Terumbu karang merupakan salah satu ekosistem khas pada perairan pesisir di wilayah tropis. Terdapat dua
penjelasan khusus terhadap terumbu dan karang, yang mana kedua buah kata ini bukan merupakan satu kesatuan,
melainkan penggabungan kata dari terumbu dan karang yang akan dijelaskan pada ulasan dibawah ini.
Karang merupakan individu-individu berukuran kecil yang disebut polip. Setiap polip seperti kantung berisi air
yang dilengkapi dengan lingkaran tentakel yang mengelilingi mulutnya, dan terlihat seperti anemon kecil. Polip di
dalam koloni terhubungkan oleh jaringan hidup dan dapat berbagi makanan. Sedangkan terumbu karang adalah
struktur di dasar laut berupa deposit kalsium karbonat yang dihasilkan terutama oleh hewan karang. Karang adalah
hewan tak bertulang belakang yang termasuk dalam Filum Coelenterata (hewan berrongga) atau Cnidaria
Karang terlihat seperti tanaman, padahal sebenarnya karang merupakan sekumpulan hewan-hewan kecil
yang bernama polip. Orang yang pertama kali mengklasifikasikan karang sebagai binatang adalah J.A. de Peysonell,
seorang ahli biologi dari Perancis pada tahun 1753. Dalam klasifikasi ilmiah, karang berada dalam filum Cnidaria,
kelas Anthozoa. Terumbu karang (coral reefs) juga merupakan kumpulan masyarakat (binatang) karang, yang hidup di
dasar perairan, yang berupa batuan kapur (CaCO3), dan mempunyai kemampuan yang cukup kuat untuk menahan
gaya gelombang laut. Maka dari itu, karang berada di posisi awal dari arah laut ke daratan.
JENIS
Penggolongan karang umumnya dibedakan menjadi dua, yaitu karang keras (hard coral) dan karang lunak (soft coral)
:
a) Karang keras (hard coral) merupakan endapan masif kalsium karbonat (CaCO3) yang dihasilkan dari
organisme karang pembentuk terumbu karang dari filum Coridaria, Ordo Scleractinia yang hidup bersimbiosis
dengan Zooxanthellae dan sedikit tambahan alga berkapur serta organisme lain yang mensekresikan kalsium
karbonat memiliki struktur keras menonjol, tidak bergerak, permukaannya kasar seperti kertas pasir, koralit
regular, jika ada yang memiliki tentakel pada polip, jumlahnya lebih dari 8 dan biasanya berjumlah 24 tentakel.
acropora
b) Karang lunak Karang lunak (soft coral) tidak bersimbiosis dengan alga, bentuknya seperti tanaman
(Risnandar, 2015) memiliki struktur lunak, melambai jika disapu di sekitarnya, koralit regular, polip menonjol
keluar dan memiliki 8 tentakel. Anemone, heliofungia, acanthophyllia, cycloseris, dan trachyphyllia.
DISTRIBUSI
Sebaran terumbu karang di Indonesia termasuk yang terkaya di dunia dengan luasan mencapai 60.000 km2 yang
pada umumnya menyebar pada perairan kawasan pulau-pulau kecil mulai dari wilayah barat Sumatera, Kepulauan
Riau, Bali, Lombok, Sulawesi, Maluku hingga. Sebagai salah satu ekosistem di wilayah pesisir dan juga tersebar di
kawasan pulau-pulau kecil,
Menurut para ahli geologi (seperti Shepard (1971), Kuenen (1960), Bird (1976) dan Mater dan Bennet (1984)) proses
terbentuknya terumbu karang berbeda – beda tetapi intinya mereka mengemukakan bahwa 75 % dari seluruh
terumbu karang terbentuk pada masa Pleistosen.
Pada masa Pleistosen itu terjadi “tectonic subsidence” (penurunan lapisan kerak bumi di dasar samudra akibat
letusan gunung berapi) dan fluktuasi paras muka laut akibat terjadinya perubahan massa es mulai zaman Pleistosen
hingga perioda resen yang mengakibatkan variasi pada kedalaman laut di sepanjang paparan kontinental (continental
shelf). Dengan adanya variasi pada kedalaman laut di sepanjang paparan kontinental inilah yang menyebabkan
tumbuhnya karang secara berkesinambungan.
Sejarah terbentuknya atol berdasarkan hasil penelitian berbagai dasar ilmu geologi seperti pengukuran umur (dating)
pada batuan vulkanik, penelitian struktur geologi dengan menggunakan seismik dan penelitian paleomagnetik untuk
mengetahui kemungkinan terjadinya perubahan kandungan magnetik (polarisasi atau anomali) secara lokal maupun
regional selama terjadinya perekahan lempengan kerak bumi.
Ada teori tentang proses terbentuknya atol, yaitu Teori titik panas (hotspot theory) adalah sebagai berikut:
(1) Terjadi aktivitas magmatik pada suatu titik panas (hotspot)
(2) Titik panas tersebut kemudian tumbuh dan berkembang menjadi gunung berapi yang berada di dasar samudra
(3) Setelah gunung berapi dasar samudra itu meletus dan menjadi tidak aktif
(4) Dalam beberapa juta tahun gunung berapi tersebut berubah menjadi pulau yang kemudian mengalami
pergeseran dari posisi semula oleh pergerakan kerak bumi
(5) Pulau tersebut kemudian ditumbuhi beberapa formasi karang menjumbai (fringing reefs) yang kemudian
berkembang menjadi barrier reefs, atol dan terakhir menjadi sebuah gunung kecil di laut (guyot). Secara garis besar
perkembangan gunung berapi menjadi atol adalah demikian, dan proses tersebut akan terulang kembali pada gunung
berapi yang terbentuk kemudian.
Secara garis besar lingkungan geologi pertumbuhan terumbu karang terbagi menjadi dua yakni daerah sekitar
gunung berapi bawah laut dan dasar laut dengan formasi lumpur. Contoh keberadaan atol di Indonesia ada di
Takabonerate, Sulawesi Selatan. Dan salah satu Atol terbesar ke 3 di dunia.
MANFAAT:
Terumbu karang merupakan salah satu sumberdaya laut yang memiliki manfaat yang besar atau disebut jasa
(services) bagi manusia dan lingkungan. Peran dan manfaat ekosistem terumbu karang ini terdiri dari manfaat
ekonomi, ekologi maupun manfaat sosial budaya. Ekosistem terumbu karang merupakan ekosistem yang
produktivitasnya tinggi ketiga setelah mangrove dan lamun dengan nilai produktivitas antara 1800-4200 gC/m2/tahun.
Terumbu karang Indonesia menempati peringkat teratas dunia untuk luas dan kekayaan jenisnya. Lebih dari 75.000
km2 atau sebesar 14% dari luas total terumbu karang dunia. Berdasarkan luas total tersebut, terumbu karang di
Indonesia telah banyak yang dimanfaatkan untuk berbagai kegiatan, salah satunya untuk kegiatan wisata bahari.
Terumbu karang banyak memberikan manfaat yang besar bagi kehidupan dan lingkungan biota yang hidup
disekitarnya dan juga bagi kehidupan manusia. Berdasarkan manfaat yang diberikan, manfaat terumbu karang dibagi
menjadi 3 kategori. Diantaranya adalah: