Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PRAKTIKUM LAPANG

MATA KULIAH PENGANTAR ILMU KELAUTAN DAN PERIKANAN

Dosen Pembimbing :
Insafitri, S.T, M.Sc, Ph.D

Disusun Oleh :
Nama : Ika Masruroh

NIM : 190341100001

PROGRAM STUDI ILMU KELAUTAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS TRUNOJOYO MADURA

2019
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Berkaitan dengan wilayah pesisir, garam termasuk menjadi bagian
lingkungan hidup di sana. Garam adalah kumpulan senyawa kimia dengan
bagian terbesar terdiri dari natrium klorida (NaCl). Garam juga memiliki
banyak fungsi seperti mangrove. Kebutuhan garam Indonesia sendiri per
tahun sekitar 2.200.000 ton, 1.000.000 ton untuk kebutuhan konsumsi dan
1.200.000 ton untuk kebutuhan industri. Kebutuhan ini harusnya mendorong
adanya pelestarian dan pelatihan berkelanjutan, baik untuk mangrove ataupun
garam (Efendy. et al, 2015).
Berdampingan dengan tambak garam terdapat hutan mangrove pula. Hutan
mangrove merupakan salah satu bentuk ekosistem hutan yang unik dan khas,
terdapat di daerah pasang surut di wilayah pesisir, pantai, dan pulau-pulau
kecil serta merupakan sumber daya alam yang sangat potensial selain garam.
Mangrove sendiri merupakan salah satu ekosistem langka dan khas di
dunia, karena luasnya hanya 2% permukaan bumi. Indonesia merupakan
kawasan ekosistem mangrove terluas di dunia (Halidah, 2014).
Ekosistem ini memiliki peranan ekologi, sosial-ekonomi, dan sosia-
budaya yang sangat penting. Fungsi ekologi hutan mangrove meliputi
tempat sekuestrasi karbon, remediasi bahan pencemar, menjaga stabilitas
pantai dari abrasi, intrusi air laut, dan gelombang badai, menjaga
kealamian habitat, menjadi tempat bersarang, pemijahan dan pembesaran
berbagai jenis ikan, udang, kerang, burung dan fauna lain, serta
pembentuk daratan (Winarno, 2006).
1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari kegiatan praktikum lapang pengenalan tambak garam
dan ekosistem mangrove adalah sebagai berikut.
1. Mahasiswa mengetahui cara membuat garam.
2. Mahasiswa mengetahui ekosistem dan identifikasi mangrove.
1.3 Manfaat
Adapun manfaat dari kegiatan praktikum lapang pengenalan tambak
garam dan ekosistem mangrove adalah sebagai berikut.
1. Mahasiswa dapat mengetahui cara membuat garam.
2. Mahasiswa dapat mengetahui ekosistem dan identifikasi mangrove.
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Pengertian Garam
Garam adalah benda padat berwarna putih berbentuk Kristal yang
merupakan kumpulan senyawa dengan bagian terbesar Natrium Chlorida
(>80%) serta senyawa lainnya, seperti Magnesium Chlorida, Magnesium
sulfat, dan Calsium Chlorida. Sumber garam yang didapat di alam berasal
dari air laut, air danau asin, deposit dalam tanah, tambang garam, sumber air
dalam tanah (Hartati, 2016).
Kadar atau kepekatan air tua (air laut yang sudah berumur kurang lebih 10
hari) yang masuk ke dalam meja kristalisasi akan mempengaruhi mutu hasil.
Kualitas garam tergantung pada kandungan NaCl garam, kandungan NaCl
tergantung pada lokasi dimana air laut yang diambil, dan jenis dasar
tambak/meja garam akan mempengaruhi kualitas garam yang dihasilkan.
Meja garam adalah lahan yang digunakan untuk pembuatan garam atau yang
sering disebut juga tempat pengkristalan. Meja garam yang dipakai petani
garam dari dulu adalah meja garam tanah. Tanah meja garam diupayakan
mempunyai tekstur keras melalui proses kesap dan guluk agar memiliki
permeabilitas yang rendah dan tanah tidak mudah rusak (Efendy, et al 2015).
Diketahui, bahwa tekstur tanah dapat menjadi suplai pengotor dengan
kandungan misalnya Mg, Ca, SO4 dan pengotor lainnya, yang pada
gilirannya akan mempengaruhi kualitas dan kuantitas garam yang dihasilkan.
Hasil garam khususnya garam rakyat yang dilakukan pada tambak dengan
meja kristalisasi berupa tanah masih seringkali tercampur tanah dan proses
pembuatannyapun dirasakan cukup cukup lama. Oleh karena itu adanya
teknologi baru dalam pembuatan garam sangat dibutuhkan agar kualitas dan
hasil produksi garam meningkat. Pembuatan garam dengan media meja
garam yang berbeda akan menghasilkan sejumlah garam dengan kualitas
yang berbeda juga (Efendy, et al 2015).
2.2 Pengertian Mangrove
Hutan mangrove merupakan formasi dari tumbuhan yang spesifik, dan
umumnya dijumpai tumbuh dan berkembang pada kawasan pesisir yang
terlindung di daerah tropika dan subtropika. Kata mangrove dalam bahasa
Portugis dipergunakan untuk individu jenis tumbuhan, dan kata mangal
dipergunakan untuk komunitas hutan yang terdiri atas individu-individu jenis
mangrove. Sedangkan dalam bahasa Inggris, kata mangrove dipergunakan
baik untuk komunitas pohon-pohonan atau rumput-rumputan yang tumbuh di
kawasan pesisir maupun untuk individu jenis tumbuhan lainnya yang tumbuh
yang berasosiasi dengannya (Pramudji, 2001).
Terkait dengan hal tersebut dapat dikatakan bahwa mangrobe mampu
tumbuh dan berkembang pada lingkungan pesisir yang berkadar garam sangat
ekstrim, jenuh air, kondisi tanah yang kurang stabil dan anaerob. Dengan
kondisi lingkungan tersebut, beberapa jenis tumbuhan mangrove mampu
mengembangkan mekanisme yang memungkinkan secara aktif untuk
mengeluarkan garam dari jaringan. Sementara itu, organ yang lainnya
memiliki daya adaptasi dengan cara mengembangkan sistem akar napas untuk
memperoleh oksigen dari sistem perakaran yang hidup pada substrat yang
anaerobic (Pramudji, 2001).
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Proses Pembuatan Garam


Pembuatan garam di wilayah Kamal bertempat di Desa Tajungan. Lahan
seluas kurang lebih 1 hektar dimanfaatkan menjadi petak-petak atau meja
garam guna menampung air laut. Berikut adalah proses pembuatan garam
oleh petani-petani garam Desa Tajungan. Pertama, air laut akan mengalir
menuju petak-petak garam melalui bantuan kincir angin, mesin diesel dan
mesin alkon. Petak pertama terisi penuh dengan air laut. Petak pertama ini
terlihat seperti kotakan tanah dengan air yang menggenang. Air laut belum
mengalami penguapan yang berarti di petak pertama. Menurut BE meter, air
laut yang berada di petak pertama memiliki angka salinitas 4.
Sinar matahari dan kecepatan angin menjadi faktor utama dalam
pembuatan garam. Maksimal dua hari di petak pertama, air laut yang
perlahan-lahan membentuk kristal mengalir menuju petak berikutnya
melalui pipa yang berada di pojok petak. Hal tersebut dilakukan hingga
petak keempat, dengan kondisi air laut sudah membentuk kristal-kristal
garam yang belum sempurna dengan angka salinitas 24. Perpindahan dari
petak satu hingga petak empat secara berurutan menghabiskan waktu
sebanyak 5 hari. Petak selanjutnya adalah petak kelima, dimana air laut
yang sudah mengkristal membentuk garam disebut dengan air tua. Petak
kelima ini memiliki angka salinitas sebanyak 25.
Gambar 3.1 BE Meter

Air laut yang berada di petak lima didiamkan dibawah terik matahari dan
terpaan angin selama 5 hari untuk menjadi garam yang sesungguhnya.
Garam yang dihasilkan nantinya bergantung pada kedua faktor utama, yaitu
sinar matahari dan angin. Bentuk garam akan lebih besar apabila mendapat
sinar matahari yang cukup dan angin kencang, akan tetapi apabila garam
berukuran lebih kecil maka dipastikan garam tersebut kekurangan sinar
matahari dan angin. Garam pun akan dimasukkan kedalam karung. Garama
tersebut akan melewati tahap sortir dari petani-petani garam sendiri, lalu
dipasarkan atau masuk ke pabrik garam terlebih dahulu.
3.2 Identifikasi Mangrove
A. Rhizopora mucronata
1. Perawakan
Rhizopora mucronata hidup berkelompok di tempat dengan substrat
lumpur dan berada di sekitar muara sungai. Rhizopora mucronata
hidup di daerah yang bersubstrat lumpur dikarenakan disana memiliki
lebih banyak mikroorganisme yang dapat membantu proses
dekomposisi dan sumber hara.
Gambar 3.2 Rhizopora mucronata
2. Batang
Batang Rhizopora mucronata berkayu warna cokelat cenderung abu-
abu dengan bintik-bintik lentisel di sepanjang batang atau hanya
berada di pangkal batang dekat akar. Diameter batang mencapai 50
cm.
3. Akar
Akar Rhizopora mucronata adalah akar tunjang, yang mana seolah-
olah akarnya tumbuh dari batang dan bercabang-cabang. Tinggi akar
mencapai kurang lebih 0,5 meter sampai 2 meter.
4. Daun
Rhizopora mucronata memiliki jenis daun tunggal (daun single).
Terletak berhadap-hadapan (opposite) berkumpul di ujung ranting.
Bentuk daun eliptis (bundar dan lonjong) berwarna hijau dan
bertangkai.

Gambar 3.3 Daun Rhizopora mucronata


5. Bunga
Bunga Rhizopora mucronata terletak di ketiak daun (akseleri) dan
berkelompok yang berisi 4-8 bunga. Bunga berwarna kuning atau
putih pucat.

Gambar 3.4 Bunga Rhizopora mucronata


6. Buah
Buah Rhizopora mucronata berbentuk lonjong dan panjang dengan
ujung berbentuk telur berukuran 5-7 cm, dimana di dalam bagain
buah berbentuk telur terdapat kecembah yang siap tumbuh menjadi
individu baru apabila buah ini jatuh ke tanah. Buah Rhizopora
mucronata berwarna hijau kecoklatan dengan tekstur permukaan
sedikit kasar di bagian pangkal. Buah Rhizopora mucronata berbiji
tunggal dengan panjang mencapai 25-40 cm.

Gambar 3.5 Buah Rhizopora mucronata


7. Manfaat
Manfaat dari Rhizopora mucronata diantaranya adalah kayunya dapat
digunakan sebagai bahan bakar berupa arang, tanin pada Rhizopora
mucronata dapat digunakan untuk pewarnaan atau bahan tinta.
Rhizopora mucronata juga dapat dijadikan obat untuk penyakit
hematuria (pendarahan pada air seni) dan ditanam sepanjang tambak
untuk melindungi pematang oleh masyarakat.

B. Avicennia marina
1. Perawakan
Avicennia marina merupakan tumbuhan pionir pada lahan pantai atau
menempati tempat terdepan diantara banyak jenis mangrove.
Avicennia marina memiliki kemampuan menempati dan tumbuh pada
berbagai habitat pasang surut dan air asin. Avicennia marina
terkadang bersifat vivipar.

Gambar 3.6 Avicennia marina

2. Batang
Belukar atau pohon Avicennia marina tumbuh tegak dan menyebar.
Ketinggian pohon mencapai 30 meter. Kulit batangnya halus dengan
lurik hijau dan abu-abu serta terkelupas dalam bagian-bagian kecil.
Ranting muda dan tangkai berwarna kuning.
3. Akar
Avicennia marina memiliki sistem perakaran horizontal yang rumit
dan berbentuk pensil (asparagus). Avicennia marina memiliki akar
napas tegak dengan lentisel di sekujur akarnya. Berguna untuk
mendapatkan pasokan oksigen lebih banyak lagi.
4. Daun
Bagian permukaan daun Avicennia marina memiliki bintik-bintik.
Bagian bawah daun berwarna putih abu-abu muda. Letak daunnya
sederhana dan berlawanan (alterrate). Bentuk daunnya elips, bulat
memanjang atau berbentuk telur terbalik dengan ujung meruncing.

Gambar 3.8 Daun Avicennia marina


5. Bunga
Bunga Avicennia marina berbentuk seperti trisula. Bunga Avicennia
marina tumbuh berkelompok di ujung tandan. Bau dari bunga
Avicennia marina menyengat dan mengandung nektar yang banyak.
Letak bunga berada di ketiak daun atau biasa disebut akseleri.
Bunganya berwara kuning pucat hingga jingga tua.
6. Buah
Buah Avicennia marina berbentuk bulat dan berwarna hijau keabu-
abuan. Permukaan buah berambut halus dan seperti diberi taburan
tepung dengan ujung buah agak tajam.
7. Manfaat
Avicennia marina memiliki beberapa manfaat diantaranya, yaitu
daun dapat digunakan untuk mengatasi kulit yang terasa terbakar
sekaligus makan ternak. Resin atau zat padat berwarna kecokelatan
yang berasal dari getah pohon Avicennia marina dapat digunakan
sebagai alat kontrasepsi. Kayunya juga dapat digunakan sebagai
bahan baku kertas berkualitas tinggi.
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Kesimpulan dari kegiatan Praktikum Lapang Mata Kuliah Pengantar Ilmu
Kelautan dan Perikanan adalah dapat mengetahui secara sederhana dengan
alat dan lahan seadanya mahasiswa dapat membuat garam dengan kualitas
hasil yang bagus. Berdampak baik bagi masyarakat setempat dalam
peningkatan sistem ekonomi mereka. Berdampingan dengan pelestarian
tanaman yang kini mulai langka, yaitu mangrove. Melibatkan berbagai pihak,
mulai dari masyarakat setempat hingga dinas yang berwenang di bidangnya.
Guna menciptakan keseimbangan ekosistem dan peningkatan sistem ekonomi
masyarakat setempat.
4.2 Saran
Saran yang bisa saya berikan adalah mengenai keterlambatan peserta
praktikum lapang. Diharapkan di praktikum selanjutnya para peserta bisa
datang lebih awal, agar bisa menyiapkan segala sesuatu yang berkaitan
dengan praktikum.
DAFTAR PUSTAKA
Efendy, Mahfud., Muhammad Zainury., dan Arwiyah. 2015. Studi Kandungan
NaCl di dalam Air Baku dan Garam yang Dihasilkan serta Produktivitas
Lahan Garam Menggunakan Media Meja Garam yang Berbeda. Jurnal
Kelautan. 8(1) : 1-9
Halidah. 2014. Avicennia marina (Forssk.) Vierh Jenis Mangrove yang Kaya
Manfaat. Avicennia marina (Forssk.) Vierh. 1(1) : 37-44
Pramudji. 2001. Ekosistem Hutan Mangrove dan Peranannya Sebagai Habitat
Berbagai Fauna Aquatik. Oseana. 16(4). 14-23
Suryanto, Agung., Siti Rudiyanti.,dan Frida Purwanti. 2013. Kondisi Habitus
Rhizophora sp di Pantura Kota Semarang Berdasarkan Nilai HUE Daun.
Jurnal Saintek Perikanan. 9(1),: 75-79
Winarno, Kusumo dan Ahmad Dwi Setyawan. 2006. Pemanfaatan Langsung
Ekosistem Mangrove di Jawa Tengah dan Penggunaan Lahan di Sekitarnya;
Kerusakan dan Upaya Restorasinya. Biodiversitas. 7(3) : 282-291

Anda mungkin juga menyukai