Anda di halaman 1dari 32

TEKNOLOGI KAPAL PERIKANAN

ALAT PENANGKAP IKAN “LONG LINE”

Oleh :

Rosiana Dewi (21090117140053)

Joevero Risqy Suvica (21090117120009)

Emut Andi Prasetyo (21090117140016)

Defina Prawoto (21090117120008)

DEPARTEMEN TEKNIK PERKAPALAN

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS DIPONEGORO

TAHUN 2019
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................................. 1

BAB II PEMBAHASAN ............................................................................................................... 2

II.1 Pengertian Long Line ................................................................................................. 2

II.2 Karakteristik Long Line ............................................................................................. 2

II.3 Klasifikasi Long Line................................................................................................. 3

II.4 Konstruksi Long Line ................................................................................................ 3

II.5 Alat Bantu Penangkapan Kapal Ikan Long Line ..................................................... 10

II.6 Konstruksi Kapal Long Line .................................................................................... 14

II.7 Sistem Penyimpanan Alat Tangkap Long Line ....................................................... 15

II.9 Fishing Ground Tuna Long Line ............................................................................. 18

II.10 Operasi Penangkapan ............................................................................................. 20

II.11 Cara Memasang Umpan ......................................................................................... 22

II.12 Hasil Tangkapan .................................................................................................... 24

II.13 Penanganan Ikan Tuna ........................................................................................... 26

II.14 Teknik Navigasi ..................................................................................................... 28

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................... 30

i
BAB I
PENDAHULUAN

Dengan diproklamirkannya Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia ( ZEEI ) 200 mil dari batas
perairan teritorial tanggal 21 Maret 1980, maka luas perairan Indonesia bertambah menjadi ± 5,8
juta Km2. Bertambah luasnya perairan Indonesia memberi harapan baru yang menguntungkan
bagi perkembangan perikanan laut.

Potensi lestari sumberdaya hayati perikanan tuna di perairan teritorial dan ZEEI diperkirakan 258,8
ribu ton per tahun. Bertambahnya potensi perikanan tuna dari ZEEI merupakan tantangan bagi kita
untuk dapat mengelola dan memanfaatkannya secara rasional.

Long Line merupakan salah satu alat tangkap yang efektif dan khusus ditujukan untuk menangkap
ikan tuna, karena konstruksinya mampu menjangkau kedalaman renang ( Swimming layer ) dan
sangat sesuai untuk dioperasikan di perairan ZEEI 200 mil.

Alat Tangkap Long line - alat tangkap ikan jenis long line termasuk dalam golongan alat tangkap
ramah lingkungan. Karena long line yang menggunakan pancing, menangkap ikan dengan target
spesifik dan tidak merusak habitat perairan. Alat tangkap long line masih menjadi favorit dalam
penangkapan ikan.

1
BAB II
PEMBAHASAN

II.1 Pengertian Long Line

Long line adalah tali yang memanjang yang dimasukkan ke dalam laut, terdiri dari main line ( tali
utama ) dan branch line ( tali cabang ) yang diikatkan pada tali utama tersebut. Tali cabang adalah
tali sebagai cabang dari tali utama, yang menjorok ke dalam laut, dan di bawahnya digantungkan
pancing – pancing yang diberi umpan.

II.2 Karakteristik Long Line

Adapun karakteristik dari long line antara lain:

1. Long Line merupakan cara penangkapan ikan yang bersifat pasif


2. Kapal Longline kapal secara khusus dirancang untuk menangkap ikan dengan alat tangkap
jenis long line atau sering juga disebut rawaii dan sekaligus untuk menyimpan,
mendinginkan, dan mengangkut hasil tangkapan sampai ke pelabuhan. Kapal longline yang
berukuran 30-100 GT pada umumnya dioperasikan untuk menagkap ikan jenis tuna dengan
hasil sampingan ikan cucut, sehingga sering pula kapal tersebut disebut kapal tuna long
line.
3. Satu kapal tuna longline biasanya mengoperasikan 1000- 2000 mata pancing untuk sekali
operasi.

2
II.3 Klasifikasi Long Line

Menurut Sadhori (1985), ada berbagai macam bentuk rawai yang secara keseluruhan dapat
dikelompokkan dalam berbagai kelompok antara lain:

1. Berdasarkan letak pemasangannya di perairan rawai dapat dibagi menjadi:


a. Rawai permukaan (surface long line);
b. Rawai pertengahan (midwater long line); dan
c. Rawai dasar (bottom long line).
2. Berdasarkan susunan mata pancing pada tali utama:
a. Rawai tegak (vertikal long line);
b. Pancing ladung; dan
c. Rawai mendatar (horizontal long line).
3. Berdasarkan jenis-jenis ikan yang banyak tertangkap:
a. Rawai Tuna (tuna long line);
b. Rawai Albacore (albacore long line); dan
c. Rawai Cucut (shark long line); dan sebagainya.

II.4 Konstruksi Long Line

3
Keterangan:

1. Main line 4. Wire leader

2. Buoy line 5. Hook

3. Branch line 6. Float (buoy)

(Tabel Bahan Konstruksi Long Line)

No Nama Panjang (m/cm) Diameter (cm/mm) Bahan


1 Tali Utama (main line) 39 – 41 m antar 6,5 mm Polyester (kuralon)
pancing
2 Tali Cabang (branch line) 20 m 4 mm Polyster (kuralon)
3 Kili-kili (swivel) - - Kuningan 60 gram
4 Sekiyama 8m 1,5 mm monofilamen
5 Pemberat 3 cm 8 mm Timah 15 gram
6 Wire Leader 1m 1 mm Kawat baja
7 Pancing - - Baja
8 Tali Pelampung (float 30 m 7,5 mm Polyester (kuralon)
line)
9 Pelampung (float) - 30 cm Plastik fiber
Seperti alat penangkap lainnya , satu unit long line terdiri dari kapal yang dirancang khusus, alat
penangkap dan crew. Kapal-kapal tuna long linemodern bagian belakang dari kapal ini telah
dirancang dengan baik untuk mudah operasi dan pengaturan alat penangkap.

