Anda di halaman 1dari 10

Makalah Analisa Daerah Penangkapan Ikan

Makalah

ANALISA DAERAH PENANGKAPAN IKAN

Oleh

AHMADRYADI

1410246019
PASCASARJANA ILMU KELAUTAN

UNIVERSITAS RIAU

PEKANBARU

2015

KATA PENGANTAR

Segala puja dan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan rahmat-
Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan waktu yang telah ditentukan dan
berjalan sesuai dengan rencana. Makalah ini berjudul “Analisa Daerah Penangkapan Ikan”
disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah AnalisaDaerah Penangkapan Ikan di Pasca Sarjana
Ilmu Keluatan Universitas Riau.

Dengan tersusunnya makalah ini maka tidak lupa penulis mengucapkan terima kasih kepada
semua pihak yang ikut berpartisipasi untuk membantu penulis dalam penyusunan makalah ini.
Penulis menyadari bahwasanya makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Untuk itu penulis
mengharapkan kritik dan sarannya yang membangun dari para pembaca demi kesempurnaan dan
penyusunan makalah ini.

Semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi kita semua dan khususnya bagi penulis dalam
memenuhi tugas mata kuliah. Terima kasih.

Penulis
PENDAHULUAN

Indonesia merupakan negara kepulauan yang terdiri dari 16.777 pulau dan hampir dua pertiga
bagiannya terdiri dari lautan, serta mempunyai garis pantai sepanjang 95.181 km. Maka tidak
salah jika dari dahulu Indonesia dikenal sebagai bangsa pelaut. Semenjak berakhirnya
pemerintahan orde baru, maka pemerintah telah mencanangkan kebijakan pembangunan strategis
yang diarahkan kepada pembangunan sumber daya pesisir dan laut. Alasan pokok kebijakan
tersebut diantaranya: Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia, luas laut sekitar
3,1 juta km atau 62% dari luas teritorialnya. Semakin meningkatnya pembanguanan dan jumlah
penduduk serta semakin menipisnya sumberdaya alam di daratan. Pergeseran konsentrasi
kegiatan ekonomi global dari poros Eropa-Atlantik mejadi poros Asia Pasifik yang diikuti
perdagangan bebas dunia pada tahun 2020, menjadikan kekayaan laut indoneisa menjadi aset
nasional.

Dalam menuju era industrialisasi, wilayah pesisir dan laut menjadi perioritas utama untuk pusat
pengembangan industri , pariwisata, agribisnis, agroindustri, pemukiman, transportasi dan
pelabuhan. Dalam bidang penangkapan, Indonesia juga memiliki potensi yang sangat luar biasa.
Selat malaka merupakan perairan yang sangat subur dan merupakan perairan dengan potensi
terbaik kedua didunia setelah laut utara, hal ini tentunya menjadikan negara kita kaya dengan
sumberdaya penangkapan atau hasil tangkap ikan. Seiring kemajuan zaman, penangkapan juga
mengalami kemajuan dari segi cara atau teknologiyang digunakan maupun dari analisa daerah
penangkapannya.

Analisa daerah penangkapan diperlukan untuk memberikan informasi akurat keberadaan


gerombolan ikan, sehingga penangkapan bisa dilakukan secara efektif dan efesien. Permasalahan
nelayan Indoensia sampai dengan hari ini adalah kurangnya penerapan teknologi baik dalam
analisa daerah penangkapan maupun teknologi penangkapannya. Tidak heran jika saat ini,
nelayan-nelayan Indoensai sangat jauh tertinggal dibanding para nelayan tetangga seperti
Malaysia, Singapur ataupun Thailand. Keterbatasan teknologi dan rendahnya tingkat pendidikan
para nelayan merupakan faktor penyebab masih misikinnya nelayan-nelayan Indoneisa.

Untuk menganalisa daerah penangkapan ikan, kita harus mengetahui terlebih dahulu tentang
tingkah laku ikan dan reakasinya terhadap beberpa faktor oseanografi yang meliputi beberpa
parameter seperti suhu, arus, cahaya dan parameter lainnya.
PEMBAHASAN

Menurut Yusuf (2006) dalam Dinas Kelautan dan Perikanan (2009), daerah penangkapan ikan
merupakan suatu perairan dimana ikan yang menjadi sasaran penangkapan diharapkan dapat
tertangkap secara maksimal, tetapi masih dalam batas kelestarian sumberdayanya. Melihat
potensi laut kita dan membandingan dengan hasil tangkapan pertahunnya yang berkisar 30 juta
ton/tahun, maka produksi perikanan kita masih jauh dibandingkan dengan negara-negara lainnya
bahkan masih sangat rendah.

