Anda di halaman 1dari 8

MAKALAH PENGANTAR ILMU PENANGKAPAN IKAN

PENGGUNAAN LONG LINE SECARA UMUM

Oleh :

Nama : Arif Wardiman


NIM : L1B015018

KEMENTRIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
PROGRAM STUDI BUDIDAYA PERAIRAN
PURWOKERTO
2016
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI..........................................................................................................................i

I. PENDAHULUAN........................................................................................................1

1.1. Latar Belakang.........................................................................................................1

1.2. Rumusan Masalah...................................................................................................1

1.3. Tujuan.......................................................................................................................1

II. PEMBAHASAN...........................................................................................................2

2.1. Deskripsi Long Line................................................................................................2

2.2. Proses Penangkapan Ikan dengan Long Line.......................................................3

III. PENUTUP....................................................................................................................5

3.1. Kesimpulan...............................................................................................................5

3.2. Saran.........................................................................................................................5

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................6

i
I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Perikanan adalah kegiatan manusia yang berhubungan dengan pengelolaan dan
pemanfaatan sumberdaya hayati perairan. Sumberdaya hayati perairan tidak dibatasi
secara tegas dan pada umumnya mencakup ikan, amfibi dan berbagai avertebrata penghuni
perairan dan wilayah yang berdekatan, serta lingkungannya. Di Indonesia, menurut UU RI
no. 9/1985 dan UU RI no. 31/2004, kegiatan yang termasuk dalam perikanan dimulai dari
praproduksi, produksi, pengolahan sampai dengan pemasaran, yang dilaksanakan dalam
suatu sistem bisnis perikanan. Dengan demikian, perikanan dapat dianggap merupakan
usaha agribisnis.
Perikanan memiliki banyak cabang kegiatan atau usaha, salah satunya adalah
penangkapan ikan yang saat ini sudah semakin banyak menjadi mata pencaharian
masyarakat Indonesia khususnya yang bermukim di wilayah pesisir pantai. Dengan
luasnya perairan di Indonesia tentu ini dapat dijadikan sebagai pemasukan untuk
perekonomian di Indonesia apabila mampu dikelola secara optimal.
Kegiatan penangkapan ikan merupakan aktivitas yang dilakukan untuk mendapatkan
sejumlah hasil tangkapan, yaitu berbagai jenis ikan untuk memenuhi permintaan sebagai
sumber makanan dengan menggunakan berbagai jenis alat tangkap.  Adanya permintaan
menyebabkan terjadi siklus ekonomi dimana akan terjadi keuntungan dan kerugian,
sehingga aktivitas penangkapan akan dilakukan dengan meningkatkan produksi ikan untuk
meraih keuntungan yang sebesar-sebesarnya oleh pelaku usaha penangkapan ikan. 
1.2. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan long line ?
2. Apa saja jenis ikan yang dapat ditangkap long line ?
3. Bagaimana proses penangkapan ikan menggunakan long line ?
1.3. Tujuan
1. Mengetahui deskripsi singkat alat tangkap long line.
2. Mengetahui jenis ikan yang tertangkap long line.
3. Mengetahui proses penangkapan menggunakan long line di Indonesia.

1
II. PEMBAHASAN

2.1. Deskripsi Long Line


Pancing prawai (long line) termasuk dalam golongan pancing (hook and line), yang
terdiri dari banyak tali cabang (branch line) yang membawa mata pancing. Panjang
rentangan tali main line dapat mencapai ratusan meter bahkan puluhan kilometer.Alat
pancing prawai merupakan alat penangkapan yang dioperasikan di atas perahu. Alat ini
terdiri dari: tambang plastik ukuran ± 5 mm untuk tali utama, tambang plastik ukuran 3
mm untuk tali cabang, pancing menggunakan pancing berkait balik. Cara kerja alat
pancing ini adalah dengan memasangkan umpan (misalnya ikan kembung dan ikan
layang) selama ± 4 jam kemudian ditarik ke atas untuk dapat mengambil hasilnya
(Soemarto dan Djojo, 1982).
Sudirman dan Achmar (2004) menyatakan ada beberapa jenis alat tangkap long line.
Ada yang dipasang di dasar perairan secara tetap dalam jangka waktu tertentu dikenal
dengan nama prawai tetap atau bottom long line atau set long line yang biasanya untuk
menangkap ikan-ikan demersal. Ada juga prawai yang hanyut yang biasa disebut dengan
drift long line, biasanya untuk menangkap ikan-ikan pelagis.
Rawai Tuna atau Tuna Longline adalah alat penangkap tuna yang paling banyak
digunakan untuk menangkap kelompok ikan pelagis besar. Tuna Longline merupakan
rangkaian sejumlah pancing yang dioperasikan sekaligus. Satu unit Tuna Longliner
biasanya mengoperasikan 1.000 – 2.000 mata pancing untuk sekali setting. Tuna Longline
umumnya dioperasikan di laut lepas atau perairan samudera. Alat tangkap ini bersifat
pasif, menanti umpan dimakan oleh ikan sasaran. Setelah pancing diturunkan ke perairan,
mesin kapal dimatikan, agar kapal dan alat tangkap hanyut terbawa arus (drifting)
(Saputra, dkk., 2011).
Menurut Badan Standarisasi Nasional (2008) pancing prawai dasar merupakan
pancing yang tersusun dari rangkaian tali yang dilengkapi dengan pemberat atau jangkar
yang dioperasikan secara menetap. Penangkapan ikan laut dengan alat tangkap pancing
prawai dasar (bottom long line) merupakan salah satu cara pemanfaatan potensi sumber
daya kelautan
Alat penengkap ikan bottom long line dinyatakan aman terhadap habitat. Ikan yang
tertangkap dengan bottom long line ialah ikan yang lebih besar bukaan mulutnya dari

