Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

EKOSISTEM TERUMBU KARANG, PANTAI, LEPAS


PANTAI DAN DAERAH PERLINDUNGAN LAUT

Disusun Oleh :
NURLINDAYANI
NIM :G0318330

PERIKANAN TANGKAP
FAKULTAS PETERNAKAN DAN PERIKANAN
UNIVERSITAS SULAWESI BARAT
Tahun Akademik 2019/2020
KATA PENGANTAR

Puja dan puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT Yang Maha Esa,
karena atas rahmat dan hidayah-Nya kami dari saya bisa menyelesaikan tugas
terstruktur kami tepat waktu. Tak lupa kami haturkan beribu-ribu salam kepada
Nabi besar junjungan kita semua, Nabi Muhammad SAW. Terima kasih juga
kami ucapkan kepada bapak selaku dosen pembimbing mata kuliah avertebrata
air kami yang telah banyak memberikan arahan dan nasihat-nasihat yang sangat
membantu dalam kelancaran pengerjaan tugas terstruktur ini. Terima kasih juga
kami ucapkan kepada kakak senior dan semua teman-teman yang telah membantu
yang namanya tak bisa kami sebutkan satu per satu.

Kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun bagi


perbaikan tugas terstruktur ini.Mudah – mudahan makalah ini dapat bermanfaat
bagi kami dan pembaca yang menggunakan.

Majene, 14 Oktober 2019


Penyusun

ii
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ..................................................................................... ii


Daftar isi ............................................................................................... iii
Bab I
Pendahuluan
A. Latar belakang .................................................................................
B. Rumusan Masalah ...........................................................................
C. Tujuan ..............................................................................................
Bab II
Pembahasan
A. Ekosistem Karang .........................................................................
B. Ekosistem Pantai ...........................................................................
C. Ekosistem Tepi Pantai ...................................................................
Bab III
Penutup.................................................................................................
Daftar Pustaka ......................................................................................

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Eksistensi Indonesia sebagai salah satu pusat terumbu karang diyakini


terus mengalami degradasi. Tentunya masalah itu, akan semakin meluas jika
tidak segera diambil langkah-langkah untuk melestarikannya. Sebagai salah
satu negara kepulauan terbesar di dunia, Indonesia juga dikenal sebagai salah
satu pusat keanekaragaman hayati laut dunia dengan kekayaan terumbu
karangnya.

Namun sayangnya, saat ini kekayaan terumbu karang Indonesia justru


terancam rusak akibat berbagai hal, baik karena faktor alam seperti perubahan
iklim maupun akibat ulah manusia sendiri. Indonesia sendiri memiliki luas
total terumbu karang sekitar 85.200 Km2 atau sekitar 18% luas total terumbu
karang dunia dan 65% luas total di coral triangle, yang meliputi Indonesia,
Filipina, Malaysia, Timor Leste, Papua Nugini dan Kepulauan Salomon.

Keberadaan terumbu karang pada 6 negara itu mendapat julukan coral


triangle (segi tiga karang dunia) karena jika ditarik garis batas yang
melingkupi wilayah terumbu karang pada negara-negara tersebut maka akan
menyerupai segitiga dengan total luas sekitar 75.000 Km
B. Rumusan Masalah
Adapun masalah - masalah yang akan dibahas pada makalah ini yaitu :
1. Apa yang dimaksud dengan Ekosistem Terumbu Karang ?
2. Apa pengertian dari Ekosistem Pantai ?
3. Apa saja komponen dari Ekosistem Lepas Pantai ?
C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui materi tentang Ekosistem terumbu karang
2. Untuk mengetahui materi tentang ekosistem pantai dan
3. Ekosistem tepi pantai
4.

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. EKOSISTEM KARANG

1. Pengertian Terumbu Karang


Terumbu karang adalah suatu kumpulan hewan bersel satu yang membentuk
koloni dan mempunyai rumah yang terbuat dari bahan kapur (Ca-karbonat).
Mengingat dalam ekosistem terumbu terdapat berbagai jenis organism, maka
dapat pula dikatakan sebagai berikut : Terumbu karang merupakan sebuah
komunitas biologis yang berda di dasar laut yang membentuk struktur padat yang
kokoh dan terbuat dari bahan kapur. Organisme utama kebanyakan terdiri dari
koral dan algae. Wibisono (2005:198).
2. Tipe - Tipe Terumbu Karang Berdasarkan Jenisnya
Ada dua jenis terumbu karang yaitu :
a. Terumbu karang keras (seperti brain coral dan elkhorn coral) merupakan
karang batu kapur yang keras yang membentuk terumbu karang. Karang batu
ini menjadi pembentuk utama ekosistem terumbu karang. Walaupun terlihat
sangat kuat dan kokoh, karang sebenarnya sangat rapuh, mudah hancur dan
sangat rentan terhadap perubahan lingkungan.
b. Terumbu karang lunak (seperti sea fingers dan sea whips) tidak membentuk
karang. Terdapat beberapa tipe terumbu karang yaitu terumbu karang yang
tumbuh di sepanjang pantai di continental shelf yang biasa disebut sebagai
fringing reef, terumbu karang yang tumbuh sejajar pantai tapi agak lebih jauh
ke luar (biasanya dipisahkan oleh sebuah laguna) yang biasa disebut sebagai
barrier reef dan terumbu karang yang menyerupai cincin di sekitar pulau
vulkanik yang disebut coral atoll.
C. Tipe- Tipe Terumbu Karang Berdasarkan Bentuknya
Terumbu karang umunya dikelompokkan ke dalam empat bentuk, yaitu :
1. Terumbu karang tepi (fringing reefs)
Terumbu karang tepi atau karang penerus berkembang di mayoritas pesisir
pantai dari pulau-pulau besar. Perkembangannya bisa mencapai kedalaman 40

2
meter dengan pertumbuhan ke atas dan ke arah luar menuju laut lepas. Dalam
proses perkembangannya, terumbu ini berbentuk melingkar yang ditandai dengan
adanya bentukan ban atau bagian endapan karang mati yang mengelilingi pulau.
Pada pantai yang curam, pertumbuhan terumbu jelas mengarah secara vertikal.
Contoh: Bunaken (Sulawesi), Pulau Panaitan (Banten), Nusa Dua (Bali).
2. Terumbu karang penghalang (barrier reefs)
Terumbu karang ini terletak pada jarak yang relatif jauh dari pulau, sekitar
0.52 km ke arah laut lepas dengan dibatasi oleh perairan berkedalaman hingga 75
meter. Terkadang membentuk lagoon (kolom air) atau celah perairan yang
lebarnya mencapai puluhan kilometer. Umumnya karang penghalang tumbuh di
sekitar pulau sangat besar atau benua dan membentuk gugusan pulau karang yang
terputus-putus. Contoh: Batuan Tengah (Bintan, Kepulauan Riau), Spermonde
(Sulawesi Selatan), Kepulauan Banggai (Sulawesi Tengah).
3. Terumbu karang cincin (atolls)
Terumbu karang yang berbentuk cincin yang mengelilingi batas dari
pulaupulau vulkanik yang tenggelam sehingga tidak terdapat perbatasan dengan
daratan.
4. Terumbu karang datar / Gosong terumbu (patch reefs)
Gosong terumbu (patch reefs), terkadang disebut juga sebagai pulau datar
(flat island). Terumbu ini tumbuh dari bawah ke atas sampai ke permukaan dan,
dalam kurun waktu geologis, membantu pembentukan pulau datar. Umumnya
pulau ini akan berkembang secara horizontal atau vertikal dengan kedalaman
relatif dangkal. Contoh: Kepulauan Seribu (DKI Jakarta), Kepulauan Ujung Batu.
Faktor - Faktor Lingkungan yang Mempengaruhi Perkembangan Ekosistem
Terumbu Karang
1. Suhu
Secara global, sebarang terumbu karang dunia dibatasi oleh permukaan laut
yang isoterm pada suhu 20 °C, dan tidak ada terumbu karang yang berkembang di
bawah suhu 18 °C. Terumbu karang tumbuh dan berkembang optimal pada
perairan bersuhu rata-rata tahunan 23-25 °C, dan dapat menoleransi suhu sampai
dengan 36-40 °C.
2. Salinitas

