DI SULAWESI TENGAH
DISUSUN OLEH;
KELOMPOK 2
ANDI NOVA SELPYA
ARSYEL YUDISTIRA
MUH.RENALDY HAFIS
RISKAYANTI
Karang Porites sp
Gambar 1. Karang keras
2. Terumbu karang lunak (Soft coral)
Terumbu karang lunak (Soft coral) berbanding terbalik dengan karang
keras krena karang lunak tidak bersimbiosis dengan alga dan bentuknya
seperti tanaman. Jumlah karang lunak berkisar antara 100-150 jenis.
Jenis karang lunak yang paling umun adalah Sinularia sp.,Sarcophyton
sp.,dan Lobophytum sp.
Adapun beberapa gambar karang lunak dibawah ini:
Karang Lobophyton sp
Gambar 2. Karang Lunak
Kelebihan :
1) Daerah cakupan kecil
2) Waktu pengamatan tidak terlalu lama
3) Data kuantitatif,sehingga data lebih akurat
4) Mudah dipelajari bagi pemula
Kekurangan:
1) Tidak dapat dilakukan untuk mengambil data ditubir dan kawasan
bergua.
2) Jumlah titik (poin) yang ditubuhkan harus disesuakan kondisi
dilapangan.
3) Tidak cocok untuk jenis-jenis yang jarang ditemui.
4) Informasi tentang ukuran koloni karang tidak dapat diperoleh.
Kelebihan :
1) Dapat melihat perubahan kecil.
2) Cocok untuk jenis-jenis yang kecil,jarang,atau yang suka bersembunyi.
3) Info rmasi mendetil mulai dari persentase tutupan, kelimpahan, hingga
frekuensi.
Kekurangan :
1) Memakan banyak waktu.
2) Penempatan kuadrat dapat merusak karang jika tida hati-hati
3) Tidak cocok untuk biota yang berukuran lebih dari 1 m
b. Transek Sabuk
2. Donggala
Kabupaten Donggala di Sulawesi Tengah memang terkenal dengan
potensi terumbu karangnya yang luar biasa. Keindahan bawah laut
Donggala sudah mendunia dan menjadi daya tarik utama bagi wisatawan,
baik domestik maupun mancanegara.
Kondisi terumbu karang di Donggala bervariasi, dengan beberapa
daerah yang masih memiliki terumbu karang yang sehat dan daerah lain
yang mengalami kerusakan.Kerusakan terumbu karang di Donggala
disebabkan oleh berbagai faktor, termasuk pencemaran air, penangkapan
ikan yang berlebihan, dan perubahan iklim.Upaya pelestarian terumbu
karang sedang dilakukan, termasuk pembentukan kawasan konservasi dan
edukasi masyarakat tentang pentingnya menjaga terumbu karang.
3. Banggai
Banggai, Sulawesi Tengah, terkenal dengan potensi karang yang luar
biasa.
Kondisi Terumbu karang di Banggai masih terjaga dengan baik,
dengan tingkat kerusakan yang relatif rendah dibandingkan dengan Teluk
Palu dan Donggala.Hal ini karena Banggai memiliki garis pantai yang lebih
terpencil dan aktivitas manusia yang lebih sedikit.Upaya pelestarian
terumbu karang terus dilakukan, termasuk patroli laut untuk mencegah
penangkapan ikan ilegal dan edukasi masyarakat tentang pentingnya
menjaga terumbu karang.
Sumber informasi :
Coral triangle center
Contervation internasional indonesia
World wildlife fund(WWF) indonesia
The nature conservancy (NTC) indonesia
D. Analisis Data
a. Data terumbu karang di teluk palu
teluk palu
70
60
50
Persentase%
karang hdup
40
karang mati
30
abiotik
20
biotik
10
0 algae
2020 2021 2022 2023
Tahunan
Tahun 2021
Karang hidup:50%
Terjadi penurunan tutupan karang hidup dibandingkan tahun
2020,menandakan adanya perburukan kondisi laut.
Karang mati:35%
Peningkatan persentase karang mati menunjukkan intensifikasi tekanan pada
ekosistem laut teluk palu.
Abiotik:20%
Proporsi abiotik tetap sama,menunjukkan faktor fisik laut yang relatif stabil.
Biotik:10%
Tidak ada perubahan signifikan pada proporsi biotik selain karang.
Algae:15%
Pertumbuhan alga tetap rendah, menunjukkan keseimbangan ekosistem yang
masih terjaga.
Tahun 2022
Karang hidup:40%
Penurunan tutupan karang hidup terus terjadi, menunjukkan kondisi laut yang
semakin memperhatikan.
Karang mati:40%
Persentase karang mati meningkat signifikan, menandakan kerusakan
ekosistem laut yang semakin parah.
Abiotik:25%
Proporsi abiotik mengalami peningkatan 5%.
Biotik:10%
Tidak ada peubahan signifikan pada proporsi biotik selain karang.
Algae:20%
Pertumbuhan alga mengalami peningkatan 5% dari tahun sebelumnya.
Tahun 2023
Karang hidup:30%
Tutupan karang hidup mencapai titik terendah, menunjukkan krisis pada
ekosistem laut teluk palu.
Karang mati:45%
Persentase kerang mati mencapai tingkat yang mengkhawatirkan,
menandakan kerusakan ekosistem laut yang kritis.
Abiotik:30%
Proporsi abiotik tetap mengalami peningkatan setiap tahun.
Biotik:10%
Tidak ada perubahan signifikan pada proporsi biotik selain karang
Algae:25%
Pertumbuhan alga mengalami peningkatan setiap tahun.
donggala
70
60
50
Persentase%
karang hdup
40
karang mati
30
abiotik
20
biotik
10
algae
0
2020 2021 2022 2023
Tahunan
50 karang hdup
40 karang mati
30 abiotik
20 biotik
10
algae
0
2020 2021 2022 2023
tahunan
Penilaian suatu kondisi atau kesehatan dari ekosistem terumbu karang tidak
hanya berpatokan pada persentase tutupan karang saja, karena bias terjadi dua
daerah memiliki persentase tutupan karang hidupnya sama namun mempunyai
tingkat k erusakan yang berbeda. Untuk mengetahui persentase tutupan masing-
masing kategori biota dan substrat untuk setiap foto menggunkan rumus (English
dkk., 1997) sebagai berikut.
Sumber :
https://bard.google.com/chat/d4b00e2667e6c48d
Kesimpulan
Dari Data menunjukkan kondisi terumbu karang di sulawesi tengah
mengalami penurunan yang signifikan dalam kurung waktu 2020-2023.Hal ini perlu
di kaji lebih lanjut untuk menentukan penyebabnya dan mencari solusi yang tepat
untuk melestarikan terumbu karang di sulawesi tengah