I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
dan sebelah Barat berbatasan Selat Makassar. Kabupaten Barru seluas 1.174,72
km2, terbagi dalam 7 kecamatan yaitu : Kecamatan Tanete Riaja seluas 174,29
km2, Kecamatan Tanete Rilau seluas 79,17 km2, Kecamatan Barru seluas 199,32
seluas 216,58 km2, Kecamatan Pujanting seluas 314,26 km2, dan Kecamatan
Balusu seluas 112,20 km2. Selain daratan, terdapat juga wilayah laut teritorial
seluas 4 mil dari pantai sepanjang 78 km. Kabupaten Barru adalah salah satu
ikan laut sekitar 56.160 Ha, tambak sekitar 2.570 Ha, pantai 1.400 Ha dan areal
Bagan merupakan salah satu alat tangkap yang menggunakan alat bantu
cahaya. Menurut Brandt (1984), bagan diklasifikasikan kedalam lift net atau jaring
berfototaksis positif.
Penanganan ikan segar merupakan salah satu bagian penting dari mata
rantai industri perikanan. Penanganan ikan laut pada dasarnya terdiri dari dua
memperoleh nilai jual ikan yang maksimal. Tahap penanganan ini menentukan
2
nilai jual dan proses pemanfaatan selanjutnya serta mutu produk olahan ikan
penangkapan berkolerasi positif dengan kualitas ikan dan hasil perikanan yang
1. Tujuan
organoleptiknya
2. Kegunaan
keterampilan dalam menangani ikan di atas kapal dan di darat serta agar dapat
organoleptiknya.
3
Oktober 2018 sampai dengan 13 Oktober 2018 pukul 17.00 – 09.53 Wita
Sulawesi Selatan.
Adapun alat dan bahan yang digunakan pada praktik lapang penanganan
1. Observasi
dalam pengambilan data, dalam hal ini ikut melaut bersama nelayan di Desa
hari.
d. Mengambil 2 ekor ikan sebagai sampel dari tiap jenis hasil tangkapan
2. Wawancara
3. Studi Literatur
ada dan untuk membandingkan antara teori yang ada pada literatur dengan
Bagan perahu (boat lift nets) adalah alat penangkap ikan yang
kerangka kayu, waring atau jaring (dari bahan polyethylene) serta perahu
bermotor sebagai alat transportasi di laut. Pada bagan terdapat alat penggulung
atau roller yang berfungsi untuk menurunkan atau mengangkat jaring (Subani
dan Barus 1989 diacu dalam Takril 2005). Ukuran untuk alat tangkap bagan
perahu beragam mulai dari panjang = 13 m; lebar = 2,5 m; tinggi = 1,2 m hingga
diacu dalam Takril 2005). Ukuran mata jaring ini berkaitan erat dengan sasaran
utama ikan yang tertangkap, yaitu teri yang berukuran kecil. Jika ukuran mata
dalam operasi penangkapan pada bagan perahu yaitu lampu,serok (scoope net),
pada catch able area. Gunarso (1985) mengatakan bahwa dengan aktraktor
cahaya, ikan diharapkan akan bergerak ke arah bagan dan kemudian berkumpul.
Sumber cahaya yang digunakan pada perikanan bagan biasanya cahaya lampu
petromak. Ada juga bagan yang menggunakan lampu listrik sebagai atraktor
pemikatan ikan lebih efektif pada saat bulan terang dimana ikan umumnya
menyebar.
B. Cara Penanganan
ikan secara cermat, hati-hati, bersih, sehat, higienis dan segera serta cepat
(Junianto, 2003).
Salah satu kelemahan ikan sebagai bahan makanan ialah sifatnya yang
mudah busuk setelah ditangkap dan mati. Oleh karena itu, ikan perlu ditangani
dengan baik agar tetap dalam kondisi yang layak untuk dikonsumsi oleh
berikut :
7
1. Hauling
dilihat dari beberapa kali mereka melakukan hauling dalam satu kali trip. Hal
dilakukan secara hati-hati. Ikan yang ditangkap dengan jaring harus cepat-cepat
2 kali hauling. Proses penarikan jaring ke dek kapal dilakukan dengan cepat,
terlihat bahwa nelayan di perairan Barru sudah mahir dalam melakukan proses
hauling yang baik. Setelah hauling, ikan kemudian di naikkan di atas kapal
segi empat.
2. Sortasi
Ketika memilih ikan untuk diolah, penting bahwa spesies tersebut dipisah.
8
harus dipilih sebelum ikan kod dan ikan bertubuh pipih. Selain itu, ikan yang lebih
kecil juga harus dipisahkan terlebih dahulu dari ikan yang berukuran lebih besar
(Junianto, 2003).
3. Pendinginan
ke suhu serendah mungkin, tetapi tidak sampai menjadi beku. Cara yang paling
sebagai bahan pengawet, baik untuk pengawetan di atas kapal maupun setelah
suhu ikan sampai mendekati atau sama dengan suhu ikan dan kemudian
Gambar 4. Pendinginan
berpengaruh langsung terhadap mutu ikan sebagai bahan makanan atau bahan
mentah untuk pengolahan lebih lanjut. Demikian juga penempatan ikan pada
tempat yang tidak sesuai, misalnya pada tempat yang bersuhu panas, terkena
sinar matahari langsung, tempat yang kotor dan lain sebagainya akan berperan
a. Keranjang
menyimpan ikan hasil tangkapan yang telah disortir. Jumlah keranjang yang
dibawa di atas kapal sebanyak 10 buah dan keranjang yang digunakan sebanyak
Gambar 5. Keranjang
penyimpanan ikan setelah disortir dan sebagai wadah pendinginan pada ikan.
Gambar 6. Styrofoam
11
2) Metode Pengesan
ke suhu serendah mungkin, tetapi tidak sampai menjadi beku. Pada umumnya,
dingin suhu ikan, semakin besar penurunan aktivitas bakteri dan enzim. Dengan
demikian melalui pendinginan proses bakteriologi dan biokimia pada ikan hanya
tertunda, tidak dihentikan. Cara yang paling mudah dalam mengawetkan ikan
(Junianto,2003).
dicuci dengan air laut lalu diberi es yang sudah dihancurkan sebagai dasar.
Setelah itu, ikan disusun dan diberi es di atasnya dengan perbandingan antara
3) Hasil tangkapan
ikan-ikan pelagis kecil bergerombol dan sebagian kecil ikan-ikan dasar. Pada
(Mallawa, 2012).
Jenis ikan yang dominan tertangkap oleh bagan perahu adalah ikan teri
dominan didapat oleh nelayan bagan perahu di perairan Barru, yaitu ikan teri
sp.), ikan peperek (Leiognathidae sp.), dan cumi (Loligo sp.). Ikan yang
akan cahaya atau bersifat fototaksis positif yang pada malam hari ditangkap
(Sphyraena)
4. Ikan peperek 1
(Leiognathidae sp.)
5. Cumi-cumi (Loligo sp.)
1
1. Julung-julung 1
(Hemiramphus
brasiliensis)
2. Ikan bawal (Pampus
½
argenteus)
Perairan lawella, 1
Hauling II: 3. Ikan tembang (Sardinella
Sabtu , 13
04:23 WITA sp)
Oktober 2018
4. Ikan layang (Decapterus 1
sp.)
5. Kembung lelaki
1
(Rastrelliger kanagurta)
cermat dan sarana yang lebih banyak agar pada saat ikan di jual ke konsumen di
lebih lanjut karena kandungan gizinya yang besar dan harganya yang relatif
memenuhi kebutuhan protein dan omega 3 tidak semudah apa yang diharapkan
karena mutu ikan yang didaratkan tidak layak. Ikan yang didaratkan dalam
Oleh karena itu dibutuhkan penanganan yang baik saat ikan sampai di
darat agar mutu ikan tetap terjaga hingga sampai di tangan konsumen.