Tuna long line sendiri pada umumnya terdiri dari:

1. Pelampung (float)

Pelampung yang digunakan pada long line terdiri dari beberapa jenis yaitu pelampung bola,
pelampung bendera, pelampung radio, dan pelampung lampu. Warna pelampung harus berbeda
atau kontras dengan warna air laut. Hal ini dimakasudkan untuk mempermudah mengenalnya dari
jarak jauh setelah setting.

4
2. Pelampung Bola

Pelampung bola biasanya terpasang pada ujung basket dari alat tangkap. Pelampung bola ini
terbuat dari bahan sinteticdengan dimeter 35 cm dan ada yang lebih besar. Untuk long line dengan
jumlah basket 70 maka jumlah pelampung bola yang digunakan adalah 68 buah, pada ujungnya
terdapat pipa setinggi 25 cm dan stiker scotlight yang sengat berguna bila alat penangakap tersebut
terputus maka mudah menemukannya. Untuk melindungi pelampung-pelampung tersebut dari
benturan yang dapat menyebabkan pecahnya pelampung tersebut, maka pelampung tersebut
dibalut dengan anyaman tali polyehylene dengan diameter 5mm.

3. Pelampung Bendera

Pelampung bendera merupakan pelampung yang pertamakali diturunkan pada waktu setting
dilakukan. Biasanya diberi tiang (dari bambu atau bahan lain) yang panjangnya bervariasi sekitar
7 m dan diberi pelampung. Supaya tiang ini berdiri tegak maka diberi pemberat.

4. Pelampung Lampu

Pelampung ini biasanya menggunakan balon 5 watt yang sumber listriknya berasal dari baterai
yang terletak pada bagian ujung atas pipa atau bagian bawah ruang yang kedap air. Pelampung ini
dipasang pada setiap 15 basket yang diperkirakan hauling pada malam hari. Fungsinya adalah
untuk penerangan pada malam hari dan memudahkan pencarianbasket bila putus.

5. Tali Pelampung

Tali pelampung berfungsi untuk mengatur kedalaman dari alat penangkap sesuai dengan yang
dikehendaki. Tali pelampung ini biasanya terbuat dari bahan kuralon.

5
6. Tali Utama (main line)

Tali utama atau main line adalah bagian dari potongan-potongan tali yang dihubungkan antara satu
dengan yang lain sehingga membentuk rangkaian tali yang sangat panjang. Tali utama harus cukup
kuat karena menanggung beban dari tali cabang dan tarikan ikan yang terkait pada mata pancing.
Pada kedua ujung pada main line dibuat simpul mata.Main line basanya terbuat dari bahan kuralon
yang diameternya 0,25 inci atau lebih. Panjang main linetergantung dari panjang dan jumlah
branch line, karena setiap penemuan kedua ujung main line merupakan tempat pemasanganbranch
line.

a. Bahan Tali Utama


- Mansen multifilament rope
- Polyester multifilament range
- Nylon monofilament
b. Ukuran Tali Utama
- Panjang satu basket tali utama teregang

𝐿𝑏𝑎𝑠𝑘𝑒𝑡 = (𝑛 + 1)𝐽𝑏𝑙

Keterangan:
Lbasket: Panjang rawai per basket
n: Banyaknya tali cabang pada setiap basket
Jbl: Jarak antara dua tali cabang
- Menghitung Panjang satu unit tali utama teregang

𝐿𝑢𝑛𝑖𝑡 = Σbasket × Lbasket


Keterangan

Lunit: Panjang tali utama dalam satu unit rawai tuna

∑basket: Jumlah basket dalam satu unit rawai tuna

Lbasket: Panjang tali utama dalam satu basket rawai tuna

- Menghitung Jumlah Mata Pancingg Dalam Satu Basket

Σpc basket = Σbl basket

6
Keterangan

∑pc basket: Jumlah mata pancing dalam satu basket

∑bl basket: Jumlah tali cabang dalam satu basket

- Menghitung Jumlah Mata Pancing Dalam Satu Unit Rawai Tuna

Σ𝑝𝑐 𝑢𝑛𝑖𝑡 = Σpc basket × Σbasket

Keterangan

∑pc unit: Jumlah mata pancing dalam satu unit rawai tuna

∑bl basket: Jumlah mata pancing pada setiap basket

∑basket: Jumlah basket dalam satu unit

7. Tali cabang (branch line)

Bahan dari tali cabang biasanya sama dengan tali utama, perbadaanya hanya pada ukuran saja, Tali
cabang merupakan bagian alat tangkap ikan rawai tuna yang berguna untuk menghubungkan tali
utama dengan pancing. Tali cabang terdiri dari: tali cabang utama, kili-kili, sakite, skyama,
kanayama, pancing. Tali cabang utama bahannya sama dengan bahan tali utama tetapi diameternya
antara 2,5 mm sampai dengan 4,5 mm dengan panjang 15 – 30 meter tergantung dari panjang

7
bagian tali utama. Tali cabang untuk alat tangkap yang menggunakan monofilamen dengan
diameter antara 2 mm sampai dengan 3 mm dengan panjang antara 10 m samapi dengan 20 meter.
Penyambungan antara tali cabang utama dengan tali utama dengan menggunakan simpul atau
dengan menggunakan snap yaitu suatu kait atau penjepit yang dipergunakan untuk mengkaitkan
tali cabang ke tali utama.

a. Kili-kili (swivel) adalah alat yang terbuat dari kuningan dan timah yang gunanya untuk
mencegah tali cabang terpilin jika pancing dimakan oleh ikan, selain itu juga untuk
pemberat. Kili-kili dihubungkan dengan tali utama dengan cara menyimpulkan tali cabang
pada salah satu ujung dari kili-kili tersebut. Sedangkan untuk menghubungkan dengan
skyama dibuat simpul tali yang dihubungakan dengan ujung yang lain dari kili-kili yang
disebut dengan “ sakite” yang panjangnya lebih kurang 20 cm.

b. Skyama yaitu kawat baja yang dibalut dengan benang katun dan diteer dengan maksud
supaya lebih kaku, dengan diameter 2,5 sampai dengan 3,5 mm dan panjangnya antara 6
m sampai dengan 10 meter. Alat ini biasanya digunakan pada rawai tuna yang
menggunakan kuralon. Pada rawai tuna yang terbuat dari senar biasanya tidak
menggunakan bahan ini tetapi menggunakan bahan yang sama dengan tali cabang utama.
Kedua ujung skyama dibuat eye splice untuk memudahkan pemasangan pada sakite dan
pada wire leader.

c. Kawat baja (wire leader) merupakan bagian tali cabang yang dipasanggi pancing , sehingga
harus tahan terhadap gigitan ikan, selain itu berfungsi juga sebagai pemberat. Kawat baja
pada ujung yang berhubungan dengan skyama dibuat mata yang dilapisi dengan kanseki
spring, yaitu semacam peer yang dilapisi dengan plastic dan yang dengan pancing dibuat
mata yang dilapisi dengan armor spring yaitu semacam peer. Kedua peer terseut untuk
melapisi kawat baja supaya tidak mudak putus. Kawat baja yang dipergunakan berdiameter
1 mm – 2,5 mm dengan panjang antara 1 m sampai dengan 3 m. Pancing yang dipergunakan
dibuat dari baja yang dilapisi timah sehingga tidak mudah berkarat, tetapi ada juga yang
menggunakan baja anti karat. Pancing yang dipergunakan biasanya berukuran antara

8
Nomor. 3 sampai dengan Nomor 8. Kawat baja tidak dipergunakan pada rawai tuna yang
menggunakan monofilament.

8. Mata Pancing

Mata pancing tuna (tuna hook) merupakan mata pancing khusus untuk ikan tuna. Pada
umumnya mata pancing tersebut dari baja tahan karat (stailess steel) atau besi tempa dilapisi
bahan galvanis. Namun, ada juga yang dilengkapi dengan zink anoda untuk menghindari
pengikisan logam karena proses galvanic action di dalam air laut.

Pada mata pancing terdapat bagian-bagian yang diukur yaitu Panjang total (total length), lebar,
dan diameter batang mata tali pancing.

Perangkaian mata pancing pada talic abang mata pancing tuna diikat ke wire leader dengan
menggunakan simpul mata. Pada rawai tuna skala industry, simpul mata dibentuk memakai
lock tip dan kanzeki spring. Fungsi kanzeki spring adalah untuk menjaga agar simpul mata
tidak rapat pada pancing sehingga mata pancing tetap dapat bergerak leluasa.

9
II.5 Alat Bantu Penangkapan Kapal Ikan Long Line

Kapal untuk ikan tuna long line, termasuk jenis kapal untuk laut lepas. Hal itu dikarenakan daerah
penangkapan ikan tuna ataupun jenis ikan tuna lainnya berada jauh dari lepas pantai, maka
kemampuan kapal juga tergantung pada ukuran besar kecilnya kapal.

Ada beberapa alat bantu penangkapan pada kapal long line :

1. Line Hauler

Line hauler merupakan alat bantu yang dipergunakan pada saat hauling yang funngsinya untuk
menarik tali utama pancing rawai, jika alat ini tidak ada maka operasi penangkapan ikan tuna long
line dipastikan tidak dapat dilakukan.

2. Line Arranger

Alat yang dipergunakan untuk penyusunan tali utama pada kotak penyimpanan secara otomatis.

3. Line Emiter

Alat yang digunakan untuk mengeluarkan tali utama dari kota penyimpanan, sewaktu tali hendak
diturunkan ke laut.

4. Branch Hauler

Alat yang dipergunakan untuk menggulung tali cabang dan pelampung secara cepat. Dengan alat
ini tali cabang akan tergulung rapi.

10
5. Line Setter

Alat yang digunakan untuk membuang talin utama kelaut disaat hauling. Dengan alat ini dapat
diketahui berapa panjang tali yang telah terbuang dengan melalui system alarm bell.

6. Side Roller

adalah alat bantu yang dipasang pada dinding kapal dan tali utama pancing rawai dimasukan ke
dalam side roller untuk mengurangi beban penarikan karena kena gesekan pada diding kapal alat
ini dapat berputar 90° sehingga dapat mengikuti arah tali utama pancing rawai.

7. Long Line Spools

Alat yang dipergunakan untuk menarik dan menggulung tali utama bahan monofilament. Bagi
kapal long liner yang mempergunakan alat ini tidak lagi menggunakan line hauler atau alat yang
lainnya kecuali line setter sebagai pasangannya dalam pembuangan tali utama. Semua tali utama
akan tergulung dan tersimpan dalam long line spools.

8. Radio Buoy

Alat ini dapat mengirim sinyal radio yang telah diketahui kodenya secara teratur. Alat ini untuk
menghindari hilangnya rangkaian alat tangkap long line.

9. Long Line Block

Alat ini digunakan untuk mengatur arah tali sesuai dengan kondisi kapal (deck layout). Block ini
dapat dipindah-pindahkan sesuai kebutuhan baik waktu setting maupun hauling.

10. Long Hook

Alat yang digunakan umtuk mengangkat ikan tuna yang telah terpancing

11
11. Mini Belt Conveyor

adalah alat bantu sebagai meja berjalan untuk menampung dan memindahkan main line dari bawah
line hauler sehingga tidak bertumpuk pada satu tempat sehingga proses hauling menjadi lancar.

12. Marlin Spike

adalah alat yang terbuat dari stainless steel yang ujungnya runcing disambung dengan besi mirip
seperti tombak kemudian clibalut dengan tali. Fungsi alat bantu ini adalah untuk membunuh ikan
tuna pada titik putih di kepala.

13. Jangkar Berlengan Empat

adalah alat bantu untuk mengangkat tali bola pelampung dari laut ke atas kapal saat hauling
pancing rawai.

14. Cakar

adalah alat bantu untuk mengaitkan kepala ikan tuna dan ikan besar lainnya menyerupai cakar
burung elang, tajam terdiri dari lima cakar dan di pasang tali. Alat ini dimasukkan melalui branch
line dan langsung menjepit kepala ikan, jika cakar di angkat maka cakar akan menjepit kepala ikan
lalu di tarik ke atas kapal.

15. Ganco

adalah alat pengait kepala ikan ketika hauling dan alat untuk mengangkat ikan dari laut ke atas
kapal dan menarik ikan ke tempat pembersih ikan. Alat ini terbuat dari baja dan bermata runcing
dan tajam disambung dengan gagang tertentu.

12
16. Branch Ace (Penggulung Tali Cabang)

adalah alat yang berfungsi untuk menggulung branch line setelah selesai hauling sehingga branch
line rapi. Alat ini dapat menggulung hingga panjang tali 30 meter

17. Coil Sifter

adalah alat pemindah tali utama pancing rawai kedalam box main line dengan cara menarik
melalui lubang yang berfungsi untuk mencegah kekusutan main line pancing rawai.

18. Rope Thrower Machine

adalah alat untuk meluncurkan main line dari box main line ke laut pada saat setting pancing rawai.

19. Box / Kotak

Merupakan tempat menyusun pancing rawai pada peti atau box lainnya. Penyusunan mata pancing
dilakukan secara berurutan sehingga pada saat settting mata pancing tidak kusut sehingga lancar
dalam melakukan operasi penangkapan.

20. Antena Radio

Alat penangkap gelombang radio pada kapal unit penangkapan dengan pancing rawai dipasang
RDF (Radio Detection Frequenc) berbentuk antena dan radio pencari gelombang untuk mencari
dimana posisi radio buoy melalui frequency radio.

21. Umpan

Pada saat pengoprasian long line, umpan yang digunakan biasanya umpan yang berukuran 15 cm
atau lebih, seperti lemuru (Sardinella longicep), belanak (Mugil sp.) layang Decapterus sp.),
kembung (Restralliger sp.), bandeng (Chanos chanos), Pasific Sauri (Cololabis saira) (Subani dan
Barus 1989).

22. Radio Buoy

dilengkapi dengan transmiter yang mempunyai frekuensi tertentu. Daerah tranmisinya bisa
mencapai 30 mil. Jjika dalam pengoperasian long linemenggunakan radio bouy,maka kapal harus
dilengkapi denganradio direction finder (RDF). Peralatan ini berfungsi untuk menunjukan arah
lokasi radio bouy dengna tepat pada waktu basket putus.

13
II.6 Konstruksi Kapal Long Line

Setiap kapal perikanan untuk menangkap ikan tidak terkecuali kapal longline biasanya memiliki
beberapa karakteristik tertentu. Pada kapal longline, biasanya mereka memasang alat tangkap di
bagian buritan dan menarik hasil tangkapan pada bagian haluan bagian. Dek kapal terbuka sebagai
tempat untuk menyimpan alat tangkap. Bagian dari sisi dek memiliki bentuk yang datar daru ujung
haluan hingga buritan sehingga alat tangkap dapat melewati sisi setelah proses penarikan. Bagian
kanan depan terdapat line hauler dan jembatan bertangga untuk memudahkan pengangkatan ikan
ke atas. Setelah penarikan, gulungan tali ditempatkan pada dek bagian muka bersama pelampung,
Meja ikan hasil tangkapan diletakkan pada bagian buritan tempat tali dipasang. Tuna yang
tertangkap dipotong dan dibersihkan, kemudian dimasukkan pada tangki pendingin bergaram
sebelum disimpan dalam ruang penyimpanan ikan berefrigeasi (Fyson 1985). Kapal longline
menurut Ayodhyoa (1981) umumnya berbentuk panjang dan ramping dengan tujuan agar kapal
dapat lincah atau mudah bergerak. Umumnya bentuk dasar kapal berbentuk “V” bottom, dengan
demikian kapal akan mempunyai kemampuan yang besar untuk membelah gelombang dan daya
perlawanan air terhadap kapal lebih kecil. Kelincahan kapal longline sangat ditentukan oleh
ukuran-ukuran utamanya, yaitu panjang (L), lebar (B), dalam (D) dan nilai perbandingan L/B, L/D,
dan B/D.

Adapun ciri-ciri kapal Long Line:

1. Kapal Longline dirancang khusus untuk memangkap ikan dengan alat tangkap longline
atau biasa disebut rawai. Kapal longline di desain khusus sekaligus untuk menyimpan,
mendinginkan, dan mengangkut ikan hasil tangkapan sampai ke pelabuhan.
2. UKURAN KAPAL
1. Rawai tuna skala kecil (GT ≤ 100)
- dipakai di perikanan tuna segar (Freshfish tuna fishery)
- beroperasi tidak jauh dari pelabuhan pangkalannya
- banyak terdapat di benoa (bali) dan muara baru (Jakarta)
2. Rawai tuna skala industry (GT > 100)
- dipakai di perikanan tuna beku (frozen tuna fishery)
- beroperasi di lintas samudera

14
- rawai tuna jepang, cina, korea dapat mencapai samudera hindia, samudera
pacific, samudera atlantik/ laut bebas
3. Satu kapal tuna longline biasanya mengoperasikan 1000-2000 mata pancing untuk sekali
operasi.

Desain dan konstruksi kapal rawai dapat dibedakan menjadi 2 sistem:

1. Sistem arranger dan


2. Non arranger (blong dan basket)

Bahan pembuatan kapal longline ada yang terbuat dari kayu, FRP dan baja. Bahan kapal juga
tergantung kepada ukuran besar kapal. Ukuran kapal lebih dari 150 GT umumnya terbuat dari baja

II.7 Sistem Penyimpanan Alat Tangkap Long Line

Ada beberapa sistem penyimpanan alat tangkap rawai tuna yaitu :

1. Sistem basket yaitu dalam satu set alat tangkap rawai tuna (tali pelampung, tali utama,dan
tali cabang) diikat menjadi satu dengan menggunakan tali salang., pelampung disimpan
tersendiri. Pemasangan tali cabang pada tali utama dengan membuat simpul, demikian
halnya dengan pemasangan tali pelampung pada tali utama.

