Anda di halaman 1dari 28

LAPORAN RESMI PRAKTIKUM

BOTANI LAUT
MANGROVE, LAMUN, DAN RUMPUT LAUT

Disusun Oleh:
FADIA QATRUNADA
26040118120026
KELAS A/SHIFT 2

Asisten:
Muhammad Adhim Widiyo P
26040117140091

DEPARTEMEN ILMU KELAUTAN


FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2019

LEMBAR PENILAIAN
BOTANI LAUT
MANGROVE, LAMUN, DAN RUMPUT LAUT

Nama : FADIA QATRUNADA NIM: 26040118120026 Ttd: ...................................

NO. KETERANGAN NILAI


1. Pendahuluan
2. Tinjauan Pustaka
3. Materi dan Metode
4. Hasil dan Pembahasan
5. Penutup
6. Daftar Pustaka
TOTAL

Mengetahui,
Koordinator Praktikum Asisten

Hasna Moraina Rizkiyani Muhammad Adhim Widiyo P


26020116120033 26040117140091

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Indonesia sebagai negara kepulauan yang terdiri lebih dari 17.508 buah
pulau besar dan kecil dengan panjang garis pantai sekitar 81.000 km. Indonesia
sebuah negara yang dilalui oleh garis khatulistiwa (tropis) mempunyai
keanekaragaman hayati yang sangat tinggi. Lamun, mangrove dan rumput laut
salah tiga jenis tumbuhan laut yang tumbuh diperairan Indonesia. Kawasan
tumbuhan tersebut selain memiliki nilai secara ekonomis, juga memiliki potensi
secara ekologis. Perhatian terhadap ekosistem padang lamun dan mangrove masih
sangat kurang dibandingkan terhadap dan terumbu karang. Padahal, lestarinya
kawasan pesisir pantai bergantung pada pengelolaan yang sinergis dari ketiganya.
Rumput laut salah satu tanaman tingkat rendah yang tidak dapat dibedakan
antara akar, batang dan daunnya secara keseluruhan dikenal dengan sebutan
thallus. Bagian thallus tersusun oleh holdfast yang menyerupai akar. Berfungsi
sebagai alat pelekat atau menempel pada substrat. Caulid menyerupai seperti
batang yang berfungsi untuk menegakan thallus dan filoid yang menyerupai daun
atau lembaran daun. Tumbuhan ini memiliki sistem reproduksi dan morfologi
tersendiri yang berbeda dengan tumbuhan tingkat tinggi. Jenis tanaman yang
komunitasnya tumbuh pada wilayah yang masih dipengaruhi oleh pasang surut
disebut mangrove. Mangrove tumbuh secara berkelompok membentuk tegakan
yang padat, sistem perakaran kompleks dengan kondisi tanah asam dan anaerob.
Lamun merupakan bentangan tetumbuhan berbiji tunggal (monokotil)
dari kelas angiospermae. Lamun adalah tumbuhan air yang berbunga
(spermatophyta) yang hidup dan tumbuh terbenam di lingkungan laut,
berpembuluh, berdaun, berimpang, dan berakar. Keberadaan bunga dan buah ini
adalah faktor utama yang membedakan lamun dengan jenis tumbuhan lainnya
yang hidup terbenam dalam laut lainnya, seperti rumput laut (seaweed).
Hamparan lamun sebagai ekosistem utama pada suatu kawasan pesisir disebut
sebagai padang lamun (seagrass bed).. Pentingnya dilakukan praktikum ini untuk
memberi pengetahuan lebih mengenai 3 komponen penyusun laut seperti rumput
laut, mangrove dan lamun. Manfaat secara ekonomis dan ekologis dari ketiga
tumbuhan tersebut serta sebagai pembakalan ilmu penelitian selanjutnya.
Praktikum kali ini mempelajari tentang mangrove, lamun dan rumput laut. Adanya
praktikum ini dapat menambah wawasan tentang mangrove, lamun dan rumput
laut. Sebagai mahasiswa kelautan, wajib mengetahui hubungan ekosistem lamun,
mangrove dan rumput laut yang dapat mempengaruhi keseimbangan ekosistem di
alam.

I.1. Tujuan
1. Mengetahui definisi mangrove, lamun, dan rumput laut
2. Mengetahui definisi herbarium
3. Menentukan jenis herbarium

I.2. Manfaat
1. Mengetahui spesies mangrove, lamun, dan rumput laut
2. Mengetahui manfaat dari mangrove, lamun, dan rumput laut
3. Mengetahui hubungan ekosistem mangrove, lamun, dan rumput laut
4. Mengetahui cara herbarium dengan metode yang benar

II. TINJAUAN PUSTAKA


2.1. Mangrove
2.1.1. Definisi
Mangrove merupakan ekosistem yang hidup dan tumbuh pada wilayah
intertidal. Wilayah ini sering kali terjadi sebuah interaksi yang kuat antara
perairan laut, payau, sungai dan terestrial. Interaksi ini menjadikan ekosistem
mangrove mempunyai keanekaragam yang tinggi baik berupa flora maupun fauna.
Mangrove hidup di daerah tropik dan subtropis. Tumbuh-tumbuhan tersebut
berasosiasi dengan organisme lain (fungi, mikroba, algae, fauna, dan tumbuhan
lainnya) membentuk komunitas mangrove. Komunitas tumbuhan mangrove
mengalami proses interaksi dengan faktor abiotik (iklim, udara, tanah, dan air)
membentuk ekosistem mangrove (Martuti, 2013).
Pengelolaan hutan mangrove berkelanjutan cocok untuk penyerapan dan
penyimpanan karbon. Selain melindungi daerah pesisir dari abrasi, tanaman
mangrove mampu menyerap emisi yang terlepas dari lautan dan udara. Kata
mangrove sendiri berasal dari perpaduan antara bahasa Portugis yaitu mangue,
dan bahasa Inggris yaitu grove. Mangrove merupakan ekosistem dengan fungsi
yang unik dalam lingkungan hidup. Oleh karena adanya pengaruh laut dan
daratan, dikawasan mangrove terjadi interaksi kompleks antara sifat fisika dan
sifat biologi. Karena sifat fisiknya, mangrove mampu berperan sebagai penahan
ombak serta penahan intrusi dan abrasi laut (Purnobasuuki, 2012). Hutan
mangrove merupakan ekositem peralihan antara daratan dan lautan, juga
mempunyai manfaat ganda serta merupakan mata rantai yang sangat penting
dalam memelihara kesinambungan siklus biologi suatu perairan. Ekosistem hutan
mangrove dapat menyediakan habitat yang baik bagi kolonisasi berbagai fauna
yaitu dengan adanya naungan, substrat dasar yang lembab, pohon sebagai tempat
menempel dan yang terpenting yaitu kelimpahan detritus organic sebagai
makanan. Selanjutnya mereka membagi fauna hutan mangrove berdasarkan
habitatnya yaitu Fauna yang hidup di atas permukaan tanah. Kemudia fauna yang
hidup di dalam tanah serta fauna yang dapat hidup menempel di pohon mangrove
(Susanto et al., 2013).
2.1.2. Reproduksi
Tumbuhan Mangrove hidup pada lingkungan ekstrim seperti kadar garam
yang tinggi serta substrat yang berlumpur, oleh karena itu untuk dapat hidup harus
melalui seleksi yang sangat ketat dan daya adaptasi yang tinggi. Ketersediaan
propagul diduga lebih berpengaruh dalam proses reproduksi, mangrove akan
bereproduksi apabila kondisi lingkungan cocok atau sesuai. Hal ini berkaitan
dengan daya adaptasi mangrove terhadap kondisi yang ekstrim dimana beting
lumpur baru akan didominasi tumbuhan yang propagulnya paling banyak sampai
di tempat tersebut (Susanto et al., 2013). Kawasan hutan mangrove merupakan
sumber daya alam daerah tropika yang memiliki pengaruh sangat luas ditinjau dari
segi ekonomis, sosial, dan ekologis. Secara fisik hutan mangrove memiliki
peranan, yaitu untuk menjaga garis pantai, mencegah terjadinya abrasi dan
melindungi daerah dibelakang hutan mangrove dari gelombang. Selain itu, dilihat
dari segi ekonomis dapat memberikan sumber penghidupan bagi masyarakat di
sekitar hutan mangrove (Ceri et al., 2014).
Mangrove secara umum memiliki bentuk dari morfologi serta bentuk
mekanisme fisiologi tertentu yang berfungsi sebagai adaptasi terhadap lingkungan
mangrove. Bentuk adaptasi ini umumnya terkait dengan adaptasi terhadap garam,
adaptasi sistem reproduksi (propagul), dan adaptasi terhadap tanah yang gembur
dan bersifat anoksik (anaerob). Spesies mangrove mampu tumbuh pada
lingkungan dengan salinitas rendah hingga tinggi. Kemampuan ini disebabkan
adanya mekanisme ultrafiltrasi pada akar untuk mencegah masuknya garam,
adanya sistem penyimpanan garam, dan adanya sistem ekskresi pada daun untuk
membuang garam yang terlanjur masuk ke jaringan tubuh (Martuti, 2013).
2.1.3. Kunci Identifikasi
Kunci identifikasi jenis pada tumbuhan dapat dibuat secara dikotom, yaitu
dengan cara menyusun ciri-ciri tumbuhan yang terdiri dari sederet kalimat yang
memuat karakteristik tumbuhan dari yang bersifat umum hingga karakteristik
yang bersifat khusus. Karakterisitik seperti akar, batang, daun dan spora. Setiap
kalimat terdiri dari dua kalimat yang berisi ciri-ciri yang bertentangan satu sama
lain. Setiap kalimat diberi nomor untuk memudahkan pengacuan dan pemakaian,
sedangkan penuntunnya ditandai dengan huruf. Kondisi lingkungan yang bersifat
ekstrim pada kawasan ekosistem mangrove menyebabkan tumbuhan yang hidup
di daerah mangrove harus memiliki kemampuan adaptasi, baik secara morfologis
maupun fisiologis (Ceri et al., 2014).
Tumbuhan yang belum diketahui jenisnya biasanya diidentifikasikan dengan
kunci identifikasi, atau dibandingkan dengan spesimen herbarium yang telah
diketahui. Berdasarkan ciri morfologi, anatomi dan struktur luar polen dapat
disusun kunci identifikasi dan pertelaan jenis. Namun untuk kunci identifikasi
berdarkan karakter anatomi, tidak dapat disusun karena hanya sedikit karakter
pembeda jenis yang diperoleh. Kunci identifikasi pada tumbuhan mangrove dari
jenis Rhizoporaceae berdasarkan karakter morfologi. Tata susun letak daun
berhadapan bersilangan, tipe bunga majemuk, Bentuk ujung daun meruncing.
Berdasarkan karakter morfologi dan struktur luar polen dapat disusun kunci
indentifikasi 7 jenis Rhizophoraceae, sementara karakter anatomi tidak dapat
digunakan untuk menyusun kunci identifikasi (Irawan etal., 2013). Bagian-bagian
tumbuhan dari mangrove yang terdiri atas batang, daun, bunga, buah, dan sistem
perakaran berfungsi untuk diidentifikasi. Identifikasi dilakukan pada habitat
mangrove dengan substrat berupa sedimen sedalam 20 cm untuk analisis tekstur
substrat dan kadar salinitasnya. (Susanto et al., 2013).

2.2. Lamun
2.2.1. Definisi
Lamun atau biasa disebut seagrass adalah tumbuhan laut yang termasuk
tumbuhan sejati. Lamun sudah dapat dibedakan antara batang, daun, dan akarnya.
Lamun adalah tumbuhan berbunga yang tumbuh di perairan dangkal dan estuari
yang ada di seluruh dunia. Lamun merupakan tumbuhan laut monokotil yang
secara utuh memiliki perkembangan sistem perakaran dan rhizoma yang hampir
sempurna. Lamun dapat ditemukan pada berbagai karakteristik substrat. Padang
lamun dikelompokkan kedalam enam katagori berdasarkan karakteristik tipe
substratnya, yaitu lamun yang hidup di substrat berlumpur, lumpur pasiran,
pasir, pasir lumpuran, puing karang, dan batu karang (Rappe, 2010).
Lamun merupakan salah satu tumbuhan tingkat tinggi yang hidup di
perairan air asin. Tumbuhan lamun mempunyai beberapa sifat yang
memungkinkannya hidup dilingkungan aslinya. Lamun mampu hidup di
lingkungan air laut, ini dikarenakan kemampuan untuk menjaga dinding selnya
dari plasmolisis. Lamun mampu berfungsi normal dalam kondisi tenggelam.
Lamun mempunyai sistem perakaran jangkar yang berkembang baik sehingga
dapat mencari nutrisi melalui substratnya dan mampu bertahan saat terjadi arus
laut yang besar. Lamun juga mampu melakukan penyerbukan dan daun generafit
dalam keadaan tenggelam Pratiwi (2010).
Pola hidup lamun berupa hamparan yang berisi tumbuhan lamun. Padang
lamun dikenal juga istilah Seagrass bed. Padang lamun adalah hamparan vegetasi
lamun yang menutup suatu area pesisir/laut dangkal. Padang lamun terbentuk dari
satu jenis atau lebih dengan kerapatan padat atau jarang. Lamun umumnya
membentuk padang lamun yang luas di dasar laut yang masih dapat dijangkau
oleh cahaya matahari yang memadai bagi pertumbuhannya. Lamun hidup di
perairan yang dangkal dan jernih, dengan sirkulasi air yang baik. Air yang
bersirkulasi diperlukan untuk menghantarkan zat- zat hara dan oksigen, serta
mengangkut hasil metabolisme lamun ke luar daerah padang lamun (Fitrian et al.,
2017).
2.2.3. Reproduksi
Menurut Syukur et al. (2017), sistem Reproduksi lamun sebenarnya
dapat dilakukan secara aseksual dan seksual. Reproduksi lamun secara aseksual
dengan membentuk stolon. Reproduksi lamun secara seksual dilakukan dengan
bagian lamun yang dinamakan hidrophilus. Sistem reproduksi lamun beradaptasi
penuh untuk dapat hidup di lingkungan laut termasuk juga kemampuan untuk
tumbuh dan melakukan reproduksi pada saat tenggelam. Salah satu hal yang
paling penting dalam adaptasi reproduksi lamun adalah hidrophilus yaitu
kemampuannya untuk melakukan polinasi di bawah air. Lamun melakukan
polinasi berarti lamun adalah tumbuhan yang memiliki bunga, menghasilkan buah
dan menyebarkan bibit seperti kebanyakan tumbuhan darat.

Lamun mempunyai dua bentuk tipe pembungaan. Proses pembungaan


pada lamun berupa monoecious dan dioecious. Pembungaan lamun monoecious
adalah dimana bunga jantan dan betina berada pada satu individu. Pembungaan
lamun dioecious adalah dimana jantan dan betina berada pada individu yang
berbeda. Peyerbukan terjadi melalui media air atau penyerbukan hydrophyllous
(Fitrian et al., 2017). Meskipun lamun adalah tanaman berbunga dan
menghasilkan biji melalui reproduksi seksual, modus utama adalah reproduksi
aseksual, melalui perpanjangan dari bagian bawah tanah, berupa rhizoma
(Kusumaningtyas et al., 2016).