Secara tradisiona para nelayan biasanya menentukan daerah penangkapan ikan berdasarkan
fenomena alam seperti keadaan angin, keadaan bulan, pasang surut, warna air laut ataupun
dengan bebrapa teknik seperti membuat baringan dengan cara sederhana. Hal ini tentunya sangat
jauh dibanding dengan teknologi yang sudah maju seperti sonar,echoconder ataupun melalui data
citra satelit yang dapat memberikan informasi lebih jelas tentang keberadaan ikan pada lokasi
tertentu dan waktu tertentu.

Penggunaan teknologi Inderaja dengan menggunakan satelit merupakan sarana yang sangat
bermanfaat dalam mengelola sumberdaya perikanan secara bijaksana, termasuk kegunaanya
untuk mendeteksi zona potensi penangkapan ikan. Informasi yang dihasilkan secara akurat
menggambarkan fenomena alam yang memungkinkan adanya ikan di suatu tempat, karena pada
tempat itu banyak terdapat makanan ikan (plankton) dan mempunyai kondisi lingkungan yang
sesuai dengan jenis ikan tertentu. Daerah penangkapan ikan dikatakan baik bila tersedia ikan,
parameter oseanografi mendukung, serta kondisi perairan mendukung untuk pengoperasian alat
tangkap.

Gower dalam Zainuddin et al (2007) bahwa suatu daerah perairan memiliki rentang tertentu
dimana ikan berkumpul untuk melakukan adaptasi fisiologis terhadap faktor lain misalnya suhu,
arus, dan salinitas yang lebih sesuai dengan yang diinginkan ikan, namun keberadaan konsentrasi
klorofil-a di atas 0,2 mgm-3 mengindikasikan k eberadaan plankton yang cukup untuk menjaga
kelangsungan hidup ikan ekonomis penting.

Beberapa parameter yang mempengaruhi keberadaan ikan (Daerah Penangkapan)

Suhu

Suhu adalah ukuran energi gerakan molekul. Di samudera, suhu bervariasi secara horizontal
sesuai garis lintang dan juga secara vertikal sesuai dengan kedalaman. Suhu merupakan salah
satu faktor yang penting dalam mengatur proses kehidupan dan penyebaran organisme. suhu
merupakan parameter oseanografi yang mempunyai pengaruh sangat dominan terhadap
kehidupan ikan khususnya dan sumber daya hayati laut pada umumnya. Hampir semua populasi
ikan yang hidup di laut mempunyai suhu optimum untuk kehidupannya, maka dengan
mengetahui suhu optimum dari suatu spesies ikan, kita dapat menduga keberadaan kelompok
ikan, yang kemudian dapat digunakan untuk tujuan perikanan. Pengaruh suhu terhadap ikan
adalah dalam proses metabolisme, seperti pertumbuhan dan pengambilan makanan, aktivitas
tubuh, seperti kecepatan renang, serta dalam rangsangan syaraf sehingga ikan sangat peka
terhadap perubahan suhu walau hanya sebesar 0,03°C.

Arus

Arus sangat mempengaruhi penyebaran ikan, hubungan arus terhadap penyebaran ikan adalah
arus mengalihkan telur-telur dan anak-anak ikan pelagis dan daerah pemijahan ke daerah
pembesaran dan ke tempat mencari makan. Migrasi ikan-ikan dewasa disebabkan arus, sebagai
alat orientasi ikan dan sebagai bentuk rute alami; tingkah laku ikan dapat disebabkan arus,
khususnya arus pasut, arus secara langsung dapat mempengaruhi distribusi ikan-ikan dewasa dan
secara tidak langsung mempengaruhi pengelompokan makanan.

Ikan bereaksi secara langsung terhadap perubahan lingkungan yang dipengaruhi oleh arus
dengan mengarahkan dirinya secara langsung pada arus. Arus tampak jelas dalam organ
mechanoreceptor yang terletak garis mendatar pada tubuh ikan. Mechanoreceptor adalah reseptor
yang ada pada organisme yang mampu memberikan informasi perubahan mekanis dalam
lingkungan seperti gerakan, tegangan atau tekanan. Biasanya gerakan ikan selalu mengarah
menuju arus. (Amirudin, 1993).