15
2. Sistem boks (kotak) yaitu tali utama disusun dalam kotak (tali cabang, tali pelampung dan
pelampungnya disimpan tersendiri. Pada sistem ini pemasangan tali cabang pada tali utama
dikaitkan dengan snap demikian pula pemasangan tali pelampung pada tali utama.
3. Sistem drum (gelondong) yaitu tali utama digulung dalam drum, pemasangan tali cabang
dan tali pelampung pada tali utama sama dengan sistem boks.
4. Sistem blong (tong) sistem ini dipergunakan pada rawai tuna yang dibuat dengan
monofilament. Tali utama dimasukan kedalam tong plastik sedangkan tali cabang digulung
dan dimasukan kedalam keranjang kemudian diletakan di atas tong tali utama. Tali
Pelampung dan pelampungnya disimpan tersendiri, biasanya dalam satu tong disimpan
senbanyak 10 basket dengan 50 pancing.

II.8 Persiapan Penangkapan


1. Persiapan Berangkat.

Sebelum berangkat diperlukan waktu satu minggu untuk persiapan. Kapten harus betul – betul
sudah merencanakan apa yang diharapkan dari hasil penangkapan itu dan menentukan untuk
rencana pelayaran baru.

Para ABK bersiap untuk memuat barang perbekalannya, selain itu juga para pegawai perusahaan
perikanan yang di darat harus sudah memulai keperluan operasi pemancingan ikan dan barang –
barang yang diminta dari anak buah kapal tersebut.

Seiring perkembangan zaman dengan adanya teknologi canggih, baik mesin – mesin maupun
peralatan penangkapan ikan yang semakin modern, begitu pula cara memesan barang atau
memperbaiki peralatan yang rusak, cukup dengan memesan ke pabriknya langsung sebelum
bertolak, dengan kata lain persiapan untuk bertolak waktunya semakin pendek.

Bagi ABK, karena pelayaran long line ini jangka panjang, maka dapat membawa barang – barang
pribadi yang diperlukan, selain itu saat ini alat komunikasi semakin canggih, untuk berhubungan
dengan darat dapat dilakukan sewaktu – waktu.

16
2. Berlayar

Berkenaan dengan hasil laporan ke darat ( kantor pusat ) pada kapal ikan tuna jenis Long Line ini,
semakin ditingkatkan kualitasnya. Persiapan alat pancing akan dimuat ke kapal, tidak perlu
dikerjakan sendiri oleh ABK, maka bagi dirinya lebih enak. Hanya setelah sampai ke Daerah
Penangkapan, ABK tinggal siap untuk memulai operasi memancing, jadi tidak perlu membenahi
alat – alat pancingnya, dengan jalan ini jelas waktunya semakin hemat. Alat – alat ini semua
umumnya telah disediakan oleh toko penjual alat – alat pemancingan, untuk itu berarti penanganan
atau pemeliharaannya sedikit.

3. Perijinan kapal

Untuk memenuhi persyaratan peraturan pelayaran, maka setiap kapal harus memenuhi standar
kelayakan laut, guna menjamin keselamatan kapal serta untuk mengendalikan usaha perikanan
melalui perijinan. Perijinan berfungsi untuk membina usaha perikanan dan memberikan kepastian
usaha perikanan itu sendiri. untuk memenuhi ketentuan yang berlaku adapun persyaratan
kelayakan laut kapal Long Line meliputi :

a. Ijin Usaha Perikanan ( IUP ) • Sertifikat Kesempurnaan


b. Surat Penangkapan Ikan ( SPI ) • Surat Tanda Kebangsaan
c. Surat Ijin Penangkapan Ikan ( SIPI ) • Surat Ukur
d. Surat ijin berlayar dari syahbandar • Sijil Awak Kapal
e. Sertifikat garis muat

4. Perbekalan

Dibawah petunjuk dari Kapten dan Bosun semua ABK memuat umpan, alat – alat deck, alat – alat
pancing dan air tawar. Fishing master secara langsung menentukan jumlah umpan dan jenisnya,
ukuran dan kesegaran ikan. Pengisian air minum dilakukan pada saat bongkar di pelabuhan.
Jumlah air minum yang dimuat kira – kira 15 – 45 ton.

17
Perbekalan yang harus disiapkan sebelum kapal bertolak dari pelabuhan ke daerah fishing ground
diantaranya :

a. Umpan
b. Fuel Oil dan Pelumas
c. Perlengkqpqn alat tangkap cadangan
d. Deck / engine supply
e. Makanan dan Air tawar
f. Obat – obatan

5. Persiapan lainnya

Melakukan pemeriksaan peralatan navigasi, teropong, mesin utama, alat pengganti ( suku cadang
), mesin pendingin, pompa, generator, perlengkapan, penangkapan dan lain –lain. Selain itu juga
mempekerjakan orang untuk turun kapal, meyiapkan perlengkapan kesehatan, alat komunikasi,
menentukan pasar dan lainnya.

II.9 Fishing Ground Tuna Long Line

1. Prinsip fishing ground

Suatu perairan dapat dikatakan daerah penangkpan ikan ( fishing ground ) dari suatu alat, apabila
alat itu dapat digunakan secara terus menerus dan menguntungkan. Dengan demikian fishing
ground harus ditentukan oleh beberapa faktor antara lain :

a. Faktor adanya ikan ( musim ikan )


b. Faktor jenis ikan yang ada dan dapat ditangkap dengan alat tersebut
c. Faktor yang menguntungkan usaha penangkapa
d. Faktor meteorologi dan oceanografi serta hal lain yang mempengaruhi

18
2. Sifat fishing ground

Sangat tergantung dari sasaran yang akan ditangkap, sasaran utama yakni tuna dan jenis ikan
pelagis lainnya yang mempunyai sifat hampir sama dengan tuna. Migrasi jenis ini jauh lebih luas
sehubungan dengan itu sifat fishing ground Tuna adalah :

a. Perairan dalam dan berkadar garam tinggi ( diatas 30 o/00 )


b. Perairan bersih terhindar dari pencemaran dan penyebaran luas

Sifat-sifat tersebut di perairan Indonesia terdapat di samudera Indonesia dan samudera Pasifik.
Karena luasnya kita bagi menjadi :

a. Daerah Andaman dan Nicobar


b. Daerah sebelah barat pulau Sumatera
c. Daerah sebelah selatan pulau Jawa
d. Daerah Nusa Tenggara
e. Daerah Samudera Tengah
f. Daerah Australia Barat

3. Musim Ikan

Sepanjang tahun ikan tuna dapat ditangkap. Tetapi karena pengaruh temperatur air, iklim dan arus,
maka terjadilah perbedaan musim ikan di berbagai daerah, sebagai berikut:

a. Bulan Januari dan Agustus : Samudera Indonesia tengah


b. Bulan Februari dan Maret : Sebelah barat pulau Sumatera
c. Bulan April : Daerah Andaman dan Nicobar
d. Bulan Mei, Oktober s/d Desember : Sebelah barat Australia
e. Bulan Juni dan September : Nusa Tenggara
f. Bulan Juli dan September : Sebelah selatan pulau Jawa.

19
II.10 Operasi Penangkapan

Bagian penting dalam operasi:

1. Keadaan kapal saat setting

Fishing Master dan kapten di ruang kemudi mengemudikan kapal sambil memperhatikan,
keamanan / keselamatan pada saat setting, kecepatan setting, adanya kapal lain dan jaraknya,
lintasan tali pancing, laju kapal, suhu air, pusaran arus, burung laut, lumba – lumba dan kayu yang
terbawa arus.

2. Pada saat memasang umpan

Hal yang perlu diperhatikan adalah pencarian umpan, pemasangan pada mata pancing ( biasanya
ikan dikait pada bagian kepalanya ). Pada ikan kembung pada bagian punggung, urutan mata
pancing, melepas gulungan tali cabang, dan memeriksa cacat pada setiap bagian tali cabang.

3. Radio – buoy dan lampu

Untuk penarikan saat tengah malam, pada tali utama ( main line ) dipasang lampu sebanyak 5 – 6
buah dan radio buoy sebanyak 12 – 13 buah.

4. Teknik Setting
a. Waktu setting

Setting dilaksanakan pukul 2 – 3 pagi. Tali yang di setting terlebih dahulu adalah tali cabang untuk
perairan laut dalam. Lama setting kira –kira 5 jam. Panjang tali utama mencapai 100 mil.

b. Pada saat sebelum setting

Pekerjaan setting dilakukan secara berurutan seperti, mengeluarkan umpan dari palka, mencairkan
umpan, mulai menjalankan mesin, mengukur kedalaman air ( menggunakan alat yang dioperasikan
di ruang kemudi ), menyambung antar bagian pancing dari main line ke branch line, memasang

20
snaph, bola tali, memasang umpan pada mata pancing, memasang pelampung di tali bola, radio
buoy dan mempersiapkan lampu, serta pembagian kerja diatur oleh Fishing Master dan Bosun.

Tali cabang untuk perairan laut dalam dipisahkan di sisi kapal dan tali yang akan dipakai
diletakkan di bagian sebelah kiri. Bola yang tidak dipakai dan yang tidak berhubungan dengan tali
yang dipasang dikumpulkan di atas ruang kemudi. Pemasangan bola diameter 30 cm dilakukan
setelah pemasangan 4 buah bola diameter 20 cm.

5. Teknik Drifting

Drifting merupakan penghanyutan longline di dalam air selama beberapa jam. Drifting
berlangsung sekitar lima jam, saat drifting longline dibiarkan hanyut dan kemungkinan terbawa
arus sampai jauh dari kapal. Pada saat drifting, mesin kapal dimatikan untuk menghemat BBM
dan ABK dapat beristirahat. Sekitar siang atau sore hari, kapal mulai mendeteksi radio bouy yang
ada pada longline. Lokasi radio bouy dapat dideteksi dari kapal dengan radio detection finder
(RDF)

6. Teknik Hauling

Untuk pengoperasian hauling dimulai kira – kira jam 12 siang. Lamanya hauling antara 12 – 18
jam. Sambil menggulung main line perlu diperhatikan, arah bentangan tali, keadaan hasil
tangkapan dan pemotongan tali yang kusut jika diperlukan.

a. Dilakukan pengaturan dan pengawasan tempat penyimpanan main line


b. Penggunaan mesin pengumpul main line
c. Melepas snaph
d. Mengatur kembali tempat penyimpanan alat – alat
e. Mengatur penggunaan tempat bola
f. Membetulkan tali cabang, mengganti mata pancing, serta membetulkan tali yang kusut.

21
II.11 Cara Memasang Umpan

1. Jenis umpan :

Pada penangkapan dengan long line mengenai masalah umpan sangatlah menentukan jumlah hasil
tangkap. Oleh karena itu perlu perhatian yang sebaik – baiknya, perlu kita ketahui bahwa ikan tuna
dan sejenis ikan pelagis lainnya tidak suka umpan dalam bentuk irisan.

Ikan pelagis tujuan penangkapan adalah jenis ikan perenang cepat dan memiliki kebiasaan
memburu mangsa. Untuk memberi kesan bahwa umpan kita itu ikan hidup, maka diusahakan
menyediakan umpan dalam bentuk utuh, segar dan tidak rusak. Walaupun tidak dapat memenuhi
semua syarat sebagai umpan, jenis umpan Long Line antara lain :

a. Cumi – cumi ( terbaik tapi harganya mahal, jumlahnya terbatas )


b. Sarden / lemuru, memiliki leher pendek dan kurang kuat
c. Ikan Terbang ( jumlah terbatas dan sulit diperoleh )
d. Mackerel tuna ( tongkol kecil ), lehernya kuat dan keras.

2. Cara memasang umpan

Pemasangan umpan pada long line berbeda dengan line fishing lainnya. Prinsip kerja cara
pemasangan umpan yang benar menjaga agar umpan tidak terlalu rusak dan menyangkut dengan
kuat.

