Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Oleh :
155080201111010
P01 (genap)
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
2015
1. PENDAHULUAN
Kapal adalah sarana yang dapatdigun akan manusia untuk melakukan aktifitas di
perairan. Di antara aktifitas-aktifitas tersebut adalah eksplorasi, pelayaran, pengangkutan barang,
penelitian ekosistem laut, militer kelautan, dan tentu saja penangkapan ikan untuk kebutuhan
pangan. Dengan adanya kegunaan dan aktifitas kapal yang berbeda-beda, kapal memiliki ukuran
dan bentuk yang beragam sesuai dengan kebutuhan operasinya tersebut. Di dalam perikanan
tangkap, kapal merupakan salah satu bagian dari unit penangkapan yang penting karena memiliki
fungsi antara lain sebagai alat transportasi dari fishing base ke fishing ground dan sebaliknya,
sarana untuk melakukan metode penangkapan ikan dan tempat menampung hasil tangkapan.
Kapal perikanan berbeda dibandingkan kapal penumpang biasa. Keistimewaan pokok yang
dimiliki oleh kapal ikan antara lain : kecepatan, olah gerak, layak laut, navigable area, hull
structure, propulsion engine, perlengkapan storagedan alat penangkapan ikan (Ayodhyoa, 1972)
Kapal yang termasuk kelompok multipurpose hanyalah kapal mini fisher di Tangerang.
Kapal ini dibuat untuk dapat mengoperasikan berbagai jenis alat tangkap seperti purse seine,
trawl, troll line dan long line. Kapal ini memiliki bentuk hard chin bottom. Bentuk yang
demikian diperkirakan memiliki stabilitas yang cukup besar dibandingkan dengan kapal dengan
tipe round bottom dan round flat bottom dan juga memiliki olah gerak yang cukup baik
dibandingkan dengan kapal dengan tipe “U”bottom dan "Akatsuki" bottom.
Potensi armada penangkapan ikan di pulau Ambon didominasi oleh armada pole dan line
dan long line dengan menggunakan kapal multi purpose . Jumlah persen yang ada berdasarkan
total keseluruhan armada tangkap ikan pelaagis besar seperti (tuna, hiu,cakalang,dll), di kota
Ambon .Dimana dari data statistik Dinas perikanan kota Ambon masih mempunyai potensi yang
tinggi dan dapat dikembangkan ,disamping itu letak geografis pulau Ambon yang sebagian dari
wilayahnya adalah laut yang mengandung kekayaan sumberdaya ikan yang potensial .Dalam
usaha untuk pegembangan armada tangkap dibutuhkan analisa terhadap jumlah sarana dan
prasarana tangkap yang optimal berdasarkan potensi lestari yang dimiliki.Hal ini sejalan dengan
dijadikannya Maluku sebagai lumbung Ikan Nasional dan menjawab terget produksi ikan yaitu
500.000 ton/tahun yang dinyatakan oleh menteri kelautan dan perikanan ,(Bataviase:2010).
2
1.2 Pokok Permasalahan
Nomura dan Yamazaki (1977) mengatakan bahwa : ada beberapa persyaratan minimal
untuk kapal ikan yang dapat digunakan untuk operasi penangkapan, yakni memiliki kekuatan
struktur badan kapal, menunjang keberhasilan operasi penangkapan, memiliki fasilitas
penyimpanan hasil tangkapan ikan/udang dan memiliki stabilitas yang tinggi. Stabilitas kapal
mutlak diperlukan sebagai kemampuan kapal untuk kembali ke posisi semula (tegak) setelah
mengalami momen temporal, dimana posisi miring akibat bekerjanya gaya baik dari luar maupun
dari dalam kapal tersebut. Selanjutnya faktor-faktor yang mempengaruhi desain suatu kapal
penangkap ikan adalah tujuan penangkapan ikan, alat dan metode penangkapan, kelaik lautan
dan keselamatan awak kapal, peraturanperaturan yang berhubungan dengan desain kapal,
pemilihan material yang tepat untuk konstruksi, penanganan dan penyimpanan hasil tangkapan,
serta
faktor-faktor ekonomis Menurut Soemarto (1979), kapal penangkapan harus memenuhi
persyaratan antara lain :
1. Memiliki kesanggupan berlayar di laut dengan baik dalam segala keadaan yang
mungkin terjadi.
