Anda di halaman 1dari 19

POTENSI TERUMBU KARANG

DI SULAWESI TENGAH

DISUSUN OLEH;
KELOMPOK 2
ANDI NOVA SELPYA
ARSYEL YUDISTIRA
MUH.RENALDY HAFIS
RISKAYANTI

KEMENTRIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN


BADAN PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA
KELAUTAN DAN PERIKANAN
POLITEKNIK KELAUTAN DAN PERIKANAN BONE
2024
A. Pengertian Terumbu Karang
Terumbu Karang adalah sekumpulan hewan karang yang bersimbiosis
dengan sejenis tumbuhan alga yang disebut zooxanthellae. Terumbu karang
termasuk dalam jenis filum Cnidaria kelass Anthozoa yang memiliki tentakel.
Karang adalah hewan hewan tak tertulang belakang yang termasuk dalam
filum Colenterata (hewan ber-rongga) atau cnidaria. Terumbu karang
merupakan salah satu ekosistem yang berperan penting pada wilayah pesisir
namun rentang terhadap perubahan baik yang terjadi secara internal maupun
eksterna;( Menurut Sutono,2016)
Ekosistem terumbu karang merupakan kekayaan sumberdaya laut
yang memiliki beberapa peranan penting dalam mendukung kehidupan
berbagai organisme perairan,diantaranya adalah sebagai tempat tinggal,
tempat mencari makan,tempat berlindung dan tempat berkembang biak bagi
sebagian besar biota laut. Terumbu karang merupakan ekosistem yang subur
dan kaya akan makanan sehingga banyak biota laut yang berasosiasi di
terumbu karang.Terumbu karang sebagai ekosistem yang memiliki keindahan
yang dapat menarik pariwisatawan,sehingga terumbu karang sering dijadikan
sebagai spot pariwisata. Keberadaan terumbu karang berperan sebagai
pelindung pantai dari abrasi akibat terpaan arus,angin dan gelombang.
Terumbu karang merupakan salah satu ekosistem khas pada perairan
pesisir diwilayah tropis.Terdapat dua penjelasan khusus terhadap terumbu
dan karang,yang mana kedua buah kata ini bukan merupakan satu
kesatuan,melainkan penggabungan kata dari terumbu dan karang yang akan
dijelaskan pada ulasan dibawah ini.Karang merupakan individu-individu
berukuran kecil yang disebut polip. Setiap polip seperti kantung berisi air yang
dilengkapi dengan lingkaran tentakel yang mengelilingi mulutnya,dan terlihat
seperti animon kecil. Polip dalam koloni terhubungkan oleh jaringan hidup
dan berbagi makanan.Sedangkan terumbu karang adalah struktur didasar
laut berupa deposit kalsium karbonat yang dihasilkan terutama oleh hewan
karang. Karang adalah hewan tak bertulang belakang yang termasuk dalam
filum Coelenterata ( tulang berongga) atau Cnidaria.
Ekosistem terumbu karang merupakan ekosistem yang sangat penting
bagi perairan dan menjadi habitat bagi ikan dan biota laut lainnya. Banyaknya
manfaat dan tingginya produktifitas yang terjadi pada terumbu karang
menyebabkan terjadinya pemanfaatan yang cukup besar diwilayah pesisir
dan laut seperti: aktifitas penangkapan, peningkatan jumlah wisatawan,
pembangunan diwilayah pesisir, peningkatan limbah yang menyebabkan
pencemaran terhadap perairan baik dari aktifitas kapal (tumpahan minyak )
dan peningkatan limbah rumah tangga yang mengalir keperairan.
Terumbu karang adalah salah satu sumberdaya alam yang memiliki
kemampuan untuk tumbuh dan berkembang baik secara alami maupun
secara buatan melalui campur tangan manusia seperti Tranplantasi, biorock
dan sebagainya.Namun,seperti halnya sumber daya alam yang lain,
ekosistem terumbu karang di ekspoitasi baik secara langsung ( perikanan
tangkap,perikanan hias,pengambilan batu karang,karang hias dst.) maupun
tidak lansung seperti untuk kebutuhan jasa wisata.
Terumbu karang merupakan ekosistem yang sangat dinamis,namun
sangat sensitif dan rentang terhadap perubahan kondisi lingkungan. Kondisi
dinamis terumbu karang ditandai dengan perubahan-perubahan yang terjadi
dalam komunitas,serta adanya interaksi yang kuat antara biota karang dan
biota penghuni terumbu lainnya serta kondisi abiotik lingkungan. Perubahan
kondisi lingkungan sebagai akibat dari aktivitas manusia maupun oleh
kejadian-kejadian alam yang telah memberikan dampak kerusakan baik
terumbu karang dalam skala luas. Secara alami respon terumbu karang
terhadap perubahan dan tekanan lingkungan adalah berusaha untuk bertahan
dan menunjukkan gejala pembenihan sampai terbentuknya komunitas yang
stabil kembali setelah mengalami kerusakan. Apabila tekanan lingkungan
terjadi terus menerus,sedangkan daya pulihnya lambat,maka terumbu karang
akan mengalami kematian.
Karang merupakan spesies yang mampu menyerap unsur karbon
dalam perairan. Bentuk pertumbuhan karang antara lain Branching, Plate,
Encrusting,Massive atau Boulder,Submassive atau Irregular,Foliose atau
Lettuce-like,Columnar or Digitate,Free living atau Mushroom.Warna dan
bentuk karang dipenuhi faktor lingkungannya.Spesies yang memiliki struktur
yang kuat,memiliki cabang yang berbentuk bulat karna hidup di perairan yang
dangakal dan dipengaruhi oleh arus gelombang.
