Anda di halaman 1dari 21

TEKNOLOGI KAPAL PERIKANAN

PURSE SEINE

DISUSUN OLEH :
RIZALUL HAQ
21090114130142

S-1 TEKNIK PERKAPALAN


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS DIPONEGORO
2016
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kita haturkan kehadirat Allah Yang Maha Kuasa atas
rahmatnya makalah ini dapat disusun pada waktunya. Tidak lupa
berterima kasih kepada dosen pembimbing karena telah memberikan
pengetahuan yang berarti dalam membimbing penulis dalam
menyelesaikan makalah ini. Penulis bertrima kasih juga kepada semua
pihak ikut serta membantu menyelesaikan Makalah Alat Tangkap Purse
Seine.
Pentingnya pengetahuan Alat Tangkap dapat dilihat pada strategis
penangkapan agar tidak merusak ekosistem laut. Untuk itu negara -
negara mengatur kewajiban untuk memelihara kelestarian fungsi
lingkungan hidup (laut) serta mencegah dan menanggulangi pencemaran
dan perusakan lingkungan hidup yang berada didalam laut. Oleh sebab
itulah makalah ini dapat di jadikan satu rekomendasi positif kepada
masyarakat maupun mahasiswa sendiri agar dapat meningkatkan
pengetahuan, sekligus menambahkan pemahaman tentang Alat Tangkap
Purse Seine.
Maka dari itu penulis mengharapkan pentingnya kritik dan saran
dalam membuat makalah selanjutnya.Semoga bermanfat bagi kehidupan
sehari hari dam dapat mengaplikasikannya di lingkungan sekitar.
Terima kasih.

Semarang, November 2016


DAFTAR ISI
KATA
PENGANTAR...................................................................................................
.......iii
DAFTAR
ISI..................................................................................................................
......vi
BAB I
PENDAHULUAN..............................................................................................
......1
A. Latar
Belakang.......................................................................................................
......1
B. Rumusan
Masalah........................................................................................................
1
BAB II
PEMBAHASAN................................................................................................
.....3
A. Definisi Purse
Seine.....................................................................................................3
B. Bahan dan
Spesifikasinya...........................................................................................4
C. Hasil
Penangkapan.................................................................................................
.....5
D. Alat Bantu
Penangkapan............................................................................................5
E. Teknik
Penangkapan.................................................................................................
.7
F. Hal-hal yang Mempengaruhi Hasil
Penangkapan.......................................................8
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia
yang memiliki garis pantai 81.000 km dan luas laut sekitar 3,1 juta
km2, sehingga potensi perikanan Indonesia sangat besar. Ada
banyak alat tangkap yang digunakan untuk mengeksplorasi hasil
perikanan laut, salah satunya adalah alat tangkap pukat cincin
(purse seine). Purse seine merupakan alat tangkap yang lebih
efektif untuk menangkap ikan-ikan pelagis di sekitar permukaan air

Purse seine merupakan alat tangkap ikan berbentuk jaring


kantong yang dilengkapi dengan pelampung pada tali ris atas,
pemberat dan cincin pada tali ris bawah. Prinsip kerjanya melingkari
suatu gerombolan ikan dengan jaring kemudian tali kolor di tarik
hingga bagian bawah jaring menutup dan membentuk kantong
sehingga ikan terjebak dan tidak dapat keluar. Alat tangkap Purse
Seine di gunakan untuk menangkap ikan permukaan dan hidup
bergerombol.
Daerah penangkapan atau fishing Ground untuk alat tangkap
Purse Seine yaitu perairan yang arusnya kecil, dasar perairan
berlumpur, tidak ada karang . Dan terdapat ikan yang hidup
bergerombol.

B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah ini dibuat oleh penulis dengan
maksud untuk para pembaca mengetahui :
1. Definisi purse seine
2. Bahan dan spesifikasinya
3. Hasil tangkapan
4. Daerah penangkapan
5. Alat bantu penangkapan
6. Teknik penangkapan (sitting dan moulting)
7. Hal-hal yang mempengaruhi keberhasilan penangkapan

BAB II
PEMBAHASAN

A. DEFINISI PURSE SEINE


Purse Seine disebut juga pukat cincin karena alat tangkap ini
dilengkapi dengan cincin untuk mana tali cincin atau tali kerut
di lalukan di dalamnya. Fungsi cincin dan tali kerut / tali kolor ini
penting terutama pada waktu pengoperasian jaring. Sebab dengan
adanya tali kerut tersebut jaring yang tadinya tidak berkantong
akan terbentuk pada tiap akhir penangkapan.

Prinsip menangkap ikan dengan purse seine adalah dengan


melingkari suatu gerombolan ikan dengan jaring, setelah itu jaring
bagian bawah dikerucutkan, dengan demikian ikan-ikan terkumpul
di bagian kantong. Dengan kata lain dengan memperkecil ruang
lingkup gerak ikan. Ikan-ikan tidak dapat melarikan diri dan akhirnya
tertangkap. Fungsi mata jaring dan jaring adalah sebagai dinding
penghadang, dan bukan sebagai pengerat ikan.

