Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH EKOLOGI LAUT TROPIS

ADAPTASI FISIOLOGI DAN ZONASI MANGROVE

Disusun oleh :

Alifia Adibila Nurhalisa

NPM 2114221026

JURUSAN PERIKANAN DAN KELAUTAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS LAMPUNG

2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat
dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul
“Adaptasi Fisiologi dan Zonasi Mangrove” ini tepat pada waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas pada
mata kuliah Ekologi Laut Tropis. Selain itu, kami berharap dengan adanya makalah
ini dapat menambah wawasan tentang ekosistem mangrove bagi para pembaca dan
juga bagi penulis.

Kami mengucapkan terima kasih kepada bapak Eko Efendi, S.T., M.Si. selaku
dosen mata kuliah Ekologi Laut Tropis yang telah memberikan tugas ini sehingga
dapat menambah pengetahuan dan wawasan.

Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak terkait yang telah
membagikan sebagian pengetahuannya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah
ini.

Kami menyadari bahwa makalah yang kami tulis ini masih sangat jauh dari
kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan saya nantikan
demi kesempurnaan makalah-makalah selanjutnya.

Bandar Lampung, 9 Maret 2022

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ....................................................................................................I

KATA PENGANTAR .................................................................................................. ii

DAFTAR ISI ................................................................................................................ iii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................. 1

1.1Latar Belakang ............................................................................................. 1

1.2Tujuan Penulisan .......................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN .............................................................................................. 3

2.1Adaptasi Fisiologi Mangrove ....................................................................... 3

2.2Zonasi Mangrove.......................................................................................... 4

BAB III PENUTUP....................................................................................................... 9

3.1Kesimpulan................................................................................................... 9

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................. 10

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Indonesia disebut sebagai biodiversity terbesar di dunia karena wilayah pesisir
dan laut di indonesiame memiliki kekayaan dan keanekaragaman hayati yang dapat
dilihat dari eksistensi ekosistem pesisir seperti hutan mangrove, padang lamun,
terumbu karang, dan berjenis-jenis ikan. Ikan-ikan tersebut dapat beruL ikan hias
ataupun ikan konsumsi. Mangrove memiliki fungsi ekologis dan ekonomis yang
sangat besar manfaatnya bagi lingkungan pesisir. Makadari itu hutan mangrove
sangat memerlukan perlindungan. Ekosistem mangrove sangat berperan salam
menjaga keberlanjutan serta keseimbangan ekosistem pantai dan pesisir.

Mangrove merupakan ekosisten yang khas terdapat di sepanjang pantau atau


muara sungai yang dipengaruhi oleh pasang-surut air laut. Pada daerah pantai yang
terjal dan berombak besar dengan arus pasang surut yang kuat, mangrove tidak bisa
tumbuh. Tempat ideal untuk pertumbuhan mangrove adalah substrat berupa lumpur
dan pasir. Ekosistem mangrove menjadi tempat bertahan hidup untuk berbagai jenis
organisme.

Selain memiliki berbagai fungsi, mangrove juga membentuk susunan atau


distribusi vegetasi mangrove yang dimulai dari arah laut hingga ke arah daratan
yang disebut dengan zonasi mangrove. Secara sederhana, mangrove umumnya
tumbuh dalam 4 zona, yaitu pada daerah terbuka, daerah tengah, daerah yang
memiliki sungai berair payau sampai hampir tawar, serta daerah ke arah daratan
yang memiliki air tawar.

Tumbuhan mangrove memiliki kemampuan khusus dalam beradaptasi.


Tumbuhan ini mampu tahan dalam lingkungan yang ekstrim, seperti kondisi tanah
yang tergenang, kadar garam yang tinggi dan kondisi tanah yang tidak stabil.

1
2

Kemampuan mangrove dalam beradaptasi tersebut, disebut sebagai adaptasi


fisiologis.

1.2 Tujuan Penulisan


Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis merumuskan tujuan
penulisan sebagai berikut :

1. Mengetahui adaptasi fisiologi mangrove.


2. Mengetahui zonasi mangrove.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Adaptasi Fisiologi Mangrove


Daya adaptasi fisiologis yang dimiliki mangrove sangat tinggi. Mangrove
dapat tahan terhadap lingkungan yang bersuhu perairan tinggi, fluktuasi salinitas
yang luas dan tanah yang anaerob. Dengan adanya kondisi tersebut, beberapa jenis
mangrove memiliki mekanisme yang memungkinkan secara aktif mengeluarkan
garam dari jaringan, sementara yang lainnya akan mengembangkan sistem akar
untuk mendapatkan oksigen.