2
ukuran mata pancing, sedangkan ikan yang mempunyai bukaan mulutnya lebih kecil dari
ukuran mata pancing akan lolos dari penangkapan (Rusmilyansari, 2012).
Hasil tangkapan ikan yang di peroleh dengan menggunakan alat tangkap pancing
prawai dasar antara lain kakap merah (Lutjanus sp), manyung (Arius thalassinus), pari
(Trygon sephen), remang atau julung (Hemirhampus far), utik atau beloso (Saurida
tumbil), cucut (Hemigaleus balfouri), kerapu (Ephinephelus spp), dan bambangan (Lates
spp) (Khasanah, 2010).
2.2. Proses Penangkapan Ikan dengan Long Line
Kondisi pancing pada satu pelamung disesuaikan dengan kedalaman perairan yang
akan dijangkau oleh pancing. Jangkauan terdalam bisa mencapai 450 meter. Secara
ringkas dalam kegiatan operasi penangkapan rawai tuna, setelah persiapan dilakukan dan
kapal ikan telah tiba di fishing ground yang telah ditentukan, selanjutnya dilakukan setting
yang diawali dengan penurunan pelampung bendera dan penebaran tali utama.
Selanjutnya dilakukan penebaran pancing yang telah dipasangi umpan. Rata-rata waktu
yang digunakan untuk melepas pancing 0,6 menit/pancing. Pelepasan pancing dilakukan
menurut garis yang menyerang atau tegak lurus terhadap arus. Pelepasang pancing
umumnya dilakukan saat malam dengan pertimbangan pancing yang telah terpasang
waktu pagi saat ikan aktif mencari mangsa. Pengoperasian juga dapat dilakukan pada
siang hari. Penarikan alat tangkap dilakukan setelah berada didalam air selama 3-6 jam.
Penarikan dilakukan dengan menggunakan line hauler yang dapat diatur kecepatannya.
Lamanya penarikan alat tangkap sangat ditentukan oleh banyaknya hasil tangkapan dan
faktor cuaca. Penarikan biasanya membutuhkan waktu 3 menit/pancing (Mahrus, 2012).
Sedangkan menurut Khasanah (2010), proses penangkapan ikan di awali dengan
persiapan sebelum melaut. Persiapan tersebut meliputi pengisian bahan bakar solar,
pengisian bahan pendingin dan air tawar, serta pengangkutan logistik ke dalam armada
kapal. Proses ini biasanya berlangsung selama ± 2 hari. Cepat atau lambatnya proses ini
bergantung pada ketersediaan bahan bakar solar ataupun bahan pendingin. Jika armada
kapal yang akan melaut jumlahnya banyak maka akan terjadi antrian dalam proses ini,
sehingga menghambat berangkatnya armada kapal untuk melaut. Perbaikan alat-alat mesin
kapal maupun badan armada kapal juga dilakukan untuk dapat memperkecil risiko

