Anda di halaman 1dari 4

Keuntungan menggunakan alat tangkap rawai (Long Line) antara lain

pengoperasiannya yang tidak rumit serta penanganan dan perawatan yang relatif
mudah. Sistem penyimpanan alat tangkap rawai yang digunakan adalah sistem
basket yaitu dalam satu set alat tangkap rawai tuna (tali pelampung, tali utama,dan
tali cabang) diikat menjadi satu dengan menggunakan tali, pelampung disimpan
tersendiri. Pemasangan tali cabang pada tali utama dengan membuat simpul, juga
pada pemasangan tali pelampung pada tali utama (Yanis, 2018).
Berdasarkan cara pengoperasiannya yakni dilihat pada lapisan kedalaman
tempat alat tersebut dioperasikan maka alat tangkap rawai (Long line) yang
beroperasi di perairan Tarakan adalah jenis bottom long line. Pada alat tangkap
rawai (long line) ini direntang dekat maupun di dasar perairan. Dipasang di dasar
perairan secara tetap pada jangka waktu tertentu dan perentangannya ditetapkan
dengan adanya pelampung dan jangkar dikenal dengan nama rawai tetap atau
bottom long line atau set long line yang biasa digunakan untuk menangkap ikan
ikan demersal (Prisanto, 2017).
Wilayah pengoperasi penangkapan untuk ikan tuna jenis southern bluefin
berada di selatan Jawa (Samudra Hindia), untuk tuna jenis albacore, yellowfin,
bigeye dan longtail hampir menyebar mulai dari perairan Indonesia bagian Utara
sampai ke Selatan. Rawai tuna umumnya dioperasikan di laut lepas atau mencapai
perairan samudera. Alat tangkap ini bersifat pasif, menanti umpan dimakan oleh
ikan sasaran. Setelah pancing diturunkan ke perairan, lalu mesin kapal dimatikan
sehingga kapal dan alat tangkap akan hanyut mengikuti arah arus atau sering
disebut drifting. Drifting berlangsung selama kurang lebih empat jam. Selanjutnya
mata pancing diangkat kembali ke atas kapal (Silalahi, 2020).
Umpan long line harus bersifat atraktif. Misalnya sisik ikan mengkilat,
tahan di dalam air, dan tulang punggung kuat. Umpan dalam pengoperasian alat
tangkap ini berfungsi sebagai alat pemikat ikan. Jenis umpan yang digunakan
umumnya ikan pelagis kecil, seperti lemuru, layang, kembung dan bandeng.
Panjang umpan berkisar antara 15-20 cm, dengan berat 80-150 gram. Umpan ini
harus masih segar dan untuk menjaga kualitas ikan umpan maka ikan – ikan
tersebut harus disimpan di tempat dingin atau di es (Damayanti, 2020).
6

