Anda di halaman 1dari 10

Ekosistem adalah suatu sistem ekologi yang terbentuk oleh hubungan timbal balik tak terpisahkan

antara makhluk hidup dengan lingkungannya.[1] Ekosistem bisa dikatakan juga suatu tatanan kesatuan
secara utuh dan menyeluruh antara segenap unsur lingkungan hidup yang saling memengaruhi.

Ekosistem merupakan penggabungan dari setiap unit biosistem yang melibatkan interaksi timbal balik
antara organisme dan lingkungan fisik sehingga aliran energi menuju kepada suatu struktur biotik
tertentu dan terjadi suatu siklus materi antara organisme dan anorganisme.[1] Matahari sebagai sumber
dari semua energi yang ada.[1]

Dalam ekosistem, organisme dalam komunitas berkembang bersama-sama dengan lingkungan fisik
sebagai suatu sistem.[2] Organisme akan beradaptasi dengan lingkungan fisik, sebaliknya organisme juga
memengaruhi lingkungan fisik untuk keperluan hidup.[2] Pengertian ini didasarkan pada Hipotesis Gaia,
yaitu: "organisme, khususnya mikroorganisme, bersama-sama dengan lingkungan fisik menghasilkan
suatu sistem kontrol yang menjaga keadaan di bumi cocok untuk kehidupan".[2] Hal ini mengarah pada
kenyataan bahwa kandungan kimia atmosfer dan bumi sangat terkendali dan sangat berbeda dengan
planet lain dalam tata surya.[2]

Kehadiran, kelimpahan dan penyebaran suatu spesies dalam ekosistem ditentukan oleh tingkat
ketersediaan sumber daya serta kondisi faktor kimiawi dan fisis yang harus berada dalam kisaran yang
dapat ditoleransi oleh spesies tersebut, inilah yang disebut dengan hukum toleransi.[3] Misalnya: Panda
memiliki toleransi yang luas terhadap suhu, namun memiliki toleransi yang sempit terhadap
makanannya, yaitu bambu.[1] Dengan demikian, panda dapat hidup di ekosistem dengan kondisi
apapun asalkan dalam ekosistem tersebut terdapat bambu sebagai sumber makanannya.[1] Berbeda
dengan makhluk hidup yang lain, manusia dapat memperlebar kisaran toleransinya karena
kemampuannya untuk berpikir, mengembangkan teknologi dan memanipulasi alam.

Terumbu karang adalah suatu kumpulan hewan bersel satu yang membentuk koloni dan mempunyai
rumah yang terbuat dari bahan kapur. Mengingat dalam ekosistem terumbu terdapat berbagai jenis
organisme, maka dapat pula dikatakan terumbu karang merupakan sebuah komunitas biologis yang
berada di dasar perairan laut yang membentuk struktur padat yang kokoh dan terbuat dari bahan kapur.
Organisme utama kebanyakan terdiri dari koral dan algae. Ada tiga tipe terumbu karang, yaitu karang
tepi atau sejajar pantai, pembatas atau membentuk laguna, dan melingkar seperti cincin. Adapun fungsi
terumbu karang antara lain sebagai tempat mencari makan bagi sebagian biota laut, sebagai penahan
erosi pantai karena deburan ombak, sebagai cadangan sumber daya alam untuk berbagai jenis biota
yang bernilai ekonomi penting dan fungsi berikutnya sebagai wilayah yang berpotensi untuk
dikembangkan menjadi kegiatan wisata alam bahari yang bisa menghasilkan devisa, sebagai sarana
pendidikan yang dapat menumbuh kembangkan rasa cinta laut (Wibisono, 2005) oleh Irma Shinta
Roulia, 100302067.

Terumbu karang (coral reefs) merupakan kumpulan masyarakat (binatang) karang (reef corals), yang
hidup di dasar perairan, yang berupa batuan kapur (CaCO3), dan mempunyai kemampuan yang cukup
kuat unuk menahan gaya gelombang laut. Binatang-binatang karang tersebut umumnya mempunyai
kerangka kapur, demikian pula algae yang berasosiasi di ekosistem ini banyak di antaranya juga
mengandung kapur. Di samping biota tersebut, banyak organisme-organisme lain, seperti ikan, kerang,
lobster, penyu, yang juga hidup berasosiasi di ekosistem terumbu karang. Berkaitan dengan terumbu
karang, karenanya di sini dibedakan antara karang sebagai individu organisme atau komponen daripada
masyarakat, dan terumbu karang sebagai suatu ekosistem, termasuk di dalamnya binatang-binatang
karang (Supriharyono, 2007) oleh Irma Shinta Roulia, 100302067.

Terdapat ribuan spesies yang hidup di kawasan terumbu karang. Organisme pembentuk terumbu yang
terpenting adalah hewan karang. Karang adalah bentukan hewan kecil yang hidup dalam semacam
cawan yang terbentuk dari kalsium karbonat yang biasa disebut polip karang. Jutaan polip-polip ini
membentuk struktur dasar dari terumbu karang. Hewan karang mempunyai tentakel (tangan-tangan)
untuk menangkap plankton sebagai sumber makanannya. Namun, sumber nutrisi utama hewan karang
sebenarnya berasal dari proses fotosintesa Zooxanthellae. Timbal baliknya, karang menyediakan tempat
tinggal dan berlindung bagi sang alga (http://www.goblue.or.id, 2008) oleh Irma Shinta Roulia,
100302067.