Fishing ground yang paling baik biasanya terletak pada daerah batas antara dua arus atau di
daerah upwelling dan divergensi. Batas arus (konvergensi dan divergensi) dan kondisi
oseanografi dinamis yang lain (seperti eddies), berfungsi tidak hanya sebagai perbatasan
distribusi lingkungan bagi ikan, tetapi juga menyebabkan pengumpulan ikan pada kondisi ini.
Pengumpulan ikan-ikan yang penting secara komersil biasanya berada pada tengah-tengah arus
eddies. Akumulasi plankton, telur ikan juga berada di tengah-tengah antisiklon eddies.
Pengumpulan ini bisa berkaitan dengan pengumpulan ikan dewasa dalam arus eddi (melalui
rantai makanan). (Amirudin, 1993).

Upwelling merupakan penaikan massa air laut dari suatu lapisan dalam ke lapisan permukaan.
Gerakan naik ini membawa serta air yang suhunya lebih dingin, salinitas tinggi, dan zat-zat hara
yang kaya ke permukaan (Nontji, 1993). Menurut Barnes (1988). Meningkatnya produksi
perikanan di suatu perairan dapat disebabkan karena terjadinya proses air naik (upwelling).
Karena gerakan air naik ini membawa serta air yang suhunya lebih dingin, salinitas yang tinggi
dan tak kalah pentingnya zat-zat hara yang kaya seperti fosfat dan nitrat naik ke
permukaan. (Nontji, 1993).
Berdasarkan beberapa penelitian, banyak sekali upwelling yang terjadi di Indonesia
daiantaranya seperti peraian Samudra Hindia selatan, perairan Pulau Jawa, periaran
Nusa Tenggara Barat, perairan Sumatra, perairan Kepulauan Selayar, laut di Kepulauan Maluku,
Selat Makasar, Laut Banda dan Laut Arafura.

Cahaya

Ikan bersifat fototaktik (responsif terhadap cahaya) baik secara positif maupun negatif. Banyak
ikan yang tertarik pada cahaya buatan pada malam hari, satu fakta yang digunakan dalam
penangkapan ikan. Pengaruh cahaya buatan pada ikan juga dipengaruhi oleh faktor lingkungan
lain dan pada beberapa spesies bervariasi terhadap waktu dalam sehari. Secara umum, sebagian
besar ikan pelagis naik ke permukaan sebelum matahari terbenam. Setelah matahari terbenam,
ikan-ikan ini menyebar pada kolom air, dan tenggelam ke lapisan lebih dalam setelah matahari
terbit. Ikan demersal biasanya menghabiskan waktu siang hari di dasar selanjutnya naik dan
menyebar pada kolom air pada malam hari.

Ada beberapa alasan mengapa ikan tertarik oleh cahaya, antara lain adalah penyesuaian
intensitas cahaya dengan kemampuan mata ikan untuk menerima cahaya. Dengan demikian,
kemampuan ikan untuk tertarik pada suatu sumber cahaya sangat berbeda-beda. Ada ikan yang
sangat senang pada intensitas cahaya yang rendah, tetapi ada pula ikan yang senang terhadap
intensitas cahaya yang tinggi.
KESIMPULAN

Analisa daerah penangkapan sangat diperlukan agar penangkapan bisa lebih efektif dan efisien,
analisa daerah penangkapan biasanya dilakukan dengan mempelajari sifat dan tingkah lakunya
sehingga bisa diketahui pola penyebarannya. Pada umumnya pola penyebaran ikan di Laut
sangat dipengaruhi oleh bebrap faktor oseanografi perairan itu sendiri meliputi suhu, arus cahaya
dan parameter lainnya.
DAFTAR PUSTAKA

Amirudin, 1993. Analisa Penangkapan Cakalang dengan Pole and Line di Perairan Teluk Bone
dalam Hubungannya dengan Kondisi Oseanografi Fisika. Fakultas Perikanan Institut Pertanian
Bogor. Bogor.

Anonim. 2007. Klasifikasi Alat Penangkapan Ikan Indonesia. Balai Besar Pengembangan
Penangkapan Ikan, Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap, Departemen Kelautan dan Perikanan.
Jakarta.

Balai Riset Penangkapan Laut-BRKP, 1996 .Musim Penangkpan Ikan Pelagis Besar (ikan
Tuna). http://www.fishyforum.com/fishysalt/fishyronment/96- musim-penangkapan-ikan-
pelagis-besar.html

Nontji, A. 1993. Laut Nusantara.Djembatan. Jakarta.

Yusuf, 2006. Peranan Suhu Sebagai Salah Satu Penentu Daerah Penangkapan Ikan.
Gower dalam Zainuddin et al (2007

Anda mungkin juga menyukai