Disusun Oleh:
DAFTAR ISI...........................................................................................................ii
DAFTAR GAMBAR.............................................................................................iii
DAFTAR TABEL.................................................................................................iv
I. PENDAHULUAN.........................................................................................1
I.1. Latar Belakang.........................................................................................1
I.2. Rumusan Masalah....................................................................................2
I.3. Tujuan......................................................................................................2
II. PEMBAHASAN............................................................................................3
II.1. Ikan Pelagis Besar dan Ikan Pelagis Kecil WPP 713..............................3
II.2. Ikan Demersal dan Ikan Karang Di WPP 713.........................................7
II.3. Udang Penaeid dan Lobster di WPP 713...............................................10
II.4. Kepiting, Rajungan dan Cumi-cumi di WPP 713..................................12
II.5. Tabel Spesies dan Review Hasil Evaluasi ............................................15
III. PENUTUP...................................................................................................17
III.1................................................................................................Kesimpulan
...............................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................18
ii
DAFTAR GAMBAR
1. Jenis Ikan Pelagis Kecil Dominan Tertangkap di WPP Samudra Pasifik (717)
tahun 2014...........................................................................................................3
2.Kurva Hubungan Produksi dan Upaya Sumberdaya Ikan Pelagis Kecil di
Samudra Pasifik (WPP 717) tahun 2014.............................................................4
3. Grafik Perkembangan Hasil Tangkapan Ikan Pelagis Kecil pada Periode Tahun
2005-2014............................................................................................................5
4. Jenis Ikan Pelagis Besar di WPP Samudra Pasifik (WPP 717)...........................6
5. Grafik Perkembangan Hasil Tangkapan Ikan Pelagis Besar pada Periode Tahun
2005 – 2014.........................................................................................................7
6. Perkembangan Hasil Tangkapan Ikan Demersal pada Periode Tahun 2005-
2014.....................................................................................................................8
7. Perkembangan Hasil Tangkapan Ikan Karang pada Periode Tahun 2005-2014
.............................................................................................................................9
8. Grafik Estimasi Potensi WPPNRI 717...............................................................10
9. Diagram Batang estimasi potensi WPPNRI 717................................................11
iii
DAFTAR TABEL
iv
I. PENDAHULUAN
1
Nabire, Kabupaten Mamberamo Raya, Kabupaten Kepulauan Yapen, Kabupaten
Biak Numfor, Kabupaten Jayapura, Kota Jayapura, Kabupaten Waropen,
2
3
1.3. Tujuan
Tujuan disusunnya Estimasi Potensi Perikanan di Wilayah Pengelolaan
Perikanan (WPP) 717 adalah untuk Mengetahui Status Perikanan di WPP 717
yang meliputi ikan pelagis kecil dan besar, ikan demersal, ikan karang, udang
panaeid, lobster, kepiting, rajungan serta cumi-cumi.
II. PEMBAHASAN
2.1. Ikan Pelagis Besar dan Ikan Pelagis Kecil WPP 717
Ikan pelagis kecil merupakan kelompok ikan berukuran kecil yang hidup
di lapisan permukaan air yang biasanya bergerombol dan suka melakukan migrasi.
Pada WPP 717 daerah penangkapannya berada di sebelah Utara Jayapura, Paniai,
Pulau Yapen dan Biak, sebelah utara Manokwari, sekitar Pulau Waigeo,
Kepulauan Raja Ampat dan sebelah timur Halmahera. Jenis ikan yang dominan
berada di WPP 717 yaitu ikan layang (Decapterus macrosoma, D. kuroides),
kembung (Rastrelliger kanagurta), selar bentong (Selar crumenopththalmus),
sunglir (Elagatis bipinnulatus) dan julung-julung (Hemiramphus spp.). Komposisi
jenis ikan pelagis kecil di WPP Samudera Pasifik didominasi oleh ikan kembung,
diikuti oleh layang, teri, tembang, selar, belanak, daun bambu, lemuru, julung-
julung dan sungli. Ikan pelagis keci merupakan kelompok jenis ikan Prioritas di
WPP 717 yaitu di wilayah Samudera Pasifik Utara Papua.
