PAPER
Oleh:
1.Oktori Alvindo
2.Oris Hidayat
3.Ridwan
4.Sandi Andika Tanjung
5.Satria Bagas Perdana
6.Sigit Edita Darma
7.Thomas Bescet Tara
8.Thoriq Fawzul Azmi
9.Wahyudi
10.Yohanes Billy Wibowo
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala karunia-
Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan paper ini. Judul yang dipilih pada penulisan Paper II
ini dengan judul “Alat Penangkapan Ikan Long line”
Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Capt Aman Saputra selaku dosen
pengampu yang telah banyak memberi masukan dan saran. Penghargaan penulis sampaikan
kepada :
1. Bapak Ilham, S.St.Pi, Ph. D selaku Diretur Politeknik Ahli Usaha Perikanan Jakarta.
2. Bapak Rahmat Mualim, S.St. Pi, M. Si selaku Ketua Program Studi Teknologi Penangkapan
Ikan.
Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan dan kekeliruan dalam penulisan Paper ini.
Untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari pembaca.
Akhirnya penulis mengucapkan terima kasih atas segala dukungan dan bantuan sehingga
Paper ini dapat tersusun dengan baik.
Kelompok 6
DAFTAR ISI
1. PENDAHULUAN..........................................................................................................6
2. Tinjauan Pustaka........................................................................................................9
2.1 Pengertian Alat Tangkap Long line.....................................................................9
2.2 Sejarah Long Line.................................................................................................9
Alat tangkap modern Longline merupakan alat tangkap yang dioperasikan dengan
sasaran ikan hasil tangkapan yaitu ikan demersal (dasar laut) diantaranya ikan tuna sirip biru,
tuna mata besar, ikan tuna sirip kuning, madidihang, albacore jenis – jenis Longline diantaranya
Longline dasar, Longline permukaan, Longline pertengahan, Longline vertical, Longline tegak,
Longline cucut. Longline memiliki bagian yang berbeda dengan alat tangkap jarring dikarenakan
alat tangkap ini menggunakan pancing sebagai metode utamanya, bagian- bagian Longline
adalah tali utama, tali pelapung, tali cabang, pemberat, pelampung. Umpan yang digunakan
oleh alat tangkap Longline adalah bandeng, lemuru, layang, cumi-cumi yang masih segar
dengan tujuan ikan yang melihat akan mengira bahwa ikan tersebut masih hidup. Dalam
pengoperasian alat tangkap Longline memiliki alat bantu penangkapan untuk memudahkan
dalam melakukan setting maupun hauling yaitu line thrower, line arranger, slow conveyor, line
hauler, branch line ace, side roller. Daerah penangkapan untuk pengoperasian alat tangkap
Longline adalah Perairan dalam dan berkadar garam tinggi (diatas 30%) dan Perairan bersih
Indonesia merupakan negara maritim yang memiliki luas lautan 70% dari daerah
teritorialnya. Hal ini membuat Indonesia kaya akan hasil laut dan memiliki potensi besar
menjadi poros maritim dunia. Poros maritim merupakan sebuah gagasan strategis yang
48% yaitu sebesar 6,7 juta ton per tahun. Adapun potensi tersebut terdiri dari empat
sumberdaya perikanan, yaitu pelagis besar (45.830 ton per tahun) dan pelagis kecil
(2.423.000 ton per tahun), sumberdaya perikanan demersal (3.163.630 ton per tahun),
udang (100.720 ton per tahun), dan ikan karang (80.082 ton per tahun). Sumberdaya
ikan permukaan (pelagic fish) merupakan salah satu sumberdaya perikanan yang
penting bagi keberlanjutan kontribusi ekonomi Indonesia, dimana komoditas ikan tuna
(Thunnus spp) memiliki peran yang sangat signifikan khususnya dalam hal perolehan
devisa Negara dan masih memiliki peluang yang besar untuk terus dikembangkan
provinsi dan kabupaten yang memiliki hak untuk mengelola sumberdaya hayati laut
khususnya ikan tuna di perairan selatan Jawa. Selain itu, undang-undang tersebut
Ratu, 2015).
melimpah, negeri ini memiliki peluang yang sangat besar untuk memulihkan
perikanan dan kelautan secara tepat dan optimal. Hal itu didasarkan pada berbagai
penelitian yang menunjukkan bahwa permintaan akan hasil perikanan cenderung terus
meningkat, baik untuk permintaan dari dalam maupun luar negeri. Kebutuhan ikan
Indonesia pada tahun 2006 diperkirakan mencapai minimal 9,5 juta ton. Peningkatan
volume tersebut disebabkan konsumsi ikan masyarakat Indonesia terus meningkat dari
24 kg menjadi 32 kg per kapita per tahun. Selain itu, target nilai ekspor kelautan dan
perikanan pun meningkat dari 2 miliar dolar AS (2003) menjadi 5 miliar dolar AS di
tahun 2006. Kebutuhan ini meningkat sangat pesat dibandingkan dengan tingkat
konsumsi ikan pada tahun 2001 yang mencapai 4,6 juta ton atau ekuivalen dengan 22,4
kg / kapita / tahun
1.2. Tujuan
Tujuan dari dibuat paper yang berjudul Alat tangkap Long line modern adalah :
4. . Pembaca dapat mengetahui alat bantu penangkapan alat tangkap Long line.
