Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Perikanan tangkap merupakan salah satu sektor bidang perikanan yang
cukup menjanjikan. Indonesia, dengan potensi sumber daya perairan yang
melimpah merupakan peluang yang sangat baik. Banyak spesies ikan ekonomis
penting yang berada di Indonesia, antara lain Tuna dan Cakalang. Komoditi ini
sangat dilirik pasar, baik secara regional hingga internasional.
Dalam upaya memanfaatkan potensi ikan pelagis tersebut, tentunya
membutuhkan sarana dan prasarana yang menunjang penangkapan tersebut.
Penangkapan ikan pelagis besar tersebut biasanya menggunakan alat Pole and line
atau yang disebut Huhate.
Konstruksi alat tangkap ini sederhana, karena hanya menggunakan joran
atau galah, tali pancing dari polyethylen dan mata pancing yang tidak berkait balik.
Mata pancing yang tidak berkait balik berfungsi agar ikan mudah lepas, hal ini
menjadi keunikan tersendiri dalam penangkapan ikan. Selain itu, untuk menangkap
ikan pelagis tersebut membutuhkan umpan yang hidup untuk merangsang ikan
mendekati pancingan dan tertangkap. Adanya faktor mengenai umpan yang harus
digunakan adalah umpan hidup, maka penangkapan ini menjadi agak rumit. Hal ini
terjadi karena umpan yang hidup harus bisa disimpan, dibawa dalam keadaan ini
dan kapal yang digunakan harus sesuai dengan desain untuk penyimpanan umpan
hidup selain untuk menyimpan hasil tangkapan.
Tujuan terpenting dalam usaha penangkapan dengan alat tangkap pole and
line di laut adalah adanya suatu hasil dari keberhasilan usaha penangkapan ikan,
yaitu nelayan yang bersangkutan mampu menangkap ikan sebanyak mungkin
sehingga hasilnya dapat menutupi semua biaya yang dikeluarkan, juga mampu
mendapat keuntungan berupa ikan tangkapan maupun hasil penjualan dari ikan
tangkapan tersebut. Realisasi di lapangan menunjukan bahwa usaha penangkapan
ikan dilaut merupakan usaha yang tingkat kegagalanya cukup tinggi (high risk).

1
2

1.2 Rumusan Masalah


Dari uraian latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan masalahnya, sebagai
berikut :
a. Apa yang dimaksud dengan Pole and Line ?
b. Bagaimana bagian-bagian penyusun Pole and Line ?
c. Bagaimana konstruksi Pole and Line ?
d. Apa yang dimaksud dengan Kapal Pole and Line ?
e. Bagaimana bagian-bagian penyusun Pole and Line ?
f. Bagaimana konstruksi Kapal Pole and Line ?

1.3 Tujuan
Setelah mempelajari materi ini, diharapkan :
a. Untuk mengetahui deskripsi mengenai alat Pole and Line.
b. Untuk mengetahui apa-apa saja bagian penyusun Pole and Line.
c. Untuk menganalisis konstruksi alat Pole and Line.
d. Untuk mengetahui deskripsi mengenai Kapal Pole and Line.
e. Untuk mengetahui apa-apa saja bagian penyusun Pole and Line.
f. Untuk menganalisis konstruksi Kapal Pole and Line.

BAB II
PEMBAHASAN
3

2.1 Pole and Line


2.1.1 Deskripsi
Huhate (pole and line) merupakan salah satu jenis alat penangkap ikan yang
dapat diklasifikasikan sebagai alat pancing yang biasanya khusus dipakai dalam
penangkapan ikan cakalang (Katsuwonus pelamis). Alat tersebut digunakan
secara perorangan, sehingga salah satu faktor yang mempengaruhi keberhasilan
penangkapan ikan adalah keterampilan individu awak kapal, dan masalah-
masalah lainnya, seperti tersedianya umpan hidup dan kepadatan gerombolan ikan
cakalang pada daerah penangkapan ikan. Hasil tangkapan berupa ikan-ikan
pelagis, terutama ikan cakalang (Katsuwonus pelamis) walaupun ada ikan tuna
yang tertangkap. Pole and line disebut juga pancing gandar karena pancing ini
menggunakan gandar, walesan, joran atau tangkal (rod or pole). Jadi, semua
pancing yang menggunakan gandar sebenarnya adalah pole and line. Pada
pengoperasiannya, alat ini dilengkapi dengan umpan, baik umpan benar (true bait)
dalam bentuk mati atau hidup maupun umpan tipuan (imitasi).
Pole and line sebagai alat tangkap ikan permukaan (pelagis) yang hidup
bergerombol perlu dipertahankan. Hal ini dikarenakan tertangkapnya ikan dengan
alat tangkap tersebut satu persatu sehingga alat tangkap tersebut termasuk selektif,
dengan demikian sumber daya alam dapat terjamin kelestariannya (Sriawan,
2002).
Menurut Direkorat Kapal Perikanan dan Alat Penangkap Ikan
(2009), berdasarkan Statistik Indonesia alat tangkap huhate termasuk dalam
kelompok pancing. Alat tangkap ini disebut juga pancing gandar karena
menggunakan gandar walesan atau joran atau tangkin. Sedangkan
berdasarkan FAO, penggolongan alat tangkap ikan menurut (Nedelec, 1996);
dalam International Standart Statistical Classification On Fishing Gear (ISSCFG)
Pole and Line termasuk dalam kelompok alat tangkap pancing berjoran biasa.

2.1.2 Bagian Pole and Line


4

a. Bahan
Pole atau tangkai pancing dibuat dari bambu yang ruas-ruasnya banyak
sehingga banyak buku-buku yang memperkuatnya atau dibuat dari fibre glass.
Line atau tali pancing yang dibuat dari nylon multifilament biasanya panjangnya
2/3 dari pada panjang tangkai pancing. Hookless atau mata pancing terdiri dari
timah pemberat, pembungkus, bulu ayam, dan mata pancing yang tidak berkait
balik (Monintja, 1968).
Secara lebih detail akan dijelaskan tiap bagian seperti berikut ini :
1) Joran/ Galah/ Tangkai Pancing
Bagian ini terbuat dari bambu yang cukup tua dan mempunyai tingkat
elastisitas yang baik. Yang umum digunakan adalah bambu yang berwarna
kuning. Sebagaimana telah banyak digunakan joran dari bahan sintesis seperti
plastik atau fibre glass.
2) Tali pancing
Tali pancing yang digunakan terdiri dari dua bagian yaitu:
a) Tali kepala (tali sekunder), adalah tali yang berada dibagian paling atas yang
langsung berhubungan dengan tali utama dengan menggunakan simpul
mata, terbuat dari bahan serat berupa nylon atau dari bahan tenggelam
seperti kawat baja (wire leader).
b) Tali utama (main line), terbuat dari bahan serat berupa sintesis polyethylene
atau dari polyamide berupa nylon dan pada ujungnya dibuat simpul mata.
Tali pengikat, adalah tali yang berhubungan langsung dengan mata pancing,
terbuat dari nylon dan pada bagian ujungnya yang berhubungan dengan tali
utama dibuat simpul utama.
3) Mata Pancing
Mata pancing (hook) yang tidak berkait balik. Pada bagian atas mata
pancing terdapat pemberat yang terbuat dari bahan tenggelam, yaitu timah
berbentuk silinder dan dilapisi nikel sehingga berwarna mengkilap dan menarik
perhatian ikan cangkalang. Selain itu, pada sisi luar silinder terdapat cincin
sebagai tempat mengikat tali sekunder. Di bagian mata pancing dilapisi dengan
guntingan tali rapia berwarna merah yang membungkus rumbia-rumbia tali merah
5

yang juga berwarna sebagai umpan tiruan. Pemilihan warna merah ini disesuaikan
dengan warna ikan umpan yang juga berwarna merah sehingga menyerupai ikan
umpan.

b. Fungsi
Secara umum, fungsi alat ini adalah untuk memancing ikan. Namun,
fungsi masing-masing dari alat tangkap ini adalah sebagai berikut :
1) Joran/ Gandar Pancing berfungsi sebagai tangkai yang dipegang oleh
pemancing dan untuk mengikat tali sekunder.
2) Tali pancing
a) Tali Sekunder berfungsi sebagai pengikat dan penguat tali utama agar tidak
putus jika mendapat beban yang cukup berat.
b) Tali Utama berfungsi sebagai tali pengikat mata pancing yang panjangnya
disesuaikan dengan panjang joran.
3) Mata Pancing berfungsi sebagai alat untuk mengait ikan yang bersifat
sementara dengan rumbai-rumbai yang berfungsi untuk menarik perhatian
ikan untuk terkait oleh pancing.

c. Dimensi
1) Joran/Galah/Tangkai Pancing
a) Diameter :
Diameter Pangkal : 3-4 cm
Diameter Unjuk : 1-1,5 cm
b) Panjang : 2-3,5 m
2) Tali pancing
a. Tali Sekunder
Diameter : 1,2 mm
Panjang : 5-10 cm
b. Tali Utama
Diameter : 0,2-0,5 cm
Panjang : 1,5-2 m
6

3) Mata Pancing
a) Nomor mata pancing : 2,5-2,8
b) Timah
Panjang : 2 cm
Diameter : 8 mm

2.1.3 Konstruksi
Monintja (1968) mengatakan bahwa pada prinsipnya alat tangkap pole and
line terdiri dari tiga bagian yakni: tangkai pancing (pole), tali pancing (line) dan
mata pancing (hookless).
Sebagai penangkap ikan alat ini sangat sederhana desainnya, hanya terdiri
dari joran, tali, dan mata pancing. Tetapi sesungguhnya cukup kompleks karena
dalam pengoperasiannya memerlukan umpan hidup untuk merangsang kebiasaan
menyambar mangsa pada ikan (Nedeelec, 1976).

Gambar 1. Sketsa Konstruksi Pole and Line (Sumber: Google)

Secara umum alat tangkap pole and line terdiri dari joran (bambu atau
lainnya) untuk tangkai pancing, polyethylene untuk tali pancing dan mata pancing
7

yang tidak berkait terbalik (Dinas Perikanan Jawa Barat, 2008). Deskripsi alat
tangkap pole and line ini adalah sebagai berikut:
a. Joran atau galah, bagian ini terbuat dari bahan bambu yang cukup tua dan
memiliki tingkat elastisitas yang tinggi atau baik, pada umumnya digunakan
bambu yang berwarna kuning atau fibre glass.
b. Tali sekunder, dari bahan kawat baja (wire leader). Hal ini dimaksudkan untuk
mencegah terputusnya tali utama dengan mata pancing sebagai akibat dari
gigitan ikan.
c. Tali utama (main line), terbuat dari bahan sintetis polyethylene (PE)
monofilament atau multifilament yang disesuaikan dengan panjang joran yang
digunakan, cara pemancingan, tinggi haluan kapal dan jarak penyemprotan air.
d. Mata pancing (hook) dimana ujungnya tidak berkait balik. Pada bagian atas
mata pancing terdapat timah berbentuk silinder dan dilapisi nikel sehingga
berwarna mengkilap sebagai daya tarik atau menarik perhatian ikan cakalang
(Katsuwonus pelamis). pada pangkal tali silinder terdapat kili-kili (swivel)
sebagai mengikat untuk menghindari kekusutan pada tali. Di bagian mata
pancing potongan dari tali-tali rafia berwarna merah yang membungkus rumbai
-rumbai tali merah juga berwarna dalam hal ini sebagai umpan tiruan.
Pemilihan warna merah ini disesuaikan dengan warna ikan umpan yang
berwarna merah perak sehingga menyerupai umpan hidup yang digunakan.

2.2 Kapal Pole and Line


2.2.1 Deskripsi
Kapal pole and line umumnya telah dikenal oleh para nelayan sebagai kapal
huhate karena dilengkapi dengan bak umpan hidup (life baittank), sistem percikan
8

air (spray water), Huhate (pole and line) dan Palkah ikan (fish hold), namun
penggunaan kapal tersebut oleh para nelayan masih secara tradisional, baik dari
bentuk serta ukurannya masih belum sempurna, oleh karena rancang bangun kapal
tersebut tanpa didukung dengan rancangan/desain yang tepat.
Kapal pole and line adalah kapal dengan bentuk stream line dan mampu
berolah gerak, lincah, dan tergolong kapal yang mempunyai speed service yaitu
di atas 10 knot dengan stabilitas yang baik untuk mengejar gerombolan ikan, yakni
kapal tersebut sambil olah gerak menangkap ikan, (Direktorat Jenderal Perikanan,
1994).
Kapal huhate pada dasarnya digunakan untuk menangkap ikan tuna dan
cakalang. Pada saat pelaksanaan penangkapan ikan nelayan atau awak kapal
berada di lambung kapal atau para-para. Khusus dilambung kapal dan memancing
ikan dengan menggunakan alat penangkap pole and line serta bersamaan dengan
adanya sistem penyemprotan air sambil menaikkan ikan jika ikan terkait pada
pancing hal ini merupakan ciri khas dari kapal huhate. Kapal huhate biasa
digunakan untuk menangkap atau memancing ikan cakalang yang terpikat dengan
umpan hidup serta semprotan air, oleh karena itu kapal huhate harus dilengkapi
dengan bak atau Palkahh penampung umpan hidup dan dibantu dengan sirkulasi
air dan dilengkapai dengan motor yang membantu untuk mengalirkan air sprayer
atau semprotan air yang fungsinya adalah untuk mengelabui gerombolan ikan
cakalang pada saat penangkapan (Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap, 1994)

2.2.2 Bagian Kapal


a. Jenis
Menurut Malangjoedo (1978) letak dan kayanya fishing ground yang akan
dijadikan daerah operasi penangkapan akan menentukan pula jenis dan ukuran
9

kapal yang akan dipergunakan. Selanjutnya dikatakan bahwa ada tiga ukuran
kapal pole and line yakni:
1) Kapal ukuran kecil yakni 7 15 GT, jarak operasinya kurang dari 30 mil dan
tanpa pengawetan.
2) Kapal ukuran sedang yakni 15 50 GT, jarak operasinya 30 50 mil dengan
pengawetan es dan lama operasinya kurang dari 5 hari.
3) Kapal ukuran besar yakni 100 GT ke atas, lama operasinya bisa sampai 40 hari
atau lebih.
Menurut Ben-Yami, FAO, (1980) dalam perkembangannya huhate dapat
diklasifikasikan ke dalam 3 (tiga) kategori yaitu:
1) Huhate (Skipjack Pole and line) Industri
Dalam operasi penangkapan mengunakan kapal lebih dari 100 GT, bahan
terbuat dari besi dengan dilengkapi Palkah pendingin (freezer).
2) Huhate (Skipjack Pole and line) Skala Besar
Dalam operasi penangkapan menggunakan kapal mulai dari 10 s/d 100 GT,
kebanyakan kapal terbuat dari kayu atau fibreglass.
3) Huhate (Skipjack Pole and line) Skala Kecil
Dalam operasi penangkapan menggunakan kapal kecil dari 5 GT yang terbuat
dari kayu atau fibreglass.

b. Fungsi
Bentuk kapal pole and line memiliki beberapa kekhususan antara lain :
1) Bagian atas dek kapal bagian depan (haluan) terdapat plataran (flat form)
yang digunakan sebagai tempat memancing.
2) Dalam kapal terdapat palkah yang berfungsi sebagai tempat penyimpanan es,
penyimpanan umpan hidup dan penyimpanan ikan hasil tangkapan.
3) Pada kapal pole and line ini harus dilengkapi sistem semprotan air (water
splinkers system ) yang dihubungkan dengan suatu pompa yang berfungsi
untuk menyemprotkan air saat memancing yang disemprotkan setelah dengan
penebaran umpan hidup agar mengelabui pandangan ikan.
10

c. Dimensi
Panjang keseluruhan (Loa) : 17,00 meter
Lebar (Bmld) : 4,25 meter
Tinggi base Line Dek : 1,60 meter
Tinggi base Line Bulk Boerk : 2,20 meter
Mesin Induk : Dai dong 120 HP
Kapasitas BBM : 200 Liter
Anak Buah Kapal : 15 Orang
Kecepatan Rencana : 12 Knot
Ayodhyoa (1972) mengemukakan bahwa kapal ikan mempunyai jenis dan
bentuk yang beraneka ragam, dikarenakan tujuan usaha keadaan perairan dan lain
sebagainya, yang dengan demikian bentuk usaha itu akan menentukan bentuk dari
kapal ikan. Ukuran utama kapal terdiri dari panjang kapal (L), lebar kapal (B),
tinggi kapal (D), dan draft (d). Besar kecilnya ukuran utama kapal berpengaruh
pada kemampuan (ability) suatu kapal dalam melakukan pelayaran atau operasi
penangkapan, dimana:
1) Nilai L (panjang), erat hubungannya dengan interior arrangement, seperti
letak kamar mesin, tangki bahan bakar, tangki air tawar, Palkah, kamar ABK,
perlengkapan alat tangkap dan peralatan lainnya.
2) Nilai B (lebar), berhubungan dengan stabilitas dan daya dorong kapal.
3) Nilai D (dalam/tinggi), berhubungan erat dengan tempat penyimpanan barang
dan stabilitas kapal.
11

2.2.3 Konstruksi

Gambar 2. Sketsa Konstruksi Kapal Pole and Line (Sumber : Google)

Gambar 3. Konstruksi Kapal Tampak Samping dan Bawah


(Sumber : < http://artabumipersada.wordpress.com/model-design/pole-and-line/> [11/10/2014])
12

Gambar 4. Konstruksi Kapal Tampak Atas


(Sumber : < http://artabumipersada.wordpress.com/model-design/pole-and-line/> [11/10/2014])
Terdiri dari ruang kemudi kapal, ruang mesin, ruang tempat tidur ABK,
Palkah umpan hidup, ruang dapur, Palkah untuk menyimpan hasil tangkapan, dan
Palkah tempat penyimpanan es.
Palkah umpan hidup harus mempunyai sistem sirkulasi air yang baik agar
umpan dapat tetap hidup dalam jangka waktu yang lama dengan mortalitas yang
sedikit. Palkah umpan hidup diberi lubang sebanyak 18 buah yang terdiri dari 6
lubang samping atas, 12 lubang pada bagian bawah untuk saluran pengeluaran air,
serta 2 buah untuk saluran pemasukan air. Pada lubang pemasukan air dilengkapi
dengan belahan bambu untuk memperlancar masuknya air. Jika kita perhatikan
konstruksi Palkah umpan hidup, maka terdapat kelemahan dalam mempertahankan
sirkulasi air. Kelemahannya ialah kapal harus tetap dijalankan terus agar umpan
bisa tetap bertahan hidup.
Kapal pole and line mempunyai jam operasi yang lama, sehingga dilengkapi
dengan tempat penampungan ikan hasil tangkapan dan tempat penyimpanan es
13

balok. Tempat penampungan ini pada umumnya berjumlah satu buah dengan
kapasitas maksimum 6 ton. Tempat penampungan tersebut terbuat dari papan
berbentuk empat persegi panjang, terletak pada bagian depan ruang kemudi,
sedangkan untuk penyimpanan es balok terbuat dari plat logam besi yang berbentuk
empat persegi panjang dan terletak pada bagian depan haluan dekat tiang kapal,
kapasitas maksimum tempat penyimpanan es ialah sekitar 300 kg.

2.3 Alat Bantu Penangkapan


Kapal pole and line memilki alat bantu penangkapan dalam operasi penangkapan
ikan cakalang antara lain ;
a) Pila-Pila
Pila-pila digunakan sebagai tempat para pemancing (awak kapal) yang
letaknya pada lambung, haluan dan buritan kapal.
b) Pipa Penyemprot Air
Pipa penyemprot digunakan untuk menyemprot air ke permukaan air di
sekitar kapal dengan posisi pada gerombolan ikan. Tujuan dari penyemprotan air
tersebut adalah untuk mengelabui ikan-ikan yang berada di permukaan air yang
terdapat gerombolan ikan di dekat kapal. Pipa penyemprot ditempatkan di
sepanjang pila-pila atau sekeliling lambung kapal, bahan yang digunakan pila pila
dari bahan paralon atau dari pipa besi pada ujungnya dipasang kran, dengan
diameter pipa 3,5 inchi. Tekanan penyemprotan air tersebut dilengkapi dengan
pompa air (water pump).
c) Bak umpan
Untuk mempertahankan ikan umpan tetap hidup saat digunakan, maka
memerlukan tempat atau bak. Pada bak umpan tersebut dilengkapi dengan lampu
penerangan dengan masing-masing bak 50 watt. Fungsi dari lampu penerangan
tersebut adalah ikan-ikan sebagai umpan dapat berkelompok atau bergerombol dan
tidak berenang secara liar, akibat dari tidak diberikan lampu tersebut antar ikan-
ikan sering bergerak secara tidak menentu, maka ikan saling bertubrukan yang akan
membuat ikan umpan tersebut rusak akhirnya liar tidak dapat digunakan pada saat
operasi penangkapan ikan atau waktu pemancingan.
14

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Alat penangkap ikan pole and line atau sering disebut dengan huhate adalah alat
penangkap ikan yang digunakan untuk menangkap ikan pelagis (permukaan),
khususnya ikan cakalang. Pole and line konstruksinya sangat sederhana terdiri dari
joran, tali pancing dan mata pancing, khusus untuk mata pancing tidak seperti mata
pancing pada umumnya yaitu mata pancing yang tidak berkait balik, hal ini
bertujuan jika ikan yang tertangkap dengan pole and line akan mudah lepas dari
mata pancing. Mata pancing ini juga berfungsi sebagai umpan tiruan dengan dibuat
sedemikian rupa sehingga menyerupai ikan umpan yang dikaitkan pada mata
pancing. Joran adalah sebagai pemegang tali pancing umumnya terbuat dari bahan
bambu berwarna kuning atau saat ini banyak yang terbuat dari bahan fibre dan
plastik.
Keberhasilan dalam penangkapan ikan tergantung dari umpan hidup yang
digunakan dan keterampilan para awak kapal, umpan hidup yang digunakan dengan
cara dilemparkan ke arah gerombolan ikan cakalang setelah berdekatan dengan
kapal yang digunakan. Umpan hidup diperoleh dari nelayan bagan tancap dengan
jenis ikan teri atau puri dan tembang.

3.2 Saran
Saran dari kelompok kami untuk alat tangkap ini antara lain bahan yang
digunakan untuk membuat joran atau gandar lebih baik dari bahan sintesis, seperti
fibreglass walaupun dari segi harga memang lebih mahal dibandingkan dengan
harga joran dari bambu, namun jika menggunakan bambu, akan mempengaruhi
ekologis daratan yang berkepanjangan. Karena penangkapan dengan pole and line
ini sudah cukup efektif, hendaknya dibuat kapalnya yang berskala lebih besar, agar
hasil tangkapan lebih maksimal, selain itu, penangkapan dengan alat dan kapal ini
juga tidak merusak ekologis dari perairannya.
15

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, Amar. 2011. Analisis Aspek Teknis Unit Penangkapan Pole And Line
Di Perairan Teluk Bone Kabupaten Luwu. Skripsi Fakultas Ilmu Kelautan
dan Perikanan. Universitas Hassanudin. Makassar
Adna. 1977. Buletin Penelitin Perikanan, Juli 1981 No. 3 Badan Penelitian dan
Pengembangan Pertanian.

Balai Ketrampilan penangkapan Ikan. 1981. Buku Pegangan Peserta Latihan di


Balai Ketrampilan Penangkapan Ikan, Direktoran Jenderal Perikanan,
Ambon.

Balai Penelitian Perikanan Laut. 1983. Laporan Penetian Perikanan Laut. Jakarta

Badan Riset Perikanan Tangkap. 2006. Buletin Teknik Litkayasa Sumber Daya dan
Penangkapan. Badan Riset Kelautan dan Perikanan. Jakarta.

Direktorat Jendral Perikanan. 1994. Paket Teknologi Kapal Pole and Line.
Departemen Pertanian. Jakarta.

Sudirman, dkk. 2000. Teknik Penangkapan Ikan. Jakarta: Rineka Cipta.

Tampubolon, S.M. 1980. Persiapan dan Pengoperasian Pole and Line . Ikatan
Alumni Fakultas Pertanian Bogor.

Waluyo Subani, 1982. Ikan Umpan Hidup Sebagai Penunjang Perikanan


Cakalang. LIPI. No. 30. Jakarta.

Sumber Internet :
Anonim. 2014. Pole and Line. Melalui :
<http://www.iccat.int/Documents/SCRS/Manual/CH3/CHAP%203_1_5_B
B_ENG.pdf> [11/10/2014]

Anonim. 2014. Pole and Line. Melalui :


<http://www.greenpeace.org/international/Global/international/planet-
2/report/2009/5/pole-line-case-study.pdf> [11/10/2014]
16

LAMPIRAN

Lampiran 1. Konstruksi alat Pole and Line


17

Lampiran 2. Simpul Mata pada Tali Pancing

Lampiran 3. Simpul Utama pada Tali Pancing


18

Lampiran 4. Mata Pancing berbagai ukuran

Lampiran 5. Joran yang terbuat dari bambu (kiri) dan Joran yang terbuat dari
fibreglass (kanan)
19

Lampiran 6. Pilinan Tali Pancing (a) Braided, (b) Twisted, dan (c) Monofilament

Lampiran 7. Proses penangkapan dengan Pole and Line


20

Lampiran 8. Kapal Pole and Line Jepang dan Amerika

Anda mungkin juga menyukai