Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

METODE PENANGKAPAN IKAN


JENIS-JENIS ALAT PENANGKAPAN IKAN
DAN CARA KERJANYA

Dosen pengampu : Jumsurizal S. Pi, M.Si,

Disusun Oleh :

Nama : Widayani
NIM : 180254243021

PROGRAM STUDI BUDIDAYA PERAIRAN


FAKULTAS ILMU KELAUTAN DAN PERIKANAN
UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI
2019

i
KATA PENGANTAR

Penyusun mengucapkan puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, berkat
rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah dengan
judul, “Jenis-Jenis Alat Penangkapan Ikan dan Cara Kerjanya”.

Makalah ini bertujuan untuk mengetahui dan mengenal beberapa jenis-jenis


alat penagkapan ikan beserta cara atau metode kerjanya, serta untuk memenuhi
salah satu tugas mata kuliah Metode Penangkapan Ikan.

Dalam menyelesaikan penulisan makalah ini tentunya tidak lepas dari bantuan
berbagai pihak. Untuk itu,penyusun ingin mengucapkan terima kasih kepada
Bapak Jumsurizal S. Pi, M.Si, sebagai dosen pengampu dan kepada semua pihak
yang telah memberikan dukungan moral maupun material.

Penyusun menyadari bahwa makalahini kemungkinan masih belum sempurna.


Oleh karena itu, penyusun mengharapkan kritik dan saran yang positif agar
makalah ini menjadi lebih baik di masa yang akan datang.

Tanjungpinang, 27 September 2019

Penyusun,

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...................................................................................... ii

DAFTAR ISI ..................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................. 1


1. Latar Belakang ..................................................................................... 1
2. Rumusan Masalah................................................................................ 1
3. Tujuan Penulisan ................................................................................. 1

BAB II PEMBAHASAN .................................................................................. 2

1. Alat Tangkap Rumpon ........................................................................ 2


2. Purse Seine ............................................................................................ 3
3. Sero ........................................................................................................ 3
4. Bubu Dasar ........................................................................................... 4
5. Jala Lempar .......................................................................................... 5
6. Pukat Sotong ......................................................................................... 5
7. Covering Net ......................................................................................... 6
8. pancing tonda (Troling Line) .............................................................. 6
9. Rawai (Long Line) ............................................................................... 8
10. Pukat Udang (Shrimp Trawl) ............................................................. 9
11. Jaring Insang (gillnet) .......................................................................... 9
12. Jaring Angkat Perahu (Boat Opereaed Lift Net) ............................. 12
13. Muroami .............................................................................................. 14

BAB III PENUTUP ......................................................................................... 15

1. Kesimpulan .......................................................................................... 15
2. Saran .................................................................................................... 15

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 16

iii
BAB 1

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Penangkapan ikan merupakan salah satu profesi yang telah lama dilakukan
oleh manusia. Menurut sejarah sekitar 100.000 tahun yang lalu manusia
neanderthal (neanderthal man) telah melakukan kegiatan penangkapan
(sahrhange andlundbeck,1991), dengan menggunakan tangan kemudian
profesi ini berkebang secara perlahan dengan menggunakan alat yang sederhana dan
mulai membuat perahu yang sederhana. Dalam pemahaman mengenai cara
penangkapan ikan maka dibutuhkan ilmu yang dapat menyokong pengetahuan
teknik penggunaan alat tangkap dan cara pengoprasiannya serta kapal yang dapat
menunjang keberlangsungan penangkapan, yang disebut dengan Metode
Penangkapan Ikan. Alat tangkap dan teknik penangkapan ikan yang digunakan
nelayan Indonesia umumnya masih bersifat tradisional, namun menurut Ayodhyoa
(1981) pendapat tersebut tidak semuanya benar. Jika ditinjau dari prinsip teknik
penangkapan ikan di Indonesia terlihat telah banyak memanfaatkan tingkah
laku ikan (behaviour) untuk tujuan penangkapan ikan. Selain itu nelayan juga telah
mengetahui ada sifat-sifat ikan yang berukuran besar memangsa ikan kecil
sehingga dengan adanya ikan kecil ditempat penangkapan maka ikan-ikan
besar pun akan mendatangi ke tempat tersebut. Hal tersebut membuktikan
perkembangan peradaban manusia, dapat mendorong manusia
untuk semakin kreatif dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.

