Anda di halaman 1dari 16

PENGELOLAAN EKOSISTEM TERUMBU KARANG

DI PULAU-PULAU KECIL

Dosen pengampu :Deni Sabriyati, S.Pd., M.Sc.


Mata Kuliah :Pengelolaan Ekosistem Terumbu Karang
Di Pulau-Pulau Kecil

Disusun Oleh: 1. Daulat Martua Hasibuan 180254242010


2.Muhammad Arif Hidayat 180254242019
3.Rudiansyah 180254242047
4.Samsudin 180254242017

PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN


FAKULTAS ILMU KELAUTAN DAN PERIKANAN
UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Mahakuasa karena telah memberikan


kesempatan pada penulis untuk menyelesaikan makalah ini. Atas rahmat dan
hidayah-Nya lah penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
PENGELOLAAN EKOSISTEM TERUMBU KARANG DI PULAU-
PULAU KECIL tepat waktu.Makalah Karakteristik perairan sungai di daerah
kepulauan dan identifikasi potensi pengembangan ekowisata perairannya
disusun guna memenuhi tugas dosen pada mata Pengelolaan Ekosistem Pesisisr
Dan Pulau-Pulau Kecil di lingkup jurusan manajemen sumber daya perairan
universitas maritim raja ali haji.Selain itu, penulis juga berharap agar makalah ini
dapat menambah wawasan bagi pembaca tentang PENGELOLAAN
EKOSISTEM TERUMBU KARANG DI PULAU-PULAU KECIL.
Penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada Bapak/Ibu selaku
dosen mata kuliah.Tugas yang telah diberikan ini dapat menambah pengetahuan
dan wawasan terkait bidang yang ditekuni penulis. Penulis juga mengucapkan
terima kasih pada semua pihak yang telah membantu proses penyusunan makalah
ini.Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu,
kritik dan saran yang membangun akan penulis terima demi kesempurnaan
makalah ini.

Tanjungpinang 4,November,2020
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................................2
BAB I...................................................................................................................................4
PENDAHULUAN..................................................................................................................4
1,1 LATAR BELAKANG.....................................................................................................4
1,2 Rumusan Masalah...................................................................................................5
1,3 Tujuan......................................................................................................................5
BAB II. ISI............................................................................................................................6
PEMBAHASAN....................................................................................................................6
A.    Pengertian...............................................................................................................6
B.     Jenis-jenis terumbu karang.....................................................................................8
C.    Terumbu Karang Sebagai Aset Keindahan dan Kekayaan laut Indonesia..............11
D,Strategi mengelola terumbu karang.........................................................................12
BAB III...............................................................................................................................15
PENUTUP.........................................................................................................................15
A.    Kesimpulan............................................................................................................15
BAB I.

