Anda di halaman 1dari 31

MAKALAH SUMBER DAYA LAUT TROPIS (SDLT)

EKOSISTEM TERUMBU KARANG

Disusun oleh :

1. Isnawati ( 2240704108 )

2. Marveni ( 2240704111 )

3. Mutiara ( 2240704109 )

4. Henni Danel ( 2240704074 )

5. Elviani ( 2240704088 )

6. Lidya Pero ( 2240704097 )

7.Yelfriani Warani ( 2240704070 )

PROGRAM STUDI S1 KEBIDANAN

UNIVERSITAS BORNEO TARAKAN

TAHUN 2023
BAB  I

 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sebagai negara kepulauan terbesar dan secara geografis terletak diantara samudra

pasifik dan samudra hindia,keanekaragaman hayati laut indonesia tak terhitung jumlahnya

terumbu karang Indonesia sangat beraneka ragam dan memegang peranan yang sangat

penting dalam menjaga keseimbangan lingkungan dan menyumbang stabilitas fisik pada garis

pantai tetangga sekitarnya.Oleh karena itu harus dilindungi dan dikembangkan secara

terus menerus baik untuk kepentingan generasi sekarang maupun generasi mendatang.

Terumbu karang sangat mudah terpengaruh oleh kondisi lingkungan sekitarnya baik

secara fisik juga biologis. Akibat kombinasi dampak negatif langsung dan tidak langsung

pada terumbu karang Indonesia, sebagian besar terumbu karang di wilayah Indonesia saat ini

sudah mengalami kerusakan yang sangat parah. Bagaimanapun juga, tekanan terhadap

keberadaan terumbu karang paling banyak diakibatkan oleh kegiatan manusia, sehingga

perlu dilakukan langkah-langkah pencegahan. . Peningkatan kegiatan manusia sepanjang

garis pantai semakin memperparah kondisi terumbu karang.Oleh karena itu merupakan

kebutuhan mendesak untuk menerapkan konservasi dan rencana-rencana pengelolaan yang

baik untuk melindungi terumbu karang dari kerusakan yang semakin parah. Langkah dan

kebijakan yang perlu dilakukan untuk mengurangi ancaman terhadap terumbu karang di

Indonesia adalah dengan meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap perlunya menjaga

kelestarian terumbu karang dan meningkatkan keterlibatan semua pihak dalam menjaga

kelestarian terumbu karang di Indonesia.


1.2 Identifikasi Masalah

1. Bagaimana kondisi terumbu karang di Indonesia.

2. Apa penyebab – penyebab kerusakan yang terjadi pada terumbu karang di Indonesia

dan bahayanya terhadap lingkungan hidup.

3. Apa saja upaya – upaya yang dapat dilakukan untuk menyelamatkan terumbu karang

dari kerusakan .

1.3  Maksud dan Tujuan

1. Dapat mengetahui kondisi terumbu karang di Indonesia.

2. Mempelajari mengenai fungsi dan manfaat terumbu karang.

3. Dapat mengetahui sebab – sebab kerusakan terumbu karang yang selama ini terjadi

dan dampaknya bagi lingkungan.

4. Dapat mengetahui hal – hal apa saja yang dapat dilakukan untuk menyelamatkan

terumbu karang.
BAB  II

TERUMBU KARANG

2.1 Pengertian Terumbu Karang

Terumbu Karang merupakan salah satu komponen utama sumber daya pesisir dan laut

utama. Terumbu karang merupakan kumpulan fauna laut yang berkumpul menjadi satu

membentuk terumbu. Struktur tubuh karang banyak terdiri atas kalsium dan karbon. Hewan

ini hidup dengan memakan berbagai mikroorganisme yang hidup melayang di kolom perairan

laut.Terumbu karang adalah struktur hidup yang terbesar dan tertua di dunia. Untuk

sampai ke kondisi yang sekarang, terumbu karang membutuhkan waktu berjuta tahun.

Tergantung dari jenis, dan kondisi perairannya, terumbu karang umumnya hanya tumbuh

beberapa milimeter saja per tahunnya. Yang ada di perairan Indonesia saja saat ini paling

tidak mulai terbentuk sejak 450 juta tahun silam. Terumbu Karang menjadi rumah bagi

ribuan spesies makhluk hidup. Jika rumahnya saja dalam kondisi tidak baik atau

bahkan hancur, bisa dibayangkan berapa banyak makhluk hidup yang terancam punah.

Diperkirakan lebih dari 3.000 spesies dapat dijumpai pada terumbu karang. Terumbu karang

lebih banyak mengandung hewan vertebrata. Beberapa jenis ikan seperti ikan kepe-kepe dan

betol menghabiskan seluruh waktunya di terumbu karang, sedangkan ikan lain seperti ikan

hiu atau ikan kuwe lebih banyak menggunakan waktunya di terumbu karang untuk mencari

makan. Udang lobster, ikan scorpion dan beberapa jenis ikan karang lainnya diterumbu

karang bagi mereka adalah sebagai tempat bersarang dan memijah. Terumbu karang yang

beraneka ragam bentuknya tersebut memberikan tempat persembunyian yang baik bagi iakn.

Di situ hidup banyak jenis ikan yang warnanya indah.Gmb. Jaring makanan ekosistem

Terumbu karang (www. blueseafer.wordpress.com)

Terumbu karang pada umumnya hidup di pinggir pantai atau daerah yang masih

terkena cahaya matahari kurang lebih 50 m di bawah permukaan laut. Beberapa tipe terumbu
karang dapat hidup jauh di dalam laut dan tidak memerlukan cahaya, namun terumbu karang

tersebut tidak bersimbiosis dengan zooxanhellae dan tidak membentuk karang.

Kondisi Optimum Untuk dapat bertumbuh dan berkembang biak secara baik, terumbu

karang membutuhkan kondisi lingkungan hidup yang optimal, yaitu pada suhu hangat sekitar

di atas 20oC. Terumbu karang juga memilih hidup pada lingkungan perairan yang jernih dan

tidak berpolusi. Hal ini dapat berpengaruh pada penetrasi cahaya oleh terumbu karang.

Beberapa terumbu karang membutuhkan cahaya matahari untuk melakukan kegiatan

fotosintesis. Polip-polip penyusun terumbu karang yang terletak pada bagian atas terumbu

karang dapat menangkap makanan yang terbawa arus laut dan juga melakukan fotosintesis.

Oleh karena itu, oksigen-oksigen hasil fotosintesis yang terlarut dalam air dapat dimanfaatkan

oleh spesies laut lainnya.

2.2. Jenis-Jenis Terumbu Karang

1. Berdasarkan Letak

a) Terumbu karang tepi ( fringing reefs) 

Terumbu karang tepi atau karang penerus berkembang di mayoritas pesisir

pantai dari pulau-pulau besar. Perkembangannya bisa mencapai kedalaman 40

meter dengan pertumbuhan ke atas dan ke arah luar menuju laut lepas. Dalam

proses perkembangannya, terumbu ini berbentuk melingkar yang ditandai dengan

adanya bentukan ban atau bagian endapan karang mati yang mengelilingi pulau.