2. Rumusan Masalah
a) Apa saja jenis-jenis alat tangkap ikan?
b) Bagaimana cara kerja jenis-jenis alat tangkap ikan tersebut?

3. Tujuan Penulisan
a) Mengetahui beberapa jenis-jenis alat tangkap ikan.
b) Mengetahui cara kerja alat tangkap ikan tersebut.

1
BAB II
PEMBAHASAN

1. Alat Tangkap Rumpon


Rumpon merupakan salah satu alat penangkapan yang banyak digunakan
oleh nelayan di Jawa Barat. Istilah lain rumpon dikenal dengan nama FAD
(Fish Agregation Device) sedangkan fungsi dari rumpon ini untuk memikat
ikan agar berkumpul di satu daerah penangkapan. Agar kepemilikkan rumpon
tidak tertukar atau hilang, maka diberi tanda, misalnya dengan bendera,
pelampung, cermin atau tanda lain sesuai keinginan pemiliknya.
Rumpon dari daun lontar memberikan hasil tangkapan yang lebih banyak,
menggunakan daun lontar lebih tahan lama.

Cara kerja rumpon yaitu :


Rumpon umumnya dipasang (ditanam) pada kedalaman 30-75 m, setelah
dipasang kedudukan rumponada yang diangkat-angkat, tetapi ada juga yang
bersifat tetap tergantung pemberat yang digunakan. Dalam praktek
penggunaan yang mudah diangkat-angkat atau diatur sedemikian rupa, maka
waktu menjelang akhir penangkapan, rumpon secara keseluruhan diangkat
dari permukaan airdengan bantuan perahu penggerak (skoci, jukung, canoes).
Untuk rumpon tetap atau rumpon dengan ukuran besar, tidak perlu
diangkat,sehingga memudahkan penangkapandibuat rumpon mini, yang pada
waktupenangkapan mulai diatur begitu rupa, diusahakan agar ikan-ikan
berkumpul disekitar rumpon arah lain yang ditempuh yaitu seakan-akan
meniadakan rumponinduk untuk sementara waktu dengan cara
menenggelamkan rumpon induk atau rumpon induk atau mengangkat separuh
dari rumpon yang diberi daun nyiur ke atas permukaan air. Terjadilah
sekarang ikan-ikan yang semula berkumpul di sekitar rumpon mini dan disini
dilakukan penangkapan.

Sementara itu bisa juga digunakan tanpa sama sekali mengubah


kedudukan rumpon yaitu dengan cara mengikatkan tali slembar yang terdapat

2
di salah satu kaki jaring pada pelampung rumpon, sedangkan ujung tali
slembar lainnya ditarik melingkar di depan rumpon. Menjelang akhir
penangkapan satu dua orang akan turun ke air untuk mengusir ikan –ikan di
sekitar rumpon masuk ke kantong jaring. Cara yang hampir serupa juga dapat
dilakukan yaitu setelah jaring dilingkarkan di depan rumpon maka menjelang
akhir penangkapan ikan-ikan di dekat rumpon di halau dengan menggunakan
galah dari satu sisi perahu.

2. Purse seine
Alat tangkap Purse Seine dikenal juga sebagai Pukat Cincin atau Pukat
Lingkar. Alat tangkap ini berbentuk persegi panjang dengan pelampung
(Floats) di bagian atas dan pemberat (Sinkers) serta cincin besi (Rings) di
bagian bawah.

Cara kerja purse seine yaitu :


Pada saat dioperasikan, kapal yang membawa alat tangkap ini melingkari
sekawanan ikan yang telah dikumpulkan dengan pemikat rumpon dan lampu
berkekuatan tinggi. Setelah lingkaran terbentuk sempurna maka tali kolor
(Purse Line) yang terdapat di bagian bawah akan ditarik melewati cincin-
cincin besi yang bergelantungan di bagian bawah jaring sehingga alat tangkap
ini akan mengerucut dan berbentuk seperti mangkok dengan segerombolan
ikan yang terkurung di dalamnya. Selanjutnya seluruh jaring akan ditarik ke
sisi kapal dan ikan yang tertangkap akan terkumpul di bagian kantong jaring
secara otomatis.

3. Sero
“Sero” itulah nama alat tangkap ikan yang banyak di jumpai dipinggir laut
Kendari. Sero terbuat dari jaring nelayan, bambu, dan kayu. Sero biasanya
dipasang di laut pada kedalaman antara 2 smpai 3 meter.

3
Cara kerja Sero yaitu :
Sero dipasang dengan system tancap. Setiap pagi pemilik sero melakukan
panen ikan.Karena sistem kerjanya ditancap yang membentang antara 30
sampai 50 meter dalam bentuk anak panah atau busur. Pada ujung busur
disediakan ruang untuk menampung ikan. Ukurannya kurang diameter 150cm.
Pada pintu masuk ruang ini dibentuk sedemikian rupa sehingga ikan hanya
bisa masuk tapi tidak bisa keluar. System kerjanya persis seperti bubu.

4. Bubu Dasar

Bubu dasar dapat terbuat dari anyaman bambu (bamboo netting), anyaman
rotan (rattan netting) dan anyaman kawat (wire netting) dengan derican
berbagai macam bentuk. Dalam pengoperasiannya dapat memakai umpan atau
tanpa umpan. Biasanya Ada 3 bagian bubu dasar adalah bagian tubuh atau
tubuh bubu. Terbuat dari bambu dan dilengkapi dengan pemberat untuk
menenggelamkan bubu ke dasar kapal.Bagian kedua adalah bagian lubang
yang dikeluarkan hasil yang ditempatkan pada bagian sisi bawah bubu.
Posisinya terletak di belakang mulut bubu.Sementara mulut bubu untuk
masuknya ikan, posisikan di depan badan bubu. Semakin ke dalam, semakin
kecil diameter lubangnya.

Cara kerja bubu dasar yaitu:

Sebelum bubu dimasukkan ke perairan, maka ditentukan dulu daerah yang


diperkirakan lebih banyak ikan dasar, biasanya di daerah yang banyak
terumbu karangnya. Setelah dipertimbangkan posisinya sudah baik, maka
pemasangan dilakukan dan 1-3 hari kemudian bubu diangkat untuk
mengambil ikan-ikan yang ditangkap.

4
5. Jala Lempar

Jala lempar merupakan alat tangkap yang sederhana dan tidak


membutuhkan biaya yang besar dalam pembuatan. Bahannya terbuat dari
nilon multifilamen atau dari monofilamen, diameternya berkisar 3 – 5 m.
Bagian kaki jaring diberikan pemberat terbuat dari timah. Jala lempar
dioperasikan menggunakan tenaga manusia, cara melemparnya menggunakan
teknik-teknik tertentu. Alat ini banyak dioperasikan di perairan seperti ;
sungai, waduk dan danau serta perairan pantai berkedalaman berkisar 0,5 – 10
m. Jenis ikan yang umum ditangkap adalah jenis ikan yang bermigrasi ke
daerah pantai seperti ; ikan belanak, julung-julung, udang dan lain-lain

Cara kerja jala lempar yaitu:


Pertama, nelayan akan menebar jala dari atas perahu. Setelah mendapat
kode dari ikan yang bergoyang di dalam jaring, jaring tersebut pun akan
ditarik dan diangkat. Cara ini dianggap cukup efektif karena sekali tarik,
cukup banyak ikan yang bisa didapat. Selain itu cara ini cukup ramah. Jala
yang digunakan pun bisa dipilih tingkat kerapatan lubangnya sehingga tidak
membahayakan ikan kecil yang masih bertumbuh.

6. Pukat Sotong
Di Malaysia alat tangkap ini khususnya digunakan untuk menangkap
Cumi-cumi dengan menggunakan cahaya sebagai alat bantu dan kapal
fiberglass berukuran panjang 15,9 m dan lebar 3,6 m.Alat ini dilengkapi
dengan lampu dan jaring, menggunakan bingkai lampu yang panjangnya 4,6
m dan bingkai jaring 11,6 m berdiameter 10,2 cm. Lampu yang digunakan
sebanyak 12 buah berkekuatan 500 watt/buah untuk menjangkau jarak 50 m di
sekeliling kapal. Jaringnya terbuat dari nylon berbentuk segi empat. Kaki
jaring berukuran 9,84 x 6,77 m, ukuran mata jaring 2,4 cm. Bagian mulut
jaring dipasang cincin berdiameter 2,4 cm, jarak tiap cincin 0,76 m
ditambahkan pemberat yang terbuat dari timah.

5
Cara kerja pukat sotong yaitu :
Operasi penangkapan dilakukan malam hari saat bulan gelap. Setelah
menentukan lokasi (fishing ground) Lampu dinyalakan pada setiap sisi kapal,
apabila kumpulan Cumi-cumi terlihat berkumpul disekitar kapal, lampu
dipadamkan pada salah satu sisi kapal sehingga kumpulan Cumi-cumi akan
terkonsentrasi di sisi kapal yang lebih terang dimana telah dipasang jarring.

7. Covering Net
Bentuk dari alat tangkap ini hampir sama dengan Cash Net (jala lempar) yang
umum digunakan pada daerah-daerah yang dangkal seperti pada tambak udang
dan ikan. Namun ada juga yang sudah modern seperti Pukat Sotong yang
digunakan untuk menangkap Cumi-cumi yang banyak dikembangkan
diperairanMalaysia.

Cara menggunakan covering net yaitu dengan cara menutup ikan dari atas.

8. Pancing Tonda (Troling Line)


Pancing Tonda (Troling Line) adalah pancing yang diberi tali panjang dan
ditarik olah perahu atau kapal. Pancing diberi umpan ikan segar atau umpan
palsu. Karena adanya tarikan maka umpan akan bergerak di dalam air
sehingga dapat merangsang ikan buas untuk menyambarnya.
Dipasaran terdapat banyak variasi dari Pancing Tonda, terutama untuk pada
penggemar sport fishing. Biasanya untuk keperluan komersial hanya bagian
desainnya saja yang banyak variasinya.

Cara kerja pancing tonda yaitu :

Pengoperasian Pancing Tonda memerlukan perahu/kapal yang selalu


bergerak di depan gerombolan ikan yang akan ditangkap. Biasanya pancing
ditarik dengan kecepatan 2 – 6 knot tergantung dari jenisnya. Jumlah nelayan
yang diperlukan untuk pengoperasian alat tangkap ini tergantung dari besar
kecilnya kapal atau perahu yang digunakan. Untuk perahu berukuran kecil

6
biasnya digunakan tenaga nelayan sebanyak 4-6 orang dengan satu orang
sebagai nahkoda yang merangkap menjadi fishing master, satu orang menjadi
juru mesin, 2-4 orang ABK (Anak Buah Kapal) yang masing-masing
mengoperasikan satu atau lebih pancing tonda sekaligus (Gunarso, 1985).

Penangkapan pancing tonda biasanya dilakukan pada waktu pagi sampai


sore hari. kegiatan ini meliputi persiapan, pencarian, dan operasi
pemancingan. Penangkapan dengan pancingtonda dilakukan dengan cara
menduga-duga dengan berlayar kesan-kesini, bisa juga terlebih dahulu
mencari kawasan ikan (Subani dan Barus, 1989).

Setelah terlihat tanda-tanda ikan, kecepatan perahuditurunkan, lalu


menurunkan pancing secara perlahan. Nelayan yang berada di haluan perahu
menggunakan kait yang telah terpasang di bagian belakang perahu untuk
memasang pancing. Pancing tonda dioperasikan dengan cara menggerak-
gerakkan tali pancing dan menarik-nariknya sambil mengejar ke arah
gerombolan ikan dengan perahu layar maupun kapal motor secara horizontal
menelusuri lapisan permukaan air, lapisan dalam maupun menelusuri dasar
perairan. (Nugroho, 2002).

Pengoperasian pancing tonda dimulai dengan persiapan terlebih dahulu.


Tahap persiapan terbagi menjadi dua bagian yaitu persiapan di darat dan
persiapan di laut. Persiapan di darat meliputi pengisian dan pengecekan bahan
bakar, pengecekan mesin dan perahu, alat tangkap dan pengecekan alat bantu
penangkapan dan lain-lain. Persiapan di laut meliputi pengaturan tali pancing
dan gulungan pada posisi yang telah ditentukan (Samsudin, 2011).

Kegiatan penangkapan diawali dengan scouting atau pencarian


gerombolan ikan dengan melihat tanda-tanda keberadaannya seperti warna
perairan, lompatan ikan cakalang, dan buih di perairan. Pengoperasian pancing
tonda dimulai dari pagi hari hingga sore tergantung situasi dan kondisi alam
yaitu pukul 05.00-17.00 yang diduga pada saat itu adalah saat dimana ikan

7
cakalang dan tuna bermigrasi untuk mancari makan. Pengoperasiannya dengan
pemasangan alat tangkap (setting) yaitu mengulur alat tangkap perlahan-lahan
ke perairan dan mengikat ujung tali pada salah satu ujung kanan atau kiri
perahu dengan jarak tertentu. Setelah setting berakhir tali pancing yang telah
direntangkan disisi kanan dan kiri perahu ditarik terus menerus menyusuri
daerah penangkapan dengan kecepatan konstan 2-4 knot dengan tujuan umpan
buatan yang dipakai bergerak-gerak seperti mangsa. Untuk membuat umpan
lebih aktif melayang di perairan, perahu dapat dijalankan dengan arah zig-zag.
Pada saat salah satu umpan dimakan ikan, pemancing langsung memberitahu
juru mudi atau nahkodaunutk menaikkan kecepatan perahu. Pada saat inilah
penarikan tali pancing bisa dimulai. Salah satu ABK akan menarik pancing
tersebut dan menggulung tali pancing pada penggulung. Setelah ikan diangkat
keatas perahu maka pancing segera dilepas dari ikan dan pancing tersebut
diulurkan kembali ke perairan. Langkah selanjutnya seperti pada saat setting
telah berakhir dan begitu seterusnya sampai mendapatkan ikan kembali
(Samsudin 2011).

9. Rawai (Long Line)


Rawai (Long Line) terdiri dari rangkaian tali utama dan tali pelampung,
dimana pada tali utama pada jarak tertentu terdapat beberapa tali cabang yang
pendek dan berdiameter lebih kecil dan di ujung tali cabang ini diikatkan
pancing yang berumpan.

Bahan tali pancing dapat terbuat dari bahan monofilament (PA) atau
multifilament (PES seperti terylene, PVA seperti kuralon atau PA seperti
nylon). Beberapa perbedaan dari ke dua jenis bahan tersebut dilihat dari segi
teknis diantaranya. Bahan multifilament lebih berat dan mahal, mudah dalam
perakitannya dan lebih sesuai untuk kapal-kapal kecil. Bahan multifilament
lebih tahan dan mudah ditangani, sehingga dalam jangka panjang harganya
relatif lebih rendah; Monofilament lebih kecil, halus dan transparan, sehingga
dalam pemakaiannya akan memberikan hasil tangkapan yang lebih baik.

8
Cara kerja rawai yaitu :

Rawai yang dipasang di dasar perairan secara tetap dalam jangka waktu
tertentu disebut Rawai Tetap atau Bottom Long Line atau Set Long Line
digunakan untuk menangkap ikan-ikan demersal. Ada juga Rawai yang hanyut
biasa disebut Dript Long Line digunakan untuk menangkap ikan-ikan pelagis.
Pelepasan pancing (setting) dilakukan menurut garis yang menyerong, atau
tegak lurus pada arus. Waktu pelepasan tergantung jumlah basket yang akan
dipasang, diharapkan pada dini hari sehingga settingan selesai pada pagi hari
dimana saat ikan sedang giatnya mencari mangsa. Umpan yang umum dipakai
adalah jenis ikan yang mempunyai sisik mengkilat, tidak cepat busuk Berta
mempunyai rangka yang kuat tidak mudah lepas pada saat disambar ikan.

10. Pukat Udang (Shrimp Trawl)


Pukat udang adalah jenis jaring berbentuk kantong dengan sasaran
tangkapannya udang. Jaring dilengkapi sepasang (2 buah) papan pembuka
mulut jaring (otter board) dan Turtle Excluder Device/TED, tujuan utamanya
untuk menangkap udang dan ikan dasar (demersal).

Cara kerja pukat udang yaitu :


Dalam pengoperasian pukat udangnya menyapu dasar perairan dan hanya
boleh ditarik oleh satu kapal motor. Khusus untuk jenis Double Rig Trawl,
alat tangkap ini berbeda dengan pukat udang pada umumnya yang
menggunakan kapal tangkap ini beroperasi 2 pukat udang sekaligus, yaitu
pada bagian kanan dan kiri kapal.

11. Jaring Insang (Gillnet)


Jaring insang adalah alat penangkapan ikan berbentuk lembaran jaring
empat persegi panjang, yang mempunyai ukuran mata jaring merata.
Lembaran jaring dilengkapi dengan sejumlah pelampung pada tali ris atas dan
sejumlah pemberat pada tali ris bawah. Ada beberapa gill net yang
mempunyai penguat bawah (srampat/selvedge) terbuat dari saran sebagai

9
pengganti pemberat. Tinggi jaring insang permukaan 5-15 meter & bentuk gill
net empat persegi panjang atau trapesium terbalik, tinggi jaring insang
pertengahan 5-10 meter dan bentuk gill net empat persegi panjang serta tinggi
jaring insang dasar 1-3 meter dan bentuk gill net empat persegi panjang atau
trapesium. Bentuk gill net tergantung dari panjang tali ris atas dan bawah.

Cara kerja gillnet terdiri dari beberapa tahap yaitu :


a) Persiapan
Cara Menggunakan Alat Tangkap Gill Net. Menuju fishing ground,
pemasangan jaring (setting), menunggu (drifting), dan penarikan jaring
(hauling) . Proses yang dilakukan dalam tahap persiapan adalah proses
yang berkaitan dengan merakit dan menyusun alat tangkap gillnet
milenium dan kelengkapan untuk operasi penangkapan, yaitu Pelampung
umbul dan tali pelampung umbul disiapkan. Kemudian diikatkan pada
ujung jaring gillnet permukaan bagian atas (tali ris atas) batas antara
pieces, Tali ris samping masing-masing piece dari dua piece yang
bersambung langsung diikat menjadi satu ikatan, Pemberat diikatkan
masing-masing sebanyak 2 buah pada ujung jaring gillnet permukaan
bagian bawah (tali ris bawah) batas antara piece, Menyusun alat tangkap
gillnet permukaan pada bagian tengah sebelah kanan kapal untuk
persiapan setting, Memasang tali selambar pada kedua ujung jaring, dan
pemasangan pelampung tanda yang telah diberi bendera.Kapal dengan alat
tangkap tsb berangkat dari fishing base menuju fishing ground. Tahap
awal dalam pengoperasian adalah penentuan fishing ground, yaitu
berdasarkan pada posisi atau koordinat lokasi penangkapan yang telah
direncanakan. Waktu yang diperlukan dari fishing base menuju ke fishing
ground 3 – 4 jam dengan jarak tempuh antara 3 – 4 mil.

b) Setting/ Penurunan alat tangkap gillnet


Setelah sampai di fishing ground tim mulai bersiap di samping kanan
kapal untuk proses setting (penurunan jaring) dimulai dengan menurunkan
pelampung tanda yang diikatkan pada ujung tali selambar ke laut.

10
Kemudian secara perlahan kapal bergerak mengikuti arah angin dan jaring
pun mulai diturunkan pada sebelah kanan haluan kapal. Dimulai dengan
pelemparan pemberat atau badan jaring bagian bawah dahulu kemudian
pelemparan pelampung umbul. Pelemparan pemberat dan pelampung
harus dilakukan dengan tepat agar jaring tidak terbelit sehingga dapat
terentang di perairan. Panjang jaring yang digunakan yaitu sebanyak 10-15
piece. Proses setting ini berlangsung selama ± 60 menit. Tali selambar
terakhir kemudian diikatkan pada kapal agar jaring dapat terpantau dengan
baik.

c) Drifting
Proses menunggu (drifting) dilakukan setelah penurunan alat tangkap
selesai dilakukan. Proses ini dilakukan ± 9 jam. Selama proses
menununggu salah satu anggota diberi tugas untuk mengawasi dan
menjaga kapal dan alat tangkap yang sedang dioperasikan agar terhindar
dari gerak atau laju kapal alat tangkap yang sedang berangkat dan akan
beroperasi disekitar lokasi operasi penangkapan.