2.2.3. Kunci Identifikasi

Kunci identifikasi lamun dapat diamati dari morfologi lamun. Ada yang
berbeda morfologinya, adapula yang sama morfologinya. Hal ini dikarenakan,
biasanya lamun memiliki karakteristik yang khas setiap jenisnya (Fitrian et al.,
2017). Lamun (seagrass) adalah tumbuhan air berbunga (anthophyta) yang hidup
dan tumbuh terbenam di lingkungan laut, berpembuluh, berimpang (rhizome),
berakar, dan berkembang biak secara generatif (biji) dan vegetatif. Rimpangnya
merupakan batang yang beruas-ruas yang tumbuh terbenam dan menjalar dalam
substrat pasir, lumpur dan pecahan karang. Hal yang paling penting dari lamun
yaitu adaptasi reproduksi lamun (Kusumaningtyas et al. 2016).
Identifikasi dapat digunakan untuk mengetahui klasifikasi dari suatu
spesies lamun. Identifikasi lamun dengan memperhatikan daun, jumlah akar,
rimpang yang memiliki diameter berbeda. Padang lamun (seagrass bed) adalah
hamparan vegetasi lamun yang menutupi suatu area pesisir atau laut dangkal yang
terbentuk oleh satu jenis lamun (monospecific) atau lebih (mixed vegetation)
dengan kerapatan tanaman yang padat (dense) atau jarang. Rhizome merupakan
batang yang terbenam dan merayap secara mendatar, serta berbuku-buku. Pada
buku-buku tersebut tumbuh batang pendek yang tegak ke atas, berdaun dan
berbunga, dan tumbuh akar (Rappe, 2010).

2.3.

III. MATERI DAN METODE

3.1. Waktu dan Tempat


3.1.1. Pencandraan Mangrove, Lamun dan Rumput Laut
Hari, Tanggal : Selasa, 9 April 2019
Waktu : 14.30 – 16.00 WIB
Tempat : Laboratorium Biologi Laut, Gedung H, Lantai 1
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan,
Universitas Diponegoro, Semarang.
3.1.2. Herbarium
Hari, Tanggal : Selasa, 16 April 2019
Waktu : 14.30 -16.00 WIB
Tempat : Laboratorium Biologi Laut, Gedung H, Lantai 1
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan,
Universitas Diponegoro, Semarang.
3.1.3. Praktikum Lapangan Mangrove
Hari, Tanggal : Rabu, 1 Mei 2019
Waktu : 09.00 -11.30 WIB

Tempat : Taman Keanekaragaman Mangrove, Mangunharjo,


Mangkang, Semarang.

3.2. Alat dan Bahan

3.2.1. Alat

Tabel 1. Alat Praktikum

No. Nama Alat Gambar Keterangan


1. HVS Laminating Untuk alas sampel saat
didokumentasikan dandiukur

2. Ziplock Sebagai tempat sampel

3. Kertas Label Untuk memberi nama pada


setiap sampel

4. Alat Tulis Untuk mencatat hasil praktikum


5. Pinset Alat bantu mengambil sampel
rumput laut

6. Gunting Untuk memotong bagian


sampel yang tidak digunakan

7. Penggaris Untuk mengukur sampel

8. Buku Identifikasi Petunjuk identifikasi

9. Kamera Alat dokumentasi

10. Lakban Alat untuk merekatkan sampel


ke kardus bekas

11. Botol Sampel Untuk wadah sampel dan


wadah untuk larutan alkohol
70%

3.2.2. Bahan

Tabel 2. Bahan Praktikum

No. Nama Bahan Gambar Keterangan


1. Mangrove Sampel yang diuji

2. Lamun Sampel yang diuji

3. Rumput Laut Sampel yang diuji

4. Tissue Untuk membersihkan alat


dan bahan praktikum

5. Alkohol 70% Untuk bahan herbarium

6. Lateks Alat perlindungan tangan

7. Label Untuk membedakan


spesies hasil identifikasi
8. Kardus Bekas Sebagai tempat herbarium

3.3. Metode

3.3.1. Cara Herbarium Mangrove

1. Alat dan bahan disiapkan


2. Spesies mangrove segar diletakkan diatas hvs laminating
3. Spesies mangrove segar dibersihkan dengan cara menyemprotkan
alkohol 70% dengan spray.
4. Alkohol pada mangrove dikeringkan dan dibersihkan menggunakan
tissue
5. Kardus bekas dipotong secukupnya menggunakan gunting
6. Spesies mangrove yang sudah dibersihkan diletakkan diatas kardus
yang telah dipotong dan diposisikan dengan benar
7. Spesies mangrove yang ada diatas kardus ditutup dan ditempelkan
menggunakan selotip bening hingga semua bagian dari spesies tertutup
rapat
8. Data klasifikasi mangrove dicatat pada selembar kertas HVS
9. Data yang sudah ditulis ditempelkan pada kardus bekas yang terdapat
spesies mangrovenya
3.3.2. Cara Herbarium Lamun
1. Alat dan bahan disiapkan
2. Spesies lamun diletakkan diatas hvs laminating
3. Spesies lamun dibersihkan dengan menyemprotkan alkohol 70%
dengan spray.
4. Alkohol pada lamun dikeringkan dan dibersihkan menggunakan tissue
hingga epifitnya hilang
5. Kardus bekas dipotong secukupnya menggunakan gunting
6. Spesies lamun yang sudah dibersihkan diletakkan diatas kardus yang
telah dipotong dan diposisikan dengan benar
7. Spesies lamun yang ada diatas kardus ditutup dan ditempelkan
menggunakan selotip bening hingga semua bagian dari spesies tertutup
rapat
8. Data klasifikasi lamun dicatat pada selembar kertas HVS
9. Data yang sudah ditulis ditempelkan pada kardus bekas yang terdapat
spesies lamunnya