Terumbu karang merupakan ekosistem yang terdapat khas didaerah
tropis,mempunyai produktifitas yang sangat tinggi,dan juga keanekaragaman
biota yang ada didalamnya.Banyak sekali jenis biota yang hidupnya berkaitan
erat dengan terumbu karang,dimana semuanya terjalin dalam hubungan
harmonis dalam satu ekosistem terumbu karang. Karang yang ada didunia
terbagi dua kelompok karang,yaitu karang hermatifik dan karang ahermatifik.
Perbedaan kedua kelompok ini terletak pada kemampuan karang hermatifik
dalam menghasilkan terumbu.( Nabil Zurba,2019)
Terumbu karang merupakan salah satu ekosistem penting pesisir dan
laut yang banyak memiliki fungsi ekologis. Terumbu karang menjadi habitat
dari ikan, hewan avertebrata(hewan yang tidak memiliki tulang belakang)serta
masih banyak biota lainnya,yang masing-masing keberadaannya saling
bergantung.Terumbu karang menjadi tempat berkembang biak,berlindung
serta mencari makan bagi ikan,kerang,udang dan biota lainnya.Fungsi lainnya
yaitu melindungi pantai dari abrasi dan gempuran ombak,mengurangi
pengikisan pulau-pulau dan garis pantai dari ombak yang sangat kuat.Jenis
terumbu karang utama TN Bunaken adalah terumbu karang tepi dan terumbu
karang penghalang. Terumbu karang tepi (Fringing reefs) adalah terumbu
karang yang berkembang dekat dari garis pantai yang mencapai kedalaman
tidak lebih dari 40 meter. Sedangkan terumbu karang penghalang (barrier
reefs) terpisah dari garis pantai oleh kolam (laguna0,terletak jauh dari pantai
(40-70 meter). Selain itu,terdapat terumbu mengelompok (napo) di wilayah
Arakan-Wawontulap,dan pada kolam (laguna kecil) di pulau Nain. Patch reef
membentuk koloni (kelompok) sendiri pada perairan dangkal.
Kemudian,sebagian terumbu di Pulau Mantehage merupakan terumbu
penghalang(barrier reefs).(Clarina reefs,2022)
Terumbu karang merupakan ekosistem utam perairan pesisir dan laut
tropis,kehadirannya sangat dominan di perairan pesisir dan pulau-pulau kecil
wilayah kepulauan indonesia.Sesuai undang undang nomor 4 tahun 2011,
luas terumbu karang indonesia mencapai 2.517.858 ha (Gyanto dkk 2017),
terdiri atas terumbu karang tepi dan dominan, diikuti terumbu penghalang atol
dan terumbu tenggelam atau Patch Reef (Tuwo, 2011).Kondisi ini
menyebabkan indonesia hayati terumu karang dunia, dan berada di pusat
segitiga karang.Terumbu karang memiliki fungsi sebagai tempat tinggal
sementara maupun permanen, mencari makan, memijah, asuhan, dan tempat
berlindung sebagai spesises biologi, kimiawi dan fisik global. Terumbu karang
memiliki produktivitas hayati yang tinggi, sebagai sumberbahan makanan,
obat-obatan, dan bahan konstruksi (Suharsono, 2008).
Ekosistem terumbu karang merupakan bagian dari ekosistem laut yang
penting,karena menjadi sumber kehidupan bagi biota laut. Ekosistem terumbu
karang dapat terbentuk dari 480 spesies karang,dan didalamnya hidup lebih
dari 1.650 spesies ikan, molusca, crustaceam, sponge, algae dan seagrass
(Buddemier et al.,2004).Fungsi utama terumbu karang adalah sebagai tempat
memijah,daerah asuhan biota laut dan sebagai sumber plasma nutfah
(Oceana.2006).Terumbu karang adalah endapan masif yang berupa kalsium
karbonat,dihasilkan oleh hewan karang Cnidaria yang bersimbiosis dengan
Zooxanthella.Karang memiliki variasi bentuk pertumbuhan koloni yang
dipengaruhi oleh kondisi lingkungan perairan, seperti intensitas cahaya
matahari,hydrodinamis (gelombang dan arus),ketersediaan bahan makanan,
sedimen,subareal exposure dan faktor genetik (English et al.,1994).
Terumbu karang merupakan keunikan diantara asosiasi atau
komunitas lautan yang selurunya di bentuk oleh kegiatan biologis. Terumbu
karang adalah endapan-endapan yang penting dari kalsium karbonat yang
dihasilkan oleh hewan karang (Filum Cnidaria,kelas Anthozoa,Ordo
Madreporia = Seleractina ) dengan tambahan dari alga berkapur dan
organisme lain yang mengeluarkan kalsium karbonat (Nyakken,1992).
Terumbu karang adalah ekosistem laut tropis. Berbagai hewan dan
tumbuhan hidup di terumbu karang. Hewan yang paling penting adalah
karang itu sendiri yang mana bertanggung jawab pada terbentuknya terumbu.
Karang merupakan hewan-hewan yang bentuknya seperti batu yang
berwarna-warni dan memiliki berbagai bentuk dan ukuran yang berbeda-
beda. Karang dan hewan-hewan lainnya serta tumbuhan yang hidup di
terumbu karang membentuk sebuah ekosistem terumbu karang.
Terumbu karang merupapakan habitat biota laut: beranekaragaman
avertebrata laut (hewan tidak bertulang belakang) terutama karang batu
(Stony corals),juga Krustasea, siputdan kerang-kerangan. Ekinodermata (bulu
babi,teripang laut,bintang laut dan lili laut);beranekaragaman ikan dimana 50-
70% ikan karnivora opurtinistik,15% ikan herbivora dan sisanya omnivora;
reptile umumnya ular laut dan penyu laut;ganggang laut dan rumput laut:alga
koralin,alga hijau berkapur dan rumput laut.(Youdy J.H gomulili)