PENDAHULUAN

1,1 LATAR BELAKANG

Eksistensi Indonesia sebagai salah satu pusat terumbu karang diyakini


terus mengalami degradasi. Tentunya masalah itu, akan semakin meluas jika tidak
segera diambil langkah-langkah untuk melestarikannya. Sebagai salah satu negara
kepulauan terbesar di dunia, Indonesia juga dikenal sebagai salah satu pusat
keanekaragaman hayati laut dunia dengan kekayaan terumbu karangnya.
Namun sayangnya, saat ini kekayaan terumbu karang Indonesia justru terancam
rusak akibat berbagai hal, baik karena faktor alam seperti perubahan iklim
maupun akibat ulah manusia sendiri. Indonesia sendiri memiliki luas total
terumbu karang sekitar 85.200 Km2 atau sekitar 18% luas total terumbu karang
dunia dan 65% luas total di coral triangle, yang meliputi Indonesia, Filipina,
Malaysia, Timor Leste, Papua Nugini dan Kepulauan Salomon.Keberadaan
terumbu karang pada 6 negara itu mendapat julukan coral triangle (segi tiga
karang dunia) karena jika ditarik garis batas yang melingkupi wilayah terumbu
karang pada negara-negara tersebut maka akan menyerupai segitiga dengan total
luas sekitar 75.000Km2.Beberapa kepulauan di Indonesia selama ini diketahui
memiliki jenis karang cukup tinggi seperti Nusa Penida (Bali), Komodo (NTT),
Bunaken (Sulut), Kepulauan Derawan (Kaltim), Kepulauan Wakatobi (Sultra),
dan Teluk Cendrawasih (Papua). Namun sayangnya, lagi-lagi kekayaan
keanekaragaman hayati yang dimiliki bangsa Indonesia itu tidak dapat terpelihara,
baik akibat perubahan iklim maupun masalah lokal seperti ketidaktahuan, bahkan
keserakahan dalam mengeksploitasi kekayaan alam demi mendapat keuntungan
tanpa memikirkan kelestarian alam.Maka dari itu, saat ini sebanyak 22% terumbu
karang di wilayah Indonesia Bagian Timur dan Papua Nugini mengalami rusak.
Angka ini lebih kecil dibandingkan kerusakan di wilayah Indonesia Bagian Barat
sebesar 71%.
1,2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana cara pengelolaan terumbu karang?
2. Jenis-jenis terumbu karang?
3. Strategi pengelolaan terumbu karang?

1,3 Tujuan
Mengeahui jenis jenis terumbu karang yang ada di indonesia serta
bagaimana cara pengelolaannya yang baik dan benar dengan anjuran
pemerintah.Serta bagaimana cara perawatan terumbu karang higga bisa di jadikan
sebagai sumber mata pencaharian di pulau-pulau kecil dengan cara penglolaan
yang tidak berdampak curam atau perusakan pada ekkosismtem terumbu karang
BAB II. ISI

PEMBAHASAN
A.    Pengertian
Terumbu karang adalah sekumpulan hewan karang yang bersimbiosis
dengan sejenis tumbuhan alga yang disebut zooxanhellae. Terumbu karang
termasuk dalam jenis filum Cnidaria kelas Anthozoa yang memiliki tentakel.
Kelas Anthozoa tersebut terdiri dari dua Subkelas yaitu Hexacorallia (atau
Zoantharia) dan Octocorallia, yang keduanya dibedakan secara asal-usul,
Morfologi dan Fisiologi.Koloni karang dibentuk oleh ribuan hewan kecil yang
disebut Polip. Dalam bentuk sederhananya, karang terdiri dari satu polip saja yang
mempunyai bentu.Namun pada kebanyakan Spesies, satu individu polip karang
akan berkembang menjadi banyak individu yang disebut koloni. Hewan ini
memiliki bentuk unik dan warna beraneka rupa serta dapat menghasilkan CaCO3.
Terumbu karang merupakan habitat bagi berbagai spesiestumbuhan laut, hewan
laut, dan mikroorganisme laut lainnya yang belum diketahui.
Terumbu karang secara umum dapat dinisbatkan kepada struktur fisik
beserta ekosistem yang menyertainya yang secara aktif membentuk sedimen
kalsium karbonat akibat aktivitas biologi(biogenik) yang berlangsung di bawah
permukaan laut. Bagi ahli geologi, terumbu karang merupakan struktur batuan
sedimen dari kapur (kalsium karbonat) di dalam laut, atau disebut singkat dengan
terumbu. Bagi ahli biologi terumbu karang merupakan suatu ekosistem yang
dibentuk dan didominasi oleh komunitas koral.
Dalam peristilahan ‘terumbu karang’, “karang” yang dimaksud adalah koral,
sekelompok hewan dari ordo Scleractinia yang menghasilkan kapur sebagai
pembentuk utama terumbu.
Terumbu adalah batuan sedimen kapur di laut, yang juga meliputi karang
hidup dan karang mati yang menempel pada batuan kapur tersebut. Sedimentasi
kapur di terumbu dapat berasal dari karang maupun dari alga. Secara fisik
terumbu karang adalah terumbu yang terbentuk dari kapur yang dihasilkan oleh
karang Di Indonesia semua terumbu berasal dari kapur yang sebagian besar
dihasilkan koral Kerangka karang mengalami erosi dan terakumulasi menempel di
dasar terumbu.
Terumbu karang pada umumnya hidup di pinggir pantai atau daerah yang
masih terkena cahaya matahari kurang lebih 50 m di bawah permukaan laut.
Beberapa tipe terumbu karang dapat hidup jauh di dalam laut dan tidak
memerlukan cahaya, namun terumbu karang tersebut tidak bersimbiosis dengan
zooxanhellae dan tidak membentuk karang.
Ekosistem terumbu karang sebagian besar terdapat di perairan tropis,
sangat sensitif terhadap perubahan lingkungan hidupnya terutama suhu, salinitas,
sedimentasi, Eutrofikasi dan memerlukan kualitas perairan alami (pristine).
Demikian halnya dengan perubahan suhu lingkungan akibat pemanasan global
yang melanda perairan tropis di tahun 1998 telah menyebabkan pemutihan karang
(coral bleaching) yang diikuti dengan kematian massal mencapai 90-95%. Selama
peristiwa pemutihan tersebut, rata-rata suhu permukaan air di perairan Indonesia
adalah 2-3 °C di atas suhu normal.Kondisi optimum.Untuk dapat bertumbuh dan
berkembang biak secara baik, terumbu karang membutuhkan kondisi lingkungan
hidup yang optimal, yaitu pada suhu hangat sekitar di atas 20oC.
Terumbu karang juga memilih hidup pada lingkungan perairan yang jernih
dan tidak berpolusi.Hal ini dapat berpengaruh pada penetrasi cahaya oleh terumbu
karang.
Beberapa terumbu karang membutuhkan cahaya matahari untuk melakukan
kegiatan fotosintesis. Polip-polip penyusun terumbu karang yang terletak pada
bagian atas terumbu karang dapat menangkap makanan yang terbawa arus laut
dan juga melakukan fotosintesis. Oleh karena itu, oksigen-oksigen hasil
fotosintesis yang terlarut dalam air dapat dimanfaatkan oleh spesies
laut lainnya.Hewan karang sebagai pembangun utama terumbu adalah organisme
laut yang efisien karena mampu tumbuh subur dalam lingkungan sedikit nutrien
(oligotrofik).
B.     Jenis-jenis terumbu karang
1.      Berdasarkan kemampuan memproduksi kapur
a.       Karang hermatipik
Karang hermatifik adalah karang yang dapat membentuk bangunan karang
yang dikenal menghasilkan terumbu dan penyebarannya hanya ditemukan di
daerah tropis. Karang hermatipik bersimbiosis mutualisme dengan zooxanthellae,
yaitu sejenis algae uniseluler (Dinoflagellata unisuler), seperti Gymnodinium
microadriatum, yang terdapat di jaringan-jaringan polip binatang karang dan
melaksanakan Fotosintesis. Dalam simbiosis, zooxanthellae menghasilkan
oksigen dan senyawa organik melalui fotosintesis yang akan dimanfaatkan oleh
karang, sedangkan karang menghasilkan komponen inorganik berupa nitrat, fosfat
dan karbon dioksida untuk keperluan hidup zooxanthellae Hasil samping dari
aktivitas ini adalah endapan kalsium karbonat yang struktur dan bentuk
bangunannya khas. Ciri ini akhirnya digunakan untuk menentukan jenis atau
spesies binatang karang.
Karang hermatipik mempunyai sifat yang unik yaitu perpaduan antara sifat
hewan dan tumbuhan sehingga arah pertumbuhannya selalu bersifat Fototropik
positif. Umumnya jenis karang ini hidup di perairan pantai /laut yang cukup
dangkal dimana penetrasi cahaya matahari masih sampai ke dasar perairan
tersebut. Disamping itu untuk hidup binatang karang membutuhkan suhu air yang
hangat berkisar antara 25-32 °C.
b.      Karang ahermatipik
Karang ahermatipik tidak menghasilkan terumbu dan ini merupakan
kelompok yang tersebar luas diseluruh dunia.
2.      Berdasarkan bentuk dan tempat tumbuh
a.       Terumbu (reef)
Endapan masif batu kapur (limestone), terutama kalsium karbonat
(CaCO3), yang utamanya dihasilkan oleh hewan karang dan biota-biota lain,
seperti alga berkapur, yang mensekresi kapur, seperti alga berkapur dan Mollusca.
Konstruksi batu kapur biogenis yang menjadi struktur dasar suatu ekosistem
pesisir. Dalam dunia navigasi laut, terumbu adalah punggungan laut yang
terbentuk oleh batuan kapur (termasuk karang yang masuh hidup)di laut dangkal.
b.      Karang (koral)
Disebut juga karang batu (stony coral), yaitu hewan dari Ordo Scleractinia,
yang mampu mensekresi CaCO3. Karang batu termasuk ke dalam Kelas Anthozoa
yaitu anggota Filum Coelenteratayang hanya mempunyai stadium polip. Dalam
proses pembentukan terumbu karang maka karang batu (Scleratina) merupakan
penyusun yang paling penting atau hewan karang pembangun terumbu. Karang
adalah hewan klonal yang tersusun atas puluhan atau jutaan individu yang disebut
polip. Contoh makhluk klonal adalah tebu atau bambu yang terdiri atas banyak
ruas.
c.       Karang terumbu
Pembangun utama struktur terumbu, biasanya disebut juga sebagai karang
hermatipik (hermatypic coral) atau karang yang menghasilkan kapur. Karang
terumbu berbeda dari karang lunak yang tidak menghasilkan kapur, berbeda
dengan batu karang (rock) yang merupakan batu cadas atau batuan vulkanik.
d.      Terumbu Karang
Ekosistem di dasar laut tropis yang dibangun terutama oleh biota laut
penghasil kapur (CaCO3) khususnya jenis¬-jenis karang batu dan alga berkapur,
bersama-sama dengan biota yang hidup di dasar lainnya seperti jenis¬-jenis
moluska, Krustasea, Echinodermata, Polikhaeta, Porifera, dan Tunikata serta
biota-biota lain yang hidup bebas di perairan sekitarnya, termasuk jenis-
jenisPlankton dan jenis-jenis nekton.
3.      Berdasarkan Letak
a.       Terumbu karang tepi
Terumbu karang tepi atau karang penerus atau fringing reefs adalah jenis
terumbu karang paling sederhana dan paling banyak ditemui di pinggir pantai
yang terletak di daerah tropis. Terumbu karang tepi berkembang di mayoritas
pesisir pantai dari pulau-pulau besar. Perkembangannya bisa mencapai kedalaman
40 meter dengan pertumbuhan ke atas dan ke arah luar menuju laut lepas. Dalam
proses perkembangannya, terumbu ini berbentuk melingkar yang ditandai dengan
adanya bentukan ban atau bagian endapan karang mati yang mengelilingi pulau.
Pada pantai yang curam, pertumbuhan terumbu jelas mengarah secara vertikal.
Contoh: Bunaken (Sulawesi), Pulau Panaitan (Banten), Nusa Dua (Bali).
b.      Terumbu karang penghalang
Secara umum, terumbu karang penghalang atau barrier reefs menyerupai
terumbu karang tepi, hanya saja jenis ini hidup lebih jauh dari pinggir pantai.
Terumbu karang ini terletak sekitar 0.5¬2 km ke arah laut lepas dengan dibatasi