Di Jepang purse seine dapat dapat dikelompokkan sebagai berikut :


1.One Boat Horse Sardine Purse Seine
2.Two Boat Sardine Purse Seine
3.One Boat Horse Mackerel and Mackerel Purse Seine
4.Two Boat Horse Mackerel and Mackerel Purse Seine
5.One Boat Skipjack and Tuna Purse Seine
6.Two Boat skipjack and Tuna Purse Seine
Dari keenam macam purse seine di atas no (2), (3), (5) merupakan
purse seine yang banyak digunakan.
Dalam paper ini akan dibahas purse seine dengan menggunakan 1
kapal.

B. SEJARAH PURSE SEINE


Purse seine, pertama kali diperkenalkan di pantai utara Jawa oleh
BPPL (LPPL) pada tahun 1970 dalam rangka kerjasama dengan
pengusaha perikanan di Batam (Bpk. Djajuri) dan berhasil dengan
baik. Kemudian diaplikasikan di Muncar (1973 / 1974) dan
berkembang pesat sampai sekarang. Pada awal pengembangannya
di Muncar sempat menimbulakan konflik sosial antara nelayan
tradisional nelayan pengusaha yang menggunakan purse seine.
Namun akhirnya dapat diterima juga. Purse seine ini memang
potensial dan produktivitas hasil tangkapannya tinggi. Dalam
perkembangannya terus mengalami penyempurnaan tidak hanya
bentuk (kontruksi) tetapi juga bahan dan perahu / kapal yang
digunakan untuk usaha perikanannya.