3
Terumbu karang hanya dapat hidup di perairan laut dengan salinitas air yang
tetap di atas 30 % tetapi di bawah 35 %. Umumnya terumbu karang tidak
berkembang di perairan laut yang mendapat limpasan air tawar teratur dari sungai
besar, karena hal itu berarti penurunan salinitas. Contohnya di delta sungai
Brantas (Jawa Timur). Di sisi lain, terumbu karang dapat berkembang di wilayah
bersalinitas tinggi seperti Teluk Persia yang salinitasnya 42 %.
3. Cahaya dan Kedalaman
Kedua faktor tersebut berperan penting untuk kelangsungan proses fotosintesis
oleh zooxantellae yang terdapat di jaringan karang. Terumbu yang dibangun
karang hermatipik dapat hidup di perairan dengan kedalaman maksimal 50 - 70
meter, dan umumnya berkembang di kedalaman 25 meter atau kurang. Titik
kompensasi untuk karang hermatipik berkembang menjadi terumbu adalah pada
kedalaman dengan intensitas cahaya 15-20% dari intensitas di permukaan.
4. Kecerahan
Faktor ini berhubungan dengan penetrasi cahaya. Kecerahan perairan tinggi
berarti penetrasi cahaya yang tinggi dan ideal untuk memicu produktivitas
perairan yang tinggi pula.
5. Gelombang
Gelombang merupakan faktor pembatas karena gelombang yang terlalu besar
dapat merusak struktur terumbu karang, contohnya gelombang tsunami. Namun
demikian, umumnya terumbu karang lebih berkembang di daerah yang memiliki
gelombang besar. Aksi gelombang juga dapat memberikan pasokan air segar,
oksigen, plankton, dan membantu menghalangi terjadinya pengendapan pada
koloni atau polip karang.
6. Arus
Faktor arus dapat berdampak baik atau buruk. Bersifat positif apabila
membawa nutrien dan bahan-bahan organik yang diperlukan oleh karang dan
zooxanthellae, sedangkan bersifat negatif apabila menyebabkan sedimentasi di
perairan terumbu karang dan menutupi permukaan karang sehingga berakibat
pada kematian karang.
7. Sedimen

4
Karang umumnya tidak tahan terhadap sedimen. Karena sedimen merupakan
faktor pembatas yang potensial bagi sebaran karang di daerah dimana suhu cocok
untuk hewan ini.

D. Penghuni Terumbu Karang


1. Tumbuh- tumbuhan
Ganggang (alga) merupakan suatu kelompok tumbuh-tumbuhan yang besar
dan beraneka ragam yang biasanya terdapat di dalam lingkungan akuatik. Mereka
adalah produsen primer, seperti yang telah diterangkan, mampu menangkap
energi surya dan mnggunakannya untuk menghasilkan gula dan senyawa
majemuk lainnya dengan menyimpan energi.Lamun adalah salah satu vegetasi
yang hidup di sekitar terumbu karang. Lamun mempunyai manfaat sebagai
perangkap sedimen.
2. Avertebrata
Hewan karang dari filum Cnidaria merupakan kelompok- kelompok utama
dari dunia hewan yang sangat penting dalam ekologi terumbu karang. Filum
Cnidaria itu dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu hydroid, ubur- ubur dan
Anthozoa.
Berbagai jenis cacing hidup di terumbu karang. Kebanyakkan memiliki
ukuran kecil dan tidak kelihatan. Cacing berperan dalam proses erosi yang
dilakukan oleh hewan secara alami, yang disebut bioerosi, dari batuan kapur
menjadi pecahan kapur sampai ke pasir dengan mliang pada batuan tadi.
Crustacea merupakan klompok yang amat terkenal dari filum Arthropoda
yang hidup dalam terumbu karang. Mereka terdiri dari teritip, kepiting, udang,
lobster dan udang karang.
Banyak hewan Crustacea ini mempunyai hubungan khusus dengan hwan lain
di terumbu karang. Teritip menempel pada beberapa substrat seperti penyu dan
kepiting; udang pembersih dengan beberapa ikan atau udang kecil berwarna
dengan anemone.
Molusca menyumbangkan cukup banyak kapur kepada ekosistem terumbu
yang merupakan penyumbang penting terbentuknya pasir laut. Keanekaragaman
Mollusca memainkan peranan penting di dalam jaringan makanan terumbu karang