3
kerusakan saat melaut mencari ikan sehingga secara keseluruhan proses persiapan untuk
melaut dapat memakan waktu selama 7 hari.
Proses selanjutnya adalah proses penangkapan ikan di laut. Proses ini diawali dengan
persiapan umpan. Umpan yang akan digunakan harus diperhatikan sebelum kegiatan
penangkapan dimulai. Ikan yang dapat digunakan sebagai ikan umpan antara lain Ikan
umpan yang memiliki kwalitas ikan segar yaitu ikan belong (ikan mata besar), oblo, dan
kuniran. Kemudian menyediakan jumlah ikan umpan sesuai dengan jumlah mata pancing
yang akan digunakan. Anak buah kapal mengambil posisi masing-masing sesuai dengan
tugasnya sementara kapal dijalankan dengan kecepatan antara 3 – 4 knots selanjutnya
dilakukan pelepasan pancing. Mula-mula pelampung dan tiang bendera dilepas beserta tali
pelampungnya, kemudian disusul lepas tali utama akhirnya tali cabang yang diikuti mata
pancing yang telah diberi umpan, begitu seterusnya secara bergantian antara tali utama
dengan branch line disambungkan di lempar ke laut (antara satu rawai dengan rawai yang
lain disambung melalui satu tali penyambung). Penarikan rawai dilakukan 5 – 6 jam
kemudian setelah pelepasan pancing. Biasanya dimulai pada pukul 12.00 dan selesai
menjelang matahari terbenam. Penarikan pancing dilakukan di bagian depan kapal dengan
bantuan mesin penarik (line hauler). Penarikan pancing secara berurut dimulai dari tiang
bendera – pelampung – tali pelampung serta pemberat diangkat keatas deck kapal – tali
utama – berikut tali cabang beserta mata pancingnya dan begitu terus sampai keseluruhan
satuan mata pancing terangkat ke atas geladak kapal.

4
III. PENUTUP

III.1 Kesimpulan
1. Pancing prawai (long line) termasuk dalam golongan pancing (hook and line), yang
terdiri dari banyak tali cabang (branch line) yang membawa mata pancing. Panjang
rentangan tali main line dapat mencapai ratusan meter bahkan puluhan
kilometer,dioperasikan di atas perahu, terdiri dari tambang plastik ukuran ± 5 mm
untuk tali utama, tambang plastik ukuran 3 mm untuk tali cabang, pancing
menggunakan pancing berkait balik.
2. Hasil tangkapan ikan yang di peroleh dengan menggunakan alat tangkap long line
antara lain kakap merah (Lutjanus sp), manyung (Arius thalassinus), pari (Trygon
sephen), remang atau julung (Hemirhampus far), utik atau beloso (Saurida tumbil),
cucut (Hemigaleus balfouri), kerapu (Ephinephelus spp), dan bambangan (Lates spp).
3. Proses penangkapan long line antara lain : persiapan sebelum melaut (pengisian bahan
bakar, bahan pendingin dan air tawar, pengangkutan logistik) dan proses pencarian
ikan di laut (persiapan umpan, pelepasan alat pancing, pengangkatan alat pancing
(hasil tangkapan ikan)).
3.1. Saran
Isi makalah masih kurang lengkap, sebaiknya dilengkapi dari referensi-referensi lain
yang mendukung dan yang berkaitan dengan pembahasan. Selain itu, sebaiknya
diperbanyak lagi mendalami ilmu-ilmu yang berkaitan dengan alat tangkap yang lain, serta
tidak hanya menguasai dalam teori saja tetapi juga menguasai keterampilan
mengoperasikan alat tangkap agar dapat menerapkannya ketika di lapangan.

5
DAFTAR PUSTAKA

Khasanah, Uswatun. 2010. Analisis Usaha Penangkapan Ikan Laut dengan Alat Tangkap
Pancing Prawai Dasar (Bottom Long Line) oleh Nelayan dari Kabupaten Batang.
Skripsi. Universitas Sebelas Maret. Surakarta.
Mahrus. 2012. Distribusi Ukuran Panjang Dan Berat Tuna Sirip Biru Selatan (Thunnus macoyii
Castelnau, 1872) yang Tertangkap Dari Perairan Samudera Hindia dan Didaratkan di
Pelabuhan Benoa Bali. Tesis. Universitas Indonesia. Depok.
Rusmilyansari. 2012. Inventarisasi Alat Tangkap Berdasarkan Kategori Status Penangkapan Ikan
yang Bertanggungjawab di Perairan Tanah Laut. Fish Scientiae. 2 (4): 143-153.
Saputra S.W., A.Solichin , D.Wijayanto dan F. Kurohman. 2011. Produktivitas dan Kelayakan
Usaha Tuna Longliner di Kabupaten Cilacap Jawa Tengah. Jurnal Saintek
Perikanan. 6 (2): 84 – 91.
Soemarto dan Djodjo S. 1982. Teori Penangkapan Ikan 1. Depdikbud. Jakarta.
Sudirman dan Achmar M. 2004. Teknik Penangkapan Ikan. Rineka Cipta. Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai