TINJAUAN TEORI
1. Kerentanan Lingkungan
Pada Kerentanan Lingkungan menggabungkan 15 faktor termasuk kondisi alam
lingkungan, isu-isu lingkungan dan akivitas manusia. Menurut Wang Dkk, 2008
menyatakan bahwa berdasarkan nilai EVI kerentanan diklasifikasikan kedalam 5 tingkat .
Kondisi alam termasuk topografi, iklim, tanah dan tutupan vegetasi membentuk
determinan kunci dari evaluasi kerentanan (Li dkk, 2006; Tran dkk, 2002 dalam Wang
dkk, 2008). Isu-isu lingkungan seperti bencana alam juga merupakan faktor yang
berpengaruh terhadap kerentanan lingkungan salah satunya yaitu terumbu karang.
Menurut Basso dkk (2000) dan Wang (2008), kerentanan lingkungan wilayah juga secara
kuat berkaitan dengan faktor sosial-ekonomi lokal karena aktivitas manusia dapat secara
besar mempengaruhi berbagai evolusi lingkungan. Kepadatan populasi, konstruksi lalu
lintas, gangguan padang rumput dan pengolahan lahan dipilih untuk mengevaluasi dampak
aktivitas manusia. Yoo, dkk (2014) menyatakan penilaian kerentanan lingkungan
merupakan dasar dalam mengukur manajemen lingkungan karena penilaian kerentanan
lingkungan menyediakan standar prioritas dalam implementasi atau penerapannya.
2. Kerentanan Sosial
Kerentanan sosial menggambarkan kondisi tingkat kerapuhan sosial dalam menghadapi
bahaya. Pada kondisi sosial yang rentan maka jika terjadi bencana dapat dipastikan akan
menimbulkan dampak kerugian yang besar. Beberapa parameter kerentanan sosial antara
lain:
No Parameter Indikator
1 Pendidikan (education) Data tingkat pendidikan
2 Mental Sikap ketidaktauan, kurang
menyadari dan sikap akan
adanya kerusakan.
3 Keahlian Macam-macam keahlian
4 Keterampilan/Pengetahuan Data keterampilan /
pengetahuan
5 Jaringan kerjasama Networking yang sudah
berjalan
Sumber : Irrma.bppt ,2015.
3. Kerentanan Ekonomi
Kerentanan ekonomi menggambarkan suatu kondisi tingkat kerapuhan ekonomi dalam
menghadapi ancaman bahaya. Kemampuan ekonomi suatu individu atau masyarakat
sangat menentukan tingkat kerentanan terhadap ancaman bahaya. Sebagai contoh adalah
masyarakat atau daerah yang miskin atau kurang mampu lebih rentan terhadap bahaya,
karena tidak mempunyai kemampuan finansial yang memadai untuk melakukan upaya
pencegahan atau mitigasi bencana.Adapun kerentanan Ekonomi antara lain :
No Parameter Indikator
1 Mata Pencarian Presentase Rumah Tangga
yang bekerja di sektor
rentan (Rawan PHK),
presentase RT Miskin.
2 Sumber Ekonomi/Pusat Keberadaan lokasi usaha/
pereekonomian produksi, keberadaan lokasi
perdagangan dan jasa.
3 Sistem Funding Keberadaan LSM atau
lembaga Funding
Sumber : Irrma.bppt ,2015.
DAPUS AKU.
Amin, Zakki Nurul. 2011. “Penelitian Survei”. Jurusan Bimbingan dan Konseling Fakultas Ilmu
Pendidikan Universitas Negeri Semarang.
Burke, L., E. Selig and M. Spalding . 2002. Terumbu Karang yang Terancam di Asia Tenggara
(Ringkasan Untuk Indonesia). Wor1d Resources Institude. Washington, DC.
Gayatri L. 1999. Pengelolaan Terumbu Karang Berbasis Masyarakat. Makalah Konverensi Nasional I:
Pengelolaan sumberdaya pesisir dan lautan Indonesia, IPB Bogor.
DAPUS
Amin. 2009. Terumbu Karang; Aset yang Terancam (Akar Masalah dan Alternatif Solusi
Penyelamatannya). Region I(2): 1-12.
Fagerstrom, J.A.,1985. The Evolution Of Reef Communities. John Wiley and Sons, Inc., New
York.
Nybakken, J. W. 1998. Biologi Laut: Suatu Pendekatan Ekologis. PT. Gramedia Pustaka,
Jakarta.
Santoso, A. D., dan Kardono. 2008. Teknologi Konservasi dan Rehabilitasi Terumbu Karang.
Jurnal Teknologi Lingkungan 9(3): 221-226.
Suharsono. 1996. Wisata Bahari Pulau Belitung. P3O LIPI, Jakarta.
Suryanti, Supriharyono dan Indrawan W. 2011. Kondisi Terumbu Karang Dengan Indikator
Ikan Chaetodontidae di Pulau Sambangan Kepulauan Karimun Jawa, Jepara, Jawa
Tengah. Buletin Oseanografi Marina.
Tomascik, T., Mah. A. A. J., Nontji., Moosa, M.K. 1997. The Ecology Of The
Indonesia Seas. Part I. Periplus Edition, Singapore.
Veron, J. E. N. 1995. Coral in Space and Time. Australian Institute of Marine Science.
Townsville.Suharsono. 1996. Wisata Bahari Pulau Belitung. P3O LIPI, Jakarta.