5
yang rumit ini. Mereka juga menjadi dasar bagi perdagangan besar cangkang hias
dan penunjang utama perikanan kerang dan cumi- cumi.
Echinodermata adalah penghuni perairan dangkal dan umumnya terdapat di
terumbu karang dan padang lamun. Bintang laut yang omnivora memakan apa
saja mulai dari sepon, teritip, keong dan kerang.Teripang mendiami sebagain
besar terumbu karang dan memakan alga dan detritus dasar. Mereka mempunyai
alami sedikit dan manusia barangkali yang menjadi pemangsa yang rakus.
3. Ikan Karang
Ikan karang terbagi dalam 3 (tiga) kelompok yaitu:
 Ikan target yaitu ikan-ikan yang lebih dikenal oleh nelayan sebagai ikan
konsumsi seperti Famili Serranide, Lutjanidae, Haemulidae, Lethrinidae;
 Kelompok jenis indikator yaitu ikan yang digunakan sebagai indikator
bagi kondisi kesehatan terumbu karang di suatu perairan seperti Famili
Chaetodontidae; dan
 Kelompok ikan yang berperan dalam rantai makanan, karena peran lainnya
belum diketahui seperti Famili Pomacentridae, Scaridae, Acanthuridae,
Caesionidae, Siganidae, Muliidae, Apogonidae.
Banyak ikan yang mempunyai daerah hidup di terumbu karang dan jarang dari
ikan-ikan tersebut keluar daerahnya untuk mencari makanan dan tempat
perlindungan. Batas wilayah ikan tersebut didasarkan pada pasokan makananan,
keberadaan predator, daerah tempat hidup, dan daerah pemijahan.
4. Reptilia
Reptiilia yang terdapat pada ekosistem terumbu karang hanya dua kelompok
yaitu, ular laut dan penyu. Dua kelompok ini terancam punah. Ular ditangkap
untuk kulitnya, dan penyu terutama untuk telurnya.

Manfaat Ekosistem Terumbu Karang


1. Dari segi ekonomi ekosistem terumbu karang memiliki nilai estetika dan tingkat
keanekaragaman biota yang tinggi yang dapat dimanfaatkan sebagai sumber
makanan, bahan obat – obatan ataupun sebagai objek wisata bahari.
2. Ditinjau dari fungsi ekologisnya, terumbu karang yang sangat penting dalam
menjaga keseimbangan lingkungan dan menyumbangkan stabilitas fisik, yaitu

6
mampu menahan hempasan gelombang yang kuat sehingga dapat melindungi
pantai dari abrasi
3. Adapun dari sisi social ekonomi, terumbu karang adalah sumber perikanan yang
produktif sehingga dapat meningkatkan pendapatan nelayan, penduduk pesisir,
dan devisa Negara yang berasal dari devisa perikanan dan pariwisata.
Faktor- faktor yang Merusak Terumbu Karang
Indonesia memang kaya akan keanekaragaman hayati nya termasuk di laut.
Karena Indonesia termasuk negara kepulauan. Saat ini salah satu ekosistem yang
memiliki peranan penting yaitu terumbu karang, kini mulai rusak. Hal ini
disebabkan oleh :
1. Pengendapan kapur
Pengendapan kapur dapat berasal dari penebangan pohon yang dapat
mengakibatkan pengikisan tanah (erosi) yang akan terbawa kelaut dan menutupi
karang sehingga karang tidak dapat tumbuh karena sinar matahari tertutup oleh
sedimen.
2. Aliran air tawar
Aliran air tawar yang terus menerus dapat membunuh karang, air tawar
tersebut dapat berasal dari pipa pembuangan, pipa air hujan ataupun limbah pabrik
yang tidak seharusnya mengalir ke wilayah terumbu karang.
3. Berbagai jenis limbah dan sampah
Bahan pencemar bisa berasal dari berbagai sumber, diantaranya adalah limbah
pertanian, perkotaan, pabrik, pertambangan dan perminyakan.
4. Pemanasan suhu bumi
Pemanasan suhu bumi dikarenakan pelepasan karbon dioksida (CO2) ke
udara. Tingginya kadar CO2 diudara berpotensi meningkatan suhu secara global.
yang dapat mengakibatkan naik nya suhu air laut sehingga karang menjadi
memutih (bleaching) seiring dengan perginya zooxanthelae dari jaringan kulit
karang, jika terjadi terus menerus maka pertumbuhan terumbu karang terhambat
dan akan mati.
5. Uji coba senjata militer
Pengujian bahan peledak dan nuklir di laut serta kebocoran dan buangan
reaktor nuklir menyebabkan radiasi di laut, bahan radio aktif tersebut dapat