oleh perairan berkedalaman hingga 75 meter. Terkadang membentuk lagoon
(kolom air) atau celah perairan yang lebarnya mencapai puluhan kilometer.
Umumnya karang penghalang tumbuh di sekitar pulau sangat besar atau benua
dan membentuk gugusan pulau karang yang terputus-putus.
Contoh: Batuan Tengah (Bintan, Kepulauan Riau), Spermonde (Sulawesi
Selatan), Kepulauan Banggai (Sulawesi Tengah).
c.       Terumbu karang datar
Terumbu karang datar atau gosong terumbu (patch reefs), kadang-kadang
disebut juga sebagai pulau datar (flat island). Terumbu ini tumbuh dari bawah ke
atas sampai ke permukaan dan, dalam kurun waktu geologis, membantu
pembentukan pulau datar. Umumnya pulau ini akan berkembang secara horizontal
atau vertikal dengan kedalaman relatif dangkal.Contoh: Kepulauan Seribu (DKI
Jakarta), Kepulauan Ujung Batu (Aceh)
4.      Berdasarkan zonasi
a.       Terumbu yang mengadap angina
Terumbu yang menghadap angin (dalam bahasa Inggris: Windward reef)
Windward merupakan sisi yang menghadap arah datangnya angin. Zona ini
diawali oleh lereng terumbu yang menghadap ke arah laut lepas. Di lereng
terumbu, kehidupan karang melimpah pada kedalaman sekitar 50 meter dan
umumnya didominasi oleh karang lunak. Namun, pada kedalaman sekitar 15
meter sering terdapat teras terumbu yang memiliki kelimpahan karang keras yang
cukup tinggi dan karang tumbuh dengan subur.Mengarah ke dataran pulau atau
gosong terumbu, di bagian atas teras terumbu terdapat penutupan alga koralin
yang cukup luas di punggungan bukit terumbu tempat pengaruh gelombang yang
kuat. Daerah ini disebut sebagai pematang alga. Akhirnya zona windward diakhiri
oleh rataan terumbu yang sangat dangkal.
b.      Terumbu yang membelakangi angina
Terumbu yang membelakangi angin (Leeward reef) merupakan sisi yang
membelakangi arah datangnya angin. Zona ini umumnya memiliki hamparan
terumbu karang yang lebih sempit daripadawindward reef dan memiliki
bentangan goba (lagoon) yang cukup lebar.[1] Kedalaman goba biasanya kurang
dari 50 meter, namun kondisinya kurang ideal untuk pertumbuhan karang karena
kombinasi faktor gelombang dan sirkulasi air yang lemah serta sedimentasi yang
lebih besar.
C.    Terumbu Karang Sebagai Aset Keindahan dan Kekayaan laut Indonesia
Ekosistem terumbu karang merupakan gudang persediaan makanan dan
bahan obat-obatan bagi manusia di masa kini maupun di masa mendatang. Selain
itu keindahannya juga menjadi daya tarik yang bisa menjadi sumber devisa bagi
negara melalui kegiatan pariwisata. Wisata bahari Indonesia tengah berkembang
pesat dan ekosistem terumbu karang merupakan salah satu aset utamanya.
Ekosistem terumbu karang adalah tempat tinggal bagi ribuan binatang dan
tumbuhan yang banyak diantaranya memiliki nilai ekonomi tinggi. Berbagai jenis
binatang mencari makan dan berlindung di ekosistem ini. Berjuta penduduk
Indonesia bergantung sepenuhnya pada ekosistem terumbu karang sebagai sumber
pencaharian. Jumlah produksi ikan, kerang dan kepiting dari ekosistem terumbu
karang secara lestari di seluruh dunia dapat mencapai 9 juta ton atau sedikitnya
12% dari jumlah tangkapan perikanan dunia. Sumber perikanan yang ditopang
oleh ekosistem terumbu karang memiliki arti penting bagi masyarakat setempat
yang pada umumnya masih memakai alat tangkap tradisional.
Selain nilai ekonominya, ekosistem terumbu karang juga merupakan
laboratorium alam yang sangat unik untuk berbagai kegiatan penelitian yang dapat
mengungkapkan penemuan yang berguna bagi kehidupan manusia. Beberapa jenis
spongs, misalnya, merupakan binatang yang antara lain terdapat di ekosistem
terumbu karang yang berpotensi mengandung bahan bioakif yang dapat dijadikan
bahan obat-obatan antara lain untuk penyembuhan penyakit kanker. Selain itu
binatang karang tertentu yang mengandung kalsium karbonat telah dipergunakan
untuk pengobatan tulang rapuh. Fungsi lain dari ekosistem terumbu karang yang
hidup di dekat pantai ialah memberikan perlindungan bagi berbagai properti yang
ada di kawasan pesisir dari ancaman pengikisan oleh ombak dan arus.

