Anda di halaman 1dari 16

Makalah

KARAKTERISTIK KAWASAN PADANG LAMUN


Disusun dalam rangka memenuhi tugas kelompok pada mata kuliah Pengelolaan
Pesisir Terpadu

Dosen pengampuh:
Dr. Sri Nuryatin Hamzah, S.Kel, M.Si

OLEH
Kelompok 2

Winia Ekaristi Gulo 1131422012


Sunyoto 1131422008
Rafli S Hadikum 1131422006
Nurfitra R Bakari 1131422010

JURUSAN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERIKANAN


FAKULTAS KELAUTAN DAN TEKNOLOGI PERIKANAN
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
2024
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Masa Esa atas segala rahmatNYA karena
atas segala limpahan rahmat, karunia dan Hidayahnya sehingga dapat
menyelesaikan makalah KARAKTERISTIK KAWASAN PADANG LAMUN,
yang dimana makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah
PENGELOLAAN PESISIR TERPADU Fakultas Kelautan dan Teknologi
Perikanan.
Dan harapan saya semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca, untuk kedepannya dapat memperbaiki bentuk
maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi. Karena keterbatasan
pengetahuan maupun pengalaman saya, saya yakin masih banyak kekurangan
dalam makalah ini, Oleh karena itu saya sangat mengharapkan saran dan kritik yang
membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Gorontalo, Februari 2024

Penyusun

i
DAFTAR ISI
LATAR BELAKANG ............................................................................................ i
DAFTAR ISI .......................................................................................................... ii
BAB I PENDAHUKUAN
1.1 Latar Belakang ...........................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah ......................................................................................2
1.3 Tujuan ........................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN
2.1 Faktor Pembatas Dalam Ekosistem Padang Lamun .................................3

2.3 Peranan Dan Manfaat Serta Kondisi Ekosistem Padang Lamun ..............5

2.2 Jenis Padang Lamun Yang Terdapat Di Indonesia ....................................6

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan ............................................................................................. 11

3.2 Saran ....................................................................................................... 11

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................12

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia merupakan negara maritim yang membentang luas di Katulistiwa

dari 94o sampai 141o Bujur Timur dan 6o Lintang Utara sampai 11o Lintang

Selatan dengan karakteristik negara kepulauan memiliki sekitar 17.508 Pulau

dengan panjang garis pantai sekitar 81.000 km, Bersama dengan sumberdaya hayati

dan non hayati yang melimpah (Dahuri, 2003 dalam Nurjanah, 2013).

Ekosistem pesisir dan laut merupakan ekosistem alamiah yang produktif,

unik dan mempunyai nilai ekologis dan ekonomis yang tinggi. Selain menghasilkan

bahan dasar untuk pemenuhan kebutuhan pangan, keperluan rumah tangga dan

industri yang dalam konteks ekonomi bernilai komersial tinggi, ekosistem pesisir

dan laut juga memiliki fungsi-fungsi ekologis penting, antara lain sebagai penyedia

nutrien, sebagai tempat pemijahan, tempat pengasuhan dan tumbuh besar, serta

tempat mencari makanan bagi beragam biota laut. Di samping itu, ekosistem pesisir

dan laut berperan pula sebagai pelindung pantai atau penahan abrasi bagi wilayah

daratan yang berada di belakang ekosistem ini (Bengen, 2002).

Lamun (seagrass) adalah tumbuhan berbunga (Angiospermae) yang tumbuh

bergerombol membentuk rumpun, dan sering merupkan komponen utama yang

dominan di lingkungan perairan pesisir (Setyobudiandi et all,

2009). Padang lamun merupakan ekosistem yang tinggi produktifitas organiknya,

dengan keanekaragaman biota yang cukup tinggi. Gastropoda merupakan salah satu

kelompok yang diketahui berasosiasi dengan padang lamun di Indonesia dan

1
diperkirakan telah mengalami Overeksploitasi (Tomascik et al., 1997 dalam Syari,

2005).

