Oleh :
I. PENDAHULUAN........................................................................................................1
1.3. Tujuan.......................................................................................................................1
II. PEMBAHASAN...........................................................................................................2
III. PENUTUP....................................................................................................................5
3.1. Kesimpulan...............................................................................................................5
3.2. Saran.........................................................................................................................5
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................6
i
I. PENDAHULUAN
1
II. PEMBAHASAN
2
ukuran mata pancing, sedangkan ikan yang mempunyai bukaan mulutnya lebih kecil dari
ukuran mata pancing akan lolos dari penangkapan (Rusmilyansari, 2012).
Hasil tangkapan ikan yang di peroleh dengan menggunakan alat tangkap pancing
prawai dasar antara lain kakap merah (Lutjanus sp), manyung (Arius thalassinus), pari
(Trygon sephen), remang atau julung (Hemirhampus far), utik atau beloso (Saurida
tumbil), cucut (Hemigaleus balfouri), kerapu (Ephinephelus spp), dan bambangan (Lates
spp) (Khasanah, 2010).
2.2. Proses Penangkapan Ikan dengan Long Line
Kondisi pancing pada satu pelamung disesuaikan dengan kedalaman perairan yang
akan dijangkau oleh pancing. Jangkauan terdalam bisa mencapai 450 meter. Secara
ringkas dalam kegiatan operasi penangkapan rawai tuna, setelah persiapan dilakukan dan
kapal ikan telah tiba di fishing ground yang telah ditentukan, selanjutnya dilakukan setting
yang diawali dengan penurunan pelampung bendera dan penebaran tali utama.
Selanjutnya dilakukan penebaran pancing yang telah dipasangi umpan. Rata-rata waktu
yang digunakan untuk melepas pancing 0,6 menit/pancing. Pelepasan pancing dilakukan
menurut garis yang menyerang atau tegak lurus terhadap arus. Pelepasang pancing
umumnya dilakukan saat malam dengan pertimbangan pancing yang telah terpasang
waktu pagi saat ikan aktif mencari mangsa. Pengoperasian juga dapat dilakukan pada
siang hari. Penarikan alat tangkap dilakukan setelah berada didalam air selama 3-6 jam.
Penarikan dilakukan dengan menggunakan line hauler yang dapat diatur kecepatannya.
Lamanya penarikan alat tangkap sangat ditentukan oleh banyaknya hasil tangkapan dan
faktor cuaca. Penarikan biasanya membutuhkan waktu 3 menit/pancing (Mahrus, 2012).
Sedangkan menurut Khasanah (2010), proses penangkapan ikan di awali dengan
persiapan sebelum melaut. Persiapan tersebut meliputi pengisian bahan bakar solar,
pengisian bahan pendingin dan air tawar, serta pengangkutan logistik ke dalam armada
kapal. Proses ini biasanya berlangsung selama ± 2 hari. Cepat atau lambatnya proses ini
bergantung pada ketersediaan bahan bakar solar ataupun bahan pendingin. Jika armada
kapal yang akan melaut jumlahnya banyak maka akan terjadi antrian dalam proses ini,
sehingga menghambat berangkatnya armada kapal untuk melaut. Perbaikan alat-alat mesin
kapal maupun badan armada kapal juga dilakukan untuk dapat memperkecil risiko
3
kerusakan saat melaut mencari ikan sehingga secara keseluruhan proses persiapan untuk
melaut dapat memakan waktu selama 7 hari.