7
bertahan hingga ribuan tahun yang berpotensi meningkatkan jumlah kerusakan
dan perubahan genetis (mutasi) biota laut.
6. Cara tangkap yang merusak
Cara tangkap yang merusak antara lain penggunaan muro-ami, racun dan
bahan peledak.
7. Penambangan dan pengambilan karang
Pengambilan dan penambangan karang umumnya digunakan sebagai bahan
bangunan. Penambangan karang berpotensi menghancurkan ribuan meter persegi
terumbu dan mengubah terumbu menjadi gurun pasir bawah air.
8. Penambatan jangkar dan berjalan pada terumbu
Nelayan dan wisatawan seringkali menambatkan jankar perahu pada terumbu
karang. Jangkar yang dijatuhkan dan ditarik diantara karang maupun hempasan
rantainya yang sangat merusak koloni karang.
9. Serangan bintang laut berduri
Bintang laut berduri adalah sejenis bintang laut besar pemangsa karang yang
permukaanya dipenuhi duri. Ia memakan karang dengan cara manjulurkan bagian
perutnya ke arah koloni karang, untuk kemudian mencerna dan membungkus
polip-polip karang dipermukaan koloni tersebut.

B. EKOSISTEM PANTAI

Mari Belajar Mengenal Ekosistem Pantai

8
Jika didefenisikan, maka ekosistem pantai tak lain adalah sebuah kesatuan di
alam dimana semua komponen baik itu abiotik maupun biotik saling berinteraksi
dan memungkinkan terjadinya aliran energi. Selain itu, interkasi tersebut juga
membentuk sebuah struktur biotik juga siklus materi antara abiotik dan biotik.
Sebagai sebuah ekosistem, unsur-unsur atau komponen yang tercakup di dalam
ekosistem pantai antara lain:

1. Komponen abiotik mencakup suhu, cahaya, iklim, bebatuan sedimen, air


dan lain-lain.
2. Komponen produsen seperti misalnya alga lat, lamun, bakau dan masih
banyak lagi lainnya.
3. Komponen Konsumen misalnya kerang, ikan, udang dan masih banyak
lagi lainnya.
4. Komponen pengurai atau decomposer misalnya virus, jamur dan bakteri.

Ciri-ciri Ekosistem Pantai

Ada beberapa hal yang menjadi ciri utama ekosistem pantai yang sehat dan baik,
antara lain:

1. Garis pantai permanen terjaga dengan baik, yakni wilayah laut yang
berbatasan dengan daratan.
2. Terdapat kawasan ekosistem mangrove dengan jumlah ideal 30% dari
jumlah total luas pesisir.

9
3. Terdapat pola usaha budidaya jenis air payau dengan berpegang pada
wawasan lingkungan yang baik.
4. Pencemaran pantai bisa dikendalikan secara baik dengan metode alamiah
atau dengan campur tangan manusia.
5. Pantai berperan sebagai rumah yang baik bagi mahluk hidup dan bisa
menjadi sumber penghidupan bagi manusia di sekitarnya.

Ekosistem pantai dikenal sebagai salah satu jenis ekosistem yang unik sebab
mencakup tiga unsur yakni tanah di daratan, air di lautan dan juga udara. Pantai
merupakan pertemuan antara ekosistem daratan dan juga ekosistem akuatik. Ada
beberapa satuan ekosistem yang tercakup di dalam ekosistem pantai antara lain:

1. Ekosistem Terumbu Karang atau Corall Reef.


2. Ekosistem Hutan Bakau atau Mangrove.
3. Ekosistem Padang lamun atau Sea Grass.
4. Ekosistem Muara Suangai atau Estuari.
5. Ekosistem Pantai Berpasir atau Sandu Beach.
6. Ekosistem Pantai berbatu atau Rocky Beach.

Yang menjadi ekosistem paling utama di wilayan pesisir pantai adalah ekosistem
terumbu karang ,mangrove dan juga padang lamun.
Ekosistem pantai sangat dipengaruhi oleh siklus harian arus yang pasang
dan surut. Dengan demikina, flora dan fauna yang bisa bertahan di pantai adalah
mereka yang bisa beradaptasi dengan cara melekat ke substrat keras agar tidak
terhempas gelombang. Wilayah paling atas dari ekosistem pantai adalah titik yang

10
hanya terkena air pada saat pasang naik tinggi. Area ini didiami beberapa jenis
moluska, ganggang, kerang, dan beberapa jenis burung pantai. Sementara itu, titik
tengah pantai terendam jika pasang tinggi juga pasang rendah. Tempat ini didiami
beberapa organisme semisal anemone laut, remis, siput, ganggang, porifera dan
masih banyak lagi lainnya. Sementara itu wilayah terdalam dari ekosistem pantai
dihuni oleh beragam jenis mahluk invertebrate juga ikan dan berbagai jenis
rumput laut.

C. EKOSISTEM TEPI PANTAI


 Pengertian Ekosistem Lepas Pantai
Lepas Pantai (muara) merupakan tempat bersatunya sungai dengan
laut. Lepas Pantai berasal dari kata aetus yang artinya pasang-surut. Lepas
Pantaia adalah wilayah pesisir semi tertutup yang mempunyai hubungan
bebas dengan laut terbuka dan menerima masukan air tawar dari daratan.
Oleh karena itu, ekosistem ini sangat dipengaruhi oleh pasang surut dan air
laut bercampur dengan air darat yang menyebabkan salinitasnya lebih rendah
daripada air laut. Ekosistem Lepas Pantai merupakan bagian dari ekosistem
air laut yang terdapat dalam zona litoral (kelompok ekosistem pantai).
Sebagian besar Lepas Pantaia didominasi oleh substrat berlumpur yang
merupakan endapan yang dibawa oleh air tawar dan air laut. Muara sungai,
rawa pasang-surut, teluk di pantai dan badan air di belakang pantai pasir
temasuk Lepas Pantai. Tempat bertemunya arus air dengan arus pasang-surut,
yang berlawanan menyebabkan suatu pengaruh yang kuat pada sedimentasi,
pencampuran air dan ciri-ciri fisika lainnya, serta membawa pengaruh besar
pada biotanya.
Lepas Pantai sering dipagari oleh lempengan lumpur intertidal yang luas
atau rawa garam. Salinitas air berubah secara bertahap mulai dari daerah air
tawar ke laut. Salinitas ini juga dipengaruhi oleh siklus harian dengan pasang
surut airnya. Nutrien dari sungai memperkaya daerah Lepas Pantai.
Komunitas tumbuhan yang hidup di Lepas Pantai anatara lain rumput
rawa garam, ganggang dan fitoplankton. Komunitas hewan antara lain
berbagai cacing, kerang kepiting, kerang, dan ikan. Bahkan ada beberapa