Long line merupakan alat tangkap perikanan yang sangat bervariasi baik dalam
hal ukuran, cara pengoperasian, daerah penangkapan serta jenis ikan yang menjadi
tangkapan utama. Definisi long line menurut statistik perikanan Indonesia, Long line
terdiri dari sederetan tali-tali utama, dan pada tali utama pada jarak tertentu terdapat
beberapa tali cabang yang pendek dan lebih kecil diameternya. Pada ujung tali cabang
ini diikatkan pancing yang berumpan Sedangkan pengertian long line dalam ensiklopedi
perikanan, yaitu suatu jenis alat penangkap ikan dengan konstruksi tertentu di mana tali
pancing yang bermata pancing (branch lines) dikaitkan pada tali pancing utama yang
Alat tangkap ini berkembang pesat penggunaannya jika dilihat dari segi
teknisnya serta beragam alat bantu yang digunakan. Keuntungan menggunakan alat
tangkap long line (long line) antara lain : pengoperasiannya tidak rumit serta
penanganan dan perawatan yang relatif mudah. Sistem penyimpanan alat tangkap long
line yang digunakan adalah sistem basket yaitu dalam satu set alat tangkap long line
tuna (tali pelampung, tali utama,dan tali cabang) diikat menjadi satu dengan
menggunakan tali, pelampung disimpan tersendiri. Pemasangan tali cabang pada tali
utama dengan membuat simpul, demikian halnya dengan pemasangan tali pelampung
tempat alat tersebut dioperasikan maka alat tangkap long line (Long line) yang
beroperasi di perairan Tarakan adalah jenis bottom long line. Pada long line (long line)
ini direntang dekat maupun di dasar perairan. dipasang di dasar perairan secara tetap
pada jangka waktu tertentu dan perentangannya ditetapkan dengan adanya pelampung
dan jangkar dikenal dengan nama long line tetap atau bottom long line atau set long line
Perikanan tuna long line mulai diperkenalkan di indonesia pada tahun 1950. Dimana
pada tahun tersebut Pusat Jawatan Perikanan Laut mengadakan kerja sama dengan
United Stated Overcas Mission dari Amerika untuk mengembangkan usaha tuna long
line. Persiapan untuk melakukan percobaan dimulai dengan membuat atau merancang
alat tangkap tuna long line yang dikerjakan oleh seorang tenaga ahli yang bernama
Relp L. Jhonson dan Soedarsono. Pengoprasian alat tangkap tersebut menggunakan
satu kapal khusus tuna long line dari kayu yang bernama KM. Bima, yang dibangun
digalangan Bayo Juana Jawa Tengah pada tahun 1953, dengan panjang main line
berkisar 15-20 m yang merupakan modifikasi dari tuna long line yang digunakan di
jepang (Sultan, 1991 dalam Mu’min 2013). Long line adalah alat bantu yang berupa
rangkaian pancing yang dapat dioperasikan dengan baik untuk menangkap jenis-jenis
ikan tertentu. Alat penangkapan ini disebut rawai karena sewaktu dioperasikan
berbentuk rawai-rawai yang berarti sesuatu yang ujunnya bergerak bebas. Rawai
disebut juga long line yang secara harfiah dapat diartikan dengan tali panjang. Hal ini
karena alat penangkapan tersebut mempunyai konstruksi yang berbentuk rangkaian
tali-temali yang disambung-sambung sehingga merupakan tali panjang yang
mempunyai banyak tali cabang (Sudirman dan Mallawa, 2004).
Long line adalah alat bantu yang berupa rangkaian pancing yang dapat dioperasikan
dengan baik untuk menangkap jenis-jenis ikan tertentu. Alat penangkapan ini disebut
rawai karena sewaktu dioperasikan berbentuk rawai-rawai yang berarti sesuatu yang
ujunnya bergerak bebas. Rawai disebut juga long line yang secara harfiah dapat
diartikan dengan tali panjang. Hal ini karena alat penangkapan tersebut mempunyai
konstruksi yang berbentuk rangkaian tali-temali yang disambung-sambung sehingga
merupakan tali panjang yang mempunyai banyak tali cabang (Sudirman dan Mallawa,
2004).Long line merupakan rangkaian dari unit-unit pancing yang sangat panjang.
Terdiri dari tali utama (main line), tali temali cabang (branch line), yang diikatkan secara
menggantung pada tali utama dengan interval jarak-jarak tertentu, dan matamata
pancing (hooks) dengan ukuran (nomor) tertentu yang diikatkan pada setiap ujung
bawa tali-tali cabang (setiap cabang terdiri dari satu mata pancing) (Prasetya dkk.,
2016). Long line adalah merupakan salah satu jenis alat penangkapan ikan yang
digunakan oleh nelayan, Nelayan mengoprasikan long line di laut lepas dan dalam
waktu yang relatif lama. Tuna long line ini merupakan alat tangkap yang dioperasikan di
permukaan, dan jenis ikan yang menjadi tujuan penangkapan adalah ikan palagis
besar, dsalam hal ini target utamanya adalah ikan tuna (Lestari dkk., 2016).Upaya
optimum merupakan upaya penangkapan yang dapat dilakukan dalam satu trip
penangkapan untuk mendapatkan hasil tangkapan yang optimal tanpa merusak
kelestarian sumber daya tersebut. Manfaat dilakukannya pendugaan tingkat upaya
optimum agar kerugian waktu, tenaga dan biaya operasi penangkapan dapat diperkecil
dan usaha penangkapan yang dilakukan, diharapkan akan selalu mencapai hasil yang
optimal (Boesono dkk., 20Konstruksi alat tangkap long line terdiri dari tali utama (main
line), tali cabang (branch line), swipel, sekiyama, tali baja (wire leader), pelampung dan
pancing yang disusun sedemikian rupa sehingga membentuk alat yang memanjang
diperairan, selain itu umpan juga merupakan faktor yang paling penting dalam
pengoprasian long line. Struktur alat tangkap long line yang digunakan terdiri dari tali
utama, tali cabang, pelampung, tali pelampung, pelampung tanda, dan mata pancing
(Falah, 2014). Konstruksi alat tangkap long line.
Struktur awal lon line
Menurut dewan pimpinan pusat asosiasi tuna longline Indonesia ( DPP-ATLI), long line
terdiri dari bagian-bagian sebagai berikut :
a. Pelampung bola
Pelampung bola biasanya terpasang pada ujung basket dari alat angkap. Pelampung
bola ini terbuat dari bahan sintetik dengan dimeter 35 cm dan ada yang lebih besar.
Untuk long line dengan jumlah basket 70 maka jumlah pelampung bola yang digunakan
adalah 68 buah, pada ujungnya terdapat pipa setinggi 25 cm dan stiker scotlight yang
sangat berguna bila alat tersebut terputus maka mudah menemukannya. Untuk
melindungi pelampung-pelampung tersebut dari benturan yang dapat menyebabkan
pecahnya pelampung tersebut, maka pelampung tersebut dibalut dengan anyaman tali
polyetylene dengan diameter 5mm.
• Pelampung bendera: pelampung bendera merupakan pelampung yang pertama kali
diturunkan pada waktu setting dilakukan. Biasanya diberi tiang (dari bambu atau bahan
lain) yang panjangnya bervariasi sekitar 7 m dan diberi pelampung. Supaya tiang ini
berdiri tegak maka diberi pemberat.
• Pelampung lampu : pelampung ini biasanya menggunakan balon 5 watt yang sumber
listriknya berasal dari baterai yang terletak pada bagian ujung atas pipa atau bagian
bawah ruang yang kedap air. Pelampung ini dipasang pada setiap 15 basket yang
diperkirakan hauling pada malam hari. Fungsinya adalah untuk penerangan pada
malam hari dan memudahkan pencarian basket bila putus.
• Pelampung radio bouy : sebuah radio bouy dilengkapi dengan transmiter yang
mempunyai frekuensi tertentu.daerah tranmisinya bisa mencapai 30 mil. Jika dalam
pengoperasian long line menggunakan radio bouy, maka kapal harus dilengkapi
dengan radio direction finder (RDF). Peralatan ini berfungsi untuk menunjukan arah
lokasi radio bouy dengan tepat pada waktu basket putus.
b. Tali pelampung
Tali pelampung berfungsi untuk mengatur kedalaman dari alat penangkap sesuai
dengan yang dikehendaki.tali pelampung ini biasanya terbuat dari bahan kuralon.
c. Tali utama (main line)
Tali utama atau main line adalah bagian dari potongan-potongan tali yang dihubungkan
antara satu dengan yang lain sehingga membentuk rangkaian tali yang sangat panjang.
Tali utama harus cukup kuat karena menanggung beban dari tali cabang dan tarikan
ikan yang terkait pada mata pancing. Pada kedua ujung main line dibuat simpul mata.
Main line biasanya terbuat dari bahan kuralon yang diameternya 0,25 inci atau lebih.
Panjang main line tergantung dari panjang dan jumlah branch line, karena setiap
penemuan kedua ujung main line merupakan tempat pemasangan branch line.
d. Tali cabang (branch line)
Bahan dari tali cabang biasanya sama dengan tali utama, perbadaanya hanya pada
ukuran saja,dimana ukuran tali cabang lebih kecildari tali utama.satu set tali cabang ini
terdiri dari tali pangkal, tali cabang utama, wire leader yang berfungsi agar
dapatmenahan gesekan pada saat ikan terkait pada pancing, dan pancing yang terbuat
dari bahan baja, biasanya menggunakan pancing no.7
3. Kelengkapan dalam Unit Penangkapan Ikan
3.1 Kapal
Kapal yang digunakan untuk pengoperasian long line mempunyai beragam ukuran,
mulai dari ukuran 12-15 m sampai ukuran kapal untuk skala industri. Fungsi kapal
adalah untuk mengangkut alat tangkap dan hasil tangkapan
3.2 Nelayan
Dalam operasi penangkapan, long line biasanya dioperasikan oleh nelayan yang
masing-masing bertugas sebagai juru mudi, juru mesin, dan anak buah kapal (ABK).
Juru mudi bertugas sebagai pencari daerah fishing ground yang tepat, mengemudikan
kapal dari fishing base ke fishing ground dan sebaliknya. Tugas dari juru mesin adalah
bertanggung jawab dengan keadaan mesin, memeriksa keadaan mesin sebelum dan
sesudah operasi. ABK bertugas menebar long line dan mengangkat long line,
memperbaiki alat yang rusak dan memisahkan ikan yang tertangkap dari alat.
3.3 Alat Bantu
Alat bantu yang digunakan untuk mempermudah kegiatan pengoprasian longline antara
lain adalah : radar, RDF, line hauler, marline spike, catut potong, ganco, sikat baja,
jarum pembunuh, pisau, dan lain-lain (DPP-ATLI, 2009)
3.4 Umpan
Pada saat pengoprasian long line, umpan yang digunakan biasanya umpan yang
berukuran 15 cm atau lebih, seperti lemuru (Sardinella longicep), belanak (Mugil sp.)
layang (Decapterus sp.), kembung (Restralliger sp.), banbeng (Chanos chanos), pasipic
sauri (Cololabis saira), (Subani-Barus, 1989).
5. Daerah Pengoperasian
Daerah pengoperasian long line tergantung pada sasaran tangkap. Apabila ikan yang
akan ditangkap adalah ikan yang hidup di kolom perairan, maka long line cukup
dipasang pada kedalaman 50-350 m. Akan tetapi apabila yang akan ditangkap adalah
ikan dasar laut, maka alat harus di pasang di dasar perairan (Dahuri 2001)
6. Hasil Tangkapan
Jenis- jenis ikan hasil tangkapan menggunakan long line antara lain : Jenis-jenis ikan
tuna yang didapat terdiri atas yellowfin (Thunnus thynnus), bigeye (Thunnus obesus) ,
southern bluefin (Thunnus maccoyii) dan albacore (Thunnus alalunga). Adapun jenis-
jenis ikan tangkapan sampingannya meliputi cucut moro (Isurus oxyrinchus), setan
(Sarda chiliensis lineolata), sailfish (Istiophorus platypterus), setuhuk (Tetrapturus sp.),
pedang (Xiphias gladius), cakalang (Katsuwonus pelamis), alu-alu (Sphyraena
barracuda), layur (Trichiurus
2.3 Alat Tangkap Long line
Kapal adalah sarana untuk menunjang oprasi penangkapan ikan agar lebih
efisien guna memaksimalkan hasil tangkapan. Kapal yang khusus dipergunakan untuk
atau mengawetkan.
utama dan hanya memiliki bangunan atas/rumah geladak yang secara khusus
penangkapan.
Kapal untuk ikan tuna long line, termasuk jenis kapal untuk laut lepas. Hal itu
dikarenakan daerah penangkapan ikan tuna ataupun jenis ikan tuna lainnya berada
jauh dari lepas pantai, maka kemampuan kapal juga tergantung pada ukuran besar
kecilnya kapal.
khusus untuk mengoperasikan alat tangkap Long line termasuk dalam spesifikasi kapal
dengan alat tangkap pasif (static gear). Model kapal yang umumnya digunakan nelayan
Long line
Kon
1 Kapal
Perikanan
Long line
Pengertian kapal perikanan menurut UU NO. 31 Tahun 2004 tentang perikanan
adalah kapal, perahu, atau alat apung lain yang dipergunakan untuk melakukan
penangkapan ikan, mendukung operasi penangkapan ikan, pembudidayaan ikan
pengangkutan ikan, pengolahan ikan, pelatihan perikanan, penelitian/eksploitasi
perikanan. Kapal perikanan secara garis besar terdiri dari 3 kategori yakni perahu tanpa
motor, perahu motor tempel, dan kapal motor.
Kapal penangkap ikan sendiri adalah kapal yang secara khusus dipergunakan
untuk menangkap ikan, termasuk menampung, menyimpan, mendinginkan, atau
mengawetkan. Sedangkan, kapal pengangkut ikan adalah kapal yang secara khusus
dipergunakan untuk mengangkut ikan, termasuk memuat, menampung, menyimpan,
mendinginkan, atau mengawetkan.
Kapal kayu
Sebagai negara kepulauan, terdapat banyak jenis kapal perikanan yang terbuat
dari kayu di Indonesia, yang masing-masing menyesuaikan dengan kondisi perairan
setempat dan tujuan utama penangkapan. Beberapa jenis perahu perikanan tradisional
antara lain adalah pakur, sandeq, jomon, paledang, jukung (dari beberapa daerah), dan
lain-lain. Hasil adaptasi tersebut menjadikan beberapa perahu/kapal kayu Indonesia
terkenal di seluruh dunia. Salah satunya adalah perahu Sandeq, yang merupakan
perahu layar nelayan dan transportasi antar pulau di Mandar, Sulawesi Barat. Sandeq
adalah jenis perahu bercadik, tiang tunggal, layarnya berbentuk segitiga, dan
mempunyai dua batang (cadik) serta dua palatto (katir). Bentuknya pipih dengan lebar
1,5-2 meter dan panjang 6-9 m. Sandeq terkenal karena kelincahan dan kecepatan
mengarungi lautan serta kemampuan berlayar melawan angin. Hal ini diakui oleh
seluruh dunia hingga kemudian diadakan Sandeq Race.
3 Kapal rawai/longline
Kapal rawai (long line) terbuat dari kayu, fiberglass, atau baja dengan konstruksi
yang dapat digunakan untuk mengarungi samudera. Alat tangkap longline sendiri dibagi
berdasarkan beberapa klasifikasi, antara lain:
Umumnya, anjungan kapal berada agak ke arah buritan dengan area kerja di
buritan untuk setting dan deck tengah untuk hauling. Ciri khas kapal longline umumnya
mempunyai pintu di sisi lambung kanan kapal dimana ditempatkan juga line hauler dan
peralatan hauling lainnya. Alat bantu penangkapannya antara lain adalah line hauler,
branch hill, line arrangement, conveyour, dan lain-lain. Khusus pada longline tradisional
terdapat rak pancing untuk tempat menyusun mata pancing. Tujuan utama
penangkapannya adalah ikan layur, kakap merah, hiu, marlin, tuna dan lain-lain.
2.5 Kontruksi Alat Tangkap
Spesifikasi Long line pada umumnya yang digunakan adalah tali utama PE Ø 3
mm, tali cabang monofilament (nylon) no 3000, karena tali ini lebih kecil, halus,
transparan maka pemakaian monofilament dinilai akan memberi hasil tangkapan lebih
baik. Bahan dari tali cabang biasanya sama dengan tali utama (Main Line) ukuran mata
Kontruksi long line merupakan gabungan dari main line dan pada sambunganya
diikatkan branch lines atau tali cabang. Pada kedua ujung gabungan tali tersebut
dipasang tali pelampung dan satu bola pelampung. Satu rangkaian inilah yang disebut
dengan satu basket long line. Panjang tal utama bila direntangkan secara lurus dapat
mencapai ratusan meter. bahan tali pancing terbuat dari monofilament, lebih kecil,
halus, dan transparan maka pemakaian monofilament dinilai akan memberi hasil
tangkapan lebih baik. Oleh karena itu baha monofilament (PA) lebih disukai oleh
nelayan long line, adapun bagian – bagian dari alat tangkap Long line sebagaii berikut :
Tali utama (main line)
Merupakan bagian dari potongan – potongan tali yang dihubungkan antara satu
dengan yang lain sehingga membentuk rangkaian tali yang sangat panjang. Tali utama
harus cukup kuat karena menanngung beban dari tali cabang dan tarikan ikan yang
terkait pada mata pancing. Menurut (Harlyan, n.d.) main line dibuat dengan bahan
Tali cabang merupakan bagian alat tangkap long line yang berguna untuk
menghubungkan tali utama dengan pancing. Ukuran tali cabang lebih kecil dari tali
utama. Satu set tali cabang ini terdiri dari tali pangkal, tali cabang utama panjang tali
cabang biasanya kurang dari jarak antara tali cabang, agar untuk menghindari saling
mengkait/membelit.
Pelampung (Float)
Berfungsi mengatur kedalaman dari alat tangkap long line yang berguna untuk
menahan alat tangkap long line agar tidak tenggelam. Pelampung yang digunakan pada
alat tangkap tuna long line berdiameter 20 – 30cm. Warna pelampung harus berbeda
Mata pancing (hook) yang umumnya digunakan adalah mata pancing yang
terbuat dari baja (stainless stell) berukuran 10,9 – 11,5 cm atau mata pancing nomor 7.
Gambar 4 Mata Pancing dan Bagian-bagianya
r g
(mm) (m)
1. Tali Utama Polyester 6-6,5 50
2. Tali cabang : Baja anti 5,0 0,15
karat
b. Kili-Kili
c. Yoka
3. Tali Polyester 6,5 30
d. Pancing
Pelampung
4. Pelampung Plastik 300 -
Fungsi utamanya untuk menentukan posisi dan arah perjalanan, termasuk melihat
kondisi cuaca yang sedang dihadapi saat di medan pelayaran.
Anda perlu mengetahui bahwa pada zaman dahulu alat navigasi tersebut dibuat dengan
tujuan untuk membantu dalam melihat benda-benda langit. Namun, saat cuaca
mendung, maka akan cukup sulit mengetahui arah perjalanan kapal yang hendak
ditempuh.
Nah, kini tentu hal ini bisa diatasi dengan berbagai pengembangan dan teknologi yang
disematkan pada alat tersebut
Pada intinya, keberadaan alat ini akan sangat membantu proses berlayarnya kapal
sekaligus menentukan arah laju kapal. Saat ini pun alat ini semakin canggih dengan
pengembangannya, sehingga lebih mudah digunakan dan hasil navigasi yang diberikan
pun lebih akurat.
Saat ini, seorang perwira kapal memiliki segudang peralatan navigasi laut yang
membuat hidupnya jauh lebih sederhana, berkat kemajuan teknologi. Terlebih lagi,
pelaut masa kini dilatih untuk mengetahui fungsi dan pengoperasian semua peralatan
navigasi modern yang menjadikan berlayar lebih lancar dan aman.
Dengan fasilitas modern dan otomatisasi, sebuah kapal saat ini memiliki beberapa
sistem peralatan navigasi canggih yang memberikan data akurat untuk pelayaran.
Zaman dulu navigasi kapal atau arah tujuan kapal dilakukan dengan melihat posisi
benda-benda langit seperti matahari dan bintang-bintang dilangit. Jika kita memandang
bintang pasti sulit menentukan arah tujuan kapal. Untuk zaman sekarang lebih mudah
dengan alat-alat navigasi kapal modern.
Untuk itu diperlukan system navigasi yang terdiri atas sensor ultrasonik, mikrokontroler
untuk mengolah data dari sensor, kemudian LCD sebagai tampilan dari sensor
ultrasonik.
Status navigasi kapal pada transportasi laut, sangat penting digunakan untuk situasi
siap siaga dan menghindari tabrakan. Upaya untuk mengatasi beberapa kelemahan
yang ada pada AIS yang telah dilakukan pada Sistem Monitoring dan Kontrol
(Monitoring & Control – M & C selanjutnya disebut M & C) untuk transportasi laut
[Aisyah, AS, 2009]. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kemampuan sistem monitoring
dapat diakses secara wireless pada frekuensi 2,4 GHz dengan indikator pada sistem
monitoring adalah posisi, heading, kecepatan, jarak terhadap kondisi batas, jarak
terhadap kapal lain dan display sesuai dengan koordinat pada peta laut secara digital.
Tersedia dalam sistem rancangan adalah rekomendasi terhadap arah maupun
kecepatan kapal apabila dalam kondisi untuk menghindari bahaya (tabrakan / kandas /
pada daerah terlarang).
Pada sistem MCST1 sebelumnya terdapat beberapa kelemahan, antara lain belum di
uji coba pada air, sistem komunikasi belum bisa bekerja dengan baik. Dalam penelitian
tugas akhir ini MCST1 tersusun atas 3 sub sistem, yaitu sistem navigasi, sistem kontrol
dan sistem guidence. Dimana sistem navigasi ini berfungsi untuk memonitoring kapal
terhadap halangan yang ada didepan, kemudian sistem kontrol berfungsi sebagai
menggerakan kapal jika ada halangan dari depan kapal untuk berbelok dan berhenti.
Untuk sistem komunikasi dan sistem guidance berfungsi untuk memonitoring kapal dari
jarak jauh, berfungsi juga sebagai pemandu dari jarak jauh.
Longline merupakan suatu alat tangkap yang tersusun dari rangkaian tali temali yang
dibentangkan di suatu perairan, pada setiap interval jarak tertentu dipasang tali cabang
(branch line) yang kemudian dilengkapi dengan mata pancing dan umpan untuk
menarik perhatian ikan.
Dalam pengoperasian longline dibutuhkan beberapa alat bantu pengoperasian, hal ini
dikarenakan karena panjangnya tali utama (main line), banyaknya tali cabang (branch
line) dan tali pelampung (buoy line) yang harus di gulung dan dirapikan dengan baik.
Alat bantu penangkapan dalam pengoperasian alat tangkap longline antara lain:
Line thrower/ line caster merupakan alat bantu penangkapan sebagai alat pelontar tali
utama yang digerakkan dengan tenaga elektrik hidrolik, line thrower diletakkan di
buritan kapal dan digunakan saat penebaran pancing (setting). Line thrower dilengkapi
dengan alat pengukur kecepatan tali (counter line speed)
Line Hauler
Line hauler merupakan alat bantu penarikan tali utama pada saat hauling berlangsung.
Keberadaan alat ini sangat dibutuhkan, karena tali yang ditebar di perairan tidak
memungkinkan untuk ditarik dengan menggunakan tangan atau secara manual
Line arranger merupakan alat bantu penangkapan yang berfungsi sebagai penarik dan
penyusun tali utama agar tertata rapi di dalam main line tank. Line arranger
ditempatkan diatas main line tank (tangki penyimpanan tali utama). Kecepatan line
arranger baik saat pelemparan tali utama secara otomatis sesuai dengan kecepatan
line thrower maupun saat penarikan tali utama secara otomatis sesuai dengan
kecepatan line hauler
Buoy Line Ace merupakan alat bantu penangkapan yang digunakan untuk menarik tali
pelampung (buoy line) pada saat kegiatan hauling.
Branch line ace dan buoy line ace yang suah diangkat dari air segera dilepas dari tali
utama, kemudian digulung dengan branch line ace dan ditempatkan di dalam basket.