d) Penarikan jaring (hauling)


Dilakukan setelah proses menunggu (drifting) selama ± 9 jam . Pada
penarikan jaring kapal bergerak maju perlahan sampai pada posisi yang
benar sesuai dengan arah arah angin, arah arus, dan posisi jaring kemudian
mesin kapal dimatikan. Kemudian jaring mulai ditarik di samping kanan
kapal dengan tangan tanpa menggunakan alat bantu penarik.
Masingmasing menarik bagian atas jaring, tengah jaring, dan bagian
bawah jaring.Penarikan dimulai dari bagian jaring yang diturunkan paling
akhir atau pada tali selambar bagian jaring terakhir diturunkan yang
diikatkan ke kapal. Apabila pada saat penarikan Alat tangkap Ikan terdapat
ikan yang terjerat maka tim langsung melepaskan ikan tersebut dari jeratan
jaring dan meletakkannya pada bagian samping kiri kapal, setelah itu
melanjutkan penarikan jaring kembali.

11
e) Waktu Penarikan alat tangkap Gill Net
Waktu yang dibutuhkan untuk sekali penarikan jaring (hauling) berkisar
antara 60 – 70 menit. Bergantung kepada banyaknya ikan yang tertangkap
dan sampah-sampah yang tersangkut pada jaring.

12. Jaring Angkat Perahu(Boat Opereaed Lift Net)


Jaring angkat adalah alat penangkapan ikan berbentuk lembaran jaring persegi
panjang atau bujur sangkar yang direntangkan atau dibentangkan dengan
menggunakan kerangka dari batang kayu atau bambu (bingkai kantong jaring)
sehingga jaring angkat membentuk kantong.

Cara kerja jaring angkat perahu yaitu:

a) Persiapan menuju fishingground, biasanya terlebih dahulu dilakukan


pemeriksaan dan persiapan terhadap segala sesuatu yang dibutuhkan
dalam pengoperasian bagan perahu. Pemeriksaan dan perbaikan terutama
dilakukan terhadap lampu dan mesin kapal. Persiapan lain yang dianggap
penting adalah kebutuhan perbekalan operasi penangkapan seperti air
tawar, solar, minyak tanah, garam dan bahan makanan.

b) Pengumpulan ikan, ketika tiba di lokasi fishingground dan hari menjelang


malam, maka lampu dinyalakan dan jaring biasanya tidak langsung
diturunkan hingga tiba saatnya ikan terlihat berkumpul di lokasi bagan
atau ingin masuk ke dalam area cahaya lampu. Namun tidak menutup
kemungkinan ada pula sebagian nelayan yang langsung menurunkan jaring
setelah lampu dinyalakan.

c) Setting, setelah menunggu beberapa jam dan ikan mulai terlihat berkumpul
di lokasi penangkapan, maka jaring diturunkan ke perairan. Jaring
biasanya diturunkan secara perlahan-lahan dengan memutar roller.
Penurunan jaring beserta tali penggantung dilakukan hingga jaring
mencapai kedalaman yang diinginkan. Proses setting ini berlangsung tidak

12
membutuhkan waktu yang begitu lama. Banyaknya setting tergantung
pada keadaan cuaca dan situasi hasil tangkapan, serta kondisi perairan
pada saat operasi penangkapan.

d) Perendaman jaring (soaking), selama jaring berada di dalam air, nelayan


melakukan pengamatan terhadap keberadaan ikan di sekitar kapal untuk
memperkirakan kapan jaring akan diangkat. Lama jaring berada di dalam
perairan (perendaman jaring) bukan bersifat ketetapan, karena nelayan
tidak pernah menentukan dan menghitung lamanya jaring di dalam
perairan dan kapan jaring akan diangkat namun hanya berdasarkan
penglihatan dan pengamatan adanya ikan yang berkumpul di bawah
cahaya lampu.