11
invertebrata laut dan ikan laut yang menjadikan Lepas Pantai sebagai tempat
kawin atau bermigrasi untuk menuju habitat air tawar. Lepas Pantai juga
merupakan tempat mencari makan bagi vertebrata semi air, yaitu unggas air.
Bentuk Lepas Pantai bervariasi dan sangat bergantung pada besar kecilnya
air sungai, kisaran pasang surut, dan bentuk garis pantai. Kebanyakan Lepas
Pantai didominasi substrat lumpur yang berasal dari endapan yang dibawa
oleh air tawar maupun air laut. Karena partikel yang mengendap kebanyakan
bersifat organik, substrat dasar Lepas Pantai biasanya kaya akan bahan
organik. Bahan organik ini menjadi cadangan makanan utama bagi organisme
Lepas Pantai.
Kondisi lingkungan fisik yang bervariasi dan merupakan daerah peralihan
antara darat dan laut, Lepas Pantai mempunyai pola pencampuran air laut dan
air tawar yang tersendiri. Pola pencampuran sangat dipengaruhi oleh sirkulasi
air, topografi kedalaman dan pola pasang surut karena dorongan dan volume
air akan sangat berbeda khususnya yang bersumber dari air sungai.
Berikut pola pencampuran antara air laut dengan air tawar :
1. Pola dengan dominasi air laut (Salt wedge estuary) yang ditandai dengan
desakan dari air laut pada lapisan bawah permukaan air saat terjadi
pertemuan antara air sungai dan air laut. Salinitas air dari Lepas Pantaia
ini sangat berbeda antara lapisan atas air dengan salinitas yang lebih
rendah dibanding lapisan bawah yang lebih tinggi.
2. Pola percampuran merata antara air laut dan air sungai (well mixed Lepas
Pantai). Pola ini ditandai dengan pencampuran yang merata antara air
laut dan air tawar sehingga tidak terbentuk stratifikasi secara vertikal,
tetapi stratifikasinya dapat secara horizontal yang derajat salinitasnya
akan meningkat pada daerah dekat laut.
3. Pola dominasi air laut dan pola percampuran merata atau pola
percampuran tidak merata (Partially mixed estuary). Pola ini akan sangat
labil atau sangat tergantung pada desakan air sungai dan air laut. Pada
pola ini terjadi percampuran air laut yang tidak merata sehingga hampir
tidak terbentuk stratifikasi salinitas baik itu secara horizontal maupun
secara vertikal.

12
Pada beberapa daerah Lepas Pantaia yang mempunyai topografi unik,
kadang terjadi pola tersendiri yang lebih unik. Pola ini cenderung ada jika
pada daerah muara sungai tersebut mempunyai topografi dengan bentukan
yang menonjol membetuk semacam lekukan pada dasar Lepas Pantaia.
Tonjolan permukaan yang mencuat ini dapat menstagnankan lapisan air pada
dasar perairan sehingga, terjadi stratifikasi salinitas secara vertikal. Pola ini
menghambat turbulensi dasar yang hingga salinitas dasar perairan cenderung
tetap dengan salinitas yang lebih tinggi.

 Komponen Dalam Ekosistem Lepas Pantai


Ada tiga komponen fauna (biotik) di Lepas Pantaia yaitu komponen
lautan,air tawar dan air payau. Binatang laut stenohalin merupakan tipe yang
tidak mampu mentolerir perubahan salinitas. Komponen ini terbatas pada
mulut Lepas Pantaia. Binatang laut eurihalin membentuk subkelompok kedua.
Spesies ini mampu menembus hulu Lepas Pantaia. Komponen air payau
terdiri atas polikaeta Nereis diversicolor,berbagai tiram (crassostrea), kerang
(Macoma balthica), siput kecil (hydrobia) dan udang (palaemonetes).
Komponen terakhir berasal dari air tawar. Organisme ini tidak dapat
mentolerir salinitas di atas 5‰ dan terbatas hulu Lepas Pantaia.
Spesies yang tinggal di Lepas Pantaia untuk sementara seperti larva,
beberapa spesies udang dan ikan yang setelah dewasa berimigrasi ke laut.
Spesies ikan yang menggunakan Lepas Pantaia sebagai jalur imigrasi dari laut
ke sungai dan sebaliknya seperti sidat dan ikan salmon.
Jumlah spesies yang mendiami Lepas Pantaia sebagaimana yang
dikemukakan Barnes (1974), pada umumnya jauh lebih sedikit daripada yang
mendiami habitat air tawar atau air asin di sekitarnya. Hal ini karena
ketidakmampuan organisme air tawar mentolerir kenaikan salinitas dan
organisme air laut mentolerir penurunan salinitas Lepas Pantaia.
Komponen abiotik dalam ekosistem Lepas Pantai adalah :
1. Temperatur