2. Sanggup berlayar dengan tenaga sendiri ke dan dari daerah penangkapan serta dapat
melakukan penangkapan continue
3. Mempunyai stabilitas yang tinggi untuk menjamin keselamatan.
4. Kekuatan dan struktur yang kokoh.
5. Memiliki fasilitas penyimpanan hasil tangkapan.
6. Tempat persediaan cukup untuk bahan bakar, makanan dan air, untuk keperluan
operasi dalam waktu serta jarak yang telah ditentukan untuk keperluan yang tak
terduga.
7. Kapal harus mempunyai kekuatan yang baik agar dapat menahan gaya-gaya yang
bekerja padanya, baik gaya-gaya dari luar maupun dari dalam.
1.3 Tujuan
Dalam penggunaan dan pengoperasian alat penangkapan ikan di Ambon yang
menggunakan kapal multi purpose dan alat tangkap pole and line dan longline bertujuan ingin
memanfaatakan laut di perairan Ambon yang wilayahnya mempunyai potensi kelautan yang
optimal serta sumberdaya ikan yang berlimpah .
1.4 Manfaat
Dari pengoprasian kapal multi purpose yang menggunakan alat tangkap pole and line dan
longline dapat diketahui hasil kekayaan laut di Pulan Ambon dan kita dapat memanfaatkannya
untuk sumberdaya pangan dan bahkan dapat digunakan sebagai sumber mata pencaharian
masyarakat , serta nelayan di daerah Pulau Ambon dengan penggunaan alat tangkap yang baik
dan efesien.
3
2.PERUMUSAN MASALAH
Sarana tangkap ikan pelagis besar di Pulau Ambon saat ini berjumlah 382 unit . Selain itu
bagaiman bila menaikan jumlah sarana tangkap untuk perikanan rakyat sebanyak 100% pada
periode yang akan datang . Oleh karena itu mencul permasalah bagaimana kondisi sarana dan
prasarana penankapan ikan di Kota Ambon untuk ikan pelagis besar berdasarkan potensi lestari.
3.TINJAUAN PUSTAKA
Tali Utama
4
Tali utama adalah tali tempat bergantungnya tali cabang, bahan yang digunakan
adalah PA monofilamen dengan nomor 600 yang berdiameter 6mm Tiap satu bagian tali
utama panjangnya berkisar antara 50 – 60mn tiap-tiap jarak satu tali cabang.
Tali cabang
Panjang tali cabang tidak boleh lebih dari setengah kali (1/2 x) jarak antara tali
cabang yang menggantung pada tali utama. Hal ini bertujuan agar tidak terjadi saling
mengait (kekusutan) antar tali cabang. Panjang tali cabang seharusnya sekitar 20-25
meter, tali cabang biasanya terdiri atas dua atau tiga jenis tali yaitu tali cabang utama (10
- 15m) dibuat dari PA monofilament nomor 400 dengan diameter 4mm, Skiyama ( 5 –
10m) dibuat dari PA monofilament nomor 400 dengan diameter 4mm, dan tali pancing (2
– 5m) dibuat dari PA monofilament 300 dengan diameter 300mm.
Pancing yang biasa digunakan pada rawai tuna
Pancing yang digunakan adalah pancing yang terbuat dari baja dan dilapis timah
putih, ada berbagai tipe pancing yang digunakan. Ada dua jenis pancing yang digunakan
yaitu : jenis biasa yang biasa digunakan dan jenis pancing berbentuk lingkaran . Pancing
jenis lingkaran ini digunakan dengan maksud untuk mencegah tertangkapnya penyu laut.
Tali Pelampung
Panjang tali pelampung disesuaikan dengan kedalaman yang diinginkan selama
operasi. Pada rawai besar yang operasinya di lapisan permukaan (surface long line)
panjang tali pelampungnya sekitar 15- 20 meter. Bahan yang digunakan adalah tali PE
dengan diameter 6 – 8mm.
Pelampung
Pelampung yang baik dibuat dari plastic dengan diameter diameter 25 - 35cm, .
Pelampung ini dibalut dengan anyaman tali yang tujuannya disamping sebagai
pelindung, juga digunakan untuk tempat penyambungan atau pengikatan pelampung
tersebut tali pelampung.
5
Tiang Bendera (Bamboo Pole)
Tiang bendera untuk menandai pelampung yang dibuag ke laut pertama dan yang
terakhir, tetapi ada juga yang stiap pelampungnya ditambahkan tiang bendera.iang ini
dipasang dengan tujuan untuk mengetahui adanya pelampung di perairan . Pada tiang
bendera dipasangh bendera dengan warna yang kontras dengan keadaan di laut (biasanya
merah). Tiang bendera ini biasanya dibuat dari batang
Permesinan Penangkapan
Permesinan penangkapan (fishing machinery) berfungsi sebagai alat untuk
mempermudah penanganan alat tangkap dan lebih efisien dalam hal waktu dan tenaga.
Oleh karena itu perlu diketahui dengan baik teknik pengoperasian dan perawatan dari
tersebut .Permesinan penangkapan yang ada di kapal rawai tuna, adalah :Line hauler
yang digunakan sebagai alat untuk menarik tali utama pada saat hauling
4.PEMBAHASAN
Alat bantu penangkapan (fishing auxiliary) adalah alat yang digunakan untuk
membantu dalam operasi penangkapan dengan rawai tuna. Adapun alat bantu tersebut
sebagai berikut :
Side roller berfungsi untuk meringankan beban main line yang ditarik oleh
line hauler. Disamping untuk menghindari adanya gesekan main line
dengan badan kapal Side roller juga berfungsi sebagai penekan main line
(tali utama) agar tali tersebut tetap pada tempatnya dan tali tidak terjadi
slip.
Radio Buoy adalah alat untuk mempermudah pendeteksian alat tangkap
long line yang telah dilepas pada waktu setting. Selain itu juga, untuk
membantu pencarian alat tangkap yang putus pada saat hauling. Radio
buoy dipasang setiap 50 basket.
RDF (Radio Direction Finder) adalah alat yang digunakan untuk
mendeteksi posisi radio buoy yang terdapat pada alat tangkap
6
Menurut Djatikusumo (1977), daerah penangkapan ikan merupakan suatu daerah yang
perairannya terdapat populasi ikan atau udang dan alat tangkap dapat dioperasikan secara terus-
menerus, usaha penangkapan dapat dilakukan secara efektif dan efisian serta secara ekonomis
menguntungkan. Letak geografis Indonesia yang diapit oleh dua benua dan dua samudera
menyebabkan kepulauan Indonesia dipengaruhi leh angin muson. Angin muson bertiup
sepanjang tahun dan berubah arah dua kali setiap tahun. Pengaruh angin di perairan Indonesia
ini dikenal sebagai musim barat dan musim timur. Pada musim timur, angin bertiup dari arah
timur, yaitu pada bulan Mei – Oktober.
Pada musim barat angin bertiup dari barat, yaitu pada bulan Oktober – Maret. Kedua
angin musim tersebut banyak mempengaruhi lautan Indonesia (Wasilun, 1977). Angin, curah
hujan, penyinaran matahari, temperature dan kelembapan udara secara bersama-sama akan
mempengaruhi sifat dan kondisi laut (Direktorat Jenderal Peikanan, 1980). Sehubungan dangan
itu arus, ombak dan gelombang akan ikut berperan pula dalam menentukan cara pengusahaan
sumberdaya perikanan laut. Oleh karena itu jenis alat tangkap, metode penangkapan, daya guna
alat tangkap dan hasil penangkapan banyak tergantung pada keadaan cuaca dan kondisi laut.
Pengaruh musim, kondisi oseanografi dan catatan laju tangkap hasil tangkapan sebelumnya, bias
dijadikan dasar dalam menentukan musim penangkapan pada suatu perairan.
Rawai tuna atau long line hanya diizinkan pengoperasiannya di perairan wilayah tertentu
dan perairan ZEEI Samudera Hindia, ZEEI Laut Sulawesi, ZEEI Samudera Pasifik, hal ini
diperkuat oleh dasar hukum pasal 31 ayat (1) huruf a, Keputusan Meteri Kelautan Dan Perikanan
Nomor KEP.60/MEN/2001 tentang Penataan Penggunaan Kapal Perikanan di Zona Ekonomi
Eksklusif Indonesia (Dirjen Perikanan Tangkap, 2005). Daerah penangkan rawai tuna di
Indonesia terdapat pada WPP-RI 571, 572, 573,713, 714,715, 716, dan 717.