3.3.3. Cara Herbarium Rumput Laut

1. Alat dan bahan disiapkan


2. Spesies rumput laut dibersihkan menggunakan air laut dari bahan-
bahan yang masih menempel dan dimasukkan kedalam ziplock
3. Botol sampel dicuci hingga bersih
4. Botol sampel diisi dengan alkohol 70% dan air laut dengan
perbandingan 7:3
5. Spesies rumput laut dimasukkan kedalam botol sampel yang sudah
diisi dengan alkohol dan rumput laut menggunakan pinset dari ziplock
6. Botol sampel ditutup rapat agar udara tidak masuk
7. Botol sampel diberi label dengan keterangan nama spesies, tanggal
pengambilan spesies dan tempat pengambilan spesies
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil
4.1.1. Hasil Mangrove
Tabel 3. Hasil Mangrove
No Spesies dan gambar Keterangan
Klasifikasi
Ipomoea pes-caprae Kingdom : Plantae
Divisi : Mangnoliophtya
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Solanales
Family : Convolvulaceae
Genus : Ipomoea
Spesies : Ipomoea pes-caprae
Ciri-ciri

Gambar 1. Ipomoea pes-  Daun tunggal, tebal, licin.


caprae  Bunga berwarna merah muda dan
. ungu.
 Bunga berdiameter 10cm.
 Buah berbentuk kapsul bundar.

Klasifikasi
Rhizophora mucronata Kingdom: Plantae
Divisi : Magnoliopytha
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Mytales
Family : Rhizophoracea
Genus : Rhizophora
Spesies : Rhizophora mucronata
Ciri-ciri
 Daun berkulit hijau.
 Gagang kepala bunga seperti cagak.
Gambar 2. Rhizophora
 Buah berbentuk telur.
mucronata
 Tinggi mencapai 17 meter.

Klasifikasi
Rhizophora apiculata Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliopytha
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Mytales
Family : Rhizophoracea
Genus : Rhizophora
Spesies : Rhizophora apiculata
Gambar 3. Rhizophora Ciri-ciri
apiculata  Memiliki akar udara.
 Buah kasar berbentuk bulat
memanjang.
 kelopak bunga berwarna kuning
coklat.
 Tumbuh pada tanah berlumpur
Klasifikasi
Bruguiera gymnorrhiza Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliopytha
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Mytales
Family : Rhizophoracea
Genus : Bruguiera
Spesies : Bruguiera gymnorrhiza
Gambar 4. Bruguiera Ciri-ciri
gymnorrhiza  Kulit pohon berwarna hijau
 Buah melingkar spiral
 Memiliki akar lutut.
 Panjang tangkai bunga 9-25 mm.

Klasifikasi
Casuarina equisatifolia Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Kelas : Dicotyledoneae
Ordo : Casuarinales
Family : Casuarinaceae
Genus : Casuarina
Spesies : Casuarina equisatifolia
Gambar 5. Casuarina Ciri-ciri
equisatifolia  Biasa disebut dengan cemara laut.
 Berkembang biak secara generatif.
 Biji berukuran kecil dan dilapisi
selaput tipis.
 Bunga berwarna merah muda.

4.1.2. Hasi Lamun


Tabel 4. Hasil Lamun
No. Spesies dan gambar Keterangan
Klasifikasi
1. Cymodocea serrulata Kingdom : Plantae
Divisi : Antophyta
Kelas : Angiospremae
Ordo : Alismatales
Famili : Cymodoceae
Genus : Cymodocea
Spesies : Cymodocea serrulata
Gambar 6. Cymodocea Ciri-ciri
serrulata  Daun membulat dan bergerigi.
 Batang pendek
 Buah berbulu.
 Tumbuh di pasir berlumpur,
pasir halus atau pasir dengan
substrat pecahan karang di Zona
Intertidal

Klasifikasi
2. Halophila spinulosa Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Liliopsida
Ordo : Hydrocharitales
Famili : Hydrocharitaceae
Genus : Halophila
Spesies : Halophila spinulosa
Gambar 7. Halophila Ciri-ciri
spinulosa  Satu tangkai daun yang keluar
dari rhizome terdiri dari
beberapa pasang daun yang
tersusun berseri.
 Daun berbentuk bulat panjang,
tepi daun tajam.
 Setiap kumpulan daun terdiri
dari 10-20 pasang helai

3. Syringodium isetifolium Klasifikasi


Kingdom : Plantae
Divisi : Antophyta
Kelas : Angiospermae
Ordo : Helobiae
Family : Potamogetonaceae
Genus : Syringodium
Gambar 8. Syringodium Spesies : Syringodium
isetifolium isoetifolium
Ciri-ciri
 Umum dijumpai di daerah
dangkal dan subtitudal lumpur.
 Akar serabut yang tipis
berwarna kecoklatan .
 Permukaan batang S.
isoetifolium halus dan berwarna
putih kehijauan.
Klasifikasi
4. Enhalus acoroides Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Liliopsida
Ordo : Hydrocharitales
Family : Hydrocaritaceae
Genus : Enhalus
Spesies : Enhalus acoroides
Gambar 9. Enhalus acoroides Ciri-ciri
 Akar berbentuk seperti tali,
berjumlah banyak dan tidak
bercabang.
 Bentuk daun seperti pita,
tepinya rata dan ujungnya
tumpul, panjangnya antara 65 –
160 cm dan lebar antara 1,2 –
2,0 cm.
 Tumbuhnya berpencar dalam
kelompok-kelompok kecil
terdiri dari beberapa individu
atau kumpulan individu yang
rapat.
Klasifikasi
5. Thalassia hemprichii Kingdom : Plantae
Divisi : Tracheophyta
Kelas : Spermatopsida
Ordo : Alismatales
Family : Hydrocharitaceae
Genus : Thalassia
Spesies : Thalassia hemprichii
Gambar 10. Thalassia
Ciri-ciri
hemprichii
 Bentuk daun sedikit
melengkung.
 Tepi daun tidak menonjol.
 Panjang daun mencapai 10-20
cm
 Rimpang keras menjalar.