Padang lamun merupakan ekosistem yang tinggi produktivitas organiknya,

sehingga tumbuhan lamun dan beraneka ragam serta berlimpahnya organisme yang

berasosiasi dengan padang lamun dapat dimanfaatkan sebagai: tempat

pemancingan, wisata bahari, bahan baku pakan artifisial untuk ikan dan hewan

ternak, sumber pupuk hijau, areal marikultur (ikan, teripang, kerang, tiram, dan

rumput laut), bahan baku kerajinan anyaman, dan sebagainya.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa saja faktor pembatas dalam ekosistem padang lamun?

2. Berapa banyak jenis padang lamun yang ada di Indonesia dan apa saja

jenisnya?

3. Bagaimana peranan dan manfaat serta kondisi ekosistem padang lamun saat

ini?

1.3 Tujuan

Tujuan dari penyusunan makalah ini adalah untuk mengetahui faktor

pembatas dalam ekosistem padang lamun, mengidentifikasi jenis-jenis padang

lamun yang ada di Indonesia, serta memahami peranan, manfaat, dan kondisi

ekosistem padang lamun secara menyeluruh.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Faktor Pembatas Dalam Ekosistem Padang Lamun

Faktor pembatas dalam ekosistem padang lamun yakni tempratur, salinitas,

kedalaman, cahaya, nutrien, arus dan gelombang.

a. Tempratur

Suhu atau temperatur air juga merupakan faktor pembatas yang berpengaruh

signifikan dalam ekosistem padang lamun. Lamun umumnya memiliki preferensi

suhu tertentu untuk pertumbuhan optimalnya. Perubahan suhu air yang signifikan

dapat memengaruhi aktivitas biologis dan proses metabolik lamun, serta berdampak

pada distribusi dan keberlanjutan ekosistem ini. Kenaikan suhu yang berlebihan,

seperti akibat perubahan iklim, dapat menyebabkan stres termal pada lamun dan

mengganggu keseimbangan ekosistem. Oleh karena itu, pemahaman terhadap peran

suhu air sebagai faktor pembatas dalam ekosistem padang lamun menjadi penting

dalam upaya pelestarian dan manajemen lingkungan laut.

b. Salinitas

Salinitas merupakan salah satu faktor pembatas yang memiliki dampak

signifikan dalam ekosistem padang lamun. Tingkat salinitas air sangat

memengaruhi pertumbuhan, reproduksi, dan distribusi padang lamun. Sebagian

besar jenis lamun lebih sesuai dengan kondisi salinitas tertentu, dan perubahan

salinitas yang ekstrem dapat merugikan ekosistem ini. Kenaikan salinitas dapat

mengakibatkan stres osmotik pada lamun, sedangkan penurunan salinitas dapat

memicu gangguan pertumbuhan dan perkembangan. Oleh karena itu, pemahaman

mendalam terhadap peran salinitas sebagai faktor pembatas dalam ekosistem

3
padang lamun sangat penting dalam upaya konservasi dan pengelolaan lingkungan

laut.

c. Kedalaman

Distribusi kedalaman lamun tergantung dari hubungan beberapa faktor

yaitu; gelombang, arus, substrat, turbiditas dan disebabkan oleh adanya

pengerukan, buangan minyak. Di samping itu pada waktu yang lama, kerapatan

tanaman dapat turun karena meningkatnya sedimen oleh erosi (Phillips, 1980).

d. Cahaya

Perubahan salinitas kurang berpengaruh seperti pada perubahan temperatur.

Zostera marina dapat tumbuh pada salinitas 10-30 o /oo dan Thalassia pada salinitas

20-35 o /oo (Phillips 1960, 1972). Sedangkan Halodule pada daerah tropik dapat

tumbuh pada salinitas 3,5-60 o /oo, sehingga jenis ini Iebih tinggi resistennya pada

salinitas yang tinggi dibandingkan dengan jenisjenis lamun lainnya (McMillan &

Moseley, 1967).

e. Nutrien

Nutrien di kolom air bukan merupakan faktor pembatas untuk lamun.

Nutrien umumnya ada pada sedimen, dan adanya logam berat pada sedimen tidak

mempunyai efek pada lamun. Padang lamun sangat penting dalam siklus nutrien.