Side Roller merupakan alat bantu penangkapan yang ditempatkan pada dinding atau
tepi lambung kapal dan berfungsi untuk menjadikan main line terarah alurnya, sehingga
dapat mengarah ke line hauler.
Slow Conveyor
Slow conveyor merupakan alat bantu penangkapan berupa ban yang berjalan lambat,
ditempatkan dibawah line hauler. Fungsi slow conveyor adalah untuk menggeser tali
utama yang telah ditarik line hauler agar tidak menumpuk dibawah line hauler tersebut.
Sementara main line bergeser mengikuti conveyor, main line akan ditarik oleh line
arranger untuk disusun dan diatur pada tangki penyimpanan tali utama
Branch line conveyor adalah alat bantu penangkapan berupa ban berjalan. Alat ini
ditempatkan di sisi kiri kapal. Branch line conveyor berfungsi untuk memindahkan atau
menghantarkan peralatan penangkapan seperti branch line, pelampung, tali pelampung
dari geladak kerja ke gudang penyimpanan alat tangkap yang terletak di buritan kapal
Alat - Alat Navigasi Elektronik (Modern) -Selain alat - alat navigasi konvensional, pada
usaha penangkapan ikan saat ini juga banyak digunakan alat - alat navigasi modern.
Alat Navigasi ini mempunyai fungsi untuk memudahkan pada usaha penangkapan ikan.
Bahkan saat ini untuk menjual ikan sudah ada aflikasi yang terknoneksi dengan internet
untuk memudahkan nelayan dalam mencari dan menjual ikan. Kemajuan zaman inilah
yang di harapkan agar para nelayan indonesia bisa lebih sejahtera.
2. Faktor jenis ikan yang ada dan dapat ditangkap dengan alat tersebut
Cara menentukan daerah untuk menentukan setting hari berikutnya adalah sebagai
berikut :
1. Jika hasil tangkapan berupa ikan tuna campuran dari berbagai ukuran, jenis
kelamin dan tingkat kematangan gonad. Maka setting dilakukan di tempat
tersebut dengan haluan dan kecepatan yang sama dengan hari sebelumnya.
2. Jika yang tertangkap sebagian besar adalah jantan yang matang gonad , maka
setting berikutnya harus mengejar searah dengan arus sejauh ± 30 mil dari
posisi hauling terakhir. Sebab diperkirakan jantan matang gonad akan mengikuti
betina matang gonad yang biasanya berenang searah arus dan lebih dahulu
disbanding yang jantan.
3. Jika hasil tangkapan sebagian besar yang tertangkap adalah betina atang
gonad mata setting berikutnya dilakukan ± 10 dari posisi hauling terakhir searah
arus.
4. Jika hasil tangkapan terdiri dari sebagian besar adalah ikan tuna yang masih
muda dan belum matang gonad,
b. Waktu Penangkapan
Waktu penangkapan pengoperasian alat tangkap Rawai dasar (Bottom Long
Line) untuk penurunan alat tangkap (Setting) berlangsung pada sore hari (pukul 17.00
WIB) sampai selesai (pukul18.30 WIB) sedangkan untuk penarikan alat tangkap
(Hauling) berlangsung pukul (19.30 WIB) sampai pukul (03.00 WIB) karena diduga
pada jam-jam tersebut, ikan-ikan dasar aktif mencari makan. Hal ini bahwa waktu
yang tepat untuk menangkap ikan Remang dengan alat Rawai dasar (Bottom Long
Line) adalah malam hari. Karena bersifat nocturnal atau mencari makan pada malam
hari.
Dalam satu kali penurunan (Setting), diperlukan 600 ekor umpan ikan segar dan
dipasang dalam keadaan utuh dan tidak dipotong-potong, sedangkan untuk Langkah
selanjutnya adalah penurunan alat tangkap yang dilakukan dari lambung kiri perahu
atau dibelakang tergantung konstruksi kapal di mana alat tersebut disusun. Pertama
yang diturunkan adalah bagian pelampung yang terdapat bambu dan diberi bendera,
atau bagian pelampung yang biberi lampu/klop dengan menggunakan tenaga batu
baterai yang sudah diikatkan dengan tali pelampung.
Tahap berikutnya atau tahap selanjutnya menyiapkan pemberat dari batu, Main Line
(tali utama), Branch Line (tali cabang) dengan pancing yang sudah terpasang umpan.
Saat penurunan alat tangkap, kondisi perahu melaju dengan kecepatan 2 knot.
Pekerjaan penurunan alat tangkap dilakukan oleh 2 orang, satu orang menghadap
kedepan, yang lainnya menghadap kebelakang atau saling berhadapan. Kedua
orang tersebut bertugas membuang atau menurunkan Branch Line (tali cabang) serta
memasang umpan.Untuk tali utama dibiarkan turun sendiri. Dalam satu hari,
dilakukan satu kali penurunan alat yaitu pada sore hari sekitar pukul 17.00 sampai
dengan pukul 18.30.
Posisi alat tangkap pada alat penurunan (Setting) yang paling baik adalah
melintang terhadap arus kira-kira membentuk sudut 450 - 900 terhadap arus. Hal ini
dimaksudkan agar mendapatkan hasil tangkapan yang memuasakan karena lebih
kebanyakan ikan berenang menentang arus (Reotaksis positif). Setelah Main line (tali
utama) dan Branch Line (tali cabang) diturunkan semua, berikutnya pemberat dan tali
pelampung beserta pelampung yang diberi bambu bendera atau lampu/klop. Begitu
seterusnya sampai alat tangkap kesemuanya diturunkan. Sebelum waktu penurunan
(Setting), hendaknya terlebih dahulu mengatur jarak antara tali cabang dengan dasar
perairan, apabila pancing tersebut menempel pada dasar perairan, biasanya tidak
akan mendapatkan hasil karena umpan akan habis dimakan oleh binatang- binatang
kecil yang hidup di dasar perairan. Seharusnya jarak antara mata pancing dan
umpan dengan dasar perairan adalah paling tidak 50 cm. dengan tujuan agar umpan
tersebut dapat bergerak bebas terkena arus, tampak bergerak-gerak dan akhirnya
menarik perhatian ikan yang melihat umpan tersebut. Setelah selesai Setting, maka
perahu berjalan mencari pelampung yang pertama kali diturunkan, dan proses
tersebut memakan waktu sekitar 45 menit sampai 1 jam.
Gambar 2. Kegiatan Setting Alat Tangkap Rawai dasar
Pada waktu hauling harus terjadi sinkronisasi dan koordinasi antara pengatur
kecepatan (pengemudi) kapal dan pengatur kecepatan penarikan tal, jika tidak tali akan
melintir ataupun tersangkut pada baling-baling kapal yang berakibat tali putus. Pada
penarikan tali yang terlalu cepat dibandingkan dengan kecepatan kapal, maka tali akan
terlalu tegang kemudian melintir dan akhirnya akan putus. Demikian juga jika kapal
terlalu cepat maka tali akan berada di bawah lunas kapal, sehingga tersangkut baling-
baling kapal yang akhirnya akan putus tali tersebut.
Jenis umpan yang biasa digunakan pada alat tangkap Rawai dasar (Bottom
Long Line) adalah ikan Tembang (Sardinella fimbriata), Selar (Selaroides leptolepis),
Layang (Decapterus Sp), Ikan Kembung (Rastrelliger Sp), Cumi-Cumi (Loligo Sp),
Bandeng (Chanos- chanos Sp), dan lainya. Bentuk umpan tidak rusak dan tidak
dalam bentuk potongan, dipasang pada pancing dengan kuat, supaya di dalam
perairan akan terlihat seperti ikan hidup, sehingga diharapkan mampu disambar oleh
ikan target. Sedangkan menurut Martasuganda (2009) Umpan berperan sebagai
salah satu bentuk pemikat (atractant) yang memberikan rangsangan (stimulus) yang
bersifat fisika dan kimia bagi ikan-ikan tertentu pada proses penangkapan ikan. Bau-
bau yang terlarut di dalam air dapat merangsang reseptor pada organ olfaktorius yang
merupakan bagian dari indera penciuman ikan, sehingga menimbulkan reaksi
terhadap ikan tersebut. Untuk jenis umpan yang digunakan dalam penelitian adalah
ikan Tembang, ikan Selar dan ikan Layang.
3.Pembahasan
Ikan tuna merupakan salah satu komoditas perikanan yang mempunyai nilai tambah yang cukup berarti
dipasaran ikan Internasional. Hal ini terbukti dengan adanya permintaan tuna segar dipasaran Jepang
yang mencapai 250 – 350 ton per hari, sehingga hal ini menjadi suatu tantangan bagi Indonesia yang
mempunyai potensi lestari khusus untuk ikan tuna sebesar 258,8 ribu ton / tahun.
Adapun jenis – jenis tuna segar yang diekspor adalah : Big – eye tuna ( Thunnus obesus ), Yellow fin
tuna ( Thunnus albacares ).
Selanjutnya, guna mendukung ekspor tuna segar menjadi produk yang bermutu baik, maka semenjak
ikan tertangkap sampai pada tangan konsumen, mutu kesegarannya harus dijaga dengan tetap
mempertahankan suhu ikan berkisar 1- 2,5 0 C, atau selalu dalam keadaan di es.
Dalam hal ini ada 2 cara penanganan dengan peng-Es-an biasa ( Chiling ), kedua dengan sistim
Pendinginan Air Laut ( Refrigerated Sea Water ) yang sering terdapat pada kapal – kapal penangkapan.
– Penyiapan palkah dan deck kapal, dengan cara membersihkannya terlebih dahulu.
– Pada saat ikan telah naik di atas kapal, maka harus dikerjakan secara hati – hati baik saat melepas
mata pancing maupun meletakannya di atas deck, dan hindari luka – luka atau memar tubuhnya.
Bila masih hidup dapat dimatikan terlebih dahulu dengan menusukan marlin / spike tepat pada bagian
otak di kepala.
– Buka salah satu tutup insang, lalu buang lapisan – lapisan insang dengan cara dipotong dengan pisau.
– Keluarkan isi perut melalui rongga insang. Untuk mempermudah penarikan isi perut maka bagian anus
disobek sepanjang ± 3 cm. Sehingga usus yang menempel pada anus dapat tercabut dengan mudah.
– Cuci bersih rongga insang dengan perut, juga bagian luar tubuh ikan dengan air laut.
– Pada cara peng-Es-an biasa ( Chiling ) rongga insang dan rongga perut diisi dengan butiran Es ( Es
Curai ) , kemudian disimpan di palkah dengan jalan menyelimuti tubuh ikan dengan butiran – butiran Es.
– Pada cara RSW ( Refrigerated Sea Water ), ikan yang telah dibersihkan / dibungkus dengan karung /
goni atau plastik, dan selanjutnya disimpan dalam palkah.
Perlakuan ini dimaksudkan untuk menghindari rusaknya tubuh ikan oleh benturan dengan dinding
palkah, atau sesama ikan itu sendiri. Sistem ini diterapkan pada kapal penangkapan yang telah
dilengkapi dengan peralat an Refrigasi.
Lembaran karung / goni dihampar di atas geladak kemudian disemprot dengan air dari dalam palkah
( air pendingin ikan ).
Ikan Tuna diangkat ke atas geladak, karung pembungkus dilepas, dan ikan disimpan di atas hamparan
karung basah sambil dicuci.
Selanjutnya ikan diletakan di atas kereta dorongan, dan ditutup dengan karung basah agar tidak terkena
sinar matahari, lalu diangkat ke tempat penampungan.
Pada tempat penampungan, Tuna terlebih dahulu disimpan dalam bak Fibre Glass yang berisi air es.
4. Pengujian Organoleptik
Uji Organoleptik dikerjakan langsung oleh tim dari perusahaan importir. Pemeriksaan dilaksanakan
dengan kriteria – kriteria sebagai berikut : keadaan rupa ikan, tekstur daging ( kekenyalan ), bau, rasa
daging, dan sayatan jaringan daging.
5. Pengepakan ( Packing )
Sebelum dikemas terlebih dahulu dicuci dan dibersihkan guna membuang sisa – sisa isi perut dan insang.
Ikan Tuna dipak dengan cara ditempatkan dalam posisi terlentang pada bagian rongga insang dan
rongga perut serta dekat bagian ekor diberi es yang telah dibungkus dalam plastik.
Pengertian Penanganan
Penanganan merupakan salah satu bagian penting dari mata rantai industri perikanan,
karena hal ini dapat mempengaruhi mutu, di samping baik atau buruknya penanganan
ikan sebagai bahan makanan dan bahan mentah untuk proses pegolahan lebih lanjut
(Afrianto dan Liviawati, 1989).
. Tujuan penanganan
Tujuan penanganan adalah mengusahakan kesegaran hasil tangkapan yang dapat
dipertahankan selama mungkin atau setidak – tidaknya masih cukup segar sampai ke
tangan konsumen. Pertama sebelum ikan tertangkap sampai ke atas dek kapal
melakukan penanganan sebaik mungkin, demikian juga selanjutnya sehingga ikan
masih cukup segar bila dikonsumsi atau diolah kembali (Afrianto dan Liviawati, 1989).
Purwaningsih (1995), mengatakan bahwa penanganan merupakan salah satu cara
yang paling efektif untuk menghambat terjadinya proses penurunan mutu secara
autolisis maupun bakteriologis dengan suhu yang cukup dingin. Adapun tujuan dari
proses penanganan ikan adalah mempertahankan sifat – sifat alami dari ikan sehingga
tetap segar setelah sampai ke tangan konsumen.
. Pengertian Pendinginan
Pendinginan ialah penyimpanan dengan suhu rata-rata yang digunakan masih di atas
titik beku bahan. Kisaran suhu yang digunakan biasanya antara -1 0C sampai -4 0C.
Pada suhu tersebut, pertumbuhan bakteri dan proses biokimia akan 6 terhambat
sehingga perubahan yang terjadi pada produk yang disimpan dapat diminimalisir atau
diperlambat. (Rina Olivianti, 2012) Pengawetan ikan dengan suhu rendah merupakan
suatu proses pengambilan atau pemindahan panas dari
tubuh ikan ke bahan lain. Ada pula yang mengatakan, pendinginan adalah proses
pengambilan panas dari suatu ruangan yang terbatas untuk menurunkan dan
mempertahankan suhu di ruangan tersebut bersama isinya agar selalu lebih rendah
dari pada suhu di luar ruangan. Selain itu pendinginan juga merupakan satuan operasi
dimana suhu makanan berkurang menjadi antara -1 o sampai 8 oC. Kelebihan dari
pengawetan ikan dengan pendinginan adalah sifat-sifat asli ikan tidak mengalami
perubahan tekstur, rasa, dan bau. Efisiensi pengawetan dengan pendinginan sangat
tergantung pada tingkat kesegaran ikan sebelum pendinginan. Pendinginan yang di
lakukan sebelum rigomortis merupakan cara yang paling efektif jika di sertai dengan
teknik yang benar. Sedangkan pendinginan setelah proses autolisis berlangsung tidak
akan banyak membantu.
. Pengertian Pembekuan
Pembekuan ialah penyimpanan di bawah titik beku bahan, jadi bahan disimpan dalam
keadaan beku. Pembekuan yang baik dapat dilakukan pada suhu kira-kira –17 oC atau
lebih rendah lagi. Pada suhu ini pertumbuhan bakteri sama sekali berhenti. Pembekuan
yang baik biasanya dilakukan pada suhu antara – 12oC sampai –24 oC. Keuntungan
proses pembekuan dapat merubah cairan tubuh ikan menjadi kristal es sehingga
kegiatan mikroorganisme akan terganggu dan sulit menyerap makanan, mematikan
bakteri pembusuk karena sel-sel yang terdapat pada bakteri 7 juga membeku, sehingga
mampu disimpan dalam jangka waktu lama dengan kondisi masih tetap segar.
( Sondoro dan Yunias, 2011)
4.KESIMPULAN
Long Line atau Rawai Tuna adalah alat tangkap yang sangat bervariasi baik dalam
ukuran dan cara pengoperasian. Daerah komoditas atau target tangkapan utama alat tangkap
longline adalah ikan – ikan berukuran besar dan rata – rata berada di perairan laut dalam.
Jenis-jenis alat tangkap long line dibagi menjadi 3 jenis utama yaitu berdasarkan letak
pengoperasian, kontruksi alat, dan jenis ikan yang tertangkap. Dalam setiap jenis – jenis alat
tangkap long line mempunyai kontruksi alat tangkap yang sama pada umumnya yang terdiri dari
tali utama, tali cabang, pelampung, buoy, radio buoy, tali pelampung, hook. Ketika melakukan
operasi penangkapan alat tangkap Long line menggunakan alat bantu penangkapan yang
berfungsi sebagai alat bantu dengan tujuan mempercepat pelaksanaan setting maupun hauling.
penangkapan .Alat bantu penangkapan tersebut adalah line hauler, Line thrower. Daerah
penangkapan long line sendiri mempunyai karakterisitik daerah penangkapan sesuai dengan
target ikan hasil tangkapan dan juga melihat beberapa faktor dalam menentukan daerah
penangkapan adalah faktor adanya ikan, faktor jenis ikan, faktor cuaca dan keadaan alam.
Pengoperasian alat tangkap meliputi tiga pelaksanaan yaitu setting, soaking, hauling, hasil
tangkapan yang ditangkapan alat tangkap ini sasaran utama nya adalah ikan tuna yang
berukuran besar dan memliki nilai ekonomis yang tinggi akan tetapi pada pelaksanaannya alat
tangkap ini mendapatkan hasil tangkapan sampingan diataranya marlin, cucut, hiu, kakap
merah.
DAFTAR PUSTAKA
BENOA, BALI.
Atmaja, S.B. & Nugroho, D. 2011. Upaya-upaya pengelolaan sumber daya ikan yang