22
Untuk menghasilkan cara pemasangan yang baik, maka terdapat beberapa cara bagian umpan yang
terkait pancing, antara lain :

a. Mata tembus mata


b. Kepala bagian bawah atau atas segaris dengan tutup insang
c. Bagian bawah sirip dada tembus sebelah menyebelah
d. Bagian ekor

Pemilihan cara pemasangan umpan yang benar diharapkan :

a. Umpan terkait kuat, karena umpan tergantung dengan menahan arus, ikan umpan melekat
kuat.
b. Umpan dapat melambai lebih baik, untuk memberi kesan bahwa umpan itu ikan hidup
bebas.
c. Kecepatan memasang umpan

Umpan dipasang pada waktu itu juga, saat akan dilempar kelaut. Berdasarkan pengalaman
kecepatan rata – rata tiap jam dapat menurunkan ± 500 pancing . Berarti tiap satu menit harus
dapat memasang umpan antara 8 – 10 pancing.

3. Syarat umpan

Ditinjau dari segi teknis :

a. Terdiri dari satu ikan utuh


b. Warna kontras, mengkilat ( hitam, putih atau disesuaikan dengan warna isi perut ikan tuna
atau sejenisnya )
c. Panjang antara 15 – 25 cm, lebar 2 – 5 cm
d. Leher kuat dan daging ulet
e. Mempunyai bau segar yang menyolok.

23
Ditinjau dari segi ekonomis

a. Mudah didapat dalam jumlah banyak


b. Harganya murah
c. Perawatan gampang dan mudah

II.12 Hasil Tangkapan

Hasil tangkapan dari alat tangkap longline sesuai demgam jemis longline yang digunakan. Jika
longline yang digunakan adalah longline dasar tetap maka target tangkapan dan hasil tangkapan
ikannya merupakan ikan dasar misalnya ikan kakap termasuk ikan kakap merah dan kakap seto.
Di Indonesia, alat tangkap longline banyak digunakan untuk target tangkapannya adalah ikan
pelagis besar contohnya seperti tuna. Longline yang digunakan untuk target tangkapan ikan tuna
biasanya alat tangkapnya di desain untuk menangkap ikan tuna. Sehingga target utama hasil
tangkapannya tuna dengan berbagai macam jenis diantaranya ada tuna sirip kuning atau yellowfin
(Thunnus thynnus), tuna mata besar atau bigeye (Thunnus obesus), cakalang (Katsuwonus
pelamis) dan albacore (Thunnus alalung). Namun saat longline beroperasi, tidak menutup
kemungkinan bahwa akan mendapatkan ikan selain tuna yang masih ikan pelagis dalam hal ini

24
dikatakan sebagai hasil sampingan. Dari hasil sampingan yang biasanya didapatkan yaitu seperti
ikan cucut moro (Isurus oxyrinchus), ikan setan (Sarda chiliensis lineolata), ikan sailfish
(Istiophorus platypterus), ikan setuhuk (Tetrapturus sp.), ikan pedang (Xiphias gladius), ikan
marlin dan ikan tengiri.

Jenis Ikan Tuna yang tertangkap dengan Long Line :

1. Tuna Mata Besar ( big eye tuna )


a. Badannya agak besar pendek gemuk. Yang besar dapat mencapai 2 meter dan beratnya 200
kg.
b. Matanya agaknya besar.

2. Madidihang ( yellow fin tuna )


a. Badannya tidak gemuk seperti tuna mata besar
b. Panjangnya mencapai 1,8 meter dan beratnya 100 kg
c. Sirip dada dan sirip punggung berwarna kuning

3. Tuna sirip biru ( blue fin tuna )


a. Panjangnya mencapai 1,6 meter dan beratnya 300 kg
b. Warna badan bagian atas biru kehijauan

4. Albakora ( albacore )
a. Tergolong tuna kecil. Dapat mencapai panjang kurang lebih 1 meter dan berat 15 kg -
b. Sirip dada cukup panjang

5. Ikan pedang ( sword fish )


a. Dapat mencapai panjang sampai 4,5 meter dan berat 500 kg
b. Rahang atas tumbuh panjang sekali dan gepeng
c. Badannya bulat

25
6. Setuhuk ( marlin )
a. Panjang mencapai 4 meter dan berat 600 kg

7. Ikan layaran ( sail fish )


a. Panjang dapat mencapai 3 meter dan berat 400 kg
b. Tidak memiliki sisik

II.13 Penanganan Ikan Tuna

1. Mengenal Ikan Tuna.

Ikan tuna merupakan salah satu komoditas perikanan yang mempunyai nilai tambah yang cukup
berarti dipasaran ikan Internasional. Hal ini terbukti dengan adanya permintaan tuna segar
dipasaran Jepang yang mencapai 250 – 350 ton per hari, sehingga hal ini menjadi suatu tantangan
bagi Indonesia yang mempunyai potensi lestari khusus untuk ikan tuna sebesar 258,8 ribu ton /
tahun.Adapun jenis – jenis tuna segar yang diekspor adalah : Big – eye tuna ( Thunnus obesus ),
Yellow fin tuna ( Thunnus albacares ). Selanjutnya, guna mendukung ekspor tuna segar menjadi
produk yang bermutu baik, maka semenjak ikan tertangkap sampai pada tangan konsumen, mutu
kesegarannya harus dijaga dengan tetap mempertahankan suhu ikan berkisar 1- 2,5 0 C, atau selalu
dalam keadaan di es.

2. Penanganan ( handling ) tuna segar

Dalam hal ini ada 2 cara penanganan dengan peng-Es-an biasa ( Chiling ), kedua dengan sistim
Pendinginan Air Laut ( Refrigerated Sea Water ) yang sering terdapat pada kapal – kapal
penangkapan.

Urutan penanganan dapat dilakukan sebagai berikut :

a. Penyiapan palkah dan deck kapal, dengan cara membersihkannya terlebih dahulu.

26
b. Pada saat ikan telah naik di atas kapal, maka harus dikerjakan secara hati – hati baik saat
melepas mata pancing maupun meletakannya di atas deck, dan hindari luka – luka atau
memar tubuhnya.