Nitrogen, Carbon, Sulfur dan nutrien lain akan dikonversi kedalam bentuk yang

berguna bagi biota lainnya. Nutrien ini akan diserap oleh tanaman melalui akar dan

akan dikeluarkan kedalam massa air. Daun Zostera marina dapat mengabsor fosfat,

tetapi umumnya melalui akar baru ke daun dan masuk ke kolom air (McRoy &

Barsdate (1970). Serasah juga(detritus) lamun juga sangat penting dalam siklus

nitrien. Serasah dari daun akan dikumpulkan di sedimen pada padang lamun, tetapi

4
mungkin Baja dapat keluar dari padang lamun tersebut. Menurut Fenchel (1977)

yang sangat berperan pada siklus nutrien adalah mikroba dekomposisi (bakteri).

f. Arus dan gelombang

Churchill et al. (1978) melaporkan bahwa dengan arus pasang-surut 1,5

km/jam akan menghanyutkan semua transplantasi metode sprig dari Zostera marina

dalam tempo 3 bulan di Teluk Great South, New York, dan dengan metode plug

hanya memerlukan waktu 2 minggu pada arus pasang-surut yang berkekuatan 2,4

km/jam. Sedangkan dengan gelombang yang kuat dan gerakan air akibat perahu

akan berpengaruh terhadap keberadaan dan pertumbuhan dari pembenihan

Thalassia (Thorhaug, 1976).

2.2 Jenis Padang Lamun Yang Terdapat Di Indonesia

Di Indonesia lamun menyebar hampir di seluruh perairan pesisir, tersebar

hampir diseluruh rataan terumbu sampai kedalaman 40 meter. Tumbuh di dasar

perairan dengan substrat dasar pasir, pasir berlumpur, lumpur dan kerikil karang

bahkan ada jenis lamun yang mampu hidup di dasar batu karang. Lamun dijumpai

dapat tumbuh diantara karang hidup, dan dibawah naungan mangrove. Karakteristik

setiap spesies yang berbeda berpengaruh pada zonasi yang terbentuk pada

hamparan padang lamun, terutama pada padang lamun dengan tipe vegetasi

campuran. Zonasi lamun yang terbentuk juga dipengaruhi oleh bentuk topografi

lokasi padang lamun berada. Padang lamun membentuk tiga zonasi berdasarkan

kedalamannya yaitu zona I merupakan daerah dangkal yang selalu terbuka saat air

surut (0–1 m); zona II berupa daerah pasang surut namun tetap terendam air pada

saat air surut (1– 5 m); dan zona III berupa daerah laut selalu terendam air, tidak

terpengaruh dengan pasang surut (5– 35 m). Di Indonesia ditemukan 12 jenis

5
dominan yang termasuk ke dalam 7 marga dan 2 suku (Hydrocharitaceae dan

Potamogetonaceae). Apabila termasuk jenis Halophila beccarii dan Ruppia

maritima maka jumlahnya 14 jenis. Di Indonesia jenis lamun dapat dijumpai dalam

skala besar dan menutupi dasar perairan yang luas membentuk suatu padang lamun

atau yang biasa disebut seagrass bed (Zurba, 2018).

Tabel 1. Jenis lamun yang terdapat di indonesia

No. Spesies Nama Lokal


1 Syringodium isoetifolium Lamun alat suntik
2 Thalassodendron ciliatum Lamun kayu
3 Halophila ovalis Lamun senduk
4 Halopila decipiens Lamun senduk tak berurat
5 Enhalus acroides Lamun tropikat
6 Cymodocea rotundata lamun berujung bulat
7 Halodule uninervis Lamun serabut, var. Daun lebar
8 Halodule pinifolia Lamun serabut, var. Daun sempit
9 Halophila minor Lamun senduk kecil
10 Halophila spimulosa Lamun senduk dasr keriting
11 Cymodocea serrulata Lamun bergigi
12 Thalassia hemprichii Lamun dugong

2.3 Peranan Dan Manfaat Serta Kondisi Ekosistem Padang Lamun

Padang lamun merupakan ekosistem yang tinggi produktifitas organiknya,

dengan keanekaragaman biota yang cukup tinggi. Pada ekosistem ini hidup

beraneka ragam biota laut seperti ikan, Krustasea, Moluska (Pinna sp., Lambis sp.,

dan Strombus sp.), Ekinodermata (Holothuria sp., Synapta sp., Diadema sp.,

Arcbaster sp., Linckia sp.) dan cacing (Polichaeta) (Bengen, 2001 dalam

MARIFUDIN, 2013).