B. Jenis-Jenis Terumbu karang


a. Terumbu karang berdasarkan tipenya
Menurut Risnandar (2015) ada 2 jenis terumbu karang berdasarkan
tipenya yaitu:
1. Karang keras (Hard coral)
Karang keras (Hard Coral) merupakan endepan masif kalsium
(CaCO3) yang dihasilkan dari organisme pembentuk terumbu karang
dari filum Coridaria,Ordo Sceractina yang hidup bersimbiosis dengan
Zooxanthellae dan sedikit algae berkapur serta organisme lain yang
mensekresikan kalsium karbonat.Jumlah karang keras yang ditemukan
berkisar antara 50-100 jenis. Jenis karang keras yang paling umun
ditemukan adalah Acropora sp.,Montipora sp.,dan Porites sp.
Adapun beberapa gambar karang keras sebagai berikut:

Karang Acropora sp Karang Montipora sp

Karang Porites sp
Gambar 1. Karang keras
2. Terumbu karang lunak (Soft coral)
Terumbu karang lunak (Soft coral) berbanding terbalik dengan karang
keras krena karang lunak tidak bersimbiosis dengan alga dan bentuknya
seperti tanaman. Jumlah karang lunak berkisar antara 100-150 jenis.
Jenis karang lunak yang paling umun adalah Sinularia sp.,Sarcophyton
sp.,dan Lobophytum sp.
Adapun beberapa gambar karang lunak dibawah ini:

Karang Sinularia sp Karang Sarcophyton sp

Karang Lobophyton sp
Gambar 2. Karang Lunak

b. Terumbu karang berdasarkan bentuknya


Menurut Supriharyono (2017),ada 2 tipe karang yaitu karang yang
membentuk bangunan kapur (hemartypic corals) dan yang tidak dapat
membentuk bangunan karang (ahermatypic corals). Hemartypic corals
adalah koloni karang yang dapat membentuk bangunan atau terumbu
dari kalsium karbonat (CaCO3),sehingga sering disebut pula reef building
corals. Sedangkan,ahermatypiccorals adalah koloni karang yang tidak
dapat membentuk terumbu.
Sedangkan menurut Hadi et al,(2018) terumbu karang di indonesia
bisa dikelompokkan ke dalam empat bentuk,yaitu:
a. Terumbu karang tepi (finging reefs)
Terumbu karang tepi atau karang penerus berkembang di
mayoritas pesisir pantai dari pulau-pulau besar. Perkembangannya
bisa mencapai kedalaman 40 meter dan kearah luar menuju laut
lepas. Dalam proses perkembangannya,terumbu ini berbentuk
melingkar yang ditandai dengan adanya bentuk ban atau bagian
endapan karang mati yang mengelilingi pulau pada pantai yang
curam,pertumbuhan terumbu jelas mengarah secara vertical.
Contohya di Bunaken (Sulawesi),Pulau Panaitan (Banten),dan Nusa
Dua (Bali).