Pada pantai yang curam, pertumbuhan terumbu jelas mengarah secara vertikal.

Contoh: Bunaken (Sulawesi), Pulau Panaitan (Banten), Nusa Dua (Bali).

b) Terumbu Karang Penghalang (barrier reefs)

Terumbu karang ini terletak pada jarak yang relatif jauh dari pulau, sekitar 0.52 km

ke arah laut lepas dengan dibatasi oleh perairan berkedalaman hingga 75 meter.

Terkadang membentuk lagoon (kolom air) atau celah perairan yang lebarnya
mencapai puluhan kilometer. Umumnya karang penghalang tumbuh di sekitar pulau

sangat besar atau benua dan membentuk gugusan pulau karang yang terputus-putus.

Contoh: Batuan Tengah (Bintan, Kepulauan Riau), Spermonde (Sulawesi Selatan),

Kepulauan Banggai (Sulawesi Tengah).

c) Terumbu Karang Cincin ( atolls) 

Terumbu  karang  yang  berbentuk  cincin  yang  mengelilingi  batas  dari  pulau-

pulau vulkanik  yang  tenggelam  sehingga  tidak  terdapat  perbatasan  dengan 

daratan. Menurut Darwin, terumbu karang cincin merupakan proses lanjutan dari

terumbu karang penghalang, dengan kedalaman rata-rata 45 meter. Contoh: Taka

Bone Rate (Sulawesi), Maratua (Kalimantan Selatan), Pulau Dana (NTT), Mapia

(Papua).

d) Terumbu Karang Datar/Gosong terumbu (patch reefs) 

Gosong terumbu (patch reefs), terkadang disebut juga sebagai pulau datar (flat

island). Terumbu ini tumbuh dari bawah ke atas sampai ke permukaan dan, dalam

kurun waktu geologis, membantu pembentukan pulau datar. Umumnya pulau ini akan

berkembang secara horizontal atau vertikal dengan kedalaman relatif dangkal.

Contoh:  Kepulauan Seribu (DKI Jakarta),  Kepulauan Ujung Batu (Aceh).

2. Berdasarkan Zonasi

a) Terumbu yang menghadap angin

Terumbu yang menghadap angin (dalam bahasa Inggris: Windward reef) Windward

merupakan sisi yang menghadap arah datangnya angin. Zona ini diawali oleh lereng

terumbu yang menghadap ke arah laut lepas. Di lereng terumbu, kehidupan karang

melimpah pada kedalaman sekitar 50 meter dan umumnya didominasi oleh karang

lunak. Namun, pada kedalaman sekitar 15 meter sering terdapat teras terumbu yang

memiliki kelimpahan karang keras yang cukup tinggi dan karang tumbuh dengan
subur. Mengarah ke dataran pulau atau gosong terumbu, di bagian atas teras terumbu

terdapat penutupan alga koralin yang cukup luas di punggungan bukit terumbu tempat

pengaruh gelombang yang kuat. Daerah ini disebut sebagai pematang alga. Akhirnya

zona windward diakhiri oleh rataan terumbu yang sangat dangkal.

b) Terumbu yang membelakangi angin

Terumbu yang membelakangi angin (Leeward reef) merupakan sisi yang

membelakangi arah datangnya angin. Zona ini umumnya memiliki hamparan terumbu

karang yang lebih sempit daripada windward reef dan memiliki bentangan goba

(lagoon) yang cukup lebar. Kedalaman goba biasanya kurang dari 50 meter, namun

kondisinya kurang ideal untuk pertumbuhan karang karena kombinasi faktor

gelombang dan sirkulasi air yang lemah serta sedimentasi yang lebih besar.

3. Berdasarkan kepada Kemampuan memproduksi Kapur

a) Karang hermatipik

Karang hermatifik adalah karang yang dapat membentuk bangunan karang yang

dikenal menghasilkan terumbu dan penyebarannya hanya ditemukan didaerah tropis.

Karang hermatipik mempunyai sifat yang unik yaitu perpaduan antara sifat hewan dan

tumbuhan sehingga arah pertumbuhannya selalu bersifat fototeopik positif. Umumnya

jenis karang ini hidup di perairan pantai /laut yang cukup dangkal dimana penetrasi

cahaya matahari masih sampai ke dasar perairan tersebut.

b) Karang ahermatipik.

Karang ahermatipik tidak menghasilkan terumbu dan ini merupakan kelompok yang

tersebar luas diseluruh dunia. Perbedaan utama karang Hermatipik dan karang

ahermatipik adalah adanya simbiosis mutualisme antara karang hermatipik dengan

zooxanthellae, yaitu sejenis algae unisular (Dinoflagellata unisular), seperti Gymnodi

niummicroadriatum, yang terdapat di jaringan-jaringan polip binatang karang dan


melaksanakan fotosistesis. Hasil samping dari aktivitas ini adalah endapan kalsium

karbonat yang struktur dan bentuk bangunannya khas. Ciri ini akhirnya digunakan

untuk menentukan jenis atau spesies binatang karang.

4. Berdasarkan Bentuk dan Tempat Tumbuh

a) Terumbu (reef)

Endapan masif batu kapur (limestone), terutama kalsium karbonat (CaCO3), yang

utamanya dihasilkan oleh hewan karang dan biota-biota lain, seperti alga berkapur,

yang mensekresi kapur, seperti alga berkapur dan Mollusca. Konstruksi batu kapur

biogenis yang menjadi struktur dasar suatu ekosistem pesisir. Dalam dunia navigasi

laut, terumbu adalah punggungan laut yang terbentuk oleh batuan kapur (termasuk

karang yang masuh hidup) di laut dangkal.

b) Karang (koral)

Disebut juga karang batu (stony coral), yaitu hewan dari Ordo Scleractinia, yang

mampu mensekresi CaCO3. Karang batu termasuk ke dalam Kelas Anthozoa yaitu

anggota Filum Coelenterata yang hanya mempunyai stadium polip. Dalam proses

pembentukan terumbu karang maka karang batu (Scleratina) merupakan penyusun

yang paling penting atau hewan karang pembangun terumbu. Karang adalah hewan

klonal yang tersusun atas puluhan atau jutaan individu yang disebut polip. Contoh

makhluk klonal adalah tebu atau bambu yang terdiri atas banyak ruas.

c) Karang terumbu

Pembangun utama struktur terumbu, biasanya disebut juga sebagai karang hermatipik

(hermatypic coral) atau karang yang menghasilkan kapur. Karang terumbu berbeda

dari karang lunak yang tidak menghasilkan kapur, berbeda dengan batu karang (rock)

yang merupakan batu cadas atau batuan vulkanik.


d) Terumbu karang

Ekosistem di dasar laut tropis yang dibangun terutama oleh biota laut penghasil kapur

(CaCO3) khususnya jenis-jenis karang batu dan alga berkapur, bersama-sama dengan

biota yang hidup di dasar lainnya seperti jenis-jenis moluska, Krustasea,

Echinodermata, Polikhaeta, Porifera, dan Tunikata serta biota-biota lain yang hidup

bebas di perairan sekitarnya, termasuk jenis-jenis Plankton dan jenis-jenis nekton.

2.3 Kondisi Yang Baik Bagi Terumbu Karang

Terumbu karang dapat tumbuh dengan baik di perairan laut dengan suhu 21° - 29° C.

Masih dapat tumbuh pada suhu diatas dan dibawah kisaran suhu tersebut, tetapi

pertumbuhannya akan sangat lambat. Karena itulah terumbu karang banyak ditemukan

di perairan tropis seperti Indonesia dan juga di daerah sub tropis yang dilewari aliran arus

hangat dari daerah tropis seperti Florida, Amerika Serikat dan bagian selatan Jepang. Karang

membutuhkan perairan dangkal dan bersih yang dapat ditembus cahaya matahari yang

digunakan oleh zooxanthellae untuk ber-fotosintesis. Pertumbuhan karang pembentuk

terumbu pada kedalaman 18 - 29 m sangat lambat tetapi masih ditemukan hingga

kedalaman lebih dari 90 m. Karang memerlukan salinitas yang tinggi untuk tumbuh, oleh

karena itu, di sekitar mulut sungai atau pantai atau sekitar pemukiman penduduk akan

lambat karena karang membutuhkan perairan yang kadar garamnya sesuai untuk hidup.

2.4 Fungsi Terumbu Karang

1. Pelindung ekosistem pantai. 

Terumbu  karang  akan  menahan  dan  memecah  energi  gelombang  sehingga 

mencegah terjadinya abrasi dan kerusakan di sekitarnya.

2. Terumbu karang  sebagai penghasil oksigen. 

Terumbu karang memiliki kemampuan untuk memproduksi oksigen sama seperti fungsi

hutan di daratan, sehingga menjadi habitat yang nyaman bagi biota laut.
3. Rumah bagi banyak jenis mahluk hidup.

Terumbu karang menjadi tempat bagi hewan dan tanaman yang berkumpul untuk

mencari makan, berkembang biak, membesarkan anaknya, dan berlindung. Bagi

manusia, ini artinya terumbu karang mempunyai potensial perikanan yang sangat

besar, baik untuk sumber makanan maupun mata pencaharian mereka. Diperkirakan,

terumbu karang yang sehat dapat menghasilkan 25 ton ikan per tahunnya. Sekitar

300 juta orang di dunia menggantungkan nafkahnya pada terumbu karang

4. Sumber obat-obatan. 

Pada terumbu karang banyak terdapat bahan-bahan kimia yang diperkirakan bisa

menjadi obat bagi manusia. Saat ini sudah banyak dilakukan berbagai penelitian

mengenai bahan-bahan kimia tersebut untuk dipergunakan untuk mengobati berbagai

penyakit.

5. Objek wisata . 

Terumbu karang yang bagus akan menarik minat wisatawan pada kegiatan diving,

karena variasi terumbu karang yang berwarna-warni dan bentuk yang memikat

merupakan atraksi tersendiri bagi wisatawan baik asing maupun domestik.

Diperkirakan sekitar 20 juta penyelam, menyelam dan menikmati terumbu karang

per tahun. Hal ini dapat memberikan alternatif pendapatan bagi masyarakat sekitar.

6. Daerah Penelitian  

Penelitian akan menghasilkan informasi penting dan akurat sebagai dasar pengelolaan

yang lebih baik. Selain itu, masih banyak jenis ikan dan organisme laut serta zat-zat yang

terdapat di kawasan terumbu karang yang belum pernah diketahui manusia sehingga

perlu penelitian yang lebih intensif untuk mengetahuinya.


7. Mempunyai nilai spiritual  

Bagi banyak masyarakat, laut adalah daerah spiritual yang sangat penting. Laut yang

terjaga karena terumbu karang yang baik tentunya mendukung kekayaan spiritual ini.

Menurut Moberg and Folke (1999) dalam Cesar (2000) menyatakan bahwa fungsi

Ekosistem terumbu karang yang mengacu kepada habitat, biologis atau proses ekosistem

sebagai penyumbang barang maupun jasa.

Untuk barang merupakan yang terkait dengan sumber daya pulih seperti bahan

makanan yaitu ikan, rumput laut dan tambang seperti pasir, karang. Sedangkan untuk

jasa dari ekosistem terumbu karang dibedakan :

1. Jasa struktur fisik sebagai pelindung pantai.

2. Jasa biologi sebagai habitat dan dan suport mata rantai kehidupan.

3. Jasa biokimia sebagai fiksasi nitrogen.

4. Jasa informasi sebagai pencatatan iklim.

5. Jasa sosial dan budaya sebagai nilai keindahan, rekrasi dan permainan

2.5 Manfaat dari Terumbu Karang

Terumbu karang mengandung berbagai manfaat yang sangat besar dan beragam, baik

secara ekologi maupun ekonomi. Jenis-jenis manfaat yang terkandung dalam terumbu

karang dapat diidentifikasi menjadi dua yaitu manfaat langsung dan manfaat tidak langsung :

1) Pemanfaatan secara langsung oleh manusia adalah pemanfaatan sumber daya

ikan (kerapu, ikan baronang, ikan ekor kuning), batu karang, pariwisata, penelitian

dan pemanfaatan biota perairan lainnya yang terkandung di dalamnya.

2) Pemanfaatan secara tidak langsung adalah seperti fungsi terumbu karang sebagai

penahan abrasi pantai, keanekaragaman hayati dan lain sebagainya.

Menurut Suprihayono (2000) beberapa aktivitas pemanfaatan terumbu karang yaitu :

a) Perikanan terumbu karang


Masalah perikanan merupakan bagian dari ekosistem bahkan keanekaragaman

karang dapat mencerminkan keanekaragaman jenis ikan. Semakin beragam jenis

terumbu karang akan semakin beraneka ragam pula jenis ikan yang hidup di

ekosistem tersebut. Oleh karena itu masalah perikanan tidak bisa diabaikan pada

pengelolaan ekosistem terumbu karang. Dengan meningkatnya jumlah penduduk

saaat ini maka jumlah aktivitas penangkapan ikan di ekosistem terumbu karang

juga meningkat. Apabila hal ini dilakukan secara intensif, maka kondisi ini

memungkinkan terjadinya penurunan stock ikan di ekosistem terumbu karang.