6
Menurut Azkab (1988), ekosistem lamun merupakan salah satu ekosistem

di laut dangkal yang paling produktif. Di samping itu ekosistem lamun mempunyai

peranan penting dalam menunjang kehidupan dan perkembangan jasad hidup di laut

dangkal, menurut hasil penelitian diketahui bahwa peranan lamun di lingkungan

perairan laut dangkal sebagai berikut:

1. Sebagai produsen primer

Lamun mempunyai tingkat produktifitas primer tertinggi bila dibandingkan dengan

ekosistem lainnya yang ada di laut dangkal seperti ekosistem terumbu karang

(Thayer et al. 1975 dalam Takaendengan & Azkab, 2010).

2. Sebagai habitat biota

Lamun memberikan tempat perlindungan dan tempat menempel berbagai hewan

dan tumbuh-tumbuhan (alga). Disamping itu, padang lamun (seagrass beds) dapat

juga sebagai daerah asuhan, padang pengembalaan dan makan dari berbagai jenis

ikan herbivora dan ikan– ikan karang (coral fishes) (Istiqamah. 2023)

3. Sebagai penangkap sedimen

Daun lamun yang lebat akan memperlambat air yang disebabkan oleh arus dan

ombak, sehingga perairan di sekitarnya menjadi tenang. Disamping itu, rimpang

dan akar lamun dapat menahan dan mengikat sedimen, sehingga dapat menguatkan

dan menstabilkan dasar permukaaan. Daun lamun yang berfungsi sebagi

penangkapan sedimen serta penahan arus dan gelombang yang berperan dalam

mencegah erosi pantai (Abeng, 2022).

7
4. Sebagai pendaur zat hara

Lamun memegang peranan penting dalam pendauran barbagai zat hara dan elemen-

elemen yang langka di lingkungan laut. Khususnya zat-zat hara yang dibutuhkan

oleh algae epifit.

Philips & Menez (1988) dalam Tangke (2010) menytakan bahwa, lamun

digunakan sebagai komoditi yang sudah banyak dimanfaatkan oleh masyarakat baik

secara tradisional maupun secara modern. Secara tradisional lamun telah

dimanfaatkan untuk:

1. Kompos dan pupuk

2. Cerutu dan mainan anak-anak

3. Dianyam menjadi keranjang

4. Tumpukan untuk pematang

5. Mengisi kasur

6. Ada yang dimakan

7. Dibuat jaring ikan

Pada zaman modern ini, lamun telah dimanfaatkan untuk:

1. Penyaring limbah

2. Stabilizator pantai

3. Bahan untuk pabrik kertas

4. Makanan

5. Obat-obatan

6. Sumber bahan kimi

Lamun kadang-kadang membentuk suatu komunitas yang merupakan

habitat bagi berbagai jenis hewan laut. Komunitas lamun ini juga dapat

8
memperlambat gerakan air. bahkan ada jenis lamun yang dapat dikonsumsi bagi

penduduk sekitar pantai. Keberadaan ekosistem padang lamun masih belum banyak

dikenal baik pada kalangan akdemisi maupun masyarakat umum, jika dibandingkan

dengan ekosistem lain seperti ekosistem terumnbu karang dan ekosistem mangrove,

meskipun diantara ekosistem tersebut di kawasan pesisir merupakan satu kesatuan

sistem dalam menjalankan fungsi ekologisnya.

