Disusun oleh :
NPM 2114221026
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat
dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul
“Adaptasi Fisiologi dan Zonasi Mangrove” ini tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas pada
mata kuliah Ekologi Laut Tropis. Selain itu, kami berharap dengan adanya makalah
ini dapat menambah wawasan tentang ekosistem mangrove bagi para pembaca dan
juga bagi penulis.
Kami mengucapkan terima kasih kepada bapak Eko Efendi, S.T., M.Si. selaku
dosen mata kuliah Ekologi Laut Tropis yang telah memberikan tugas ini sehingga
dapat menambah pengetahuan dan wawasan.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak terkait yang telah
membagikan sebagian pengetahuannya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah
ini.
Kami menyadari bahwa makalah yang kami tulis ini masih sangat jauh dari
kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan saya nantikan
demi kesempurnaan makalah-makalah selanjutnya.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
2.2Zonasi Mangrove.......................................................................................... 4
3.1Kesimpulan................................................................................................... 9
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
2
Scholander et al. (1962) dalam Tomlinson (1986) dan Walter (1971) dalam
Kristijono (1977) menyatakan bahwa pada umumnya transpirasi jenis-jenis
mangrove adalah rendah, sedangkan akarnya terus-menerus mengabsorbsi air
garam. Hal ini menyebabkan terjadinya akumulasi garam pada daun. Untuk
mengatasi hal ini beberapa jenis mangrove mempunyai kelenjar pengeluaran garam
(excretion gland) pada daunnya, sedangkan bagi jenis mangrove yang tidak
memiliki kelenjar pengeluaran garam dilakukan dengan cara mengalirkan garam
tersebut ke daun-daun muda yang baru terbentuk.
3
4
tinggi, ion-ion Na+ dan Cl- mendominasi komposisi ion jaringan, tetapi K+, Mg2+
dan Ca2+ juga terdapat dengan konsentrasi yang nyata (Atkinson et al., 1967 dalam
Downton, 1982). Pada konsentrasi lebih kecil dari 50 mM NaCl, maka K+ dan
Mg2+ terdapat pada konsentrasi rendah yang mendominasi kation dalam cairan sel
(Downton, 1982). Secara umum, konsentrasi ion-ion anorganik yang tinggi
diperlukan oleh halofita di dalam mengatur potensi osmotik antar sel, agar lebih
rendah dari potensi air dalam tanah. Hal ini merupakan kebutuhan minimum untuk
mengatur keseimbangan air positif. Penemuan ini didukung oleh hasil lapangan dan
laboratorium yang menjelaskan bahwa potensi osmotik pada jaringan mangrove
umumnya antara 0,5 – 2,0 Mpa lebih rendah dari substrat tempat tumbuhnya
(Chapman, 1979 dalam Downton, 1982).
1. Mangrove terbuka
Mangrove berada pada bagian yang berhadapan dengan laut. Samingan (1980)
menemukan bahwa di Karang Agung, Sumatera Selatan, di zona ini didominasi
oleh Sonneratia alba yang tumbuh pada areal yang betul-betul dipengaruhi oleh air
laut. Van Steenis (1958) melaporkan bahwa S. alba dan A. alba merupakan jenis-
jenis ko-dominan pada areal pantai yang sangat tergenang ini. Komiyama, dkk
(1988) menemukan bahwa di Halmahera, Maluku, di zona ini didominasi oleh S.
alba. Komposisi floristik dari komunitas di zona terbuka sangat bergantung pada
substratnya. S. alba cenderung untuk mendominasi daerah berpasir,
sementara Avicennia marina dan Rhizophora mucronata cenderung untuk
mendominasi daerah yang lebih berlumpur (Van Steenis, 1958). Meskipun
demikian, Sonneratia akan berasosiasi dengan Avicennia jika tanah lumpurnya
kaya akan bahan organik (Kantor Menteri Negara Lingkungan Hidup, 1993).
2. Mangrove tengah
6
Mangrove di zona ini terletak dibelakang mangrove zona terbuka. Di zona ini
biasanya didominasi oleh jenis Rhizophora. Namun, Samingan (1980) menemukan
di Karang Agung didominasi oleh Bruguiera cylindrica. Jenis-jenis penting lainnya
yang ditemukan di Karang Agung adalah B. eriopetala, B. gymnorrhiza, Excoecaria
agallocha, R. mucronata, Xylocarpus granatum dan X. moluccensis.
3. Mangrove payau
4. Mangrove daratan
Mangrove berada di zona perairan payau atau hampir tawar di belakang jalur
hijau mangrove yang sebenarnya. Jenis-jenis yang umum ditemukan pada zona ini
termasuk Ficus microcarpus (F. retusa), Intsia bijuga, N. fruticans, Lumnitzera
racemosa, Pandanus sp. dan Xylocarpus moluccensis (Kantor Menteri Negara
Lingkungan Hidup, 1993). Zona ini memiliki kekayaan jenis yang lebih tinggi
dibandingkan dengan zona lainnya.
Menurut (Odum 1972) struktur ekosistem mangrove, secara garis besar dapat
dibedakan menjadi tiga tipe formasi, yaitu :
7
1. Mangrove Pantai, pada tipe ini, air laut dominan dibandingkan dengan air
sungai. Struktur horizontal formasi ini dari arah laut ke arah darat adalah mulai
dari tumbuhan pionir (Sonneratia alba), diikuti oleh komunitas campuran
Soneratia alba, Avicennia sp, Rhizophora apiculata, selanjutnya komunitas
murni Rhizophora sp dan akhirnya komunitas campuran Rhizophora–
Bruguiera. Bila genangan berlanjut, akan ditemui komunitas murni Nypa
fructicansdi belakang komunitas campuran yang terakhir.
2. Mangrove Muara, pada tipe ini pengaruh air laut sama kuat dengan pengaruh
air sungai. Mangrove muara dicirikan oleh mintakat tipis Rhizophora sp. Di
tepian alur, di ikuti komunitas campuran Rhizophora – Bruguiera dan diakhiri
komunitas murni Nypa sp.
3. Mangrove sungai, pada tipe ini pengaruh air sungai lebih dominan daripada air
laut, dan berkembang pada tepian sungai yang relalif jauh dari muara.
Mangrove banyak berasosiasi dengan komunitas daratan.
1. Zona I atau zona yang berlokasi paling dekat dengan area laut, zona ini
didominasi oleh jenis Rhizopora apiculata dan dapat dijumpai Xylocarpus
granatum, Scyphota hydrophyllacea dan Sonneratia alba denggan kisaran
salinitas 25-30%.
2. Zona II atau zona tengah yang ditumbuhi atau didominasi oleh jenis
Scyohiphora hydrophyllacea dan dapat dijumpai Xylocarpus granatum serta
Lumnitzera littorea dengan kisaran salinitas 23-27%.
3. Zona III atau zona yang paling dekat kea rah daratan, ditumbuhi atau
didominasi oleh jenis Lumnitzera littorea diselingi dengan Scyphiphora
hydrophyllacea dengan kisaran salinitas 21-27%.
3.1 Kesimpulan
Mangrove merupakan ekosisten yang khas terdapat di sepanjang pantau atau
muara sungai yang dipengaruhi oleh pasang-surut air laut. Ekosistem mangrove
sangat berperan salam menjaga keberlanjutan serta keseimbangan ekosistem pantai
dan pesisir. Ekosistem mangrove juga menjadi habitat atau tempat bertahan hidup
bagi banyak organisme. Mangrove dapat tahan terhadap lingkungan yang bersuhu
perairan tinggi, fluktuasi salinitas yang luas dan tanah yang anaerob. Ekosistem
mangrove memiliki ciri-ciri tersendiri karena ekosistem ini merupakan kawasan
ekoton antara komunitas laut dan daratan. Berdasarkan pembahasan, dapat
disimpulkan zonasi mangrove terbagi menjadi tiga zona. Zona pertama adalah zona
yang selalu tergenang air. Zona kedua adalah zona yang tergenang air saat air
pasang. Terakhir, zona ketiga adalah zona yang tidak tergenang air sama sekali.
9
DAFTAR PUSTAKA
Sunarni, S., Maturbongs, M. R., Arifin, T., & Rahmania, R. (2019). Zonasi dan
struktur komunitas mangrove di pesisir Kabupaten Merauke. Jurnal Kelautan
Nasional, 14(3), 165-178.
10