Keadaan ini akan memakan waktu lama untuk bisa pulih kembali. Pengelolaan

yang efektif harus didasarkan pada pengetahuan biologis target spesies, sehingga

teknik penangkapan yang tepat dapat ditentukan. Pengelolaan terumbu karang ini

cenderung lebih banyak ditekankan pada pengambilan karang atau aktivitas

manusia seperti pengeboman ikan karang, dan yang lainnnya secara tidak

langsung dapat merusak karang.

b) Aktivitas Pariwisata Bahari

Untuk menjaga kelestarian potensi sumberdaya hayati daerah-daerah wisata

bahari, maka di Indonesia telah dibentuk suatu kerja sama pengembangan

kepariwisataan (Touris Development Cooperation) yang modalnya berasal dari

para investor lokal, pemerintah lokal dan regional dan masyarakat Badan

Kerjasama Pariwisata dapat dijumpai di Nusa Dua Bali dan Manado. Adapun

tugas badan ini diantaranya adalah

a. Menjaga daya tarik masyarakat terhadap pengembangan pariwisata.

b. Membantu pengusaha menempati kebijaksanaan pemerintah.

c. Pengadaaan dana pinjaman untuk pembangunan infra struktur.


d. Pemanfaatan taman laut untuk tujuan wisata pada umumnya diperoleh melalui

agen- agen pariwisata dan scuba diving. Namun kedua agen atau arganisasi

tersebut lebih mementingkan profit daripada harapan konservasi yaitu

pelestarian sumberdaya alam laut. Sebagai akibatnya aktivitas mereka sering

menimbulkan hal hal yang tidak diinginakan atau bertentangan dengan nilai

estetika atau carrying capacity lingkungan laut.

c) Aktivitas Pembangunan Daratan

Aktivitas pembangunan di daratan sangat menentukan baik buruknya kesehatan

terumbu karang. Aktivitas pembangunan yang tidak direncanakan dengan baik di

daerah pantai akan menimbulkan dampak terhadap ekosistem terumbu karang.

Beberapa aktivitas seperti pembukaan hutan mangrove, penebangan hutan,

intensifikasi pertanian, bersama-saa dengan pengelolaan daerah aliran sungai

(DAS) yang jelek umumnya akan meningkatkan kekeruhan dan sedimentasi di

daerah terumbu karang.

1. Aktivitas Pembangunan di Laut

Aktivitas pembangunan di laut, seperti pembangunan darmaga pelabuhan,

pengeboran minyak, penambangan karang, pengambilan pasir dan

pengambilan karang dan kerang untuk cinderamata secara langsung maupun

tidak langsung akan memebahayakan kehidupan terumbu karang. Konstruksi

pier dan pengerukan alur pelayanan menaikkan kekeruhan demikian juga

dengan eksploitasi dan produksi minyak lepas pantai, selain itu tumpahan

minyak tanker juga membahayakan terumbu karang seperti yang terjadi di

jalur lintasan international.


BAB  III 

KONDISI TERUMBU KARANG DI INDONESIA

3.1 Persebaran dan Kondisi Terumbu Karang

Indonesia adalah negara kepulauan terbesar di dunia, dengan panjang garis pantai

lebih dari 95.000 km, serta lebih dari 17.000 pulau. Terumbu karang yang luas

melindungi kepulauan Indonesia. Diperkirakan luas terumbu karang di Indonesia

sekitar 51.000 km2. Ini belum mencakup terumbu karang di wilayah terpencil yang

belum dipetakan atau yang berada di perairan agak dalam. Terdapat 18% dari terumbu

karang di dunia berada di perairan Indonesia. Indonesia juga memiliki

keanekaragaman hayati yang tertinggi di dunia meliputi 590 jenis karang batu, 2500

jenis Molusca, 1500 jenis udang-udangan dan lebih dari 2500 jenis ikan.

Terumbu karang di Indonesia memberikan keuntungan pendapatan sebesar

US$1,6 milyar/tahun. Dengan kondisi alam dan keanekaragaman hayati yang begitu

banyak yang dimiliki Indonesia, seharusnya bisa dimanfaatkan dengan sebaik-

baiknya.

Terumbu karang di Indonesia yang sangat beragam dan bernilai, mengalami

ancaman yang sangat besar. Ketergantungan yang tinggi terhadap sumber daya laut

telah menyebabkan eksploitasi besar-besaran dan kerusakan terumbu karang,

terutama yang berdekatan dengan pusat pemukiman penduduk. Selama 50 tahun

terakhir, proporsi penurunan kondisi terumbu karang Indonesia telah meningkat dari

10% menjadi 50%. Hasil survei P2O LIPI pada tahun 2006 menyebutkan bahwa

hanya 5,23% terumbu karang di Indonesia yang berada di dalam kondisi yang sangat

baik. Penangkapan ikan secara ilegal telah meluas ke banyak pulau di Indonesia, bahkan

di daerah yang dilindungi. Hal ini bukan hanya mengakibatkan kerugian ekonomi yang

sangat besar tapi juga kerusakan lingkungan yang sangat parah.


Keberadaan pengelolaan dan institusi khusus untuk melindungi terumbu

karang Indonesia sangatlah sedikit. Hingga tahun 1999, tidak ada institusi

pemerintah yang memfokuskan diri pada pengelolaan sumber daya pesisir.

Pemerintah Indonesia tidak dapat memenuhi target pengelolaan yang direncanakan,

karena tidak adanya koordinasi serta kondisi politik yang bergejolak. Eksploitasi

berlebihan pada sumber daya hayati sekarang ini menjadi isu kritis, dan menjadi masalah

besar dalam manajemen keanekaragaman hayati khususnya keanekaragaman biota

laut. Apalagi kerusakan terumbu karang (coral reef) yang banyak menyita perhatian,

karena perannya yang sentral dalam ekosistem laut. (www. blueseafer.wordpress.com)

(sumber : www.tumblr.com)

3.2 Penyebab Kerusakan Terumbu Karang

Sejak dahulu penduduk yang tinggal di dekat pantai berhubungan dengan

terumbu karang dalam kondisi yang harmonis. Namun dalam beberapa waktu terakhir

ini, melalui adanya teknologi baru dan naiknya permintaan terhadap produksi laut

menyebabkan terumbu karang menjadi obyek dari perusakan yang serius. Banyak

ilmuwan melihat bahwa penyebab utama kerusakan terumbu karang adalah manusia

(anthropogenic impact), misalnya melalui kegiatan tangkap lebih (over-exploitation)

terhadap hasil laut, penggunaan teknologi yang merusak (seperti potassium

cyanide, bom ikan, muro ami dan lain-lain), erosi, polusi industri dan

mismanajemen dari kegiatan pertambangan telah merusak terumbu karang baik secara

langsung maupun tidak langsung. Akar permasalahan dari timbulnya ulah manusia untuk

merusak terumbu karang adalah :

1) Kependudukan dan Kemiskinan

2) Tingkat Konsumsi Berlebihan dan Kesenjangan Sumber daya Alam

3) Kelembagaan dan Penegakan Hukum


4) Rendahnya Pemahaman tentang Ekosisteme.

5) Kegagalan sistem Ekonomi dan Kebijakan dalam Penilaian Ekosistem

1) Kerusakan Terumbu Karang Akibat Pembangunan di Wilayah Pesisir

Wilayah pesisir yang tidak dikelola dengan baik dapat mengancam

keselamatan terumbu karang akibat sedimentasi dan pencemaran perairan laut.