C. PROSPEKTIF PURSE SEINE


Pentingnya pukat cincin dalam rangka usaha penangkapan sudah
tidak perlu diragukan untuk pukat cincin besar daerah
penangkapannya sudah menjangkau tempat-tempat yang jauh yang
kadang melakukan penangkapan mulai laut Jawa sampai selat
Malaka dalam 1 trip penangkapan lamanya 30-40 hari diperlukan
berkisar antara 23-40 orang. Untuk operasi penangkapannya
biasanya menggunakan rumpon. Sasaran penangkapan terutama
jenis-jenis ikan pelagik kecil (kembung, layang, selat, bentong, dan
lain-lain). Hasil tangkapan terutama lemuru, kembung, slengseng,
cumi-cumi.
ALAT BANTU PENANGKAPAN
1. Alat Bantu Navigasi
Sejak manusia mengenal sarana apung sebagai alat
transportasi sarana penangkapan, maka sejak itu pula tindakan
navigasi telah dilakukan, yaitu suatu cara yang dilakukan secara
terus menerus untuk mengarahkan sarana apungnya menuju suatu
titik sasaran dengan tepat, hemat dan efisien. Untuk mencapai titik
sasaran tersebut selain dengan menggunakan cara yang telah
disebutkan diatas, dapat juga dengan menggunakan alat bantu agar
memudahkan dalam pencapaian sasaran yang dimaksud (Wahyono
dan Sjarif, 2004).
Beberapa jenis alat bantu navigasi antara lain :
a. Kompas magnet, berfungsi untuk menentukan arah pelayaran
kapal dan untuk menentukan arah baringan suatu benda terhadap
kapal. Pedoman magnet di kapal biasanya terdiri dari : Pedoman
standart, Pedoman kemudi dan Pedoman kemudi darurat.
b. Peta laut, merupakan semua jenis peta yang digunakan untuk
keperluan navigasi di lautan. Ia menggambarkan keadaan rinci
tentang wilayah laut yang aman dilayari kapal-kapal, denagn tanda-
tanda kedalaman air, adanya bahaya-bahaya navigasi baik yang
kelihatan (di atas permukaan air) maupun yang terdapat di bawah
permukaan air, serta benda-benda petunjuk untuk bernavigasi.
c. GPS, yaitu alat bantu navigasi yang bekerja berdasarkan
penerimaan gelombang radio dari beberapa satelit yang mengorbit
untuk mengetahui posisi, merekam arah haluan dan kecepatan
kapal.
d. Radar, digunakan untuk mendeteksi obyek (sasaran)
berdasarkan prinsip pengukuran waktu tempuh yang diperlukan
untuk merambatkan pulsa (denyut) sinyal gelombang
elektromagnetik, sejak sinyal tersebut dipancarkan oleh transmitter
hingga gema (echo) yang dipantulkan oleh obyek diterima pada
receiver. Sinyal elektromagnetik yang dipantulkan oleh target
(sasaran) ke pesawat penerima tersebut selanjutnya tergambar
pada Display unit.
e. Radio komunikasi, peralatan bantu ini dikapal sangat penting
agar antar kapal yang satu dan kapal yang lainnya dapat bertukar
informasi pada waktu berlayar. Terdapat 3 frekuensi yaitu : VHF
(Very High Frequency), HF (High Frequency) dan MF (Medium
Frequency). Radio komunikasi ini walaupun dilengkapi berbagai
frekuensi. Tapi yang sering digunakan dalam pelayaran adalah
frekuensi 16.
f. Fax cuaca, digunakan untuk mengetahui keadaan cuaca pada
saat berlayar. Dikirimkan dari stasiun (pangkalan) masing-masing
kapal. Data tersebut merupakan olahan dari data satelit.
g. RDF, adaah alat bantu navigasi yang bekerja berdasarkan
penerimaan gelombang radio untuk mengetahui arah dan
perkiraaan jarak pemancar. Suara yang dipancarkan akan
mengalami penurunan energi maka sampai pada target (penerima
suara) sudah tidak sekuat dari yang terdepan
h. SART adalah suatu alat yang disyaratkan dalam GMDSS (Global
Maritime Distress and Safety System) yang dapat diintrogasi oleh
pancaran pulsa radar khusus (Radar X-Brand atau Radar 3 cm) bila
alat ini diaktifkan. Gunanya untuk pencarian kapal dalam
marabahaya.
3. Alat Bantu pelacak / deteksi
Alat bantu pelacak atau deteksi, ada 3 yaitu :
1. Fish finder atau Echosounder
Alat bantu navigasi yang bekerja berdasarkan pemancaran
gelombang bunyi untuk mendeteksi kedalaman perairan,
mendeteksi suatu obyek dalam perairan arah vertikal. Untuk tujuan
perikanan sensitifitasnya ditingkatkan sehingga mampu mendeteksi
adanya ikan dibawah permukaan air.
2. Sonar
Alat bantu navigasi yang bekerja berdasarkan prinsip kerja
energi akustik, pemancaran gelombang bunyi untuk mendeteksi
suatu obyek dalam perairan arah horizontal dan vertical. Sonar
dapat memberikan gambaran dan informasi tentang kedalaman,
keadaan alami dasar serta konfigurasi bentuk dasar perairan
kemudian pada kapal ikan digunakan untuk memperoleh informasi
tentang ukuran, densitas, distribusi, kecepatan dan arah renang fish
schools, serta mengetahui bentuk dan kedudukan jaring di dalam
air, mengetahui ikan yang masuk ke dalam jaring
3. RDF
Alat bantu navigasi yang bekerja berdasarkan penerimaan
gelombang radio untuk mengetahui arah dan perkiraaan jarak
pemancar. Suara yang dipancarkan akan mengalami penurunan
energi maka sampai pada target (penerima suara) sudah tidak
sekuat dari yang terdepan.
Ketiga alat diatas walaupun termasuk dalam alat bantu navigasi
tetapi fungsinya yang lain juga dapat digunakan untuk pendeteksi
ikan. Karena alat tersebut mempunyai fungsi sebagai pencari atau
pendeteksi ikan sehingga penangkapan ikan dapat berjaan dengan
baik.
4. Mesin Bantu Penangkapan ikan.
Mesin bantu penangkapan yang digunakan oeh kapal sangat
tergantung pada alat tangkap yang digunakan. Mesin bantu
penangkapan, pada umumnya hanya digunakan untuk membantu
tenaga manusia di dalam proses penarikan atau pengangkatan alat
penangkap ikan dan umumnya mesin bantu penangkap dipasang di
atas geladak kapal. Tenaga mekanis yang dihasilkan, pada
umumnya berupa putaran yang bisa diperoleh dari empat jenis
sumber tenaga penggerak, anatar lain tenaga manusia, tenaga
mesin otomotif (Diesel), tenaga listrik dan tenaga hidrolik.

