling sekitar 3 menit.

Bagan 4 memerlukan waktu untuk menebar jaring atau setting 2 menit. Lama
waktu penebaran jaring atau immersing 2 jam dan waktu penarikan jaring
atau hauling sekitar 4 menit.

Jaring bagan dapat segera diangkat, pada saat terdapat banyak ikan yang berada
didalam jaring. Atau pada saat ikan telah mendekat dan berkumpul di bawah sinar
cahaya lampu. Dengan cara memutar batang penggiling atau katrol, kemudian jaring
bagan secara perlahan – lahan naik ke atas sampai kerangka jaring bagannya
terangkat seluruhnya.

Gambar 2.7 Roller

Dilihat dari penjelasan tersebut, waktu yang dibutuhkan untuk penarikan jaring
atau hauling dengan waktu yang dibutuhkan untuk setting atau penebaran jaring lebih
lama. Hal ini dikarenakan saat penarikan jaring, terasa lebih berat karena ada muatan

13
dan air dalam jaring tersebut sehingga lebih berat dan lebih lama
untuk mengangkatnya.

2.4 Penangganan Hasil Tangkapan Bagan Tancap

Pada alat tangkap bagan tancap yang menjadi objek penelitian dan
pengamatan, ikan hasil tangkapan hanya dimasukkan kedalam wadah ember tanpa
diberi perlakuan khusus atau dibiarkan begitu saja. Namun, saat nelayan ini
diwawancarai mereka hanya mengatakan bahwa alasan ikan tidak diberi es sebab
mereka telah mengetahui bahwa pada musim barat, jumlah ikan sedikit sehingga
tidak perlu membawa es. Selain itu, jarak antara lokasi penangkapan ikan dengan
darat tidak terlalu jauh sehingga penanganan bisa dilakukan di darat.

Berdasarkan hasil observasi maka dalam proses penanganan ikan di darat


nelayan melakukan penanganan ikan lanjutan karena ikan hasil tangkapan yang ada
telah dilakukan pegesan terlebih dahulu di atas kapal, nelayan atau penjual yang ada
di TPI hanya menambahkan es untuk mepertahankan mutu ikan. Nelayan di sana
juga menggunakan metode pengesan berlapis. Tetapi es yang mereka gunakan kurang
baik karena mereka hanya menggunakan es batu kemudian dihancurkan. Kelebihan
pengawetan ikan dengan pendinginkan adalan sifat-sifat asli ikan tidak mengalami
perubahan tekstur, rasa dan bau.Agar penggunaan es batu dalam proses pendinginan
dapat memberikan hasil yang baik, selain jumlah es batu, perlu juga diperhatikan
ukuran kristal es batu yang digunakan. Semakin halus es batu, luas permukaan tubuh
ikan yang akan bersinggungan dengan es batu semakin besar sehingga waktu yang
diperlukan untuk mencapai suhu 00C lebih singkat.

14
Gambar 2.8 Pendinginan Ikan

Dalam proses pendinginan ikan dengan es batu, terjadi perpindahan panas dari
tubuh ikan ke kristal es batu. Ikan dengan suhu tubuh relatif lebih tinggi akan
melepaskan sejumlah energi panas yang kemudian diserap oleh kristales batu.
Dengan demikian, suhu tubuh ikan menurun dan sebaliknya kristal es batu akan
meleleh karena terjadi peningkatan suhu. Proses pemindahan panas ini akan terhenti
apabila suhu tubuh ikan telah mencapai 00C, yaitu sama dengan suhu es batu.

Efisiensi pengawetan dengan pendinginan sangat tergantung pada tingkat


kesegaran ikan sebelum didinginkan. Hal ini sesuai pendapat Adawyah (2007) bahwa
pendinginan yang dilakukan sebelum rigor mortis berlalu merupakan cara yang
paling efektif jika disertai dengan teknik yang benar. Adapun cara penanganan ikan
yang baik adalah dengan menerapkan 4 (empat) prinsip, yaitu :

1. Cepat

Ditangani dengan cepat sesaat setelah ditangkap dan tidak terburu- buru.
Berdasarkan hasil observasi di lapangan para nelayan memberikan perlakuan yang
tidak baik terhadap ikan seperti dengan melempar ikan hal ini sesuai dengan Anonim

15
(2012) bahwa jika ikan terluka atau memar akibat benturan atau lemparan maka itu
akan mempercepat ikan membusuk.

2. Cermat

Dengan hati-hati agar ikan tidak luka atau memar. Berdasarkan hasil
pengamatan di lapangan nelayan juga terburu-buru dalam melakukan penanganan di
atas bagan. .Menurut Anonim (2008) bahwa adanya luka pada ikan yang
menyebabkan ikan memar atau patah, luka maka itu dapat mempercepat proses
pembusukan terjadi.

3. Bersih dan Sehat

Lingkungan dan orang yang menangani harus bersih dan sehat. Yang terlihat
dilapangan faktor kebersihan tidak diperhatikan karena pada saat ikan di naikkan
diatas kapal tidak menggunakan wadah yang bersih untuk menyimpan ikan seperti
keranjang atau cool box yang bersih. Hal ini tidak tidak sesuai seperti yang dikatakan
oleh Adawyah (2007) bahwa untuk menghasilkan produk yang bagus maka harus
membiasakan untuk mencuci peralatan sebelum dan sesudah digunakan begitu juga
dengan lantainya setiap kali proses terhenti, baik karena istirahat atau proses selesai.
Pada saat di TPI mereka juga terkadang hanya meletakkan ikan hasil tangkapan di
lantai TPI tanpa memperhatikan kebersihan.

4. Menerapkan suhu rendah/ dingin dengan kisaran 00C.

Berdasarkan yang ada dilapangan sesaat setelah ikan ditangkap nelayan


menggunakan es , metode pengesan yang mereka lakukan yakni metode pengesan
berlapis. Prinsip pendinginan adalah pengambilan/ pemindahan panas dari tubuh ikan
ke bahan lain.Dalam proses pemindahan ikan dari palka kedalam box, es yang
menempel pada ikan dibersihkan terlebih dahulu dan ikan-ikannya di sortasi
berdasarkan jenisnya karena dari hasil observasi di lapangan, hasil tangkapannya
adalah berupa ikan Selar dan ikan layang ekor kuning.Jenis box yang digunakan pada
pengamatan di lapangan adalah box yang terbuat dari gabus atau styrofoam. Namun
box tersebut sudah tidak terlalu bersih karena sudah ada beberapa bagian yang

16
berjamur. Keadaan yang demikian sebenarnya dikhawatirkan dapat menjadi sumber
penyebab menurunnya mutu ikan. Padahal menurut Anonim (2008), salah satu
prinsip penanganan yang baik adalah bersih dan sehat baik lingkungan, wadah
ataupun orang yang menangani.

17
BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 kesimpulan

Bagan tancap adalah salah satu alat tangkap yang dimana proses
pengoperasiannya di lakukan pada malam hari untuk menangkap ikan. Bagan tancap
bisa di katagorikan sebagai alat tangkap ramah lingkungan karena proses
pengoperasiannya tidak berpindah-pindah tempat dan hanya menunggu ikan yang
berkumpul di bawah sinaran lampu kemudian di angkat ke atas menggunakan Roller
yang prinsip kerjanya hampir sama dengan katrol. Hasil tangkapan utama bagan
tancap tidak hanya ikan teri melainkan cumi-cumi, tamban, kembung dan ikan
lainnya yang termasuk dalam ikan pelagis.

Penanganan hasil tangkapan bagan tancap tidak lah rumit hanya memasukan
hasil tangkapan ke dalam keranjang, dan proses penangganan selanjutnya di lakukan
di darat yaitu dengan cara di buat ikan asin yang di mana proses pengerjaannya
dengan cara di rebus menggunakan air laut kemudian di jemur sampai kadar air di
dalam ikan berkuarang dan ikan benar-benar kering.

5.2 Saran

Saran yang di berikan penulis untuk laporan alat tangkap Bagan Tancap ini
agar menjadi lebih baik yaitu :

1. Pada saat penggoperasian alat tangkap bagan tancap di lengkapi dengan alat
keselamat berupa pelampung atau life jacket
2. Pada saat proses hauling di lakukan dengan memperhitungkan faktor angin
dan gelombang
3. Saat proses penangganan di darat, air rebusan ikan sebagusnya di ganti agar
tidak menimbulkan bau busuk dan wadah/drum sebagai tempat untuk merebus
18
ikan selalu di bersihkan agar tidak berkarat dan menimbulkan jamur

DAFTAR PUSTAKA
http://www.alamikan.com/2012/11/mengetahui-tentang-bagan-tancap.html
http://makaira- indica.blogspot.co.id/2011/11/iv-bagan-tancap.html
Ir. H . Sudirman M.Pi , Prof. Dr. Ir. Achmar Mallawa. DAE .Teknik Penangkapan
Ikan. Rineka Cipta . 2004.

Ayodhyoa .A.U .Teknik Penangkapan Ikan. bagian Teknik penangkapan ikan


KALBAR : institute pertanian . 1976

19
20

Anda mungkin juga menyukai