Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PRAKTIK LAPANG TERPADU PSP 2018

PENANGANAN IKAN DI ATAS KAPAL DAN PENANGANAN IKAN DI DARAT


BAGAN PERAHU DI PERAIRAN MATE’NE KELURAHAN TANETE RILAU
KABUPATEN BARRU

HAMRIANI
L051171513

PROGRAM STUDI PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN


JURUSAN PERIKANAN
FAKULTAS ILMU KELAUTAN DAN PERIKANAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2018
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatu

Syukur Alhamdulillah saya panjatkan kehadiran Allah SWt yang telah

melimpahkan rahmat dan hidayah nya sehingga saya dapat menyelesaikan laporan

praktik kerja lapang ini tepat pada waktunya. Shalawat dan salam untuk nabi

Muhammad SAW, yang telah menunjukkan jalan kebenaran dan membawa kita

kealam kecerdasan.

Dalam menyelesaikan laporan ini saya sadari begitu banyak tantangan,

hambatan, dan kesulitan yang dihadapi baik keterbatasan materi maupun dari

keterbataan kemampuan berfikir, serta tidak terlepas dari panutan berbagai pihak.

Untuk itu pada ksempatan ini saya menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-

besarnya kepada seluruh dosen pembimbing dan seluruh asisten yang ikut serta

dalam kegiatan praktik lapang ini.

Saya menyadari bahwa dalam menyusun laporan ini masih jauh dari

kesempurnaan, baik yang disadari maupun tidak disadari untuk itu saya sangat

mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun.

Makassar, 18 oktober 2018

HAMRIANI
BAB I

pendahuluan
A. Latar Belakang

Pemanfaatan sumberdaya perikanan merupakan salah satu hal yang sangat

penting sebagai sumber pangan dan komoditi perdagangan. Usaha mengekploitasi

sumberdaya tersebut terus mengalami perkembangan sejalan dengan kemajuan

IPTEK dibidang penangkapan khususnya bagi masyarakat Sulawesi selatan.

Bagan perahu merupakan salah satu alat tangkap yang dioperasikan dengan

menerapkan teknologi penangkapan ikan yang memanfaatkan bantuan cahaya lampu

(light fishing). Sedangkan menurut Subani (1989) bagan perahu adalah jaring angkat

yang cara pengoprasiannya dilakukan dengan menurunkan dan mengangkat secara

vertikal atau kurang lebih demikian.

Ikan pelagis dan hasil perikanan lainnya merupakan bahan pangan yang

muudah mengalami penurunan mutu dan mudah busuk, sehingga harus ada upaya

penanganan langsung secara cepat dan tepat pasca penangkapannya, hal ini akan

sangat menentukan kualitas hasil akhir pengolahannya. Perlu di pahami bahwa mutu

perikanan (ikan) yang terbaik “segar” adalah saat di panen di mana hasil penanganan

atau hasil pengolahan selanjutnya tidak akan pernah menghasilkan mutu yang lebih

baik oleh karena itu cara penanganan pertama saat di panen menjadi sangat penting

karena akan mempertahankan mutunya selama tahapan distribusi (Anonim, 1993).

Berdasarkan beberapa hal tersebut di atas, bagan perahu merupakan salah

satu alat penangkap ikan yang dalam pengoprasiannya tidak terlepas dari sentuhan

teknologi. Oleh karena itu, sangatlah tepat dan penting kalau pelakanaan praktek kerja

lapang ini berlangsung untuk melihat tentang bagaimana sebenarnya metode

pengoprasian bagan perahu.


B. Tujuan dan Kegunaan

Adapun tujuan dan kegunaan dari praktik lapang penanganan hasil tangkapan

sebagai berikut:

1. Tujuan

a. Mengetahui cara penanganan di atas kapal

b. Mengetahui cara penanganan di darat

c. Mengetahui deskripsi alat tangkap bagan perahu yang beroperasi di perairan

barru.

2. Kegunaan

Meningkatkan keterampilan mengenai penanganan dan mengetahui

organoleptik ikan hasil tangkapan.


BAB II

Metedologi Praktek Lapang

A. Waktu dan Tempat

1. Waktu

Pelaksanaan praktek kerja lapang mata kuliah Penangan Hasil

Tangkapan ini dilakukan pada hari jumat 12 oktober 2018 – 14 oktober 2018

yang berlangsung selama 3 hari.

2. Tempat

Kegiatan ini berlokasi di dusun Mate’ne, kecamatan Tanete Rilau,

Kabupaten Barru, Sulawesi Selatan.