e) Pengangkatan jaring (lifting), lifting dilakukan setelah kawanan ikan


terlihat berkumpul di lokasi penangkapan. Kegiatan lifting ini diawali
dengan pemadaman lampu secara bertahap. Hal ini dimaksudkan agar ikan
tidak terkejut dan tetap terkosentrasi pada bagian perahu di sekitar lampu
yang masih menyala. Ketika ikan sudah berkumpul di tengah-tengah
jaring, jaring tersebut mulai ditarik ke permukaan hingga akhirnya
ikanakan tertangkap oleh jaring.

f) Brailing, setelah bingkai jaring naik ke atas permukaan air, maka tali
penggantung pada ujung dan bagian tengah rangka dilepas dan dibawa ke
satu sisi kapal, tali kemudian dilewatkan pada bagian bawah kapal beserta
jaringnya. Tali pemberat ditarik ke atas agar mempermudah penarikan
jaring dan lampu dihidupkan lagi. Jaring kemudian ditarik sedikit demi
sedikit dari salah satu sisi kapal ke atas kapal. Hasil tangkapan yang telah
terkumpul diangkat ke atas dek kapal dengan menggunakan serok.

g) Penyortiran ikan, setelah diangkat di atas dek kapal, dilakukan penyortiran


ikan. Penyortiran ini biasanya dilakukan berdasarkan jenis ikan tangkapan,

13
ukuran dan lain-lain. Ikan yang telah disortir langsung dimasukkan ke
dalam wadah atau peti untuk memudahkan pengangkutan..

13. Muroami
Muroami adalah alat penangkapan ikan berbentuk kantong yg terbuat dari
jaring dan terdiri dari 2 (dua) bagian sayap yang panjang, badan dan kantong
jaring (cod end).
Cara kerja muromi yaitu :

Pertama, pemasangannya dengan cara menenggelamkan muroami yang


dipasang menetap menggunakan jangkar. Pada setiap ujung bagian sayap serta
di sisi atas kedua bagian sayap dan mulut jaring dipasang pelampung bertali
panjang. Untuk menarik jaring ke arah belakang, menggunakan sejumlah
perahu/kapal yang diikatkan pada bagian badan dan kantong jaring. Muroami
dipasang di daerah perairan karang untuk menangkap ikan-ikan karang.

14
BAB III
PENUTUP

1. Kesimpulan
Alat penangkapan ikan adalah peralatan yang digunakan nelayan dan
pemancing untuk mendapatkan ikan dan hewan laut lainnya. Jenis-jenis yang
digunakan untuk menangkap ikan misalnya alat tangkap rumpon, purse seine,
sero,bubu dasar, jala lempar, pukat sotong, covering net, pancing tonda
(troling line), rawai (long line), pukat udang (shrimp trawl), jaring insang
(gillnet), jaring angkat perahu (boat opereaed lift net), muroami, dan banyak
lagi alat-alat yang digunakan untuk menangkap ikan.

2. Saran
Penyusun menyadari bahwa didalam penyusunan makalah ini masih
banyak kekurangan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran
yang membangun dari pembaca agar makalah ini dapat lebih baik untuk
kedepannya

15
DAFTAR PUSTAKA

http://tangkapjabar.blogspot.com/2014/12/fungsi-dan-manfaat-rumpon-dan-tata-
cara.html?m=1 diakses pada pukul 22.00 WIB, tanggal 29 September 2019,
Tanjungpinang

https://pasberita.com/cara-memakai-teknik-operasi-alat-tangkap-bubu/ diakses
pada pukul 08.45 WIB, tanggal 30 September 2019, Tanjungpinang

http://catatanku-11.blogspot.com/2015/06/pancing-tonda.html?m=1 diakses pda


pukul 14.00 WIB, tanggal 30 September 2019, Tanjungpinang

http://ilmukelautanperikanan.blogspot.com/2015/04/spesifikasi-alat-tangkap-
double-rig.html?m=1 diakses pada pukul 14.30 WIB, tanggal 30 September
2019, Tanjungpinang

http://perikanan38.blogspot.com/2017/08/cara-menggunakan-alat-tangkap-gill-
net.html?m=1 diakses pada pukul 14.50 WIB tanggal 30 September2019,
Tanjungpinang

http://fom-s.blogspot.com/2011/12/jaring-angkat-lift-nets.html?m=1 diakses pda


pukul 15.45 WIB tanggal 30 September 2019, Tanjungpinang

16

Anda mungkin juga menyukai