b. Terumbu karang penghalang (Barrier reefs)


Terumbu karang ini terletak pada jarak yang relatif jauh dari
pulau,sekitar 0,52 km kearah laut lepas dengan kondisi oelh perairan
berkedalaman hingga 75 meter.Terkadang membentuk lagooa (kolom
air) atau celah perairan yang lebarnya mencapai puluhan kilometer.
Umumnya karang penghalang tumbuh di sekitar pulau sangat besar
atau benua membentuk gugusan pulau karang yang terputus putus.
Contohnya di BatuanTengan(Bintan,kepulauan Riau), Spermonde
(Sulawesi Selatan),dan Kepulauan Banggai (Sulawesi Tengah).

c. Terumbu karang cincin (atolls)


Terumbu karang membentuk cincin yang mengelilingi batas dari
pulau-pulau vulkanik yang tenggelam sehingga tidak terdapat
perbatasan dengan daratan atau cincin karang yang dikenal dengan
nama Atol adalah gugusan terumbu karang yang berbentuk cincin,
pulau,atau serangkaian pulau yangmengelilingi laguna atau pulau
yang berada dibagian tengahnya.

d. Terumbu karang datar/Gosong terumbu (patch reefs)


Gosong terumbu (patch reefs),terkadang disebut juga sebagai
pulau datar (flat island).Terumbu ini tumbuh dari bawah ke atas
sampai kepermukaan dan dalam kurung waktu geologis,membantu
pembentukan pulau datar.Umumnya pulau ini akan berkembang
secara horizontal atau vertical dengan kedalaman relative dangkal.
Contohnya di kepulauan Seribu (DKI Jakarta) dan Kepulauan Ujung
Batu.

C. Metode Pengambilang Data Terumbu Karang


Ada banyak metode yang dapat digunakan untuk mengetahui kondisi
penutupan terumbu karang. Menurut Rudi dan Yusri (2013),metode
monitoring dapat dibedakan sebagai berikut:
1. Metode Monitoring Skala Luas
A. Manta Tow

Gambar 3. Ilustrasi Metode Manta Tow


(English,1994;Sukmara et el,2001)

Metode Manta Tow bertujuan untuk mengamati perubahan secara


menyeluruh pada komunitas bentik yang ada pada terumbu karang,termasuk
kondisi terumbu karang tersebut. Metode ini sangat cocok untuk memantau
daerah terumbu karang yang luas dalam waktu yang pendek,biasanya untuk
melihat kerusakan akibat adanya badai topan,bleaching,daerah bekas bom dan
hewan Acanthaster plancii (Bulu Seribu). Teknik ini juga sering digunakan untuk
mendapatkan daerah yang mewakili untuk di survei lebih lanjut dan lebih teliti
dengan metode transek garis.

Beberapa keuntungan yang diperoleh dengan metode Manta Tow adalah:


1) Sebuah area yang luas dapat disurvei dalam waktu singkat.
2) Gampang dilakukan setelah pelatihan sederhana dan singkat.
3) Membutuhkan peralatan yang murah.
4) Pengamat tidak akan kelelahan untuk memonitor wilayah yang luas.

Sementara itu, kekurangan metode Manta Tow ini adalah:


1) Hewan-hewan yang biasa bersembunyi (cryptic) gampang terlewati.
2) Monitoring dapat dilakukan pada lokasi diluar terumbu karang secara
tidak sengaja.
3) Peneliti sangat sulit mengigat bila terlalu banyak variabel yang diamati.
4) Dapat dilakukan pada terumbu karang diangkal saja,khususnya bila
visibilitas/kecerahan perairan rendah.
5) Hanya dapat mengukur penutupan kategori yang luas,misalnya 0-
10%,11-30%.
6) Ketelitian sangat terbatas akibat kesulitan secara visual menilai
organisme terumbu karang yang sangat dominan secara cepat.
B. Timed Swim

Gambar 4. Ilustrasi Timed Swim


(English 1994 dan Sukmara dkk,2001)
Metode Timed Swim adalah metode yang dikembangkan untuk skala
luas ataupun sedang,misalnya dalam sistem peringatan dini cepat dalam
melihat suatu perubahan penutupan karang, perikanan dengan bom atau
bleaching. Dengan metode ini, pengamat berenang pada suatu kedalaman
dan kecepatan yang konstan selama waktu tertentu.