B. Alat dan Bahan

Adapun alat dan bahan yang digunakan pada praktik lapang

penanganan hasil tangkapan adalah sebagai beriku:

1. Alat

Alat yang digunakan pada praktik lapang, yaitu:

no Alat Fungsi

1 Kamera Untuk mendokumentasikan segala kegiatan

2 Alat Tulis Menulis Untuk mencatat segala yang berhubungan

dengan kegiatan penangan hasil tangkapan

3 Meteran Untuk mengukur panjang tubuh ikan

4 Papan preparat Sebagai alas meletakkan sampel

5 Termometer Untuk mengukur suhu air

6 Pelampung Sebagai alat keselamatan jika terjadi

musibah

7 Coolbox Sebagai tempat penerapan suhu rendah

8 Serok Untuk mengakat ikan dari jaring ke atas kapal

9 Layangan arus Untuk mengukur kecepatan arus


Tabel 1. Alat dan fungsi

2. Bahan

Bahan yang digunakan dalam praktik lapang ini adalah:

no Bahan Fungsi

1 Es batu Untuk mendinginkan ikan supaya

tidak terjadi penurunan mutu

2 Ikan hasil tangkapan Sebagai sampel untuk pengukuran

Tabel 2. Bahan dan fungsi

3. Metode pengambilan data

1. Observasi

Observasi melibatkan mahasiswa untuk ikut melaut bersama nelayan

menangkap ikan serta melihat langsung proses penanganannya agar dapat

mengetahui cara menangani ikan yang baik, jenis alat tangkap yang

digunakan, serta cara pengoperasiannya. Tahap – tahap pengambilan data

yang dilakukan dalam praktek lapang yaitu:

a. Praktikan dibagi ke dalam beberapa kelompok untuk ikut melaut dengan

nelayan kapal bagan perahu. Waktu operasi penangkapan dibagi dua

yaitu pada malam hari dan pada siang hari.

b. Mencatat waktu tiap hauling pada satu kali trip.

c. Melakukan penyortiran ikan setelah hauling berdasarkan jenis ikannya.

d. Mengambil 3 ekor ikan sebagai sampel dari tiap jenis hasil tangkapan

e. Mengukur panjang tubuh ikan, dan uji organoleptik setelah hauling.

f. Melakukan wawancara mengenai nama ikan hasil tangkapan.

g. melakukan uji organoleptik pada saat tiba di pelabuhan. Kemudian bisa

dilihat perubahan apa yang terjadi pada ikan.


2. Wawancara

Wawancara bertujuan untuk melengkapi data yang dibutuhkan.

Mahasiswa melakukan wawancara langsung dengan beberapa nelayan

mengenai proses dalam penanganan ikan.


BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi alat tangkap

1. Kapal

Gambar 1. kapal

Kapal bagan perahu yang digunakan saat pengambilan data kerja praktik

lapang di Desa Mate’ne kecamatan Tanete Rilau kabupaten Barru Sulawesi Selatan.

Bagan perahu (boat lift nets) adalah alat penangkap ikan yang dioperasikan

dengan cara diturunkan ke kolom perairan dan diangkat kembali setelah banyak ikan di

atasnya, dalam pengoprasiannya menggunakan perahu untuk berpindah-pindah ke

lokasi yang diperkirakan banyak ikannya.

2. Jaring

Gambar 2. Jarring
Jaring pada bagang perahu merupakan jaring yang berbentuk empat persegi

panjang, dalam satu set jaring gillnet mempunyai ukuran mata yang sama.

3. Pemberat

Gambar 3. pemberat

Pemberat merupakan salah satu unsur yang memiliki peranan penting dalam

proses penurunan jaring yaitu mempercepat tenggelamnya jaring.Bahan yang biasa

digunakan adalah timah, bila menggunakan pemberat lain harus menggunakan bahan

yang tidak mudah berkarat.

4. Tali penarik

Gambar 4. tali penarik

Tali penarik digunakan untuk menurunkan jangkar pada saat kapal ingin

disandarkan dan pada saat kapal tiba di daerah penangkapan.


5. Lampu

Gambar 5. tali penarik

Cahaya lampu merupakan suatu bentuk alat bantu secara optik yang digunakan untuk

menarik dan mengkonsentrasikan ikan dan juga lampu berguna untuk menarik perhatian

target tangkapan (ikan) pada malam hari.

B. Cara penanganan

1. Cara penanganan di atas kapal

Proses penanganan ikan diatas kapal harus dilakukan dengan baik agar kualitas

ikan yang diperoleh bagus. Tahapan – tahapan proses penanganan ikan diatas kapal

meliputi pengangkutan ikan dari jaring, sortasi, pencucian, penirisan, pendinginan, dan

penyimpanan dalam box sterofom.

a. Wadah yang digunakan pada proses penaganan

Wadah yang digunakan pada proses penanganan ikan di bagan perahu adalah

box sterofom, basket, keranjang anyaman, ember dan jeregen.