2.2. Jenis Jenis Alat Bantu


2.2.1. Alat Bantu Penangkapan Pada Longliners
1. Line Thrower ( Line Caster)
Kapal-kapal long line berskala industri yang sudah dilengkapi
dengan line arranger, pada umumnya dilengkapi line thrower. Line
thrower disebut juga line caster merupakan alat bantu penangkapan
sebagai alat pelontar tali utama yang digerakkan dengan tenaga
elektrik hidrolik, diletakkan di buritan kapal, digunakan pada saat
penebaran pancing (setting).
1. Line Hauler
Line hauler merupakan alat bantu penarik tali utama pada saat
hauling berlangsung. Keberadaan alat ini mutlak diperlukan, karena
tali yang ditebar di perairan tidak memungkinkan untuk ditarik
menggunakan tangan biasa (manual), selain berat dari gaya beban
dan gaya tarikan dari seluruh rangkaian long line juga akan
memerlukan waktu yang lama sehingga dianggap tidak efisien. Line
hauler pada umumnya digerakkan dengan tenaga elektro hidrolik,
dilengkapi dengan tuas pengatur kecepatan tarik agar memudahkan
penanganan penarikan tali utama, terutama pada saat menaikkan
ikan hasil tangkapan atau saat terjadi kekusutan tali. Line hauler
ditempatkan di geladag kerja hauling (hauling working space).
Kekuatan tarik dari line hauler disesuaikan dengan ukuran besar
kecilnya kapal (Suwardiyono dan Nuryadi Sadono, 2004).
2. Line Arranger (Penyusun tali utama)
Pada kapal-kapal long line yang sudah modern peralatan bantu
penangkapannya dilengkapai peralatan lain selain line hauler. Line
arranger ditempatkan diatas main line tank (tangki penyimpanan
tali utama) merupakan alat bantu penangkapan yang berfungsi
sebagai penarik dan penyusun tali utama agar tertata rapi di dalam
main line tank (Suwardiyono dan Nuryadi Sadono, 2004).
3. Branch Line Ace dan Buoy Line Ace
Branch line ace ditempatkan pada geladag kerja di lambung kanan
kapal dibelakang line hauler, merupakan alat bantu penangkapan
sebagai penarik dan penggulung tali cabang (branch line) dengan
menggunakan tenaga motor listrik. Sedangkan buoy line ace yang
digunakan untuk menarik tali pelampung (buoy line) pada saat
kegiatan hauling. Branch line dan buoy line yang sudah diangkat
dari air segera dilepas dari tali utama kemudian digulung dengan
branch line ace setelah tergulung dan diikat lalu ditempatkan dalam
basket (keranjang) (Suwardiyono dan Nuryadi Sadono, 2004).
4. Side Roller/ Line Guide Roller
Alat ini ditempatkan pada dinding atau tepi lambung kapal dan
berfungsi untuk menjadikan main line terarah alurnya sehingga
dapat mengarah ke line hauler. Bahan side roller terbuat dari baja
stainless dan kerjanya secara aktif (Nur Bambang et al, 1999).
5. Slow Conveyor
Slow conveyor merupakan alat bantu penangkapan berupa ban
berjalan lamban, ditempatkan melintang kapal di bawah line hauler.
Fungsi line hauler adalah menggeser tali utama yang telah ditarik
line hauler agar tidak menumpuk dibawah line hauler tersebut.
Sementara main line bergeser mengikuti conveyor tersebut, main
line ditarik oleh line arranger untuk disusun dan diatur pada tangki
penyimpanan tali utama (Suwardiyono dan Nuryadi Sadono, 2004).
6. Branch Line Conveyor
Branch line conveyor adalah alat bantu penangkapan berupa ban
berjalan. Alat ini ditempatkan di sisi kiri kapal yang berfungsi
memindahkan atau menghantar peralatan penangkapan seperti
branch line, pelampung, tali pelampung dari geladag kerja didepan
ke gudang penyimpanan alat tangkap di buritan kapal. Pada kapal-
kapal long line modern berukuran kecil biasanya tidak dilengkapi ini,
karena jarak dari geladag kerja didepan dengan gudang
penyimpanan alat tangkap titik jauh (Suwardiyono dan Nuryadi
Sadono, 2004).
2.2.2. Alat Bantu Penangkapan Pada Gill Netters
1. Winch
Pada gillnet, mesin bantu winch digunakan untuk menarik jaring
dengan menggulung langsung keseluruhan badan jaring ke dalam
drum penggulung bertenaga hidrolik. Winch disebut juga dengan
Net drum.
2. Cone Roler
Cone roller adalah alat penarik jaring yang tersusun dari dua buah
silinder karet yang berputar berlawanan arah, sehingga jaring
berikut pelampung dan pemberatnya dapat digiling bersama untuk
menarik ke atas kapal. Cone roller digerakkan dengan tenaga
hidrolis dengan kecepatan antara 20-60 m/menit. Kecepatan tarik,
daya kuda, dan putaran kerja Cone roller sangat tergantung pada
ukuran kapal, jumlah gillnet yang selalu dioperasikan pada setiap
setting, serta kemampuan ekonomi nelayan yang bersangkutan
untuk mengadakan alat tersebut.
3. Kapstan
Berdasarkan fungsi kerja, kapstan merupakan mesin bantu yang
digunakan untuk beragam keperluan penarikan, seperti menarik tali
selambar pada gillnet. Sedangkan tenaga penggerak yang
digunakan untuk memutar sistem kapstan, pada umumnya kapal
nelayan di Indonesia menggunakan tenaga mesin diesel. Sebagian
besar mesin bantu kapstan langsung dihubungkan dengan mesin
induk (motor induk/utama penggerak kapal), dengan sistem
penyambungan/transmisi menggunakan gardan mobil sebagai
transmisi. Mesin bantu kapstan dengan sistem transmisi yang
demikian sering disebut dengan kapstan-gardan oleh nelayan.
4. Net Hauler
Net hauler adalah alat bantu pada kapal gill net yang digunakan
untuk penarikan jaring yang telah ditabur di laut, agar jaring lebih
ringan ditarik dan mudah ditata kembali di atas geladak. Pada
umumnya kecepatan tarik yang dibutuhkan antara 30 m/s 90 m/s.
Cara pengoperasian Net hauler adalah hanya dengan menarik jaring
Gill net melalui drum berbentuk konikal dan jaring insang tidak
digulung langsung di dalam drum penggulung, melainkan bagian
jaring yang sudah ditarik di belakang Net hauler, kemudian diatur
untuk persiapan penurunan jaring kembali (setting).
Net hauler yang digunakan pada kapal Gill net dapat
dibedakan atas 2 tipe. Pada kapal yang dilengkapi dengan cone
roller umumnya dilengkapi pula dengan net hauler tipe memanjang,
ditempatkan di tepi atas pagar kapal dengan tujuan memperingan
kerja cone roller dan memudahkan nelayan pada saat melepaskan
ikan yang terjerat mata jaring. Tipe ini lebih dikenal dengan side
roller. Tipe lainnya yaitu net hauler berbentuk blok (power block),
ditempatkan di atas geladak kerja pada sisi arah hauling, untuk
menarik jaring pada waktu hauling, pemberat, pelampung beserta
jaringnya disisipkan pada blok (roller) yang berputar digerakan
dengan tenaga hidrolik. Alat ini hanya untuk menangkap ikan-ikan
tuna kecil.
2.2.3. Alat Bantu Penangkapan Pada Purse Seiners
1. Winch
Winch merupakan mesin bantu yang digunakan untuk menarik
tali kerut atau tali kolor. Penempatan winch di kapal ada yang di
bagian belakang, di bagian depan, adapula ditempatkan di kedua
sisi samping kamar kemudi. Winch ini sangat berguna untuk
menahan tali pada saat thowing. Berdasarkan fungsi kerja alat
bantu winch digunakan untuk menarik tali kerut atau tali kolor dan
untuk penarikan bagian cincin dengan tenaga penggerak yang
digunakan berupa tenaga hidrolik. Tenaga ini paling umum
digunakan dan memiliki daya serta bentuk yang besar. Pada
umumnya dipasang pada kapal-kapal ikan pada skala industri
(Syahasta dan Zaenal Asikin, 2004).

2. Power block
Menurut Syahasta dan Zaenal Asikin (2004), Power block
merupakan mesin bantu yang digunakan untuk menarik jaring pukat
cincin dari dalam air ke atas deck kapal. Mesin bantu ini sebagian
besar bertenaga hidrolik serta memiliki daya gerak besar. Power
block yang berukuran kecil dan memiliki daya gerak kecil selain
bertenaga hidrolik, adapula yang menggunakan tenaga listrik.
Power bertenaga mesin diesel hampir tidak ada, kecuali hasil
rekayasa sendiri pada kapal ikan bukan skala industri.
3. Purse block dan dewi-dewi
Purse block dan dewi-dewi berfungsi untuk menahan, mengatur
dan mengumpulkan cincin jaring yang terletak disamping bagian
haluan. Purse block dan dewi-dewi ini terbuat dari bahan besi. Purse
block dan dewi-dewi pada intinya cocok untuk pertahanan pada saat
penarikan jaring ke atas kapal. Dewi-dewi purse seine biasanya akan
mendukung block untuk penanganan dalam pengambilan tali
penyeret disamping purse block (John C. Sainsbury, 1975).
4. Purse ring stowage
Purse ring stowage adalah palang panjang yang digunakan
untuk menahan atau menyimpan semua ring sehingga dapat
meluncur sebelum setting. Palang panjang ini terbuat dari besi
dengan panjang kira-kira mencapai dua meter. Alat ini diletakkan di
samping sebelah kiri agak ke buritan (John C. Sainsbury, 1975).
5. Fish pump
Fish pump digunakan untuk kapal industri perikanan, alat ini
merupakan pipa air yang panjang dan dihubungkan langsung ke
ruang mesin untuk memompa air. Fish pump terletak di tengah
lambung kanan kapal. Dalam hal ini, sekat de-watering mungkin
ditempatkan berdampingan dengan lubang palka yang digunakan
untuk membersihkan atau mencuci ikan dan dapat juga digunakan
untuk membersihkan kapal dengan cara mengambil air dai laut.
Alternatif lain dengan membuat persediaan untuk saluran air dari
palka yang kemudian dibangun sebagai tangki untuk mata air
diamana air ini mungkin dipompakan keluar kapal (John C.
Sainsbury, 1975).
6. Seine skif
Seine skif adalah alat bantu yang digunakan untuk menarik
ujung jaring dan untuk tempat pelampung dan pemberat atau ring
pada waktu setting. Selain itu, dapat pula diguanakan untuk
menarik bagian belakang atau buritan kapal pada waktu operasi
penangkapan agar kapal selalu jauh dari posisi jaring dengan tujuan
untuk menghindari tersangkutnya jaring pada baling-baling kapal
(John C. Sainsbury, 1975).
7. Capstant (Gypsy hoist)
Capstant (kapstan) pada kapal purse seine digunakan untuk
menarik tali pelampung (float line) atau tali kolor atas pada saat
hauling, guna merapatkan tangkapan kedua ujung bagian sayap
jaring. Di samping itu kapstan berguna pula untuk memperingan
kerja pada saat pengangkatan ikan yang telah tertangkap dalam
cakupan jaring untuk dinaikkan di atas kapal (Brailling). Capstant
terletak di lambung kiri kapal ke arah buritan. Kapal purse seine
merupakan kapal pemburu kelompok ikan untuk itu dibutuhkan
kecepatan kerja yang sangat tinggi dan peralatan kerja yang
mendukung perolehan hasil tangkapan (A. Farid. et al, 1989 )
2.2.4. Alat Bantu Penangkapan Pada Trawlers
Adapun peralatan alat bantu yang digunakan untuk alat tangkap
Trawl yaitu sebagai berikut :
1. Boom
Merupakan tempat melekatnya rig dan out rigger. Harus
memiliki panjang yang cukup untuk membawa cod end (kantong)
pada posisi yang diharapkan dan biasanya diletakkan pada center
line (garis tengah kapal).
Rig
Terletak di belakang rumah geladak menempel permanen pada
boom atau tiang agung (tiang gantung). Berfungsi sebagai alat
bantu untuk menurunkan dan mengangkat kantong trawl serta
sebagai jalur untuk tali wire dari alat tangkap.
Outrigger
Terletak di belakang rumah geladak menempel permanen pada
boom atau tiang agung (tiang gantung) dan dapat Digerakkan kekiri
dan kekanan kapal. Berfungsi sebagai jalur penarikan wire.
2. Winch
Terletak di belakang rumah geladak dan tepat di bawah rig
dan outrigger. Posisi winch menempel pada deck dengan diberi
dudukan besi. Winch ini terdiri dari drum dan hydraulic inofer.

Drum Trawl
Bentuknya harus besar untuk memutar agar Trawl naik. Salah satu
contohnya adalah drum dengan flat tunggal mempunyai kelemahan
dapat merusak bagian tengah dari drum itu sendiri dan bagian atas
dari jaring.
Hydraulic inofer
Merupakan mesin untuk mengatur jalannya winch. Terdiri
dari motor power hidrolik yang diletakkan diruang mesin untuk
mengalirkan oli ke pipa dimesin pengatur yang terletak diatas
bangunan kemudi dan setir pengontrol winch diatas bangunan
kemudi.
3. Towing Block
Menetap di buritan di sisi samping Trawl. Merupakan bagian
yang menentukan dimana warp dapat mengikuti kapal secara
terarah selama proses towing. Towing block adalah sebuah
kumpulan tali yang terikat kencang menjadi sebuah bagian yang
diperkuat dengan rantai yang tepat panjangnya dan kuat. Ada
berbagai tipe yang banyak di jumpai.
4. Snatch Block
Dibuat untuk digunakan dalam berbagai tugas permanen pada
suatu Trawl. Ada berbagai bentuk rancangan, tapi pada umumnya
yang perlu diperhatikan adalah bagian depan yang digunakan untuk
cantelan atau penyangga. Tergantung pada jenis, kemanapun
terhubung dengan baik atau bahkan diatas geladak untuk
mengangkat pada waktu tertangkap. Snatch block mempunyai
suatu penutup yang dapat diangkat sedemikian sehingga gulungan
tali dapat ditempatkan di sekitar katrol. Dan penutup tersebut di
kunci atau tertutup kembali dengan menggunakan penjepit.

5. Otter Board
Otter board merupakan alat bantu bukaan mulut jaring ke
arah horizontal. Pembukaan horizontal bentangan otter board
merupakan jarak antara kedua otter board yang terbentang pada
saat dioperasikan.

D. BAHAN DAN SPESIFIKASINYA


a. Bagian Jaring
Nama bagian jaring ini belum mantap tapi ada yang
membaginya menjadi 2 yaitu bagian tengah dan bagian
jampang. Namun yang jelas ia terdiri dari 3 bagian yaitu :
Jaring Utama
Jaring Sayap
Jaring Kantong

b. Tali Temali
Tali Pelampung
Tali ris Atas
Tali ris Bawah
Tali Pemberat
Tali Kolor Bahan
Tali Slambar

c. Pemberat
Terbuat dari timah sebanyak 700 buah dipasang pada tali
pemberat.

d. cincin
Terbuat dari besih dengan diameter lubang 11,5 cm, digantung
pada tali pemberat dengan seutas tali yang panjangnya 1m
dengan jarak 3m setiap cincin. Kedalam cincin ini dilakukan tali
kolor (purse seine).

e. Pelampung
Ada 2 pelampung dengan 2 bahan yang sama yakni synthetic
rubber. Pelampung Y-50 dipasang dipinggir kiri dan kanan 600
buah dan pelampung Y-80 dipasang ditengah sebanyak 400
buah. Pelampung yang dipasang dibagian tengah lebih rapat
dibandingkan dibagian pinggir.

E. HASIL TANGKAPAN
Ikan yang menjadi tujuan utama penangkapan dari purse seine
adalah ikan-ikan yang Pelagic Shoaling Species, yang berarti
ikan-ikan tersebut haruslah membentuk shoal (gerombolan),
berada dekat dengan permukaan air (sea surface) dan sangatlah
diharapkan pula agar densitas shoal itu tinggi, yang berarti jarak
antara ikan dangan ikan lainnya haruslah sedekat mungkin.
Dengan kata lain dapat juga dikatakan per satuan volume
hendaklah jumlah individu ikan sebanyak mungkin. Hal ini dapat
dipikirkan sehubungan dengan volume yang terbentuk oleh
jaring (panjang dan lebar) yang dipergunakan.Jenis ikan yang
ditangkap dengan purse seine terutama di daerah Jawa dan
sekitarnya adalah : Layang (Decapterus spp), bentang, kembung
(Rastrehinger spp) lemuru (Sardinella spp), slengseng, cumi-
cumi dll.

F. DAERAH PENANGKAPAN
Purse seine dapat digunakan dari fishing ground dengan kondisi
sebagai berikut :
Jumlah ikan berlimpah dan bergerombol pada area
permukaan air
Kondisi laut bagus

G. ALAT BANTU PENANGKAPAN


Adapun alat bantu penangkapan menggunakan pukat cincin
tersebut yaitu :
a. Lampu
b. Rumpon

o Lampu
Fungsi lampu untuk penangkapan adalah untuk mengumpulkan
kawanan ikan kemudian dilakukan operasi penangkapan dengan
menggunakan berbagai alat tangkap, seperti purse seine.Jenis
lampu yang digunakan bermacam-macam, seperti oncor (obor),
petromaks, lampu listrik (penggunaannya masih sangat terbatas
hanya untuk usaha penangkapan sebagian dari perikanan
industri).
Ikan-ikan itu tertarik oleh cahaya lampu kiranya tidak terlalu
dipermasalahkan sebab adalah sudah menjadi anggapan bahwa
hampir semua organisme hidup termasuk ikan yang media
hidupnya itu air terangsang (tertarik) oleh sinar / cahaya
(phototaxis positif) dan karena itu mereka selalu berusaha
mendekati asal / sumber cahaya dan berkumpul disekitarnya.

o Rumpon
Rumpon merupakan suatu bangunan (benda) menyerupai
pepohonan yang dipasang (ditanam) di suatu tempat ditengah
laut. Pada prinsipnya rumpon terdiri dari empat komponen
utama, yaitu : pelampung (float), tali panjang (rope) dan atraktor
(pemikat) dan pemberat (sinkers / anchor).
Rumpon umumnya dipasang (ditanam) pada kedalaman 30-75
m. Setelah dipasang kedudukan rumpon ada yang diangkat-
angkat, tetapi ada juga yang bersifat tetap tergantung pemberat
yang digunakan. Dalam praktek penggunaan rumpon yang
mudah diangkat-angkat itu diatur sedemikian rupa setelah purse
seine dilingkarkan, maka pada waktu menjelang akhir
penangkapan, rumpon secara keseluruhan diangkat dari
permukaan air dengan bantuan perahu penggerak (skoci,
jukung, canoes)
Sementara itu bisa juga digunakan tanpa sama sekali mengubah
kedudukan rumpon yaitu dengan cara mengikatkan tali slambar
yang terdapat di salah satu kaki jaring pada pelampung rumpon,
sedang ujung tali slambar lainnya ditarik melingkar di depan
rumpon. Menjelang akhir penangkapan satu dua orang nelayan
terjun kedalam air untuk mengusir ikan-ikan di sekitar rumpon
masuk ke kantong jaring. Cara yang hampir serupa juga dapat
dilakukan yaitu setelah jaring dilingkarkan di depan rumpon
maka menjelang akhir penangkapan ikan-ikan di dekat rumpon
di halau engan menggunakan galah dari satu sisi perahu.

H. TEKNIK PENANGKAPAN (SITTING DAN MOULTING)


Pada umumnya jaring dipasang dari bagian belakang kapal
(buritan) sungguhpun ada juga yang menggunakan samping
kapal.
Pertama-tama haruslah diketemukan gerombolan ikan
terlebih dahulu. Ini dapat dilakukan berdasarkan pengalaman-
pengalaman, seperti adanya perubahan warna permukaan air
laut karena gerombolan ikan berenang dekat dengan permukaan
air, ikan-ikan yang melompat di permukaan terlihat riak-riak kecil
karena gerombolan ikan berenang dekat permukaan. Buih-buih
di permukaan laut akibat udara-udara yang dikeluarkan ikan,
burung-burung yang menukik dan menyambar-nyambar
permukaan laut dan sebagainya. Hal-hal tersebut diatas
biasanya terjadi pada dini hari sebelum matahari keluar atau
senja hari setelah matahari terbenam disaat-saat mana
gerombolan ikan-ikan teraktif untuk naik ke permukaan laut.
Tetapi dewasa ini dengan adanya berbagai alat bantu (fish
finder, dll) waktu operasipun tidak lagi terbatas pada dini hari
atau senja hari, siang haripun jika gerombolan ikan diketemukan
segera jaring dipasang.

Pada operasi malam hari, mengumpulkan / menaikkan ikan


ke permukaan laut dilakukan dengan menggunakan cahaya.
Biasanya dengan fish finder bisa diketahui depth dari
gerombolan ikan, juga besar dan densitasnya. Setelah posisi ini
tertentu barulah lampu dinyalakan (ligth intesity) yang
digunakan berbeda-beda tergantung pada besarnya kapal,
kapasitas sumber cahaya. Juga pada sifat phototxisnya ikan yang
menjadi tujuan penangkapan.

I. HAL-HAL YANG MEMPENGARUHI KEBERHASILAN


PENANGKAPAN

1. Kecerahan Perairan
Transparasi air penting diketahui untuk menentukan kekuatan
atau banyak sedikit lampu. Jika kecerahan kecil berarti banyak
zat-zat atau partikel-partikel yang menyebar di dalam air, maka
sebagian besar pembiasan cahaya akan habis tertahan (diserap)
oleh zat-zat tersebut, dan akhirnya tidak akan menarik perhatian
atau memberi efek pada ikan yang ada yang letaknya agak
berjauhan.

2. Adanya Gelombang
Angin dan arus angin. Arus kuat dan gelombang besar jelas akan
mempengaruhi kedudukan lampu. Justru adanya faktor-faktor
tersebut yang akan merubah sinar-sinar yang semula lurus
menjadi bengkok, sinar yang terang menjadi berubah-ubah dan
akhirnya menimbulkan sinar yang menakutkan ikan (flickering
light). Makin besar gelombang makin besar pula flickering
lightnyadan makin besar hilangnya efisiensi sebagai daya
penarik perhatian ikan-ikanmaupun biota lainnya menjadi lebih
besar karena ketakutan. Untuk mengatasi masalah ini diperlukan
penggunaan lampu yang kontruksinya disempurnakan
sedemikian rupa, misalnya dengan memberi reflektor dan kap
(tudung) yang baik atau dengan menempatkan under water
lamp.

3. Sinar Bulan
Pada waktu purnama sukar sekali untuk diadakan penangkapan
dengan menggunakan lampu (ligth fishing) karena cahaya
terbagi rata, sedang untuk penangkapan dengan lampu
diperlukan keadaan gelap agar cahaya lampu terbias sempurna
ke dalam air.

4. Musim
Untuk daerah tertentu bentuk teluk dapat memberikan dampak
positif untuk penangkapan yang menggunakan lampu, misalnya
terhadap pengaruh gelombang besar, angin dan arus kuat.
Penangkapan dengan lampu dapat dilakukan di daerah mana
saja maupun setiap musim asalkan angin dan gelombang tidak
begitu kuat.

5. Ikan dan Binatang Buas


Walaupun semua ikan pada prinsipnya tertarik oleh cahaya
lampu, namun umumnya lebih didominasi oleh ikan-ikan kecil.
Jenis-jenis ikan besar (pemangsa) umumnya berada di lapisan
yang lebih dalam sedang binatang-binatang lain seperti ular laut,
lumba-lumba berada di tempat-tempat gelap mengelilingi
kawanan-kawanan ikan-ikan kecil tersebut. Binatang-binatang
tersebut sebentar-sebentar menyerbu (menyerang) ikan-ikan
yang bekerumun di bawah lampu dan akhirnya mencerai
beraikan kawanan ikan yang akan ditangkap.

6. Panjang dan Kedalaman Jaring


Untuk purse seine yang beroperasi dengan satu kapal digunakan
jaring yang tidak terlalu panjang tetapi agak dalam karena
gerombolan ikan di bawah lampu tidak bergerak terlalu
menyebar . jaring harus cukup dalam untuk menangkap
gerombolan ikan mulai permukaan sampai area yang cukup
dalam di bawah lampu.

7. Kecepatan kapal pada waktu melingkari gerombolan ikan.


Jika kapal dijalankan cepat maka gerombolan ikan dapat segera
terkepung.

8. Kecepatan Menarik Purse Line


Purse seine harus ditarik cepat agar ikan jangan sampai
melarikan diri ke bawah.

DAFTAR PUSTAKA

Au. Ayodya. DASEN FAKULTAS PERIKANAN. Cetakan Pertama.


Penerbit :Yayasan Dewi Sri. IPB. Bogor.
Waluyo Subani dan H.R Barus.1989.ALAT PENANGKAPAN IKAN
DAN UDANG LAUT DI INDONESIA. Balai Penelitian Perikanan Laut.
Jakarta.
WWW. MAINE AQUARIUM.COM
WWW.FISHERIES.COM

Anda mungkin juga menyukai