4.1.3 Hasil Rumput Laut


Tabel 5. Hasil rumput laut
No Spesies dan gambar Keterangan
Klasifikasi
1. Eucheuma cottonii Kingdom : Plantae
Divisi : Rhodophyta
Kelas : Rhodopyceae
Ordo : Gigartinales
Family : Solieriaceae
Genus : Eucheuma
Spesies : Eucheuma cottonii
Ciri-ciri
 Thallus silindris hingga bulat
pipih
 Percabangan tidak teratur dan
Gambar 11. Eucheuma variasi warna yaitu hijau, coklat,
cottonii kuning.
 Subtansi thallus seperti cartilago
/ tulang rawan

Klasifikasi
2. Acanthophora specifera Kingdom : Plantae
Divisi : Rhodophyta
Kelas : Rhodopyceae
Ordo : Ceramiales
Family : Rhodomelaceae
Genus : Acanthophora
Spesies : Acanthophora specifera
Gambar 12. Acanthophora Ciri-ciri
specifera  Dapat tumbuh mencapai 40cm
 Percabangan silindris
 Percabangan utama pendek

Klasifikasi
3. Halimeda macroloba Kingdom : Plantae
Divisi : Chlorophyta
Kelas : Chlorophyceae
Ordo : Bryopsidales
Family : Halimedaceae
Genus : Halimeda
Spesies : Halimeda macroloba
Gambar 13. Halimeda Ciri-ciri
macroloba  Berwarna hijau terang
 Dapat ditemui dizona subtidal
dan hamparan karang
 Mempunyai segmen berbentuk
kipas dan bulat