Mangrove sebagai kelompok khusus dari halofita mempunyai kapasitas


menahan air yang tinggi dari substrat yang bergaram. Mangrove juga dapat
mempertahankan keseimbangan air yang baik karena adanya mekanisme pengaturan
yang beragam, seperti perilaku stomata, penyesuaian osmotik, tingkat kesekulenan,
dan pengeluaran garam (Tomlinson, 1986, Sukardjo, 1996).

Scholander et al. (1962) dalam Tomlinson (1986) dan Walter (1971) dalam
Kristijono (1977) menyatakan bahwa pada umumnya transpirasi jenis-jenis
mangrove adalah rendah, sedangkan akarnya terus-menerus mengabsorbsi air
garam. Hal ini menyebabkan terjadinya akumulasi garam pada daun. Untuk
mengatasi hal ini beberapa jenis mangrove mempunyai kelenjar pengeluaran garam
(excretion gland) pada daunnya, sedangkan bagi jenis mangrove yang tidak
memiliki kelenjar pengeluaran garam dilakukan dengan cara mengalirkan garam
tersebut ke daun-daun muda yang baru terbentuk.

Sebagaimana halnya halofita lainnya, hampir semua jenis mangrove


mengandung konsentrasi garam yang tinggi pada jaringannya. Pada salinitas yang

3
4

tinggi, ion-ion Na+ dan Cl- mendominasi komposisi ion jaringan, tetapi K+, Mg2+
dan Ca2+ juga terdapat dengan konsentrasi yang nyata (Atkinson et al., 1967 dalam
Downton, 1982). Pada konsentrasi lebih kecil dari 50 mM NaCl, maka K+ dan
Mg2+ terdapat pada konsentrasi rendah yang mendominasi kation dalam cairan sel
(Downton, 1982). Secara umum, konsentrasi ion-ion anorganik yang tinggi
diperlukan oleh halofita di dalam mengatur potensi osmotik antar sel, agar lebih
rendah dari potensi air dalam tanah. Hal ini merupakan kebutuhan minimum untuk
mengatur keseimbangan air positif. Penemuan ini didukung oleh hasil lapangan dan
laboratorium yang menjelaskan bahwa potensi osmotik pada jaringan mangrove
umumnya antara 0,5 – 2,0 Mpa lebih rendah dari substrat tempat tumbuhnya
(Chapman, 1979 dalam Downton, 1982).

Semua tumbuhan mangrove memiliki adaptasi khusus yang memungkinkan


mereka bertahan hidup di lingkungan asinnya. Sistem akar mereka yang tidak biasa
memberi mereka dukungan dan stabilitas di tanah yang gembur. Mangrove merah
memiliki akar penyangga dan pneumafor yang memungkinkan mereka mendapat
oksigen dari udara. Pada mangrove hitam, mangrove ini memiliki akar napas atau
pneumatophores yang berfungsi untuk menghirup oksigen dari udara. Mangrove
sendiri tidak harus hidup di air asin. Mereka mentolelir air asin dan bersaing dengan
tanaman lain. Mereka mengeluarkan garam melalui pori-pori di akar dan daunnya.

2.2 Zonasi Mangrove


Ekosistem mangrove memiliki ciri-ciri tersendiri karena ekosistem ini
merupakan kawasan ekoton antara komunitas laut dan daratan. Komunitas
mangrove berbeda dengan komunitas laut namun tidak begitu berbeda dengan
komunitas daratan yang terdapat di rawa-rawa air. Banyak faktor yang saling
mempengaruhi baik di dalam maupun diluar pertumbuhan dan perkembangannya
menjadikan mangrove sebagai ekosistem yang sangat rumit.
5

Berdasarkan tempat tumbuhnya, kawasan mangrove dibedakan menjadi


beberapa zonasi, yang disebut dengan jenis-jenis vegetasi yang
mendominasi. Zonasi tumbuhan yang membentuk komponen mangrove,
menghasilkan pola bervariasi yang menunjukkan kondisi lingkungan yang berbeda
di setiap lokasi penelitian (Departemen Kehutanan 1994). Faktor-faktor yang
mempengaruhi timbulnya zonasi pada hutan mangrove, antara lain adalah frekuensi
genangan, salinitas, dominasi jenis tumbuhan, gerakan air pasang-surut dan
keterbukaan lokasi hutan mangrove terhadap angin dan hempasan ombak, serta
jarak tumbuhan dari garis pantai.

Secara sederhana, mangrove umumnya tumbuh dalam 4 zona, yaitu pada


daerah terbuka, daerah tengah, daerah yang memiliki sungai berair payau sampai
hampir tawar, serta daerah ke arah daratan yang memiliki air tawar.

1. Mangrove terbuka

Mangrove berada pada bagian yang berhadapan dengan laut. Samingan (1980)
menemukan bahwa di Karang Agung, Sumatera Selatan, di zona ini didominasi
oleh Sonneratia alba yang tumbuh pada areal yang betul-betul dipengaruhi oleh air
laut. Van Steenis (1958) melaporkan bahwa S. alba dan A. alba merupakan jenis-
jenis ko-dominan pada areal pantai yang sangat tergenang ini. Komiyama, dkk
(1988) menemukan bahwa di Halmahera, Maluku, di zona ini didominasi oleh S.
alba. Komposisi floristik dari komunitas di zona terbuka sangat bergantung pada
substratnya. S. alba cenderung untuk mendominasi daerah berpasir,
sementara Avicennia marina dan Rhizophora mucronata cenderung untuk
mendominasi daerah yang lebih berlumpur (Van Steenis, 1958). Meskipun
demikian, Sonneratia akan berasosiasi dengan Avicennia jika tanah lumpurnya
kaya akan bahan organik (Kantor Menteri Negara Lingkungan Hidup, 1993).

2. Mangrove tengah
6

Mangrove di zona ini terletak dibelakang mangrove zona terbuka. Di zona ini
biasanya didominasi oleh jenis Rhizophora. Namun, Samingan (1980) menemukan
di Karang Agung didominasi oleh Bruguiera cylindrica. Jenis-jenis penting lainnya
yang ditemukan di Karang Agung adalah B. eriopetala, B. gymnorrhiza, Excoecaria
agallocha, R. mucronata, Xylocarpus granatum dan X. moluccensis.

3. Mangrove payau

Mangrove berada disepanjang sungai berair payau hingga hampir tawar. Di


zona ini biasanya didominasi oleh komunitas Nypa atau Sonneratia. Di Karang
Agung, komunitas N. fruticans terdapat pada jalur yang sempit di sepanjang
sebagian besar sungai. Di jalur-jalur tersebut sering sekali ditemukan
tegakan N.fruticans yang bersambung dengan vegetasi yang terdiri dari Cerbera sp,
Gluta renghas, Stenochlaena palustris dan Xylocarpus granatum. Ke arah pantai,
campuran komunitas Sonneratia - Nypa lebih sering ditemukan. Di sebagian besar
daerah lainnya, seperti di Pulau Kaget dan Pulau Kembang di mulut Sungai Barito
di Kalimantan Selatan atau di mulut Sungai Singkil di Aceh, Sonneratia
caseolaris lebih dominan terutama di bagian estuari yang berair hampir tawar
(Giesen & van Balen, 1991).

4. Mangrove daratan

Mangrove berada di zona perairan payau atau hampir tawar di belakang jalur
hijau mangrove yang sebenarnya. Jenis-jenis yang umum ditemukan pada zona ini
termasuk Ficus microcarpus (F. retusa), Intsia bijuga, N. fruticans, Lumnitzera
racemosa, Pandanus sp. dan Xylocarpus moluccensis (Kantor Menteri Negara
Lingkungan Hidup, 1993). Zona ini memiliki kekayaan jenis yang lebih tinggi
dibandingkan dengan zona lainnya.

Menurut (Odum 1972) struktur ekosistem mangrove, secara garis besar dapat
dibedakan menjadi tiga tipe formasi, yaitu :
7

1. Mangrove Pantai, pada tipe ini, air laut dominan dibandingkan dengan air
sungai. Struktur horizontal formasi ini dari arah laut ke arah darat adalah mulai
dari tumbuhan pionir (Sonneratia alba), diikuti oleh komunitas campuran
Soneratia alba, Avicennia sp, Rhizophora apiculata, selanjutnya komunitas
murni Rhizophora sp dan akhirnya komunitas campuran Rhizophora–
Bruguiera. Bila genangan berlanjut, akan ditemui komunitas murni Nypa
fructicansdi belakang komunitas campuran yang terakhir.
2. Mangrove Muara, pada tipe ini pengaruh air laut sama kuat dengan pengaruh
air sungai. Mangrove muara dicirikan oleh mintakat tipis Rhizophora sp. Di
tepian alur, di ikuti komunitas campuran Rhizophora – Bruguiera dan diakhiri
komunitas murni Nypa sp.
3. Mangrove sungai, pada tipe ini pengaruh air sungai lebih dominan daripada air
laut, dan berkembang pada tepian sungai yang relalif jauh dari muara.
Mangrove banyak berasosiasi dengan komunitas daratan.

Menurut Dewi Wahyuni (2019), mangrove diklasifikasikan menjadi tiga


kelompok yakni, kelompok mayor (vegetasi dominan), kelompok minor (vegetasi
marjinal) dan kelompok asosiasi mangrove. Menurut Kusuma (2011), komponen
yang menunjukkan karakter morfologi seperti mangrove yang mempunyai sistem
perakaran udara dan mekanisme fisiologi khusus dalam mengeluarkan garam
sehingga dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan disebut kelompo mayor.
Selanjutnya kelompok yang berada di luar elemen yang menyolok dari tumbuhan
yang ungkin ada di sekeliling habitatnya dan yang jarang membentuk tegakan
murni disebut sebagai kelompok minor.

Hafiz et al., (2013) memberi contoh mengenai karakteristik zonasi mangrove


melalui hasil perhitungan dominasi mangrove yang dilakukan pada tingkat pohon,
pancang dan semai serta berasal dari perhitungan kerapatan zonasi mangrove di
Kampung Gisi yang terbagi ke dalam tiga zona mangrove dengan kisaran salinitas
20-30% yaitu :
8

1. Zona I atau zona yang berlokasi paling dekat dengan area laut, zona ini
didominasi oleh jenis Rhizopora apiculata dan dapat dijumpai Xylocarpus
granatum, Scyphota hydrophyllacea dan Sonneratia alba denggan kisaran
salinitas 25-30%.
2. Zona II atau zona tengah yang ditumbuhi atau didominasi oleh jenis
Scyohiphora hydrophyllacea dan dapat dijumpai Xylocarpus granatum serta
Lumnitzera littorea dengan kisaran salinitas 23-27%.
3. Zona III atau zona yang paling dekat kea rah daratan, ditumbuhi atau
didominasi oleh jenis Lumnitzera littorea diselingi dengan Scyphiphora
hydrophyllacea dengan kisaran salinitas 21-27%.

Meskipun kelihatannya terdapat zonasi dalam vegetasi mangrove, namun


kenyataan di lapangan tidaklah sesederhana itu. Banyak formasi serta zona
vegetasi yang tumpang tindih dan bercampur serta seringkali struktur dan korelasi
yang nampak di suatu daerah tidak selalu dapat diaplikasikan di daerah yang lain.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Mangrove merupakan ekosisten yang khas terdapat di sepanjang pantau atau
muara sungai yang dipengaruhi oleh pasang-surut air laut. Ekosistem mangrove
sangat berperan salam menjaga keberlanjutan serta keseimbangan ekosistem pantai
dan pesisir. Ekosistem mangrove juga menjadi habitat atau tempat bertahan hidup
bagi banyak organisme. Mangrove dapat tahan terhadap lingkungan yang bersuhu
perairan tinggi, fluktuasi salinitas yang luas dan tanah yang anaerob. Ekosistem
mangrove memiliki ciri-ciri tersendiri karena ekosistem ini merupakan kawasan
ekoton antara komunitas laut dan daratan. Berdasarkan pembahasan, dapat
disimpulkan zonasi mangrove terbagi menjadi tiga zona. Zona pertama adalah zona
yang selalu tergenang air. Zona kedua adalah zona yang tergenang air saat air
pasang. Terakhir, zona ketiga adalah zona yang tidak tergenang air sama sekali.

9
DAFTAR PUSTAKA

Air, P. L. S. D. J. Adaptasi Tumbuhan Mangrove.

Baderan, D. K. (2019). Struktur Vegetasi dan Zonasi Mangrove di Wilayah Pesisir


Kecamatan Kwandang Kabupaten Gorontalo Utara Provinsi
Gorontalo. Bioma: Jurnal Biologi Makassar, 4(1), 20-30.

Direktorat Jendral Pengelolaan Ruang Laut. (2019). Zonasi Ekosistem Hutan


Mangrove. https://kkp.go.id/djprl/artikel/14410-zonasi-ekosistem-hutan-
mangrove#:~:text=Secara%20sederhana%2C%20mangrove%20umumnya%2
0tumbuh,daratan%20yang%20memiliki%20air%20tawar.&text=Mangrove%2
0berada%20pada%20bagian%20yang%20berhadapan%20dengan%20laut
diakses pada Senin, 14 Maret 2022 pukul 14.00 WIB.

Handayani, O. T., Ngabekti, S., & Martuti, N. K. T. (2016). Keanekaragaman


Crustacea di Ekosistem Mangrove Wilayah Tapak Kelurahan Tugurejo Kota
Semarang. Life Science, 5(2), 100-107.

Himiteka. (2017). Zonasi Mangrove. https://himiteka.lk.ipb.ac.id/2017/10/02/zonasi-


mangrove/ diakses pada Selasa, 15 Maret 2022 pukul 20.00 WIB.

Sunarni, S., Maturbongs, M. R., Arifin, T., & Rahmania, R. (2019). Zonasi dan
struktur komunitas mangrove di pesisir Kabupaten Merauke. Jurnal Kelautan
Nasional, 14(3), 165-178.

10

Anda mungkin juga menyukai