Bila masih hidup dapat dimatikan terlebih dahulu dengan menusukan marlin / spike tepat pada
bagian otak di kepala.

a. Buka salah satu tutup insang, lalu buang lapisan – lapisan insang dengan cara dipotong
dengan pisau
b. Keluarkan isi perut melalui rongga insang. Untuk mempermudah penarikan isi perut maka
bagian anus disobek sepanjang ± 3 cm. Sehingga usus yang menempel pada anus dapat
tercabut dengan mudah.
c. Cuci bersih rongga insang dengan perut, juga bagian luar tubuh ikan dengan air laut.
d. Pada cara peng-Es-an biasa ( Chiling ) rongga insang dan rongga perut diisi dengan butiran
Es ( Es Curai ) , kemudian disimpan di palkah dengan jalan menyelimuti tubuh ikan dengan
butiran – butiran Es.
e. Pada cara RSW ( Refrigerated Sea Water ), ikan yang telah dibersihkan / dibungkus dengan
karung / goni atau plastik, dan selanjutnya disimpan dalam palkah.
f. Perlakuan ini dimaksudkan untuk menghindari rusaknya tubuh ikan oleh benturan dengan
dinding palkah, atau sesama ikan itu sendiri. Sistem ini diterapkan pada kapal penangkapan
yang telah dilengkapi dengan peralatan Refrigasi.

3. Perlakuan Ikan Tuna Ditempat Penampungan.

Lembaran karung / goni dihampar di atas geladak kemudian disemprot dengan air dari dalam
palkah ( air pendingin ikan ). Ikan Tuna diangkat ke atas geladak, karung pembungkus dilepas,
dan ikan disimpan di atas hamparan karung basah sambil dicuci.

Selanjutnya ikan diletakan di atas kereta dorongan, dan ditutup dengan karung basah agar tidak
terkena sinar matahari, lalu diangkat ke tempat penampungan. Pada tempat penampungan, Tuna
terlebih dahulu disimpan dalam bak Fibre Glass yang berisi air es.

27
4. Pengujian Organoleptik

Uji Organoleptik dikerjakan langsung oleh tim dari perusahaan importir. Pemeriksaan
dilaksanakan dengan kriteria – kriteria sebagai berikut : keadaan rupa ikan, tekstur daging (
kekenyalan ), bau, rasa daging, dan sayatan jaringan daging.

5. Pengepakan ( Packing )

Sebelum dikemas terlebih dahulu dicuci dan dibersihkan guna membuang sisa – sisa isi perut dan
insang.

Ikan Tuna dipak dengan cara ditempatkan dalam posisi terlentang pada bagian rongga insang dan
rongga perut serta dekat bagian ekor diberi es yang telah dibungkus dalam plastik.

II.14 Teknik Navigasi

1. Menjalankan instrument nautika

Alat navigasi yang terdapat di kapal Long Line diantaranya :

a. Gyro compass
b. Auto pilot
c. Radar
d. GPS
e. Wireless phone
f. Fish finder / Echosounder

Dan alat Oceanografi diantaranya

a. Termometer
b. Current meter

28
Semua alat tersebut dipakai untuk mengetahui kedalaman ikan, posisi kapal, suhu air laut dan
keadaan arus.

2) Observasi

Pengamatan cuaca dan laut pada saat berlayar dilakukan oleh orang bagian deck. Pengamatan
untuk berlayar dilakukan 1 kali pada waktu berlayar. Pengamatan keadaan laut untuk mendapatkan
informasi pada saat berlayar serta cara mengemudikan kapal yang aman, dimaksudkan untuk
meningkatkan kehandalan kerja bagi juru mudi, fishing master dan perwira deck. Keadaan cuaca
pada saat masuk pelabuhan dan saat operasi, memilih daerah penangkapan, keselamatan navigasi
dan saat masuk – keluar pelabuhan.

3) Penjaga saat berlayar, keselamatan operasi dan pelayaran

Semua pengetahuan penggunaan alat navigasi dan oceanografi ini sangat penting untuk dimengerti
guna keamanan berlayar melalui praktek navigasi dan kapal. Khususnya pengumpulan informasi
dan pengamatan meteorologi dan fenomena laut pada saat cuaca buruk dan pelayaran malam hari
menjadi ketentuan penting untuk menambah pengalaman praktek. Perjalanan kapal secara aman
dilakukan dengan petunjuk kapten.

29
DAFTAR PUSTAKA

Aprilia, E. (2018). Alat dan Kapal Penangkap Ikan: Long Line Rawai. Retrieved from
https://www.academia.edu/36569308/Alat_dan_Kapal_Penangkap_Ikan_Long_Line_Rawai

Asmi, S. (2015, 01 17). Deskripsi Long Line. Retrieved from Sahrulbuton95.wordpress.com:


https://sahrulbuton95.wordpress.com/2015/01/17/deskripsi-long-line/

Daulay, D. I. (2012, 06 11). Pengoperasian Alat Tangkap Long Line Secara Efektif dan Efisien. Retrieved
from Kreasidedi.wordpress.com: https://kreasidedi.wordpress.com/2012/06/11/pengoperasian-alat-
tangkap-long-line-secara-efektif-dan-efisien/

Daulay, D. I. (2012, 06 11). PENGOPERASIAN ALAT TANGKAP LONG LINE SECARA EFEKTIF DAN EFISIEN.
Retrieved from Perpustakaan Dedi:
https://kreasidedi.wordpress.com/2012/06/11/pengoperasian-alat-tangkap-long-line-secara-
efektif-dan-efisien/

Haw, Y. (2015, 11 15). Presentasi Kapal Ikan Tuna Long Line. Retrieved from Slideshare.net/:
https://www.slideshare.net/YoggaHaw/presentasi-kapal-ikan-tuna-long-line

Myacob, I. (2015, 04 14). Alat Tangkap Rawai Tuna. Retrieved from


https://esemkasajnb.wordpress.com/2015/04/14/alat-tangkap-rawai-tuna/

Saragih, H. S. (2013, 06 16). Rawai dan Pengenalan Rawai Tuna. Retrieved from
harrysaxenasaragih.blogspot.com:
https://harrysaxenasaragih.blogspot.com/2013/06/rawai.html

30

Anda mungkin juga menyukai