D,Strategi mengelola terumbu karang


Pengelolaan terumbu karang bisa dilakukan dengan berbagai pendekatan. 
White and Alcala (1988) dalam Sondita dan Bachtiar (2002) mengelompokan
pendekatan dasar menjadi 7 macam yaitu:
1.      Membagi wilayah.  Pendekatan konservasi ini membagi terumbu karang menjadi
beberapa macam wilayah yang digunakan untuk bermacam-macam keperluan dan
level penggunaan.
2.      Menutup temporer.  Konservasi dilakukan dengan cara menutup terumbu selama
bererapa waktu (minggu, bulan) pada musim reproduksi hewan atau tanaman
yang penting untuk dilindungi.
3.      Menutup dan membuka selama beberapa waktu.  Pendekatan ini membolehkan
penggunaan terumbu karang selama beberapa waktu yang diselingi oleh
penutupan untuk mengembalikan terumbu dari dampak penggunaannya.
4.      Menutup permanen suatu wilayah kecil yang terpilih ( suaka laut/perikanan).
5.      Menentukan suatu level penggunaan yang dipebolehkan.  Jika melewati daya
dukungnya, penggunaan terumbu karang yang berlebihan dapat bersifat merusak. 
Oleh karena itu, pengaturan tentang batas maksimal penyelam perhari atau batas
penangkapan ikan per tahun merupakan aturan pengelolaan yang perlu dipikirkan.
6.      Melarang atau membatasi alat-alat eksploitasi yang tidak dapat diterima. 
Misalnya, jaring yang berukuran kecil atau muro-ami yang batunya menyentuh
terumbu.
7.      Membuat batas-batas ukuran penangkapan.  Pengambilan spesies-spesies yang
diijinkan diatur dengan ketentuan batas-batas maksimum atau minimum untuk
menjamin bahwa biota yang boleh ditangkap sempat bertelur sebelum mati.
F.      Manfaat terumbu karang bagi kehidupan
Terumbu karang bagi kehidupan manusia sangatlah berarti. Banyak
potensi-potensi yang dihasilkan oleh terumbu karang bagi kehidupan laut maupun
manusia. Berikut merupakan fungsi-fungsi dari terumbu karang.
1.      Pelindung ekosistem pantai
Dari segi fisik terumbu karang berfungsi sebagai pelindung pantai dari
erosi dan abrasi, struktur karang yang keras dapat menahan gelombang dan arus
sehingga mengurangi abrasi pantai dan mencegah rusaknya ekosistim pantai lain
seperti padang lamun dan magrove.
2.      Rumah bagi banyak jenis mahluk hidup di laut
Terumbu karang bagaikan oase di padang pasir untuk lautan. Karenanya
banyak hewan dan tanaman yang berkumpul di sini untuk mencari makan,
memijah, membesarkan anaknya, dan berlindung. Bagi manusia, ini artinya
terumbu karng mempunyai potensial perikanan yang sangat besar, baik untuk
sumber makanan maupun mata pencaharian mereka. Diperkirakan, terumbu
karang yang sehat dapat menghasilkan 25 ton ikan per tahunnya. Sekitar 500 juta
orang di dunia menggantungkan nafkahnya pada terumbu karang, termasuk
didalamnya 30 juta yang bergantung secara total pada terumbu karang sebagai
penhidupan.
3.      Sumber Obat-obatan
Pada terumbu karang banyak terdapat bahan-bahan kimia yang
diperkirakan bisa menjadi obat bagi manusia. Saat ini banyak penelitian mengenai
bahan-bahan kimia tersebut untuk dipergunakan untuk mengobati berbagai
manusia.
4.      Objek wisata
Terumbu karang yang bagus akan menarik minat wisatawan sehingga
meyediakan alternatif pendapatan bagi masyarakat sekitar. Diperkirakan sekitra
20 juta penyelam, menyelam dan menikmati terumbu karang per tahun.
5.      Daerah Penelitian
Penelitian akan menghasilkan informasi penting dan akurat sebagai dasar
pengelolaan yang lebih baik. Selain itu, masih banyak jenis ikan dan organisme
laut serta zat-zat yang terdapat di kawasan terumbu karang yang belum pernah
diketahui manusia sehingga perlu penelitian yang lebih intensif untuk mengetahui
‘misteri’ laut tersebut.
6.      Mempunyai nilai spiritual
Bagi banyak masyarakat, laut adalah daerah spiritual yang sangat penting,
Laut yang terjaga karena terumbu karang yang baik tentunya mendukung
kekayaan spiritual ini.
7.      Sumber mata pencaharian
Banyak orang yang menggantungkan hidupnya pada terumbu karang.
Tentu saja mnjadikan terumbu karang sebagai sumber mata pencarian harus di
ikuti dengan rasa tanggung jawab sehingga tidak terjadi eksploitasi yang terlalu
berlebihan. Selain itu terumbu karang juga dapat menjadi objek wisata yang
tentunya dapat menambah pundi-pundi rupiah dari wisatawan.
E.       Cara Menanggulangi dan Melestarikan Kerusakan Terumbu Karang
Beberapa aktivitas manusia yang harus dilakukan agar mencegah
kerusakan terumbu karang:
1.      Tidak membuang sampah ke laut dan pantai yang dapat mencemari air laut
2.      Tidak membawa pulang ataupun menyentuh terumbu karang saat menyelam, satu
sentuhan saja dapat membunuh terumbu karang
3.      Tidak melakukan pemborosan air, semakin banyak air yang digunakan maka
semakin banyak pula limbah air yang dihasilkan dan dibuang ke laut.
4.      Tidak menggunakan pupuk dan pestisida buatan, seberapapun jauh letak pertanian
tersebut dari laut residu kimia dari pupuk dan pestisida buatan pada akhinya akan
terbuang ke laut juga.
5.      Tidak membuang jangkar pada pesisir pantai secara tidak sengaja akan merusak
terumbu karang yang berada di bawahnya.
6.      Mengatur populasi predator terumbu karang, seperti sejenis siput drupella.
7.      Tidak melakukan penambangan secara sembarangan
8.      Tidak melakukan pembangunan pemukiman diareal sekitar terumbu karang
9.      Tidak melakukan reklamasi pantai secara sembarangan
10.  Menjaga kondisi perairan agar bebas dari polusi
11.  Tidak melakukan penangkapan ikan dengan cara yang salah, seperti pemakaian
bom ikan
BAB III