Gambar 1. Jenis Ikan Pelagis Kecil Dominan Tertangkap di WPP Samudra Pasifik
(717) tahun 2014.
4
Talang-talang dengan persentase 3,8%, Ikan Lemuru dengan presentase 3,5%,
Ikan Julung-julung
5
6
dengan 1,9% dan Ikan Sunglir dengan persentase terendah yaitu 1,8%. Menurut
Hisyam et al., (2020) Teluk Cenderawasih termasuk dalam Wilayah Pengelolaan
Perikanan Negara Republik Indonesia (WPP NRI) 717 yang terhubung dengan
perairan Samudera Pasifik. Sebagian besar masyarakat yang tinggal di sekitar
Teluk Cenderawasih memiliki mata pencaharian sebagai nelayan yang masih
menggunakan alat penangkapan ikan sederhana untuk usaha perikanan tangkap.
Perikanan tangkap di daerah tersebut sebagian besar mengeksploitasi komoditas
ikan pelagis kecil dengan komposisi hasil tangkapan paling banyak adalah ikan
layang biru (Decapterus macarellus) yang mencapai sekitar 98%. Berdasarkan
KepMen KP No. KEP.45/KEPMEN-KP/2016, jumlah potensi ikan pelagis kecil
di WPPNRI 717 yaitu pada Samudra Pasifik diperoleh sebesar 391,126 ton, JTB
sebesar 312,901 ton dengan tingkat pemanfaatan 0,73. Nilai tingkat pemanfaatan
dan status sumberdaya ikan di WPP 717 yaitu pada Samudra Pasifik menunjukkan
bahwa ikan pelagis kecil Fully Exploited.
Gambar 2. Kurva Hubungan Produksi dan Upaya Sumberdaya Ikan Pelagis Kecil
di Samudra Pasifik (WPP 717) tahun 2014
Secara umum, potensi sumber daya ikan pelagis kecil lebih kecil
dibandingkan dengan pelagis besar. Untuk spesies kunci diwakili oleh layang.
Dari aspek biologi, dampak penangkapan belum menunjukkan adanya indikasi
terjadinya perubahan ukuran ikan hasil tangkapan. Hasil kajian dengan
menggunakan model surplus produksi dan akustik diperoleh nilai potensi lestari
sebesar 384.750 ton dengan JTB sebesar 307.800 ton. Upaya optimum sebanyak
7
772 unit setara alat tangkap pukat cincin dan tingkat pemanfaatan sudah berada
pada tahapan yang overfishing
mendekati permukaan dengan ukuran relatif besar, tubuh seperti torpedo, warna
relatif terang dan melakukan aktifitas begantung pada kondisi lingkungan. Ikan
pelagis besar yang dominan di WPP 717 atau di Samudra Pasifik biasanya yaitu
ikan Cakalang, Tuna, Tongkol dan Tengiri yang banyak dilakukan di perairan
utara Pulau Waigeo, Pulau Biak dan Jayapura. Menurut Kalor et al., (2015),
Pesisir utara Papua (WPP 717) merupakan zona penangkapan berbagai jenis ikan
pelagis, termasuk ikan tuna. Perairan Utara Papua dapat berfungsi sebagai
kawasan penyangga keseimbangan populasi ikan tuna di Pasifik, karena kawasan
perairan Maluku dan Papua merupakan penyumbang produksi ikan tuna dan
cakalang terbesar di Indonesia. Ikan pelagis besar di wilayah WPP 717 yaitu di
Samudera Pasifik merupakan kelompok ikan yang dijadikan prioritas.