Pengoperasian long line


Setting diawali dengan penurunan pelampung bendera tanda sekaligus
pembuangan pemberat hingga penebaran pancing yang telah dipasangi umpan
dengan urutan penempatan umpan sesuai dengan tujuan penelitian. Penurunan
dilaksanakan di muka kapal, dan penurunan dilakukan menurut garis yang
menyerong atau tegak lurus terhadap arus. Secara garis besar, kegiatan penurunan
pancing adalah sebagai berikut adalah mula-mula pelampung dan tiang bendera
diturunkan beserta tali pelampungnya, kemudian tali utama dan akhirnya tali
cabang yang diikuti mata pancing yang telah diberi umpan. Tali utama tersebut
kemudian dilepas dan begitu seterusnya. Rangkaian pancing yang telah dipasangi
umpan kemudian ditebar secara perlahan satu persatu agar jarak antar pancing
tidak terlalu dekat (Suryana et al., 2013).
Kecepatan melempar pancing ke dalam air sangat menentukan letak
pancing dalam air. Penurunan alat tangkap yang cepat menyebabkan jarak antara
kedua pelampung di dalam air menjadi dekat, sehingga kedalaman pancing
bertambah dalam. Demikian juga kecepatan kapal sangat mempengaruhi
kedalaman mata pancing, terutama apabila kecepatan kapal ditambah, maka alat
tangkap rawai yang diturunkan akan menjadi renggang, sehingga kedalaman
pancing menjadi kurang (Sunarto, 2016).
Alat tangkap ini bersifat pasif dimana alat tangkap ini tidak aktif dalam
memburu ikan melainkan hanya diam saja. Umpan menjadi hal yang akan
menarik perhatian ikan target tangkapan. Itu sebabnya umpan yang diberikan
haruslah efektif dalam menarik perhatian ikan sehingga penangkapan dapat
dengan mudah dilakukan dan umpan akan segera di makan oleh ikan dan ikannya
tidak dapat kabur. Setelah proses setting selesai, tahapan selanjutnya adalah
merendam alat tangkap sesuai dengan durasi waktu yang telah ditetapkan. Alat
tangkap berendam (soaking) dan dibiarkan hanyut mengikuti arus laut (Drifting)
selama kurang lebih 2 jam (Azlhimsyah, 2017).
Sebagai tahap terakhir adalah proses hauling yang merupakan kebalikan
dari tahap setting. Setelah alat tangkap kurang lebih 2 jam di dalam air, dilakukan
penarikan alat tangkap (hauling) ke atas kapal bagian depan yang dilakukan
secara manual. Jika penarikan tali rawai sulit dilakukan karena diduga tali
7

tersangkut oleh karang di dasar air maka penarikan dilakukan dengan bantuan
mesin. Hauling rawai secara berturutturut dimulai dari penaikan tiang bendera,
pelampung, tali pelampung beserta pemberat diangkat ke atas geladak kapal, tali
utama. Kemudian tali cabang beserta mata pancing, sampai keseluruhan satuan
pancing terangkat ke atas geladak kapal. Setelah itu, satu persatu ikan hasil
tangkapan yang diperoleh dilepaskan dari mata pancing kemudian haruslah segera
di masukkan kedalam cool box (Silalahi, 2020).

Kapal Long Line


Kapal untuk ikan tuna long line, termasuk jenis kapal untuk laut lepas. Hal
itu dikarenakan daerah penangkapan ikan tuna ataupun jenis ikan tuna lainnya
berada jauh dari lepas pantai, maka kemampuan kapal juga tergantung pada
ukuran besar kecilnya kapal. Kapal adalah sarana untuk menunjang operasi
penangkapan ikan agar lebih efisien guna memaksimalkan hasil tangkapan. Kapal
yang khusus dipergunakan untuk menangkap ikan, termasuk menampung dan
mengangkut ikan, menyimpan ikan, seta mendinginkan atau mengawetkan ikan.
Kapal merupakan sarana apung penangkapan yang tidak mempunyai geladak
utama dan hanya memiliki bangunan atas/rumah geladak yang secara khusus
dipergunakan untuk menangkap ikan, termasuk menampung dan mengangkut,
menyimpan, mendinginkan atau mengawetkan ikan (Prisanto, 2017).
Alat tangkap rawai tuna dioperasikan menggunakan kapal khusus rawai
tuna yang memiliki buritan cukup luas untuk pengoperasian rawai menggunakan
line hauler. Kapal yang digunakan berukuran yang bervariasi sekitar 30-600 GT.
Ukuran kapal tersebut menentukan jumlah hari trip penangkapan yang dilakukan.
Bahan pembuatan kapal ada yang terbuat dari kayu, FRP dan baja. Bahan kapal
juga tergantung kepada ukuran besar kapal. Ukuran kapal lebih dari 150GT
umumnya terbuat dari baja (Azlhimsyah, 2017).
Ukuran kontruksi utama kapal long line biasanya memiliki panjang
keseluruhan kapal (Length over all) 22,50 m, lebar kapal (width) 4,19
m, kemudian tinggi kapal (depth) 2,29 m dan sarat (draft) 1,10 m. 9,83 dan B/H=
1,83. Dengan ukuran ini, kapal yang digunakan dalam proses penangkapan ikan
tuna ini memiliki kecepatan yang relatif baik dan dengan kekuatan memanjang
7

Anda mungkin juga menyukai