PENUTUP

A.    Kesimpulan
1.      Ekosistem terumbu karang adalah tempat tinggal bagi ribuan binatang dan
tumbuhan yang banyak diantaranya memiliki nilai ekonomi tinggi. Berbagai jenis
binatang mencari makan dan berlindung di ekosistem ini. Ekosistem terumbu
karang juga merupakan laboratorium alam yang sangat unik untuk berbagai
kegiatan penelitian yang dapat mengungkapkan penemuan yang berguna bagi
kehidupan manusia.
2.      keberadaan terumbu karang di dunia khususnya di indonesia mulai terancam. Di
indonesia persentase perusakan terumbu karang tiap tahunnya menunjukan
kenaikan yang signifikan, dalam kurun waktu 4 tahun (2004-2008) 34% terumbu
karang di indonesia berkondisi sangat buruk, dan ironisnya hanya 3 % terumbu
karang yang dalam keadaan sangat baik.Ancaman utama terhadap terumbu karang
adalah pembangunan daerah pesisir, polusi laut, sedimentasi dan pencemaran dari
darat, overfishing (penangkapan sumberdaya berlebih), destruktif fishing
(penangkapan ikan dengan cara merusak), dan pemutihan karang ( coral
bleaching) akibat pemanasan global.
4.      Cara pencegahan untuk mengurangi pencemaran terhadap terumbu karang dapat
dilakuakn dengan dua hal yaitu dengan Zonasi dan Rehabilitasi.

Anda mungkin juga menyukai