Ekosistem lamun di Indonesia biasanya terletak di antara ekosistem

mangrove dan terumbu karang, atau terletak di dekat pantai berpasir dan hutan

pantai. Kedalaman air dan pengaruh pasang surut, serta struktur substrat

mempengaruhi zonasi sebaran jenis-jenis lamun dan bentuk pertumbuhannya. Jenis

lamun yang sama dapat tumbuh pada habitat yang berbeda dengan menunjukkan

bentuk pertumbuhan yang berbeda dan kelompok-kelompok jenis lamun

membentuk zonasi tegakan yang jelas, baik murni ataupun asosiasi dari beberapa

jenis (Kiswara, 1997). Selain dari itu faktor lingkungan yang lainnya juga ikut

mempengaruhi pertumbuhan dan sebaran lamun seperti faktor fisik, kimia dan

biologi. Padang lamun merupakan habitat dari hewan laut dan bertindak sebagai

penyeimbanng substrat.

Saat ini padang lamun kondisinya terancam baik secara alami maupun oleh

aktifitas manusia, contoh kecil adalah hilangnya padang lamun karena akibat

aktifitas manusia yang ada di daerah pesisir seperti pengerukan, jangkar,

eutrofikasi, budidaya perikanan, pengumpulan biota laut dan pembangunan pada

daerah pesisir. Hilangnya padang lamun ini diduga akan terus meningkat akibat

tekanan pertumbuhan penduduk di daerah pesisir (Kiswara, 2009).

9
Rusaknya padang lamun cukup mengkhawatirkan sehingga perlu dilakukan

pengamatan untuk kondisi kesehatan padang lamun secara berkelanjutan yang

merupakan salah satu upaya untuk mengurangi terjadinya kerusakan padang lamun

serta mengembalikan fungsi padang lamun sebagai asuhan untuk beberapa jenis

biota perairan. Untuk itu diperlukan penilaian tutupan lamun dan distribusi spasial

spesies lamun untuk memastikan manfaat padang lamun tetap ada (Adi dkk, 2019).

10
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Faktor pembatas dalam ekosistem padang lamun meliputi suhu air, salinitas,

kedalaman, cahaya, nutrien, arus, dan gelombang. Setiap faktor ini memainkan

peran penting dalam membentuk dan mempertahankan keberlanjutan ekosistem ini.

Jenis-jenis padang lamun yang terdapat di Indonesia meliputi Syringodium

isoetifolium, Thalassodendron ciliatum, Halophila ovalis, Halopila decipiens,

Enhalus acroides, Cymodocea rotundata, Halodule uninervis, Halodule pinifolia,

Halophila minor, Halophila spimulosa, Cymodocea serrulata, dan Thalassia

hemprichii. Ekosistem padang lamun memiliki peran penting sebagai produsen

primer, habitat bagi berbagai biota laut, penangkap sedimen, dan pendaur zat hara.

Manfaat ekonomi dan ekologis dari padang lamun mencakup penggunaan sebagai

sumber daya alam, stabilisator pantai, penyaring limbah, dan sebagai habitat bagi

berbagai spesies. Meskipun demikian, kondisi ekosistem padang lamun saat ini

terancam oleh berbagai ancaman, termasuk aktivitas manusia seperti pengerukan,

budidaya perikanan, dan pembangunan di daerah pesisir. Oleh karena itu,

perlindungan dan pemeliharaan padang lamun perlu menjadi fokus untuk

memastikan keberlanjutan dan keseimbangan ekosistem laut yang penting ini.

2.2 Saran

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini terdapat kesalahan

yang dilakukan baik secara sengaja maupun tidak sengaja penyusun juga mohon

maaf apabila terdapat penulisan kata ataupun kutipan yang tidak sesuai dengan

pedoman untuk kesalahan tersebut menulis mohon maaf. Selain itu saran yang

dapat penyusun sampaikan yakni agar kirannnya kita sebagai masyarakat perlu

melindungi/melestarikan ekosistem padang lamun yang ada di perairan indonesia.

11
DAFTAR PUSTAKA

Abeng, A. T. (2022). Studi Morfometrik Lamun Thalassodendron ciliatum Di Perairan Mandala


Ria, Kabupaten Bulukumba= Morphometric Study of Seagrass Thalassodendron ciliatum
in Mandala Ria Waters, Bulukumba Regency (Doctoral dissertation, Universitas
Hasanuddin).