13
Efek geografi yang sangat luas dari temperatur pada distribusi mahluk
hidup sangatnyata sepanjang pantai timur Amerika. Oleh karenanya
disetiap wilayah pasti memiliki perbedaan makhluk hidup. Suhu dapat
dikatakan stabil jika temperatur dalam masa air perbedaannya rendah dan
jika perbedaan temperaturnya tinggi maka dikatakan tidak stabil. Pada
skala lokal yang lebih luas efek temperaturnya adalah faktor abiotik di
muara Lepas Pantaia, sedangkan dalam skala yang lebih kecil adalah
daerah zone intertidal. Lepas Pantaia mengandung volume air yang lebih
kecil dari pada daerah perbatasan pantai. Sistem temperatur pada air tawar
membawa air dingin ke muara pada saat musim dingin dan membawa air
panas pada musim panas. Ketika masa jenis air tawar lebih kecil dari pada
air laut maka air muara akan naik kepermukaan.
2. Salinitas
Perbedaan kadar garam mempunyai pengaruh bagi distribusi hewan dan
tumbuhan terutama di sekitar esruarin dan zone intertidal. Klasifikasi
Lepas Pantaia pada dasarnya terdiri dari pola susunan salinitas dan efek
variasi salinitas yang terdapat penyebaran organisme Lepas Pantaia. Efek
Coriolis dan temperatur dapat mempengaruhi pola susunan salinitas Lepas
Pantaia. Pada muara yang memiliki pasang surut tinggi akan membawa air
laut jauh kedalam muara. saat pasang tinggi, dan air bawah tanah akan
menuju ke laut pada saat surut. Pada daerah maksimum salinitas
befluktuasi, yang tersusun diatas 6-12 jam periode pasang surut yang
melampaui susunan salinitas terhadap muara. Efek Corilos yaitu
pembelokan air yang bergerak berotasi ke bawah. Yang menyebabkan air
bergerak ke kanan menuju belahan bumi utara dan bergerak ke kiri menuju
belahan bumi selatan. Pada pengamatan Lepas Pantaia, air laut akan
bergerak ke kanan dan air tawar akan bergerak ke kiri. Kadar garam air
dibelahan bumi utara bergerak menuju Lepas Pantaia yaitu ke kanan.yang
berlawanan dengan garis pantai.
3. Pasang Surut Air Laut
Terdapat tiga jenis pasang surut air laut berdasarkan waktu yaitu: lama
pasang surut, waktu utama pasang surut dan aliran balik pasang surut.

14
Lama pengaturan pasang surut tergantung pada cuaca pada langit. Waktu
terjadinya pasang surut adalah pada siang hari dan pada malam hari. Pada
siang hari pasang surut lebih rendah dari pada pasang surut yang terjadi
pada malam hari.
4. Substrat
Daerah Lepas Pantaia sebagian besar didominasi oleh substrat berlumpur
yang dibawa oleh air laut maupun air tawar dari daratan. Pengandapan
(sedimentasi) partikel bergantung pada arus dan ukuran partikel. Partikel
yang lebih besar mengendap lebih cepat. Oleh keran itu, substrat pada
tempat yang arusnya kuat akan menjadi kasar (pasir atau kerikil). Diantara
partikel yang mengendap di Lepas Pantaia kebanyakan bersifat
organik. Sehingga sangat kaya akan bahan organik yang dapat menjadi
cadangan makanan yang besar bagi organisme Lepas Pantaia.
5. Kekeruhan
Kekeruhan tertinggi terjadi pada saat aliran sungai maksimum. Pengaruh
ekologi utama dari kekeruhan yaitu penurunan penetrasi cahaya. Hal ini
akan berdampak pada menurunya fotosintesi fitoplankton dan tumbuhan
bentik, yang berakibat menurunnya produktifitas.
6. Oksigen
Masuknya air tawar dan air laut secara teratur ke dalam Lepas Pantaia,
bersama-sama dengan pengadukannya dan pencampuran oksigen oleh
angin, membawa oksigen yang cukup dalam kolom air. Karena kelarutan
oksigen dalam air berkurang dengan naiknya suhu dan salinitas, jumlah
oksigen dalam air akan berfariasi sesuai dengan variasi parameter tersebut
diatas.

15
DAFTAR PUSTAKA

Suharsono. 1998. Ekosistem Terumbu Karang. Surabaya: Apollo.


Wibisono, W.S. 2005. Pengantar Ilmu Kelautan. Jakarta: Grasindo.
http://ahza-vongola.blogspot.com
Costa Royeml DA, 2017. Ekosistem Pantai. Jakarta.
Respository.warmadewa.ac.id

16

Anda mungkin juga menyukai