Gambar 4. Jenis Ikan Pelagis Besar di WPP Samudra Pasifik (WPP 717)
Jenis ikan pelagis besar selain jenis tuna dan tongkol diperoleh nilai
potensi lestari (MSY) sebesar 13.921 ton/tahun dengan nilai JTB 11.137 ton. Nilai
f opt didapatkan sebesar 3.242 unit standar purse seine, dengan demikian tingkat
pemanfaatan sumber daya ikan pelagis besar di WPP 716 baru sekitar 0,39 dengan
demikian masih sangat potensial untuk pengembangan pemanfaatannya.
Berdasarkan KepMen KP No. KEP.45/KEPMEN-KP/2016 Jumlah tangkapan
yang diperbolehkan pada ikan pelagis besar hasil tangkapan sebesar 56,067 ton,
JTB sebesar 44,854 dan tingkat pemanfaatan ikan pelagis besar di WPP 717 yaitu
0,95 dimana tingkat pemanfaatan Fully Exploited.
9
Daerah penangkapan ikan umumnya tidak begitu jauh dari pantai atau desa
tempat tinggal nelayan. Hal ini selain dipengaruhi oleh kondisi perairan paparan
benua yang relatif sempit (rata-rata berkisar 200-400m dari pantai) juga sarana
penangkapan ikan umumnya masih sederhana, bahkan masih banyak dijumpai
penangkapan ikan dengan cara menyelam kemudian menombak ikan yang
menjadi buruannya. (Suman et al., 2014).
Hasil tangkapan ikan demersal di WPPNRI 717 antara lain adalah ikan
kakap putih (Lates carcarifer), ikan kakap merah (Lutjanus sp.), ikan kuwe
(Caranx sexfasciatus), ikan manyung (Netuma sp.), ikan sebelah (Psettodes
erumei), ikan lolosi biru (Caesio caerulaurea), ikan bawal putih (Pampus
argentus), ikan lencam (Lethrinus spp.), ikan kuniran (Upeneus sulphureus), dan
ikan layur (Trichiurus spp.).
Pada Grafik, terlihat bahwa hasil tangkapan ikan demersal pada periode
Tahun 2005-2014 berkisar antara 21,071-45,573 ton/tahun dengan rata-rata
33,836 ton/tahun. Jumlah Tangkapan yang Diperbolehkan, dan Tingkat
Pemanfaatan Sumber Daya Ikan di Wilayah Pengelolaan Perikanan Negara
Republik Indonesia, potensi ikan demersal di WPPNRI 717 sebesar 111,619
ton/tahun dan tingkat pemanfaatan 0.45 yang berarti tingkat pemanfaatan berada
pada kondisi moderate. Selanjutnya disarankan agar upaya penangkapan ikan
demersal di WPPNRI 717 dapat ditambah.
11
Pada Grafik, terlihat bahwa hasil tangkapan ikan karang pada periode
Tahun 2005-2014 berkisar antara 2,058-7,277 ton/tahun dengan rata-rata 4,242
ton/tahun. Berdasarkan Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 47/
KEPMENKP/ 2016 tentang Estimasi Potensi, Jumlah Tangkapan yang
Diperbolehkan, dan Tingkat Pemanfaatan Sumber Daya Ikan di Wilayah
Pengelolaan Perikanan Negara Republik Indonesia, potensi ikan karang di
WPPNRI 717 sebesar 32,376ton/ tahun dan tingkat pemanfaatan 0.81 yang berarti
tingkat pemanfaatan berada pada kondisi fully-exploited. Selanjutnya disarankan
agar upaya penangkapan ikan karang di WPPNRI 717 dipertahankan dengan
monitor ketat.