Pengerukan, reklamasi, penambangan pasir, pembuangan limbah padat dan cair,

dan konstruksi bangunan, semuanya dapat mengurangi pertumbuhan karang,

bahkan menyebabkan pemutihan karang dalam kasus-kasus yang berat.

Ancaman terhadap terumbu karang akibat pembangunan wilayah pesisir dianalisis

berdasarkan jarak ke pusat pemukiman penduduk, luas area pusat pemukiman,

tingkat pertumbuhan penduduk, dan jarak ke pangkalan udara, pertambangan,

fasilitas pariwisata, dan pusat fasilitas selam. Pemanfaatan sumberdaya dan aktivitas

pembangunan menimbulkan dampak terhadap lingkunagan ekosistem pesisir dan

pulau – pulau kecil. Dampak tersebut dapat berupa ancaman terhadap penurunan

populasi, keanekaragaman biota, serta kerusakan ekosistem dan pantai.

Jenis ancaman gangguan sumberdaya alam pesisir di provinsi bengkulu dapat

dibedakan dari faktor penyebab yaitu ancaman ekploitasi dan ancaman pencemaran

serta kerusakan akibat pembangunan. Ancaman akibat kegiatan ekploitasi

meyebabkan degradasi beberapa sumber daya alam diantaranya kerusakan terumbu

karang, penurunan populasi ikan,pengurangan habitat hutan bakau dan padang

lamun. Kerusakan terumbu karang dan penurunan ikan karang disebabkan

pengboman karang. Penurunan ekosistem bakau disebabkan penebangan pohon dan

pembukaan lahan tambak.

Ancaman akibat aktivitas pembangunan berupa fisik seperti pengerukan dan

pengurungan, limbah pencemaran dan konversi lahan.meningkatnya kerusakan


terumbu karang , dewasa ini telah mengkhawatirkan banyak kalangan, karena

dengan rusaknya terumbu karang akan banayak mempengaruhi status

keanekaragaman hayati laut yang kita miliki selama ini. Kerusakan terumbu karang

terutama diakibatkan oleh aktivitas manusia, seperti penggunaan bahan peladek, pen

ggunaan sianida, untuk menangkap ikan, sedimentasi dan pencemaran. Pemnafaatan

potensi terumbu karang tidak jarang hanya berpegang pada salah satu fungsi yang

lain yaitu sebagai penyokong kehidupan dan sosial budaya.

2) Kerusakan Terumbu Karang Akibat Pencemaran

a) Pencemaran Laut

Aktivitas di laut yang mengancam terumbu karang antara lain pencemaran

dari pelabuhan, tumpahan minyak, pembuangan bangkai kapal, pembuangan

sampah dari atas kapal, dan akibat langsung dari pelemparan jangkar kapal.

Produk-produk minyak bumi dan kimia lain yang dibuang di dekat perairan pantai,

pada akhirnya akan mencapai terumbu karang. Bahan-bahan pencemar ini akan

meracuni polip karang dan biota laut lainnya. Kerusakan ekositem terumbu karang

tidak terlepas dari aktivitas manusia baiok di daratan maupun pada ekosistem

peseisir dan lautan kegiatan manusia baik di daratan seperti industri, pertanian,

rumah tangga akhir nya kana dapat ma imbulkan dampak negatif bukan saja pada

perairan tetapi juga pada ekosdistem terumbu karang atau pesisir dasar lautan.

Peta Terumbu Karang Yang terancam dari Pencemaran dari Air Laut

3) Sedimentasi dan Pencemaran Darat

Penebangan hutan, perubahan tata guna lahan, dan praktek pertanian

yang buruk, semuanya menyebabkan peningkatan sedimentasi dan masuknya unsur

hara ke daerah tangkapan air. Sedimen dalam kolom air dapat sangat

mempengaruhi pertumbuhan karang, atau bahkan menyebabkan kematian


karang. Kandungan unsur hara yang tinggi dari aliran sungai dapat

merangsang pertumbuhan alga yang beracun. Konstruksi di daratan dan sepanjang

pantai, penambangan atau pertanian di daerah aliran sungai ataupun penebangan

hutan tropis menyebabkan tanah mengalami erosi dan terbawa melalui aliran sungai

ke laut dan terumbu karang. Kotoran-kotoran, lumpur ataupun pasir-pasir ini dapat

membuat air menjadi kotor dan tidak jernih lagi sehingga karang tidak dapat

bertahan hidup karena kurangnya cahaya. Hutan mangrove dan padang lamun yang

berfungsi sebagai penyaring juga menjadi rusak dan menyebabkan sedimen dapat

mencapai terumbu karang. Penebangan hutan mangrove untuk keperluan kayu

bakar dapat merubah area hutan mangrove tesebut menjadi pantai terbuka. Dengan

membuka tambak-tambak udang dapat merusak tempat penyediaan udang alami.

Pengaruh Sedimentasi pada perkembangan terumbu karang yang tersebar di

lautan

4) Aliran Drainase 

Aliran drainase yang mengandung pupuk dan  kotoran yang terbuang ke

perairan pantaiyang mendorong pertumbuhan  algae yang akan menghambat

pertumbuhan polip karang, mengurangi asupan  cahaya dan oksigen. Penangkapan

secara berlebihan membuat masalah  ini bertambah  buruk karena ikan-ikan yang

biasanya makan algae juga ikuk tertangkap. 

5) Penangkapan Ikan dengan Sianida 

Kapal-kapal penangkap ikan seringkali menggunakan Sianida dan racun-

racun lain untuk menangkap ikan-ikan karang yang berharga. Metode ini  acap

digunakan untuk menangkap ikan-ikan tropis untuk akuarium dan sekarang

digunakan untuk menangkap ikan-ikan sebagai konsumsi restoran-restoran yang

memakai  ikan hidup.


6) Eksploitasi

Penangkapan ikan secara berlebihan memberikan dampak perubahan pada

ukuran, tingkat kelimpahan, dan komposisi jenis ikan. Hal itu disebabkan ikan

turut berperan di dalam mencapai keseimbangan yang harmonis di dalam ekosistem

terumbu karang. Penangkapan besar-besaran akan menyebabkan terumbukarang

menjadi rapuh terhadap gangguan dari alam maupun gangguan dari kegiatan

manusia.Penangkapan ikan dengan menggunakan racun dan pengeboman ikan

merupakan praktek yang umum dilakukan, yang memberikan dampak sangat negatif

bagi terumbu karang. Penangkapan ikan dengan racun akan melepaskan racun

sianida ke daerah terumbu karang, yang kemudian akan membunuh atau

membius ikan-ikan. Karang yang terpapar sianida berulang kali akan mengalami

pemutihan dan kematian. Pengeboman ikan dengan dinamit atau dengan racikan bom

lainnya, akan dapat menghancurkan struktur terumbu karang, dan membunuh

banyak sekali ikan yang ada di sekelilingnya.