Gambar 6. Sterofom
b. Metode pengesan

Metode pengesan yang dilakukan pada penanganan ikan dibagan perahu

adalah Boxing. Proses penyususnan ikan dengan menggunakan (box) yang terbuat

dari sterofom. Metode pengesan yang di lakukan nelayan yaiitu ikan, es, ikan, es.

Penyimpanan pada suhu rendah dapat menghambat kerusakan pada ikan, antara lain

kerusakan fisiologis, kerusakan enzimatis maupun kerusakan mikrobiologis. Seperti

pada gamabar di bawah ini:

Gambar 7. Pengesan ikan

c. Hasil tangkapan

Berdasarkan hasil praktik selama melaut di kapal Bagan perahu, hasil

tangkapan yang dominan didapat yaitu ikan layang (Decapterus sp,) dan, ikan

tembang (Sardinella lemuru). Ikan yang ditangkap merupakan ikan-ikan pelagis kecil

yang sifatnya bergerombol dan senang akan cahaya atau bersifat fototaksis positif

yang pada malam hari ditangkap dengan menggunakan alat bantu cahaya (lampu).

Hasil tangkapan yang diperoleh nelayan di Kab. Barru cukup beragam.

Berbagai jenis hasil tangkapan tersebut dapat dilihat pada Tabel 1.


Waktu Jam Jenis Tangkapan Jumlah

01:00 WITA Ikan layang 1 box

13 Oktober Ikan kembung


01:00 WITA 1/3 box
2018 lelaki

01:00 WITA Ikan tenggiri 20 ekor

01:00 WITA Ikan barakuda 1/2 box

01:00 WITA Ikan tembang 1 box

01:00 WITA Cumi-cumi

01:00 WITA Ikan pepetek 2 box

05:00 WITA Ikan layang 1 box

05:00 WITA Ikan barakuda 1/2 box


13 Oktober
2018
05:00 WITA Ikan tembang 1/2 box

05:00 WITA Ikan Tenggiri 22 ekor

Gambar hasil tangkapan alat, tangkap Bagan Perahu di Kab. Barru, dapat dilihat

pada gambar – gambar berikut:

Gambar 8. Ikan layang

Nama Indonesia : Ikan layang

Nama Lokal : Ikan lajang


Nama Ilmiah : Decapterus sp

Gambar 9. Ikan kembung lelaki

Nama Indonesia : Ikan kembung lelaki

Nama Lokal : Ikan katombo

Nama Ilmiah : Rastrelliger kanagurta

Gambar 10. Ikan Tenggiri

Nama Indonesia : Tenggiri

Nama Lokal : Tenggiri

Nama Ilmiah : Scomberomorini sp

Gambar 11. Ikan Barakuda

Nama Indonesia : Ikan Barakuda

Nama Lokal : ikan asa’

Nama Ilmiah : Sphyraena sp


Gambar 12. Ikan Tembang

Nama Indonesia : Ikan Tembang

Nama Lokal : Ikan Sibula

Nama Ilmiah : sardinella lemuru

Gambar 13. Cumi-cumi

Nama Indonesia : Cumi-cumi

Nama Lokal : Cumi-cumi

Nama Ilmiah : Loligo sp

Gambar 14. Ikan Pepetek


Nama Indonesia : Ikan Pepetek

Nama Lokal : Bete-bete

Nama Ilmiah : Bramidae sp

Ikan hasil tangkapan memiliki ciri-ciri fisik tertentu. Berikut ciri-ciri fisik dari ikan

hasil tangkapan alat tangkap bagan perahu berdasarkan uji organoleptik.

Parameter Organoleptik
Waktu
Hari/Tanggal Penanganan Rata-
(WITA) Mata Insang Bau Tekstur
Rata
Sabtu, Tanpa
9 9 8 9 8,75
13 Oktober 04.00 Penanganan
2018 Cool box 9 9 9 9 9
Sabtu, Tanpa
8 7 7 8 7,5
13 Oktober 06.00 Penanganan
2018 Cool box 9 9 7 9 8,5
Tanpa
Sabtu, 13 8 4 6 8 6,5
08.00 Penanganan
Oktober 2018
Cool box 9 5 7 9 7,5
Tanpa
Sabtu,13 7 3 3 5 4,5
10.00 Penanganan
Oktober 2018
Cool box 8 5 7 8 7
Sabtu, Tanpa
6 2 2 4 3,5
13 Oktober 12.00 Penanganan
2018 Cool box 7 2 7 8 6

Tabel 2. Hasil uji organoleptik

Uji organoleptik ini dilakukan sebanyak lima kali dengan selang waktu dua

dengan cara melihat pedoman (score sheet) danga beberapa spesifikasi tentang mata,

insang, bau, dan tekstur dengan nilai 1-9.