Adi, W., Nugraha, A.H., Dasmasela, Y,H., Ramli, A., Sondak, C.F.A., Sjafrie, N.D.M. 2019. Struktur
komunitas lamun di Malang Rapat, Bintan. Jurnal Enggano 4(2): 148-159

Azkab, MH. 1999. Petunjuk Penanaman Lamun. Jurnal Oseana, Volume XXIV, Nomor 3, 11-25.
ISSN 0216 – 1877.

Bengen, D.G. dan A. Rizal. 2002. Perspektif Ekonomi Politik dalam Pemanfaatan Sumberdaya
Pesisir dan Laut Indonesia. Bunga Rampai Pemikiran. Pusat Pembelajaran dan
Pengembangan Pesisir dan Laut, Bogor. Hal. 3-6.

ChurchilL, C.A., A.E. COK and M.1. RINER 1978. Stabilization of subtidal sediments by the
transplantation on the seagrass Zostera marina. Rept. No.NYSSGJP-RS-78-15, New York,
25 p.

Fenchel, T 1977. Aspects of the decomposition of seagrasses. Nat.Sci. Found., Leiden, 18p.

Istiqamah, A. A. (2023). Estimasi Biomassa dan Simpanan Karbon pada Padang Lamun di Pulau
Pajenekang, Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan= Estimation of Biomass and Carbon
Storage in Seagrass Beds in Pajenekang Island, Pangkajene and Kepulauan
Regency (Doctoral dissertation, Universitas Hasanuddin).

Kiswara W, Ulumuddin YI. 2009. Peran Vegetasi Pantai dalam Siklus Karbon Global: Mangrove
dan Lamun sebagai Rosot Karbon. Workshop Ocean and Climate Change. Laut sebagai
Pengendali Perubahan Iklim: Peran Laut Indonesia dalam Mereduksi Percepatan Proses
Pemanasan Global. Bogor 4 Agustus 2009.

Kiswara, W. (1997) Struktur Komunitas Padang Lamun Perairan Indonesia. Inventarisasi dan
Evaluasi Potensi Laut-Pesisir II, Jakarta: P3O LIPI. Hal. 54-61.

M ARIFUDDIN, M. A. (2013). Sitotoksitas Bahan Aktif Lamun dari Kepulauan Spermonde Kota
Makassar terhadap Artemia Salina (Linnaeus, 1758) (Doctoral dissertation, Universitas
Hasanuddin).

Nurjannah, M., & Irawan, H. (2013). Keanekaragaman Gastropoda Di Padang Lamun Perairan
Kelurahan Senggarang Kota Tanjungpinang Provinsi Kepulauan Riau. Repository
UMRAH.

12
Phillips dan H.P.Calumpong. 1983. Sea Grass from the Philippines. Smithsonian Cont. Mar. Sci. 21.
Smithsonian Inst. Press, Washington.

Setyobudiandi. I., Sulistiono., F. Yulianda., C.Kusmana., S. Hariyadi., A. Damar., A.Sembiring.,


Bahtiar. 2009. Sampling dan Analisis. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. IPB

Syari, I. A. 2005. Asosiasi Gastropoda di Ekosistem Padang Lamun Perairan Pulau Lepar Provinsi
Kepulauan Bangka Belitung, (Skripsi). Departemen Ilmu dan Teknologi Kelautan Fakultas
Perikanandan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor.

Takaendengan, K., & Azkab, M. H. (2010). Struktur Komunitas Lamun di Pulau Talise, Sulawesi
Utara. Oseanologi dan Limnologi, 36(1), 85-95.

Tangke, U. (2010). Ekosistem padang lamun (manfaat, fungsi dan rehabilitasi). Agrikan: Jurnal
Agribisnis Perikanan, 3(1), 9-29.

Thorhaug, A. and C.B. Austin 1976. Restoration of seagrass with economic analysis. Env. Conserv.
3 (4) : 259-257.

Zurba. N, 2018. PENGENALAN PADANG LAMUN Suatu Ekosistem yang Terlupakan.


Lhokseumawe

13

Anda mungkin juga menyukai