7) Perubahan Iklim Global

Isu  mengenai  global  warming  yang  banyak  dibicarakan,  berdampak  besar  pada 

terumbu karang.  Peningkatan  suhu  permukaan  laut  telah  menyebabkan 

pemutihan  karang (bleaching) yang lebih  parah  dan  lebih  sering.  Peristiwa-

peristiwa  alam  seperti  El  Nino dan  Tsunami juga menyebabkan kerusakan yang

serius terhadap kelangsungan hidup terumbu karang.

3.3 Dampak Dari Kerusakan Terumbu Karang

Ancaman terhadap kelangsungan hidup terumbu karang, mengakibatkan

kerusakan lingkungan yang besar. Terumbu karang yang merupakan sentral dari

ekosistem laut sangat mempengaruhi kehidupan di laut. Komposisi oksigen di laut

menjadi berkurang. Banyak biota laut, baik hewan maupun tumbuhan akan ikut musnah
jika terumbu karang menjadi rusak. Selain itu, di daerah-daerah pesisir pantai akan

mudah terjadi abrasi, mengakibatkan perubahan lingkungan yang drastis dan

membuat tidak adanya perlindungan terhadap daerah pantai. Berbagai pencemaran yang

terjadi bukan hanya merusak laut tapi juga mengancam kesehatan manusia. Ikan

yang ditangkap dengan menggunakan racun kemudian di konsumsi sangat

membahayakan manusia.

MATERI JURNAL
1. Jurnal 1 ( Kondisi Ekosistem Terumbu Karang di Perairan Tablasupa Kabupaten

Jayapura dan Nilai Manfaat Ekonominya )

Ekosistem terumbu karang memiliki nilai dan arti yang penting baik dari segi ekologi, sosial,

ekonomi maupun budaya masyarakat. Keberadaan ekosistem terumbu karang dapat

berdampak pada ekonomi dan pengembangan wilayah pesisir. Penelitian ini bertujuan untuk

mengetahui kondisi tutupan karang hidup dan nilai manfaat ekonomi dari ekosistem terumbu

karang di perairan Tablasupa. Kondisi terumbu karang perairan Tablasupa tergolong dalam

kategori sedang hingga baik dengan tutupan karang hidup berkisar antara 34,0% - 52,5%.

Jenis karang hidup yang dominan adalah Coral branching dan Coral massive dari tipe karang

non-Acropora sedang dari tipe karang Acropora didominasi oleh Acropora branching,

Acropora submassive dan Acropora tabulate. Adapun nilai total manfaat ekonomi

sumberdaya terumbu karang perairan Tablasupa mencapai Rp. 3.856.018.301,-per tahun yang

terdiri dari manfaat langsung perikanan terumbu (89,626%), manfaat tidak langsung sebagai

nursery ground (0,014%), manfaat pilihan atau keanekaragaman (0,004%), manfaat

keberadaan (1,194%) dan manfaat warisan (8,963%).

2. Jurnal 2 ( Analisis Kondisi Ekosistem Terumbu Karang Di Kawasan Pesisir Kota

Palopo )

Rusaknya terumbu karang pada pesisir Kota Palopo tentu akan mengancam produktivitasnya.

Oleh karena itu, menjadi sangat penting artinya kegiatan pemanfaatan dan pengelolaan

terumbu karang di pesisir Kota Palopo dengan menerapkan prinsip-prinsip sistem

pengelolaan kawasan konservasi melalui keterpaduan, partisipasi dan multi stakeholders.

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis tingkat kerusakan dan penyebab kerusakan

terumbu karang serta merumuskan model strategi pengelolaan ekosistem terumbu karang di

pesisir Kota Palopo. Metode analisis data menggunakan analisis kondisi terumbu karang,
analisis pola kerusakan terumbu karang dan analisis hirarki proses. Persentase tutupan karang

hidup di pesisir Kota Palopo termasuk kedalam kategori rusak/buruk dengan nilai persentase

(0–24.9%). Salah satu penyebab kerusakan terumbu karang di kawasan pesisir Kota Palopo

adalah adanya aktivitas masyarakat yang bersifat merusak terumbu karang pada masa silam

seperti penangkapan ikan dengan menggunakan alat tangkap yang tidak ramah lingkungan

seperti bom ikan dan potassium. Tingkat kerusakan terumbu karang paling tinggi yaitu pada

stasiun 1 dengan kedalaman 4 meter dan persentase indeks mortalitas sebesar 82.07%.

Sedangkan tingkat kerusakan paling rendah yaitu pada stasiun 2 pada kedalaman 4 meter

dengan persentase indeks mortalitas sebesar 69.73%. Strategi prioritas pertama dalam

pengelolaan ekosistem terumbu karang di pesisir Kota Palopo adalah menentukan zonasi

kawasan pesisir, prioritas kedua koordinasi antar stakeholders, prioritas ketiga penyusunan

peraturan daerah mengenai pemanfaaatan ekosistem terumbu karang dan prioritas keempat

peningkatan program pelatihan kepada masyarakat nelayan. Berdasarkan kegiatan identifikasi

terhadap penyebab kerusakan terumbu karang maka diperoleh hasil bahwa penyebab

kerusakan terumbu karang di pesisir Kota Palopo adalah adanya aktivitas masyarakat yang

bersifat merusak terumbu karang pada masa silam seperti penangkapan ikan dengan

menggunakan alat tangkap yang tidak ramah lingkungan seperti bom ikan dan potassium.

Tingkat kerusakan terumbu karang paling tinggi yaitu pada stasiun 1 dengan kedalaman 4

meter diperoleh persentase indeks mortalitas sebesar 82.07% sedangkan tingkat kerusakan

paling rendah yaitu pada stasiun 2 dengan kedalaman 4 meter diperpoleh persentase indeks

mortalitas sebesar 69.73%. Strategi prioritas pertama dalam pengelolaan ekosistem terumbu

karang di pesisir Kota Palopo adalah menentukan zonasi kawasan pesisir, prioritas kedua

adalah koordinasi antar stakeholders yang terkait dengan pengelolaan ekosistem terumbu

karang, prioritas ketiga adalah penyusunan peraturan daerah mengenai pemanfaatan


ekosistem terumbu karang dan prioritas keempat adalah peningkatan program pelatihan

kepada masyarakat nelayan.