Metode Timed Swim memberikan beberapa keuntungan antara lain:


1) Memberikan keakuratan yang lebih besarr dibanding Manta Tow
karena waktu yang lebih lama dan area yang disurvei lebih dekat
untuk dilihat.
2) Tidak memerlukan training khusus.
3) Area yang luas dapat disurvei lebih dekat untuk dilihat.
4) Sangat berguna untuk memperoleh daftar spesies yang ada di suatu
wilayah.
5) Murah,tidak membutuhkan kapal.

Namun, metode ini memiliki kekuragan antara lain:


1) Sangat melelahkan.
2) Sulit dilakukan jika kawasan pengamatan sangat luas.
3) Subyektifitas pengamat dapat menyebabkan data menjadi bias.
4) Pengukuran hanya berdasarkan perkiraan.
5) Tidak dapat mendeteksi perubahan yang kecil dalam ekosistem.

2. Metode Monitoring Skala Sedang (Medium Scale)


a. PIT(Point Intercept Transect)
Gambar 5. Ilustrasi Metode Point Intercept Transect
(English 1994 dan Sukmara dkk.2001).
Metode ini adalah metode transek yang paling sederhana. Pengamat
berenang sepanjang transek garis dan mencatat kategori bentik yang
terletak tepat dibawah transek pada titik-titik tertentu (poin) di sepanjang
transek.

Kelebihan :
1) Daerah cakupan kecil
2) Waktu pengamatan tidak terlalu lama
3) Data kuantitatif,sehingga data lebih akurat
4) Mudah dipelajari bagi pemula

Kekurangan:
1) Tidak dapat dilakukan untuk mengambil data ditubir dan kawasan
bergua.
2) Jumlah titik (poin) yang ditubuhkan harus disesuakan kondisi
dilapangan.
3) Tidak cocok untuk jenis-jenis yang jarang ditemui.
4) Informasi tentang ukuran koloni karang tidak dapat diperoleh.

b. LIT (Line Intercept Transek)

Gambar 6. Ilustrasi Metode Transek Garis


(English. 1994 dan Sukmara et al. 2001)
Metode LIT di gunakan untuk menentukan besarnya persentase
penutupan masing-masing kategori komunitas benthik. Metode ini dapat
digunakan secara tersendiri maupun dengan mengkombinasikannya
dengan metode lain seperti Metode Kuadrat atau Visual sensus ikan.
Metode ini sangat direkomendasikan oleh Global Coral Reefs Monitoring
Network (GCRMN) untuk menentukan tingkat managemen (pengelola).

Keuntungan dengan Metode LIT ini adalah:


1) Kategori lifeform memungkinkan didapatkannya informasi yang
berguna oleh pengamat dengan pengetahuan terbatas dalam
identifikasi komunitas benthik terumbu karang.
2) Data kuantitatif sehingga lebih akurat.
3) Merupakan metode sampling data yang gampang dan efisien untuk
memperoleh persentase penutupan kuantitatif.
4) Dapat menyajikan informasi secara detail terhadap pola spasial.
5) Jika dapat diulang pada waktu yang diinginkan, maka akan
menyediakan informasi perubahan interporal.
6) Bisa mendapatkan ukuran koloni karang, yang merupakan indikator
stabilitas komunitas.
7) Memerlukan peralatan minimal dan relatif sederhana.
8) Dapat mengukur kerapatan relatif
9) Dapat dikombinasikan dengan teknik serupa misalnya, belt dan
video transect maupun sensus ikan.
10) Informasi mengenai ukuran koloni dapat diperoleh.

Kekurangan metode LIT ini adalah:


1) Sangat sulit untuk standarisasi beberapa kategori lifeform di antara
sejumlah pengamat.
2) ujuannya hanya terbatas pada data persentase penutupan dan atau
kelimpahan relatif.
3) Pengamat haruslah penyelam yang baik.
4) Tidak dapat digunakan untuk masalah-masalah demografi seperti
pertumbuhan,rekrutmen dan mortalitas.
5) Tidak bagus diguakan untuk pendugaan kuantitatif persentase
penutupan spesies yang jarang dan kecil.
6) Memerlukan waktu yang lebih lama sehingga biaya juga meningkat.
7) Membutuhkan keahlian khusus sesuai dengan tingkat presisi data
dan informasi yang diinginkan.
8) Tidak bisa digunakan untuk biota yang jarang ditemukan atau
terlalu kecil.