12
131,675
65,935
829,188
Ikan Pelagis Kecil Ikan Pelagis Besar Ikan Demersal Ikan Karang Udang Penaeid
Lobster Kepiting Rajungan Cumi-cumi
Cumi-cumi 2,140
2,124
Rajungan 58
22
Kepiting 489
620
Lobster 1,044
1,065
9,150
Udang Penaeid 8,669
upabangsa Brachyura, yang dikenal mempunyai "ekor" yang sangat pendek, atau
yang perutnya sama sekali tersembunyi di bawah dada. Tubuh kepiting dilindungi
oleh cangkang yang sangat keras, tersusun dari kitin, dan dipersenjatai dengan
sepasang capit. Kepiting merupakan salah satu komoditas perikanan yang berniali
ekonomis. Salah satu spesies kepiting yang sering dikonsumsi dan sering di
tangkap dan dibudidayakan adalah spesies Scylla sp. atau kepiting bakau.
Kepiting bakau merupakan salah satu komoditas perikanan yang memiliki potensi
sebagai penyangga kehidupan masyarakat terutama bagi nelayan sekala kecil
(small scale fisheries). Kepiting bakau termasuk sumberdaya perikanan pantai
yang mempunyai nilai ekonomis penting dan mempunyai harga yang mahal. Jenis
kepiting ini disenangi masyarakat karena bernilai gizi tinggi dan mengandung
berbagai nutrien penting. Wilayah WPP 717 merupakan salah satu wilayah atau
daerah tangkapan yang masih belum optimal tingkat pemanfaatan dan
penangkapannya. Yang termasuk dalam WPP 717 yaitu Samudera Pasifik, Teluk
Cendrawasih, Utara Jayapura, Paniai, Pulau Yapen dan Biak, sebelah utara
Manokwari, sekitar Pulau Waigeo, Kepulauan Raja Ampat dan sebelah timur
Halmahera. Menurut Suman et al., (2018), untuk kepiting didapatkan nilai MSY
sebesar 489 ton/tahun, nilai JTB sebesar 391 ton/ tahun dengan tingkat
pemanfaatan sebesar 0,87 (indikator warna kuning, fully-exploited). Menurut
KepMen KP No. 47 Tahun 2016, pada daerah penangkapan hasil perikanan WPP
717 potensi penangkapan kepiting yang diperbolehkan yaitu 620 ton dengan nilai
JTB 496 dan tingkat pemanfaatan sebesar 0.90 dimana tterindikator berwarna
kuning atau fully exploited. Yang dimaksud dengan fully eksploited yaitu upaya
penangkapan yang telah dilakukan dapat dipertahankan dengan monitor ketat.
Rajungan merupakan salah satu Crustacea yang menjadi komoditas
dengan nilai ekonomi yang tinggi karena masyarakat banyak yang tertarik untuk
dijadikan bahan makanan ataupun untuk dibudidayakan. Selama ini kebutuhan
rajungan banyak dipenuhi dari hasil tangkapan alam, dikarenakan dalam budidaya
rajungan belum berkembang baik. Kelulushidupan rajungan rendah yang
disebabkan oleh penyakit bakteri vibrio, selain itu kandungan nitrogen dan fosfat
juga dapat mempengaruhi kualitas media pemeliharaan rajungan. Hasil
penangkapan rajungan yang berada pada wilayah atau daerah WPP 717 menurut
16
3.1. Kesimpulan
tingkat pemanfaatan sumberdaya ikan di WPPNRI717 sebagian besar
berada pada kondisi overexploited. Peningkatan upaya penangkapan yang terus
terjadi telah menyebabkan penurunan stok sumber daya ikan di wilayah ini
terutama pada kelompok ikan besar, Lobster, Rajungan dan Cumi cumi. Secara
keseluruhan, dari 9 kelompok komoditas sumber daya, sebanyak 4 komoditas
berstatus overfishing, 3 kelompok komoditas berstatus fully-exploited, dan hanya
2 komoditas yang masih berstatus moderat yaitu kelompok ikan demersal dan
Udang paneid. Dengan demikian potensi ekonomi yang masih dapat
dikembangkan di sektor penangkapan adalah penangkapan ikan ikan demersal dan
udang paneid, komoditas ekspor lainnya seperti layur juga cukup potensial
dikembangkan di wilayah ini.
19
DAFTAR PUSTAKA
20