yaitu :
kapal bagan dan ikan tersebut langsung dibawa oleh pengepul tersebut.
dilakukan proses penimbangan. Pada saat itu juga ada masyarakat yang
membeli ikan. Pagandeng biasanya membeli ikan per box dan langsung diangkut
3. Uji Organoleptik
penampakan luar, kelenturan daging ikan, keadaan mata, warna insang, lendir
permukaan badan dan bau ikan. Penetapan kemunduran mutu ikan secara
yaitu menggunakan skala angka. Skala angka terdiri atas angka 1-9 dengan
spesifikasi untuk tiap angka yang dapat memberikan pengertian tertentu bagi
Parameter Organoleptik
Waktu
Hari/Tanggal Penanganan Rata-
(WITA) Mata Insang Bau Tekstur
Rata
Sabtu, Biasa 9 9 9 9 9
13 Oktober 03.00
2018 Ideal 9 9 9 9 9
Sabtu, Biasa 7 8 8 8 7,75
13 Oktober 05.00
2018 Ideal 9 9 9 9 9
Sabtu, 13 Biasa 7 7 8 7 7,25
Oktober 07.00
2018 Ideal 9 6 9 9 8,25
Sabtu,13 Biasa 4 5 6 6 5,25
Oktober 09.00
2018 Ideal 7 6 8 8 7,25
Sabtu, Biasa 4 3 6 6 4,75
13 Oktober 11.00
2018 Ideal 6 5 7 7 6,25
Uji organoleptik ini dilakukan sebanyak lima kali dengan selang waktu
dua jam dengan cara melihat pedoman (score sheet) yang terdiri dari beberapa
19
spesifikasi tentang mata, insang, bau, dan tekstur dengan bobot nilai 1 sampai 9.
Dari tabel uji organoleptik kita dapat melihat dengan jelas perbedaan
kualitas mutunya. Ikan dengan penerapan suhu rendah (ideal) memiliki kualitas
yang jauh lebih baik daripada ikan yang tanpa penanganan (biasa). Walaupun
mutu dapat di minimalisir atau di hambat dengan cara penerapan suhu rendah.
Proses penanganan ikan diatas kapal harus dilakukan dengan baik agar
kualitas ikan yang diperoleh bagus. Tahapan – tahapan proses penanganan ikan
diatas kapal meliputi pengangkutan ikan dari jaring, sortasi, pencucian, penirisan,
IV. PENUTUP
A. Kesimpulan
berikut :
2. Pada hasil organoleptik, ikan yang diberi penerapan suhu rendah (ideal)
mengalamai kemunduran mutu yang lebih lama, sedangkan ikan yang tidak
B. Saran
2. Sebaiknya pada praktik lapang berikutnya kita bisa lebih membantu nelayan,
DAFTAR PUSTAKA
Hastrini, Ria., Abdul Rosyid., & Putur Har Riyadi. 2013. Analisis Penanganan
(Handling) Hasil Tangkapan Kapal Purse Seine Yang Didaratkan Di
Pelabuhan Perikanan Pantai (Ppp) Bajomulyo Kabupaten Pati. Journal
of Fisheries Resources Utilization Management and Technology.
Volume 2, nomor 3.
Subani W dan Barus HR. 1989. Alat Penangkapan Ikan dan Udang di
Indonesia. Nomor 50 Tahun 1988/1999. Edisi Khusus. Jurnal Penelitian
Perikanan Laut. Jakarta : Balai Penelitian Perikanan Laut, Badan
Penelitian Perikanan Laut, Departemen Pertanian.
Takril. 2005. Hasil Tangkapan Sasaran Utama dan Sampingan Bagan Perahu di
Polewali Kabupaten Polewali Mandar, Sulawesi Barat. Skripsi [tidak
dipublikasikan]. Bogor: Program Studi Pemanfaatan Sumberdaya
Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian
Bogor.
Wahyono, Agung. 2012. Penanganan Ikan Hasil Tangkapan Di Atas Kapal. Balai
Besar Pengembangan Penangkapan Ikan. Semarang.