3. Metode Pemantauan Skala Detail


a. Quadran
Gambar 7. Ilustrasi Quadran
(English 1994 dan Sukmara dkk.2001)
Metode ini termasuk metode yang cukup komprehensif dan dapat
digunakan untuk mengamati berbagai macam parameter. Dalam sebuah
kuadrat, pengamat dapat mengamati banyak hal yang umum hingga mendetil.

Kelebihan :
1) Dapat melihat perubahan kecil.
2) Cocok untuk jenis-jenis yang kecil,jarang,atau yang suka bersembunyi.
3) Info rmasi mendetil mulai dari persentase tutupan, kelimpahan, hingga
frekuensi.

Kekurangan :
1) Memakan banyak waktu.
2) Penempatan kuadrat dapat merusak karang jika tida hati-hati
3) Tidak cocok untuk biota yang berukuran lebih dari 1 m

b. Transek Sabuk

Gambar 8. Ilustrasi Metode Transek Sabuk


(English 1994 dan Sumkara dkk.2001)
Secara umum metode ini digunakan untuk menggambarkan kondisi
suatu populasi makro-invertebrata tertentu di terumbu karang, biasanya adalah
spesies yang mempunyai pengaruh ekologi pada terumbu seperti Acanthaster
planci,Drupella, Gastropoda dan Diadema. Metode ini dapat juga digunakan
untuk menghitung populasi karang tertentu seperti Fungia spp dan karang-
karang hias ataupun visual sensus untuk ikan.
Metode ini sudah sangat umum dan dikembangkan dengan baik oleh
Reef Check. Dengan metode ini sepasang penyelam yang berenag sepanjang
sabuk (belf) d-an menghitng kelimpahan kelompok invertebrata target, selain
kesehatan terumbu atau kerusakan secara fisik. Informasi yang diperoleh
dapat berupa dugaan kelimpahan makro-invertebrata tertentu. Untuk
mendapatkan hasil yang lebih tepat dalam mendeteksi perubahan lokal, maka
dapat dilakukan jumlah ulangan yang lebih banyak dan menambah frekuensi
monitoring (misalnya lebih dari empat kali dalam setahun).

Beberapa keuntunga dengan menggunakan metode ini adalah:


1) Biaya yang murah
2) Khususnya dengan menggunakan kepedulian
3) Proses pembelajaran dan membangkitkan kepedulian
4) Memberikan gambaran global kesehatan terumbu karang
5) Pengulangan survey dapat dilakukan sebagai suatu program monitoring
lokal
Sementara itu kekurangan metode ini adalah secara idealnya
pengulangan dilakukan lebih dari 4 kali per site dan lebih dari 4 kali survey
dilakukan dalam setahun supaya data dapat dibandingkan, dengan demikian
hal ini akan menambah mahal biaya operasional.

c. UPT (Underwater Photo Transect)

Gambar 9. Ilustrasi Metode Underwater Photo Transect (UPT)

Metode ini merupakan metode yang terbaru dari COREMAP-CTI (2014)


lembaga ilmu pengetahuan Indonesia Pusat Penelitian Oseonografi LIPI yang
berkompoten dalam melakukan standarisasi metode monitoring karang di
Indonesia mengadopsi metode yang disebut UPT (Underwater Photo
Transek). Sepintas metode ini hampir sama denga LIT-peralatan dan bahan
research, hanya saja UPT memanfaatkan perkembangan teknologi kamera
digital dan pirinti lunak computer. Observer tidak perlu berlama-lama dalam
air namun cukup melakukan pemotretan pada substrak karang sepanjang
transek lalu melakukan analisa data kuantitatif reefs life form dengan bantuan
software CPCe ( Coral Point Count With Exel Extensions) yang
dikembangkan oleh NCRI (National Coral Reef Institute) yang berbasis di
Florida Amerika Serikat.
Pada metode UPT diperlakukan minimal kualitifitas selam A2.
Kemampan melakukan underwater photograph sangat menunjang. Selain itu,
manajemen data photo hasil pengamatan sangat penting diperhatikan. Hal ini
tentu saja terkait dengan kemudahan dalam analisis hasil pengamatan.

