Anda di halaman 1dari 3

2

Kapal ikan merupakan sarana untuk melakukan operasi penangkapan ikan


di peruntukkan untuk melakukan penangkapan ikan dimana ukuran, kapasitas
muat, rancangan bentuk dek, mesin serta berbagai perlengkapan yang secara
keseluruhan disesuaikan fungsi dalam rencana operasi penangkapan. Secara
umum kapal/perahu pengoprasian rawai (Long line) hampir sama dengan kapal
penangkapan lainnya, selain ukuran badan kapal yang lebih kecil juga terdapat
disain untuk pengoprasian mata pancing (Suryana et al., 2013).
Long line atau pancing rawai tuna merupakan salah satu alat tangkap yang
cukup efektif dan bersifat selektif karena khusus ditujukan untuk menangkap ikan
tuna atau ikan berekonomis tinggi, karena konstruksinya mampu menjangkau
kedalaman renang (swimming layer) dan sangat sesuai dalam peraiaran Indonesia.
Long line juga merupakan alat tangkap yang ramah lingkungan. Dalam laporan
ini akan dijabarkan seperti apa alat tangkap rawai tuna (longline) dan bagaimana
konstruksi dari pembuatan maupun pengoperasiannya (Aisyaroh, 2021).
Rawai terdiri atas rangkaian tali utama, tali pelampung, di mana pada tali
utama, pada jarak tertentu terdapat beberapa tali cabang yang pendek dan lebih
kecil diameternya, dan di ujung tali cabangnya diikatkan alat pancing yang
bercabang. Salah satu jenisnya, rawai layur, sebuah alat yang digunakan untuk
menangkap ikan layur, terdiri dari tali pelampung, tali utama, tali cabang, kawat
barlen, pelampung, pemberat, mata pancing, dan swivel (kili- kili) (Fadli, 2020).
Tali utama (main line) digunakan sebagai tempat untuk menggantungkan
tali cabang. Sedangkan tali cabang merupakan tali yang menghubungkan kawat
barlen dengan main line. Kawat barlen berfungsi untuk menghindari putusnya tali
cabang akibat gigitan ikan layur. Tali pelampung merupakan penyambung antara
main line dengan pelampung. Pelampung berfungsi sebagai tanda tempat
dioperasikannya pancing layur. Pemberat berguna untuk menjaga agar pancing
tidak terbawa arus terlalu jauh dari fishing ground. Swivel berfungsi untuk
menyambungkan main line dengan tali pelampung agar tidak mudah kusut dan
dapat bergerak bebas (tidak terbelit saat dioperasikan) (Prisanto, 2017).

Long line sendiri pada umumnya terdiri dari pelampung, bendera, tali
pelampung, main line, branch line, pancing wire leader, dan lain-lain. Antara
3

pelampung dengan pelampung dihubungkan dengan tali pelampung dan tali utama
dimana sepanjang tali utama terpasang beberapa tali cabang. Satu rangkaian alat
inilah yang disebut dengan satu basket long line. Jumlah mata pancing pada setiap
basket bervariasi. Untuk lebih detail pengetahuan tentang alat ini, kita lihat bagian
demi bagian pada alat tangkap rawai (Sunarto ,2016).
Rawai tuna umumnya dioperasikan di laut lepas atau mencapai perairan
samudera. Alat tangkap ini bersifat pasif, menanti umpan dimakan oleh ikan
sasaran. Setelah pancing diturunkan ke perairan, lalu mesin kapal dimatikan
sehingga kapal dan alat tangkap akan hanyut mengikuti arah arus atau sering
disebut drifting. Drifting berlangsung selama kurang lebih empat jam.
Selanjutnya, mata pancing diangkat kembali ke atas kapal (Prisanto, 2017).
Sesuai dengan karakteristik habitat dan tingkah laku ikan dasar, kemudian
dikembangkan beberapa alat tangkap, seperti pancing, jaring dasar dan rawai
dasar. Disamping mudah dari sisi pengoperasiannya, alat tangkap ini juga relatif
murah dari sisi pembiayaannya, sehingga banyak digunakan oleh para nelayan
kecil di Indonesia. Sebagai akibatnya, alat tangkap pancing rawai dasar cukup
tersebar hampir di seluruh perairan Indonesia (Azlhimsyah, 2017).

Tujuan Praktikum
Tujuan dari praktikum ini yaitu sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui apa itu long line.
2. Untuk mengetahui kontruksi long line.
3. Untuk mengetahui hasil tangkapan long line.

Manfaat Praktikum
Manfaat dari praktikum ini adalah untuk menambah pengetahuan dan
wawasan kepada penulis dan pembaca mengenai apa dan bagaimana itu alat
tangkap long line.
3

TINJAUAN PUSTAKA

Alat tangkap long line


Long line adalah salah satu bagian dari rawai yang didasarkan atas jenis ikan yang
ditangkap, dalam hal ini ialah ikan Tuna. Tuna long line atau yang disebut dengan rawai tuna
merupakan jenis rawai yang paling terkenal. Fungsi dari tuna long line atau rawai tuna sudah
sangat jelas yaitu untuk menangkap ikan tuna terutama yang bernilai ekonomis tinggi serta
daya jual tinggi seperti southern bluefin tuna, big eye tuna, yellowfin tuna, dan albacore
(Fadli, 2020).
Rawai (Long line) termasuk alat tangkap perikanan yang sangat bervariasi baik dalam
hal ukuran, cara pengoprasian, daerah penangkapan serta jenis ikan yang menjadi tangkapan
utama. Menurut statistik perikanan Indonesia, rawai terdiri dari sederetan tali-tali utama, dan
pada tali utama pada jarak tertentu terdapat beberapa tali cabang yang pendek dan lebih kecil
diameternya. Pada ujung tali cabang ini diikatkan pancing yang berumpan. Sedangkan
pengertian rawai dalam ensiklopedi perikanan, yaitu suatu jenis alat penangkap ikan dengan
konstruksi tertentu di mana tali pancing yang bermata pancing (branch lines) dikaitkan pada
tali pancing utama yang panjang (main line) pada jarak tertentu. Alat tangkap ini berkembang
pesat penggunaannya oleh para nelayan di Indonesia. Jika dilihat dari segi teknisnya serta
beragam alat bantu yang digunakan (Damayanti, 2020).
Long line sendiri pada umumnya terdiri dari pelampung, bendera, tali pelampung,
main line, branch line, pancing wire leader, dan lain-lain. Antara pelampung dengan
pelampung dihubungkan dengan tali pelampung dan tali utama dimana sepanjan tali utama
terpasang beberapa tali cabang. Jumlah mata pancing pada setiap basket bervariasi. Alat
tangkap ini dioperasikan dekat maupun di dasar perairan dengan arah perentangan secara
horizontal. Dengan metode atau cara pengoperasian rawai (Long line) terbagi atas tiga tahap,
yakni setting (pembuangan pelampung, pemberian umpan dan penurunan alat tangkap),
kemudian soaking time (perendaman) alat tangkap ke dalam lautan hingga dengan jangka
waktu yang dibutuhkan,dan hauling (penarikan alat tangkap sambil mengambil hasil
tangkapan) (Yanis, 2018).

Anda mungkin juga menyukai