Proses selanjutnya adalah proses penangkapan ikan di laut. Proses ini diawali dengan
persiapan umpan. Umpan yang akan digunakan harus diperhatikan sebelum kegiatan
penangkapan dimulai. Ikan yang dapat digunakan sebagai ikan umpan antara lain Ikan
umpan yang memiliki kwalitas ikan segar yaitu ikan belong (ikan mata besar), oblo, dan
kuniran. Kemudian menyediakan jumlah ikan umpan sesuai dengan jumlah mata pancing
yang akan digunakan. Anak buah kapal mengambil posisi masing-masing sesuai dengan
tugasnya sementara kapal dijalankan dengan kecepatan antara 3 – 4 knots selanjutnya
dilakukan pelepasan pancing. Mula-mula pelampung dan tiang bendera dilepas beserta tali
pelampungnya, kemudian disusul lepas tali utama akhirnya tali cabang yang diikuti mata
pancing yang telah diberi umpan, begitu seterusnya secara bergantian antara tali utama
dengan branch line disambungkan di lempar ke laut (antara satu rawai dengan rawai yang
lain disambung melalui satu tali penyambung). Penarikan rawai dilakukan 5 – 6 jam
kemudian setelah pelepasan pancing. Biasanya dimulai pada pukul 12.00 dan selesai
menjelang matahari terbenam. Penarikan pancing dilakukan di bagian depan kapal dengan
bantuan mesin penarik (line hauler). Penarikan pancing secara berurut dimulai dari tiang
bendera – pelampung – tali pelampung serta pemberat diangkat keatas deck kapal – tali
utama – berikut tali cabang beserta mata pancingnya dan begitu terus sampai keseluruhan
satuan mata pancing terangkat ke atas geladak kapal.
4
III. PENUTUP
III.1 Kesimpulan
1. Pancing prawai (long line) termasuk dalam golongan pancing (hook and line), yang
terdiri dari banyak tali cabang (branch line) yang membawa mata pancing. Panjang
rentangan tali main line dapat mencapai ratusan meter bahkan puluhan
kilometer,dioperasikan di atas perahu, terdiri dari tambang plastik ukuran ± 5 mm
untuk tali utama, tambang plastik ukuran 3 mm untuk tali cabang, pancing
menggunakan pancing berkait balik.
2. Hasil tangkapan ikan yang di peroleh dengan menggunakan alat tangkap long line
antara lain kakap merah (Lutjanus sp), manyung (Arius thalassinus), pari (Trygon
sephen), remang atau julung (Hemirhampus far), utik atau beloso (Saurida tumbil),
cucut (Hemigaleus balfouri), kerapu (Ephinephelus spp), dan bambangan (Lates spp).
3. Proses penangkapan long line antara lain : persiapan sebelum melaut (pengisian bahan
bakar, bahan pendingin dan air tawar, pengangkutan logistik) dan proses pencarian
ikan di laut (persiapan umpan, pelepasan alat pancing, pengangkatan alat pancing
(hasil tangkapan ikan)).
3.1. Saran
Isi makalah masih kurang lengkap, sebaiknya dilengkapi dari referensi-referensi lain
yang mendukung dan yang berkaitan dengan pembahasan. Selain itu, sebaiknya
diperbanyak lagi mendalami ilmu-ilmu yang berkaitan dengan alat tangkap yang lain, serta
tidak hanya menguasai dalam teori saja tetapi juga menguasai keterampilan
mengoperasikan alat tangkap agar dapat menerapkannya ketika di lapangan.
5
DAFTAR PUSTAKA
Khasanah, Uswatun. 2010. Analisis Usaha Penangkapan Ikan Laut dengan Alat Tangkap
Pancing Prawai Dasar (Bottom Long Line) oleh Nelayan dari Kabupaten Batang.
Skripsi. Universitas Sebelas Maret. Surakarta.
Mahrus. 2012. Distribusi Ukuran Panjang Dan Berat Tuna Sirip Biru Selatan (Thunnus macoyii
Castelnau, 1872) yang Tertangkap Dari Perairan Samudera Hindia dan Didaratkan di
Pelabuhan Benoa Bali. Tesis. Universitas Indonesia. Depok.
Rusmilyansari. 2012. Inventarisasi Alat Tangkap Berdasarkan Kategori Status Penangkapan Ikan
yang Bertanggungjawab di Perairan Tanah Laut. Fish Scientiae. 2 (4): 143-153.
Saputra S.W., A.Solichin , D.Wijayanto dan F. Kurohman. 2011. Produktivitas dan Kelayakan
Usaha Tuna Longliner di Kabupaten Cilacap Jawa Tengah. Jurnal Saintek
Perikanan. 6 (2): 84 – 91.
Soemarto dan Djodjo S. 1982. Teori Penangkapan Ikan 1. Depdikbud. Jakarta.
Sudirman dan Achmar M. 2004. Teknik Penangkapan Ikan. Rineka Cipta. Jakarta.