Diagram 1. Perbandingan nilai mutu ikan


Dari diagram perbandingan nilai mutu ikan tanpa penanganan dan ikan dengan

penerapan cool box kita dapat melihat dengan jelas perbedaan kualitas mutunya. Ikan

dengan penerapan suhu rendah (Cool box) memiliki kualitas yang jauh lebih baik

daripada ikan yang tanpa penanganan. Walaupun dalam setiap jamnya ikan

mengalami kemunduran mutu tetapi kemunduran mutu dapat di minimalisir atau di

hambat dengan cara penerapan suhu rendah (Cool box).

Gambar 15. Uji organoleptik pada mata ikan

Tahapan penanganan yang dilakukan nelayan Bagan perahu di desa Matene

Kabupaten Barru adalah sebagai berikut:

a. Hauling

Berdasarkan pengamatan yang dilakukan di lapangan ialah ketika hauling ikan

hasil tangkapan dari jaring langsung dipindahkan ke atas kapal dengan menggunakan

serok.

Gambar 16. Hauling


b. Penyortiran

Setelah ikan hasil tangkapan terkumpul diatas kapal, kemudian dilakukan

penyortiran ikan berdasarkan jenisnya. Ikan yang sejenis di simpan pada wadah yang

sama.

Gambar 17. Penyortiran


c. Pendinginan

Ikan hasil tangkapan yang telah disimpan dalam wadah diberi penanganan

agar mutu ikan tetap tejaga. Penanganan yang tepat ialah penerapan suhu rendah.

Nelayan memberikan es yang telah di hancurkan terlebih dahulu agar suhu yang

diharapkan dapat tersebar ke seluruh ikan. Tetapi tidak dipungkiri bahwa terdapat

beberapa jenis ikan yang tidak diberikan suhu rendah, nelayan tersebut berpendapat

bahwa terlalu banyak es yang dibutuhkan apabila semua ikan ingin diberikan es.

Gambar 18. Pendinginan


2. Penanganan ikan di darat

Berikut penanganan ikan di darat :

1. pembongkaran ikan dari atas kapal

Gambar. 1 pembongkaran ikan

Setelah sampai di pelabuhan perikanan, bongkar ikan secepat mungkin hindari

terkena sinar matahari langsung.

2. Membawa ke pengumpul

Gambar. 2 membawa ikan ke pengumpul

Segera dinginkan kembaliikan dengan menggunakan es dan pertahankan

suhunya selalu rendah.


3. Menjual ke konsumen

Gambar. 3 menjual ikan ke konsumen

Terakhir menjual hasil tangkapan ke konsumen dengan keadaan masih segar.


PENUTUP

A. Kesimpulan

Selama mengikuti operasi penangkapan ikan pada bagan perahu di Desa

Mate’ne kecamatan Tanete Rilau kabupaten, Kabupaten Barru, Sulawesi

Selatan, kita dapat mengetahui keadaan lansung di lapangan seperti tujuan

penggunaan lampu, proses hauling, penyortiran, dan penerapan suhu rendah.

Adapaun hasil tangkapan dengan menggunakan alat tangkap bagan

perahu pada hauling pertama ( jam 01: 00) Ikan layang, Ikan kembung lelaki,

Ikan tenggiri, Ikan barakuda, Ikan pepetek, Ikan tembang dan pada hauling

kedua ( jam 05: 00) ikan laying, ikan barakuda, ikan tembang, dan ikan tenggiri

B. Saran

Untuk peningkatan hasil tangkapan, sebaiknya nelayan menggunakan

peralatan yang lebih modern dan pada saat penangadan ikan di atas kapal

sebaiknya nelayan menerapkan prinsip penanganan cepat, cermat, sanitasi /

higyene dan menerapkan suhu rendah supaya ikan tidak cepat mengalami

penurunan mutu dan ikan lebih berkualaitas.


Daftar Pustaka

Subani, W. 1989. Alat penangkapan Ikan dan Udang Laut di Indonesia . Jurnal

Penelitian Laut. Departemen Pertanian Jakarta.

Anonim, 1993. Studi Pengoprasian Bagan Perahu Dalam Hubungannya Kelestarian

Sumber Daya di Perairan Pantai Daerah Tingkat II Barru. Sulawesi Selatan.

Lutjanus Buliten Politeknik Pertanian Sigeri Mandalle Pangkep Sulawesi

Selatan.

Anda mungkin juga menyukai