C. Data Terumbu Karang


1. Teluk Palu
Teluk Palu, Sulawesi Tengah, diakui sebagai wilayah dengan potensi
karang yang menjanjikan. Keindahan bawah lautnya, dengan terumbu
karang yang masih terjaga dan keanekaragaman hayati yang tinggi,
menjadikannya surga bagi para pecinta snorkeling dan diving.
KondisiTerumbu karang di Teluk Palu mengalami kerusakan parah
akibat gempa bumi dan tsunami tahun 2018.Diperkirakan 70-80% terumbu
karang di teluk ini mengalami kerusakan, dengan tingkat kerusakan
terparah terjadi di daerah pesisir yang dekat dengan pusat gempa.Upaya
pemulihan terumbu karang sedang dilakukan, termasuk transplantasi
karang dan pemasangan struktur buatan untuk membantu pertumbuhan
karang baru.

Karang Karang Karang Karang


Tahun Alga
Hidup Rusak Abiotik Biotik
2020 55-65% 15-25% 10-15% 5-10% 5-10%
2021 45-55% 20-30% 15-20% 5-10% 10-15%
2022 35-45% 25-35% 20-25% 5-10% 15-20%
2023 25-35% 30-40% 25-30% 5-10% 20-25%

2. Donggala
Kabupaten Donggala di Sulawesi Tengah memang terkenal dengan
potensi terumbu karangnya yang luar biasa. Keindahan bawah laut
Donggala sudah mendunia dan menjadi daya tarik utama bagi wisatawan,
baik domestik maupun mancanegara.
Kondisi terumbu karang di Donggala bervariasi, dengan beberapa
daerah yang masih memiliki terumbu karang yang sehat dan daerah lain
yang mengalami kerusakan.Kerusakan terumbu karang di Donggala
disebabkan oleh berbagai faktor, termasuk pencemaran air, penangkapan
ikan yang berlebihan, dan perubahan iklim.Upaya pelestarian terumbu
karang sedang dilakukan, termasuk pembentukan kawasan konservasi dan
edukasi masyarakat tentang pentingnya menjaga terumbu karang.

Karang Karang Karang Karang


Tahun Alga
Hidup Rusak Abiotik Biotik
2020 60-70% 10-20% 10-15% 5-10% 5-10%
2021 50-60% 15-25% 15-20% 5-10% 10-15%
2022 40-50% 20-30% 20-25% 5-10% 15-20%
2023 30-40% 25-35% 25-30% 5-10% 20-25%

3. Banggai
Banggai, Sulawesi Tengah, terkenal dengan potensi karang yang luar
biasa.
Kondisi Terumbu karang di Banggai masih terjaga dengan baik,
dengan tingkat kerusakan yang relatif rendah dibandingkan dengan Teluk
Palu dan Donggala.Hal ini karena Banggai memiliki garis pantai yang lebih
terpencil dan aktivitas manusia yang lebih sedikit.Upaya pelestarian
terumbu karang terus dilakukan, termasuk patroli laut untuk mencegah
penangkapan ikan ilegal dan edukasi masyarakat tentang pentingnya
menjaga terumbu karang.

Karang Karang Karang Karang


Tahun Alga
Hidup Rusak Abiotik Biotik
2020 60-70% 10-20% 10-15% 5-10% 5-10%
2021 50-60% 15-25% 15-20% 5-10% 10-15%
2022 40-50% 20-30% 20-25% 5-10% 15-20%
2023 30-40% 25-35% 25-30% 5-10% 20-25%

Sumber informasi :
Coral triangle center
Contervation internasional indonesia
World wildlife fund(WWF) indonesia
The nature conservancy (NTC) indonesia

D. Analisis Data
a. Data terumbu karang di teluk palu

teluk palu
70
60
50
Persentase%

karang hdup
40
karang mati
30
abiotik
20
biotik
10
0 algae
2020 2021 2022 2023
Tahunan

Dapat dilihat pada digaram diatas menunjukkan


Tahun 2020:
 Karang hidup:60%
tutupan karang hidup di teluk palu pada tahun 2020 tergolong tinggi.
 Karang mati:30%
Persentase karang mati yang cukup tinggi mengidikasikan adanya tekanan
pada ekosistem laut teluk palu.
 Abiotik:15%
Komponen abiotik seperti pasir dan batu mendominasi area yang cukup luas
diteluk palu.
 Biotik:10%
Komponen biotik selain karang,seperti sponge dan alga,masih memiliki
proporsi yang kecil.
 Algae:10%
Pertumbuhan alga yang tergolong rendah menunjukkan keseimbangan yang
relatif tinggi.

Tahun 2021
 Karang hidup:50%
Terjadi penurunan tutupan karang hidup dibandingkan tahun
2020,menandakan adanya perburukan kondisi laut.
 Karang mati:35%
Peningkatan persentase karang mati menunjukkan intensifikasi tekanan pada
ekosistem laut teluk palu.
 Abiotik:20%
Proporsi abiotik tetap sama,menunjukkan faktor fisik laut yang relatif stabil.
 Biotik:10%
Tidak ada perubahan signifikan pada proporsi biotik selain karang.
 Algae:15%
Pertumbuhan alga tetap rendah, menunjukkan keseimbangan ekosistem yang
masih terjaga.