3. Jurnal 3 ( Kriteria Penilaian Kapasitas Ekosistem Terumbu Karang Pulau Nusmapi

Manokwari )

Terumbu karang memiliki banyak peran dalam kehidupan manusia diantaranya berfungsi

sebagai pemecah ombak dan melindungi daerah pesisir dari terjangan gelombang laut,

sehingga dapat mencegah atau meminimalisir terjadinya abrasi garis pantai. Penelitian ini

bertujuan untuk menilai kapasitas terumbu karang di Pulau Nusmapi (dikenal sebagai Pulau

Lemon) Manokwari. Metode yang dipakai adalah deskriptif. Parameter yang diukur meliputi

indeks dimensi terumbu karang (IDTK), tutupan karang (%), dominasi lifeform, jumlah jenis

lifeform, jumlah spesies ikan, kedalaman terumbu karang (m) dan jarak terumbu karang dari

permukiman penduduk (km). Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai indeks dimensi 0,09

tergolong sangat rendah, tutupan karang 25,93% (kategori sedang), lifeform karang di

dominasi Acropora branching (ACB) dengan tutupan 12,65 %. Terdapat 15 bentuk lifeform,

29 jenis ikan pada kedalaman 3 dan 10m, kedalaman terumbu karang mencapai 14m, serta

jarak terumbu karang< 0,1km dari permukiman penduduk. Disimpulkan bahwa kriteria

penilaian dari 7 parameter tersebut adalah 0,42 atau kategori rendah untuk kapasitas

ekosistem terumbu karang. Tujuh parameter yang diukur untuk menilai kapasitas adaptif

terumbu karang meliputi indeks dimensi terumbu karang (IDTK), tutupan karang, dominasi

lifeform, jumlah jenis lifeform, jumlah spesies ikan, kedalaman terumbu karang, dan jarak

ekosistem terumbu karang dari pemukiman penduduk, menghasilkan nilai 0,42 yang

menunjukan bahwa Pulau bahwa kapasitas adaptif ekosistem terumbu karang di Pulau

Nusmapi tergolong kategori rendah. Upaya pengelolaan terumbu karang secara terpadu untuk

menjadikan ekosistem terumbu karang di Pulau Nusmapi ini agar menjadi lebih stabil perlu
dilakukan, diantaranya dengan cara pendekatan ke masyarakat sekitar dan didukung oleh

kebijakan pemerintah setempat.

4. Jurnal 4 ( Analisis Penutupan Substrat Dasar Pada Ekosistem Terumbu Karang Di

Kawasan Taman Pesisir Kepulauan Derawan Kecamatan Batu Putih Kabupaten Berau

Kalimantan Timur )

Salah satu sumber daya pesisirdi Kabupaten Berau yang memiliki potensi sumberdaya yang

cukup andal bila dikelola dengan baik. Pertambahan penduduk yang menghuni daerah pesisir,

memberikan tekanan yang serius untuk terumbu karang. Rendahnya tingkat pengetahuan dan

kesadaran akan 2 pentingnya fungsi terumbu karang, ditambah lagi tidak mudahnya mencari

alternatif pekerjaan menambah tekanan terhadap terumbu karang semakin tinggi dan

kompleks. Saat ini hanya 24,23% terumbu karang di Indonesia yang berada dalam kondisi

baik, 29,22% dalam kondisi sedang, dan 40,14% dalam kondisi buruk (Suharsono, 1998).

Selain itu pada kondisi terumbu karang di Kalimantan Timur umumnya dan khusunya di

Pulau Derawan mempunyai tutupan rata-rata karang keras 17, 41 % dan tutupan rata-rata

karang hidup 27, 78 % (TNC, 2003). Penyebab utama rusaknya terumbu karang tersebut

adalah karena tingginya ketergantungan masyarakat terhadap ekosistem terumbu karang, baik

sebagai penyedia berbagai jenis sumber bahan pangan maupun untuk keperluan bahan-bahan

bangunan. Pengambilan sumberdaya alam ini dilakukan secara berlebihan bahkan banyak

dengan cara-cara yang merusak kelestarian lingkungan, (Efendi, 1999). Pentingnya

pengelolaan ini dilaksanakan oleh unit pengelola yang nantinya menjadi sektor esensial di

lapangan untuk menjaga sumberdaya alam di Kabupaten Berau. Adapun tujuan dari

penelitian ini yaitu untuk menganalisis, mengetahui kondisi persentase penutupan substrat

dasar dan faktor-faktor penyebab rusaknya terumbu karang pada Kawasan Taman Pesisir

Kepulauan Derawan Kabupaten Berau. Tutupan Terumbu Karang pada Karang Besar pada

karang hidup mencapai 8,2%-26,3% (Kategori Sedang), Karang mati (4,4%-27,7%), Karang
Lunak (5,7%-26,8%), Makro alga (4,7%-17,5%), Patahan Karang (4.4%-29,7%), Batu

(5,6%-29%). Pasir (6%-37,8%), dan lainnya (3,9%-11,5%)


BAB  IV

UPAYA-UPAYA UNTUK MENYELAMATKAN TERUMBU KARANG

4.1 Perlunya Kesadaran Manusia

Dalam upaya menyelamatkan terumbu karang, yang paling utama adalah

perlunya kesadaran dari manusia untuk menjaga dan melestarikan terumbu karang.

Untuk itu, diperlukan pemberian informasi, pengetahuan, dan wawasan mengenai

terumbu karang. Fungsi dari terumbu karang, manfaatnya, kondisi dari terumbu

karang saat ini, dan apa yang akan terjadi jika kerusakan terumbu karang ini terus

berlanjut. Dengan adanya pendidikan mengenai terumbu karang, maka akan ada rasa

memiliki sehingga manusia bisa peduli dan melindungi terumbu karang. Beberapa hal

berikut yang dapat dilakukan secara individu untuk mengurangi kerusakan terumbu

karang :

 Terapkan prinsip 3R (reduce-reuse-recycle) dan hemat energi. Terumbu karang

adalah ekosistem yang sangat peka terhadap perubahan iklim. Kenaikan suhu

sedikit saja dapat memicu pemutihan karang (coral bleaching). Pemutihan karang

yang besar dapat diikuti oleh kematian massal terumbu karang. Jadi apapun yang

dapat kita lakukan untuk mengurangi dampak global warming, akan sangat

membantu terumbu karang.

 Buang  sampah  pada  tempatnya,  tidak  membuang  sampah  ke  sungai  yang 

kemudian  akan bermuara ke laut. Hewan laut besar sering terkait pada sampah-

sampah sehingga mengganggu gerakannya. Misalnya  sampah  plastik  yang 

transparan  diperkirakan  kadang  dimakan  oleh penyu karena tampak seperti ubur-

ubur. Sampah plastik ini akan mengganggu pencernaanya.

 Bergabung  dengan  organisasi  pecinta  lingkungan.  Saling  berbagi  ilmu,  pendapat,

dan berdiskusi. Membangun trend hidup ramah lingkungan.


 Bergabung dengan gerakan gerakan  sukarelawan,  atau  terlibat  aktif  dalam 

kegiatan lingkungan.

 Bagi  penyelam pemula  atau  yang  sedang  belajar  sebaiknya  melakukan

penyelaman  di perairan yang tidak ber-terumbu karang.

4.2 Peranan Pemerintah

Keikutsertaan pemerintah dalam melestarikan terumbu karang sangat

penting. Pemerintah sebagai pengatur dan pengawas masyarakat. Pemerintah dapat

menetapkan kebijakan dan peraturan-peraturan untuk menyelamatkan terumbu karang.

Membuat rencana-rencana perbaikan lingkungan yang sudah rusak dan mencegah

kerusakan terumbu karang. Pemerintah juga dapat bekerja sama dengan lembaga-

lembaga atau organisasi-organisasi lingkungan untuk menjaga kelestarian terumbu

karang. Misalnya melakukan kampanye-kampanye lingkungan hidup bekerjasama

dengan media-media atau organisasi seperti National Geographic Indonesia, WWF

Indonesia, Yayasan Reef Check Indonesia, LIPI (Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia)

dan Yayasan TERANGI (Terumbu Karang Indonesia) dan lainnya untuk mengawasi

kelangsungan hidup terumbu karang. Baik mengawasi eksploitasi karena ulah

manusia, pertumbuhan terumbu karang yang sedang direstorasi, dan pengawasan

daerah terumbu karang yang terancam di Indonesia. Upaya restorasi adalah tindakan

untuk membawa ekosistem yang telah terdegradasi kembali menjadi semirip mungkin

dengan kondisi aslinya sedangkan tujuan utama restorasi terumbu karang adalah untuk

peningkatan kualitas terumbu yang terdegradasi dalam hal struktur dan fungsi ekosistem.

Mencakup restorasi fisik dan restorasi biologi. Restorasi fisik lebih mengutamakan

perbaikan terumbu dengan fokus pendekatan teknik, dan restorasi biologis yang terfokus

untuk mengembalikan biota berikut proses ekologis ke keadaan semula. Pemerintah

harus benar-benar merealisasikan upaya-upaya untuk menyelamatkan terumbu


karang. Pemerintah perlu bersikap tegas mengenai kerusakan lingkungan yang terjadi

dan berusaha dengan sebaik-baiknya melindungi terumbu karang yang juga merupakan

aset negara.

4.3 Upaya Perlindungan Lingkungan Secara Global

Perubahan – perubahan lingkungan yang terjadi akan berdampak pada

perubahan lingkungan secara global. Antara satu negara dengan negara lain memiliki

tanggung jawab yang sama terhadap kerusakan lingkungan. Banyak deklarasi-deklarasi

yang disepakati oleh banyak negara dalam upaya menyelamatkan lingkungan. Begitu

pula dengan menyelamatkan terumbu karang. Telah banyak kesepakatan-kesepakatan

yang telah disetujui oleh banyak negara untuk bekerja sama dalam menjaga lingkungan.

Yang paling terakhir dilakukannya World Ocean Conference (WOC) atau disebut juga

Manado Ocean Declare pada tanggal 11-15 Mei 2009 di Manado. Deklarasi ini

disepakati oleh 61 negara, termasuk negara-negara Coral Triangle Initiative

Summit yang merupakan kawasan yang kaya akan terumbu karang. Dalam deklarasi ini

disepakati komitmen bersama mengenai penyelamatan lingkungan laut dari ancaman

global warming dan komitmen program penyelamatan lingkungan laut secara

berkelanjutan di tiap negara. Kampanye lingkungan hidup seperti ini sangat baik

bagi upaya penyelamatan lingkungan. Apalagi dilakukan secara global yang

menjaring banyak pihak sehingga diharapkan dapat memberikan hasil yang lebih

cepat dan lebih baik lagi.

(www.id.wikipedia.org/terumbu-karang)

BAB  V 

PENUTUP
5.1 Kesimpulan

Terumbu karang merupakan organisme yang sangat peka terhadap perubahan –

perubahan yang terjadi pada lingkungan di sekitar nya, dengan sifat nya menjadikan

organisme ini sangat rentan terhadap kerusakan yang diakibatkan oleh manusia maupun 

secara alami.

Ekosistem terumbu karang di laut sangat penting. Karena terumbu karang

merupakan tempat hidup dan tempat mencari makan dari berbagai jenis ikan yang ada di

laut. Terumbu karang juga menjaga kelestarian dari luat, bila terumbu karang rusak maka

ekosistemnya akan rusak. Pemulihan terumbu karang yang rusak sangatlah lama

memerlukan waktu ratusan taun untuk menumbuhkan terumbu karang agar dapat

menjadi tempat yang baik untuk hidup ikan.

Kelakukan buruk yang dilakukan manusia mengancam ekosistem terumbu

karang. Banyak yang dilakukan oleh manusia yang merusak terumbu karang, mereka

tidak sadar bahwa apabila terumbu karang rusak maka laut sebagi sumber mata pencarian

mereka juga akan ikut rusak. beberapa faktor yang menyebabkan rusak nya terumbu

karanga adalah, sedimentasi, penangkapan  ikan menggunakan bahan peledak dan

sianida,pengumpulan dan pengerukan,pemanasan global, pencemaran perairan laut dan

tata kelola tempat  eisata bahari yang tida lestari

Beberapa upaya yang dilakukan dalam usaha pemulihan terumbu karang diantaranya

adalah Zonasi, rehabilitasi, peningkatan ikan karang dan mengurangi alga hidup yang

bebas.

5.2 Saran
1. Perlu di tingkatkan kesadaran masyarakat, khususnya yang berada di daerah pesisir

pantai

2. Tidak membuang sampah sembarangan

3. Pemerintah harus lebih tegas dalam menegakkan hukum

DAFTAR PUSTAKA
Muhammad Arsyad, Ristiana Eryati dan Irwan Ramadhan Ritonga, ANALISIS PENUTUPAN

SUBSTRAT DASAR PADA EKOSISTEM TERUMBU KARANG DI KAWASAN

TAMAN PESISIR KEPULAUAN DERAWAN KECAMATAN BATU PUTIH

KABUPATEN BERAU, Jurnal Ilmu Perikanan Tropis Vol. 20. No. 1, Oktober 2014 –

ISSN 1412-2006

Astriet Y. Manangkoda, Vera Sabariah, Paulus Boli, Ridwan Sala, Rina Mogea , Simon P.O

Leatemia, Kriteria Penilaian Kapasitas Ekosistem Terumbu Karang Pulau Nusmapi

Manokwari, Jurnal Pembangunan Berkelanjutan 4 (1) (2022): 43-51

Muhammad Bibin, Fenny Hasanuddin, Ani Ardian, ANALISIS KONDISI EKOSISTEM

TERUMBU KARANG DI KAWASAN PESISIR KOTA PALOPO, Jurnal Enggano Vol.

6, No. 2, September 2021:268-283, E-ISSN: 2527-5186. P-ISSN: 2615-5958

Basa T. Rumahorbo, Baigo Hamuna dan Lisiard Dimara, Kondisi Ekosistem Terumbu

Karang di Perairan Tablasupa Kabupaten Jayapura dan Nilai Manfaat Ekonominya,

Jurnal Ilmu Kelautan dan Perikanan Papua, Vol. 1, No. 2, Hal. 58-63, Desember

2018

Anda mungkin juga menyukai