Lingkungan Laut
pada Tingkah Laku
dan Kelimpahan
ikan
SEPTEMBER 17, 2011JOY KUMAATLEAVE A COMMENT
3 Votes
2. Pengaruh arus
Ikan bereaksi secara langsung terhadap perubahan lingkungan
yang dipengaruhi oleh arus dengan mengarahkan dirinya secara
langsung pada arus. Arus tampak jelas dalam organ
mechanoreceptor yang terletak garis mendatar pada tubuh ikan.
Mechanoreceptor adalah reseptor yang ada pada organisme yang
mampu memberikan informasi perubahan mekanis dalam
lingkungan seperti gerakan, tegangan atau tekanan. Biasanya
gerakan ikan selalu mengarah menuju arus. (Reddy, 1993).
3. Pengaruh cahaya
Ikan bersifat fototaktik (responsif terhadap cahaya) baik secara
positif maupun negatif. Banyak ikan yang tertarik pada cahaya
buatan pada malam hari, satu fakta yang digunakan dalam
penangkapan ikan. Pengaruh cahaya buatan pada ikan juga
dipengaruhi oleh faktor lingkungan lain dan pada beberapa spesies
bervariasi terhadap waktu dalam sehari. Secara umum, sebagian
besar ikan pelagis naik ke permukaan sebelum matahari terbenam.
Setelah matahari terbenam, ikan-ikan ini menyebar pada kolom
air, dan tenggelam ke lapisan lebih dalam setelah matahari terbit.
Ikan demersal biasanya menghabiskan waktu siang hari di dasar
selanjutnya naik dan menyebar pada kolom air pada malam hari.
4. Salinitas
Salinitas didefinisikan sebagai jumlah berat garam yang terlarut
dalam 1 liter air, biasanya dinyatakan dalam satuan 0/00 (per mil,
gram perliter). Di perairan samudera, salinitas berkisar antara
340/00 – 350/00. Tidak semua organisme laut dapat hidup di air
dengan konsentrasi garam yang berbeda. Secara mendasar, ada 2
kelompok organisme laut, yaitu organisme euryhaline, yang
toleran terhadap perubahan salinitas, dan organisme stenohaline,
yang memerlukan konsentrasi garam yang konstan dan tidak
berubah. Kelompok pertama misalnya adalah ikan yang
bermigrasi seperti salmon, eel, lain-lain yang beradaptasi
sekaligus terhadap air laut dan air tawar. Sedangkan kelompok
kedua, seperti udang laut yang tidak dapat bertahan hidup pada
perubahan salinitas yang ekstrim. (Reddy, 1993).
6. Nutrien
Di antara beberapa nutrien yang ada di air laut, yang paling
penting untuk kebutuhan biologis ikan adalah fosfat, nitrat, dan
silikat karena komponen ini merupakan nutrien penting yang
diperlukan untuk pertumbuhan plankton di laut. Nutrien
diperlukan oleh tumbuhan untuk pembentukan molekul protein.
Pada umumnya hewan mendapatkan protein secara langsung atau
tidak langsung dari tumbuhan. Permukaan laut mendapat pasokan
nutrien-nutrien tersebut terutama dari air pedalaman yang dibawa
oleh air sungai, dan dari dasar perairan yang dalam. Air dari
perairan yang sangat dalam menuju ke permukaan laut selama
terjadi arus naik (upwelling) yang disebabkan oleh arus sepanjang
pantai, atau sebagai hasil dari perubahan suhu yang menghasilkan
konveksi arus (sirkulasi vertikal air), atau yang lainnya sebagai
konsekuensi dari pertemuan arus horizontal, suhu hangat dan
dingin. Hal ini menyediakan zona photik di lautan yang kaya
nutrien, dengan demikian menimbulkan pertumbuhan
phytoplankton yang melimpah, diikuti zooplankton dan ikan yang
melimpah pula di daerah tersebut. (Reddy, 1993).
7. Upwelling
Upwelling adalah penaikan massa air laut dari suatu lapisan dalam
ke lapisan permukaan. Gerakan naik ini membawa serta air yang
suhunya lebih dingin, salinitas tinggi, dan zat-zat hara yang kaya
ke permukaan (Nontji, 1993). Menurut Barnes (1988), proses
upwelling ini dapat terjadi dalam tiga bentuk. Pertama, pada
waktu arus dalam (deep current) bertemu dengan rintangan seperti
mid-ocean ridge (suatu sistem ridge bagian tengah lautan) di mana
arus tersebut dibelokkan ke atas dan selanjutnya air mengalir deras
ke permukaan. Kedua, ketika dua massa air bergerak
berdampingan, misalnya saat massa air yang di utara di bawah
pengaruh gaya coriolis dan massa air di selatan ekuator bergerak
ke selatan di bawah pengaruh gaya coriolis juga, keadaan tersebut
akan menimbulkan “ruang kosong” pada lapisan di bawahnya.
Kedalaman di mana massa air itu naik tergantung pada jumlah
massa air permukaan yang bergerak ke sisi ruang kosong tersebut
dengan kecepatan arusnya. Hal ini terjadi karena adanya
divergensi pada perairan laut tersebut. Ketiga, upwelling dapat
pula disebabkan oleh arus yang menjauhi pantai akibat tiupan
angin darat yang terus-menerus selama beberapa waktu. Arus ini
membawa massa air permukaan pantai ke laut lepas yang
mengakibatkan ruang kosong di daerah pantai yang kemudian
diisi dengan massa air di bawahnya.