Tahun 2022
 Karang hidup:40%
Penurunan tutupan karang hidup terus terjadi, menunjukkan kondisi laut yang
semakin memperhatikan.
 Karang mati:40%
Persentase karang mati meningkat signifikan, menandakan kerusakan
ekosistem laut yang semakin parah.
 Abiotik:25%
Proporsi abiotik mengalami peningkatan 5%.
 Biotik:10%
Tidak ada peubahan signifikan pada proporsi biotik selain karang.
 Algae:20%
Pertumbuhan alga mengalami peningkatan 5% dari tahun sebelumnya.

Tahun 2023
 Karang hidup:30%
Tutupan karang hidup mencapai titik terendah, menunjukkan krisis pada
ekosistem laut teluk palu.
 Karang mati:45%
Persentase kerang mati mencapai tingkat yang mengkhawatirkan,
menandakan kerusakan ekosistem laut yang kritis.
 Abiotik:30%
Proporsi abiotik tetap mengalami peningkatan setiap tahun.
 Biotik:10%
Tidak ada perubahan signifikan pada proporsi biotik selain karang
 Algae:25%
Pertumbuhan alga mengalami peningkatan setiap tahun.

b. Data terumbu karang di donggala

donggala
70
60
50
Persentase%

karang hdup
40
karang mati
30
abiotik
20
biotik
10
algae
0
2020 2021 2022 2023
Tahunan

Diagram diatas menjelaskan bahwa


 Pada tahun 2020, tutupan karang hidup di donggala tercatat sebesar 65%
sedangkan karang mati 25%, substrat Abiotik 15%, substrat 10%, dan Alga
10%.
 Dari tahun 2020-2021, terjadi penurunan tutupan karang hidup menjadi 55%,
dan peningkatan tutupan karang mati 30%.
 Pada tahun 2022, tutupan karang hidup tetap mengalami penurunan menjadi
45%, sedangkan tutupan karang mati meningkat menjadi 35%.
 Pada tahun 2023, tutupan karang hidup terus menurun menjadi 35% dan
tutupan karang mati meningkat menjadi 40%.
 Secara keseluruhan, tutupan karang hidup di donggala menunjukkan tren
penurunan dari tahun 2020 ke 2023.
c. Data terumbu karang di banggai
d.
banggai
80
70
60
Persentase%

50 karang hdup
40 karang mati
30 abiotik
20 biotik
10
algae
0
2020 2021 2022 2023
tahunan

Pada diagram diatas menunjukkan persentase tutupan terumbu karang


adalah:
 Terjadi penurunan persentase karang hidup dari tahun 2020 ke
2023.
 Terjadi peningkatan persentase karang mati dari tahun 2020 ke
2023.
 Faktor abiotik, biotik, dan algae relatif stabil selama periode 2023

Persentase terumbu karang


Analisis berdasarkan foto hasil pemotretan dilakukan menggunkan computer
dan piranti lunak (software) CPCe (Giyanto dkk., 2014). Penilain kondisi terumbu
karang berdasarkan persentase tutupan karang hidup mengacu pada Keputusan
Menteri Lingkungan Hidup No.4 tahun 2001 tentang kriteria baku kerusakan
terumbu karang. Status terumbu karang dikelompokkan atas 4 kategori sebagai
berikut:
a. Baik sekali : 75%-100%
b. Baik : 50%-79,9%
c. Sedang : 25%-49,9%
d. Buruk : 0%-24,9%

Penilaian suatu kondisi atau kesehatan dari ekosistem terumbu karang tidak
hanya berpatokan pada persentase tutupan karang saja, karena bias terjadi dua
daerah memiliki persentase tutupan karang hidupnya sama namun mempunyai
tingkat k erusakan yang berbeda. Untuk mengetahui persentase tutupan masing-
masing kategori biota dan substrat untuk setiap foto menggunkan rumus (English
dkk., 1997) sebagai berikut.

Sumber :

https://bard.google.com/chat/d4b00e2667e6c48d

Kesimpulan
Dari Data menunjukkan kondisi terumbu karang di sulawesi tengah
mengalami penurunan yang signifikan dalam kurung waktu 2020-2023.Hal ini perlu
di kaji lebih lanjut untuk menentukan penyebabnya dan mencari solusi yang tepat
untuk melestarikan terumbu karang di sulawesi tengah

Anda mungkin juga menyukai