Klasifikasi
4. Udotea flabellum Kingdom : Plantae
Divisi : Chlorophyta
Kelas : Chlorophyceae
Ordo : Bryopsidales
Family : Udoteaceae
Genus : Udotea
Spesies : Udotea flabellum
Gambar 14. Udotea flabellum Ciri-ciri
 Thallus berbentuk kipas
 Thallus tebal tidak bercabang
 Substansi seperti sponge
Klasifikasi
5. Sargassum natans Kingdom : Plantae
Divisi : Phaeophyta
Kelas : Phaeophyceae
Ordo : Fucales
Family : Sargassaceae
Genus : Sargassum
Spesies : Sargassum natans
Gambar 15. Sargassum natans Ciri-ciri
Thallus berbentuk kipas
Thallus tebal tidak bercabang
Substansi seperti sponge
4.2. Pembahasan
Hutan mangrove adalah kelompok jenis tumbuhan yang tumbuh di
sepanjang garis pantai tropis sampai subtropis yang memiliki fungsi istimewa di
suatu lingkungan yang mengandung garam dan bentuk lahan berupa pantai
dengan reaksi tanah anaerob. Hutan mangrove adalah tumbuhan halofit yang
hidup di sepanjang areal pantai yang dipengaruhi oleh pasang tertinggi sampai
daerah mendekati ketinggian rata-rata air laut yang tumbuh di daerah tropis dan
subtropik.
Ekosistem hutan mangrove bersifat kompleks dan dinamis, namun labil.
Dikatakan kompleks karena ekosistemnya di samping dipenuhi oleh vegetasi
mangrove, juga merupakan habitat berbagai satwa dan biota perairan. Jenis tanah
yang berada di bawahnya termasuk tanah perkembangan muda (saline young soil)
yang mempunyai kandungan liat yang tinggi dengan nilai kejenuhan basa dan
kapasitas tukar kation yang tinggi. Kandungan bahan organik, total nitrogen, dan
ammonium termasuk kategori sedang pada bagian yang dekat laut dan tinggi pada
bagian arah daratan.
Vegetasi mangrove biasanya tumbuh di habitat mangrove membentuk
zonasi mulai dari daerah yang paling dekat dengan laut sampai dengan daerah
yang dekat dengan daratan. Pada kawasan delta atau muara sungai, biasanya
vegetasi mangrove tumbuh subur pada areal yang luas dan membentuk zonasi
vegetasi yang jelas. Sedangkan pada daerah pantai yang lurus, biasanya vegetasi
mangrove tumbuh membentuk sabuk hijau/green belt dengan komposisi yang
hampir seragam.
Hutan mangrove juga dapat dibagi menjadi zonasi-zonasi berdasarkan jenis
vegetasi yang dominan, mulai dari arah laut ke darat sebagai berikut:
1. Zona Avicennia, terletak paling luar dari hutan yang berhadapan langsung
dengan laut. Zona ini umumnya memiliki substrat lumpur lembek dan kadar
salinitas tinggi. Zona ini merupakan zona pioner karena jenis tumbuhan yang
ada memilliki perakaran yang kuat untuk menahan pukulan gelombang, serta
mampu membantu dalam proses penimbunan sedimen.
2. Zona Rhizophora, terletak di belakang zona Avicennia. Substratnya masih
berupa lumpur lunak, namun kadar salinitasnya agak rendah. Mangrove pada
zona ini masih tergenang pada saat air pasang.
3. Zona Bruguiera, terletak di balakang zona Rhizophora dan memiliki substrat
tanah berlumpur keras. Zona ini hanya terendam pada saat air pasang tertinggi
atau 2 kali dalam sebulan.
4. Zona Nypa, merupakan zona yang paling belakang dan berbatasan dengan
daratan.
Lamun (sea grass), atau disebut juga ilalang laut merupakan satu-satunya
kelompok tumbuh-tumbuhan berbunga yang terdapat di lingkungan laut. Tumbuh-
tumbuhan ini hidup di habitat perairan pantai yang dangkal. Seperti halnya rumput
didarat, mereka mempunyai tunas berdaun tegak dan tangkai-tangkai yang
merayap yang efektif untuk berkembang biak. Berbeda dengan tumbuh-tumbuhan
laut yang lainnya (alga dan rumput laut), lamun berbunga, berbuah, dan
menghasilkan biji. Mereka juga mempunyai akar dan sistem internal untuk
menghangkut gas dan zat-zat hara. Salah satu bentuk kekayaan flora di perairan
Indonesia yaitu adanya tumbuhan lamun. Lamun adalah satu-satunya kelompok
tumbuhan berbunga yang hidup dilingkungan laut.
Lamun merupakan produktifitas primer di perairan dangkal di seluruh
dunia dan merupakan sumber makanan penting bagi banyak organisme. Fungsi-
fungsi di dalam ekosistem ini pun harus berlangsung dalam satu satuan rangkaian
dimana satu sama lainnya tidak dapat dipisahkan. Semua ekosistem selalu
terbuka, sebab semua ekosistem mempunyai batas-batas yang nyata. Ada energi
dan bahan-bahan yang terbentuk didalamnya yang terus menerus keluar dari
ekosistem setelah digunakan oleh organisme yang hidup didalamnya.Tempat
hidup sekelompok makluk hidup disebut habitat. Makro habitat dibagi atas habitat
darat dan habitat air.
Lamun sangat berperan dalam ekosistemnya yaitu dalam hal dapat
menstabilkan garis pantai karena lamun ini memiliki akar yang terjalin dengan
kuat sehingga dapat menstabilkan substrat yang ada agar tidak cepat tererosi oleh
arus maupun gelombang air laut.Selain itu juga fungsinya dalam mempertahankan
kehidupan dari biota-biota laut seperti ikan dalam bentuk juvenille karen lamun
ini berfungsi dalam hal nursery ground, feeding ground, dan spawning ground.
Tumbuh-tumbuhan ini hidup di habitat perairan pantai yang dangkal, seperti
halnya rumput didarat, mereka mempunyai tunas berdaun tegak dan tangkai-
tangkai yang merayap yang efektif untuk berkembang biak. Berbeda dengan
tumbuh-tumbuhan laut yang lainnya. Mereka juga mempunyai akar dan sistem
internal untuk menghangkut gas dan zat-zat hara.
Lamun hidup terendam di perairan laut. Bagian-bagiannya adalah:
rhizome, daun (thalus) dan akar. Lamun hidup di lautan yang dangkal dan
biasanya menempel pada substrat yang berlumpur, thalusnya tegak berdiri dengan
panjang bisa mencapai satu meter. Lamun dapat ditemukan di seluruh dunia
kecuali di daerah kutub. Lebih dari 52 jenis lamun yang telah ditemukan. Di
Indonesia hanya terdapat 7 genus dan sekitar 15 jenis yang termasuk ke dalam 2
famili yaitu Hydrocharitacea ( 9 marga, 35 jenis ) danPotamogetonaceae (3 marga,
15 jenis). Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kehidupan lamun secara
umum adalah kualitas air, substrat dasar perairan. Kualitas air meliputi temperatur,
cahaya, salinitas dan nutrien.Temperatur merupakan salah satu faktor ekologi
perairan yang sangat penting, karena mempengaruhi proses-proses fisiologis
lamun, seperti ketersediaan dan penyerapan, nutrien, respirasi dan siklus protein.
Lamun tidak memiliki stomata tapi memiliki kutikula tipis yang berfungsi
untuk menyerap nutrisi dari perairan, semua kegiatan lamun di lakukan dalam
keadaan terbenam dalam air, dai system perakarannya hingga daur generatifnya.
Tumbuhan ini tersusun dari bagian-bagian yang disebut Rhizome, daun dan akar.
Rhizome merupakan batang yang terbenam dan merayap mendatar serta berbuku-
buku, dimana pada buku-buku ini tumbuh batang pendek yang dekat ke atas,
berdaun dan berbunga serta terdapat juga akar.sistem perkembangbiakanya
bersifat khas karena mampu melakukan penyerbukan di dalam air
Indonesia adalah negara kepulauan yang sangat luas dengan 2/3
wilayahnya berupa lautan. Indonesia memiliki garis pantai terpanjang di dunia
yaitu kurang lebih sepanjang 80.791,42 km. Salah satu makhluk hidup yang
tumbuh di laut dengan jumlah yang cukup besar adalah rumput laut. Rumput laut
tumbuh hampir di sepanjang pantai Indonesia. Pertumbuhan rumput laut dapat
membentuk padang rumput laut yang sangat luas terutama pantai yang memiliki
lempengan karang yang telah mati. Rumput laut atau biasa disebut dengan
seaweed adalah tumbuhan tingkat rendah yang tidak bisa dibedakan antara akar,
batang dan daunnya. Bentuk thallus rumput laut pipih, gepeng, lembaran, filament
dan bulat seperti rambut. Rumput laut adalah salah satu komoditas potensial
Indonesia yang digunakan sebagai bahan industri pangan maupun non pangan.
Rumput laut di kelompokan ke dalam 3 divisi secara taksonomis. Divisi
rumput laut diantaranya Rhodophyta, Paeophyta dan Chlorophyta. Rhodophyta
atau rumput laut merah memiliki pigmen utama yaitu phycoerythrin dan
phycocyanin. Rumput laut hijau atau Chlorophyta mengandung pigmen klorofil A
dan B, xantophyl dan karoten. Sedangkan rumput laut coklat atau Paeophyta
didominasi oleh pigmen xantofil. Akan tetapi rumput laut coklat juga memiliki
pigmen lain yaitu klorofil dan karoten. Pigmen- pigmen yang terkandung dalam
rumput laut bertanggung jawab atas terbentuknya warna pada masing-masing
rumput laut. Gracilaria sp. merupakan rumput laut yang dapat bertahan hidup
pada kisaran salinitas yang sempit. Rumput laut ini tidak tahan dengan lingkungan
yang salinitasnya tinggi. Salinitas untuk Gracilaria sp. berada pada kisaran 22-
29,7 ppt. Angka tersebut merupakan nilai salinitas normal untuk rumput laut.
Salinitas yang baik untuk pertumbuhan rumput laut adalah 15-30 ppt dimana
kadar garam optimal adalah 20-25 ppt.
Secara ekologis komunitas rumput laut berperan sebagai tempat berlindung biota-
biota laut. Rumput laut juga berfungsi sebagai tempat mencari makan ikan-ikan
dan hewan herbivora yang ada di laut. Selain itu, rumput laut juga berguna untuk
produktivitas primer, menyerap bahan polutan dan memproduksi bahan organik.
Rumput laut dapat memproduksi oksigen untuk organisme yang ada di perairan.
Secara ekonomi, rumput laut dapat dimanfaatkan secara luas baik dalam bentuk
material mentah ataupun dalam bentuk olahan. Dalam bentuk raw material
digunakan sebagai lalapan, manisan dan asinan. Rumput laut juga dapat
dimanfaatkan di bidang industri pangan. Hasil dari ektraksi rumput laut seperti
agar, alginat dan karagenan dapat diolah menjadi berbagai oalahan makanan.
Selain itu juga dapat dimanfaatkan di industri non pangan seperti kosmetik,
tekstil, bioteknologi dan lain-lain
V. PENUTUP

5.1. Kesimpulan

1. Mangrove adalah tumbuhan tingkat tinggi yang hidupnya di daerah


intertidal. lamun adalah tumbuhan tingkat tinggi yang hidup di laut.
Rumput laut adalah tumbuhan tingkat rendah yang tidak dapat dibedakan
akar, batang, dan daunnya.
2. Herbarium yaitu metode pengawetan specimen tumbuhan dan hewan.
3. Herbarium ada 2 jenis yaitu herbarium basah dan herbarium kering.

5.2. Saran

1. praktikum dilakukan sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan.

2. praktikum dilakukan dengan lebih kondusif.

3. pelaksanaan praktikum memperhatikan kebersihan laboratorium.


DAFTAR PUSTAKA

Fitrian, T., A. Kusnadi., R. Nuslah. 2017. Seagrass Comunity Structure. Jurnal


Biodiversitas., 18(2):1-7hlm.
Purnobasuki, H. 2012. Pemanfaatan Hutan Mangrove Sebagai Penyimpan
Karbon. Buletin PSL Universitas Surabaya., 28(1) : 3-5.
Mulyadi, E ., N. Fitriani. Konservasi Hutan Mangrove Sebagai Ekowisata. Jurnal
Ilmiah Teknik Lingkungan., 2(1) : 11-18.
Rappe, A.R. 2010. Struktur Ikan pada Padang Lamun. Jurnal Kehutanan Tropis.,
2(2): 62-13hlm.
Syukur. A., Y. Wardianto., I.Muchsinan dan M.M. Kamal. 2017. Kerusakan
Lamun (Seagrass) dan Rumusan Konservasi di Tanjung Luar Lombok
Timur. Jurnal Biologi Tropis., 17 (2) :69-80.
Susanto, A. H ., T. Soedarti , dan H. Purnobasuki. 2013. Struktur Komunitas
Mangrove di Sekitar Jembatan Suramadu Sisi Surabaya.
BIOSCIENTIAE., 10(1): 1-10.
Irawan, B., S. Muadz dan A. Rosadi. 2013. Karakterisasi dan Kekerabatan
Tumbuhan Mangrove Rhizophoraceae Berdasarkan Morfologi,
Anatomi dan Struktur Luar Serbuk Sari. Jurnal Biologi FMIPA
UNPAD., 1(2) : 289-297.
Ceri, B ., I. Lovadi , R. Linda. 2014. Keanekaragaman Jenis Paku-Pakuan
(Pteridophyta) Di Mangrove Muara Sungai Peniti Kecamatan
Segedong Kabupaten Pontianak. Jurnal Protobiont., 3 (2) : 240 – 246.
Martuti, N.K.T. 2013. Keanekaragam Mangrove di Wilayah Tapak, Tugurejo,
Semarang. Jurnal MIPA ., 36 (2): 123-130.
Purnobasuki, H. 2012. Pemanfaatan Hutan Mangrove Sebagai Penyimpan
Karbon. Buletin PSL Universitas Surabaya., 28(1) : 3-5.

Anda mungkin juga menyukai