Hewan karang yang hidup di laut, tampak terlihat seperti batuan atau tanaman. Namun, mereka
sebenarnya adalah sekumpulan hewan-hewan kecil bernama polip. Ada dua macam karang, yaitu
karang batu dan karang lunak. Karang batu adalah karang yang bisa membentuk terumbu, karena
tubuhnya yang keras seperti batu. Kerangkanya tersusun dari kalsium karbonat atau zat kapur. Karang
batu bekerja sama dengan alga Zooxanthellae. Karang batu hanya hidup di perairan dangkal dimana
sinar matahari masih didapatkan. Karang lunak bentuknya seperti tanaman dan umumnya tidak bekerja
sama dengan alga. Karang lunak dapat hidup baik di perairan dangkal maupun di perairan dalam yang
gelap (Kristanto dan Frank, 2008) oleh Irma Shinta Roulia, 100302067.

Ekosistem terumbu karang merupakan ekosistem perairan laut dangkal yang sangat produktif.
Ekosistem ini juga memiliki keanekaragaman hayati yang tinggi di perairan tropis. Terumbu karang
adalah struktur alami yang mempunyai nilai estetika yang tiada tara. Selain sebagai lingkungan alami,
terumbu karang juga mempunyai banyak manfaat bagi manusia dalam berbagai aspek ekonomi, sosial
dan budaya termasuk pariwisata. Pada kenyataannya, terumbu karang telah mengalami degradasi dari
tahun ke tahun, dan terjadinya di seluruh perairan yang memiliki ekosistem ini. Degradasi umumnya
pada biota pembangunan terumbu yaitu karang (Manuputty, 2008) oleh Irma Shinta Roulia, 100302067.

Penyebaran Terumbu Karang di Indonesia

Sebagian besar terumbu karang dunia (55%) terdapat Indonesia, Pilipina, Australia Utara, dan Kepulauan
Pasifik, 30% di Lautan Hindia dan Laut Merah. 14% di Karibia dan 1% di Atlantik Utara. Terumbu karang
Indonesia yang mencapai 60.000 km2 luasnya, sebagian besar berada di Indonesia bagian tengah,
Sulawesi, Bali dan Lombok, Papua, Pulau Jawa, Kepulauan Riau dan Pantai Barat serta ujung barat daya
Pulau Sumatera. Terumbu karang memberikan perlindungan bagi hewan-hewan dalam habitatnya
termasuk sponge, ikan, ubur-ubur, bintang laut, udang-udangan, kura-kura, ular laut, siput laut, cumi-
cumi atau gurita, termasuk juga burung-burung laut yang sumber makanannya berada di sekitar
ekosistem terumbu karang. Berbagai jenis binatang mencari makan dan berlindung di ekosistem ini.
Diketahui bahwa ekosistem terumbu karang dihuni oleh lebih dari 93.000 spesies, bahkan diperkirakan
lebih dari satu juta spesies mendiami ekosistem ini (http://www.coremap.or.id, 2011) oleh Evan
Aspirata Hulu, 100302065.

Lamun merupakan bentangan tumbuhan berbiji tunggal (monokotil) dari kelas angiospermae. Lamun
adalah tumbuhan air yang berbunga (spermatophyta) yang hidup dan tumbuh terbenam di lingkungan
laut, berpembuluh, berdaun, berimpang, dan berakar. Keberadaan bunga dan buah ini adalah faktor
utama yang membedakan lamun dengan jenis tumbuhan lainnya yang hidup terbenam dalam laut
lainnya, seperti rumput laut (seaweed). Hamparan lamun sebagai ekosistem utama pada suatu kawasan
pesisir disebut sebagai padang lamun (seagrass bed).

Secara struktural lamun memiliki batang yang terbenam didalam tanah, disebut rhizom atau rimpang.
Rimpang dan akar lamun terbenam di dalam substrat yang membuat tumbuhan lamun dapat berdiri
cukup kuat menghadapi ombak dan arus.

Lamun memiliki dua bentuk pembungaan, yakni monoecious (dimana bunga jantan dan betina berada
pada satu individu) dan dioecious (dimana jantan dan betina berada pada individu yang berbeda).
Peyerbukan terjadi melalui media air (penyerbukan hydrophyllous).

Padang lamun merupakan ekosistem yang tinggi produktifitas organiknya, dengan keanekaragaman
biota yang cukup tinggi. Pada ekosistem ini hidup beraneka ragam biota laut seperti ikan, Krustasea,
Moluska ( Pinna sp., Lambis sp., dan Strombus sp.), Ekinodermata (Holothuria sp., Synapta sp., Diadema
sp., Arcbaster sp., Linckia sp.) dan cacing (Polichaeta) (Bengen, 2001).

Lamun kadang-kadang membentuk suatu komunitas yang merupakan habitat bagi berbagai jenis hewan
laut. Komunitas lamun ini juga dapat memperlambat gerakan air. bahkan ada jenis lamun yang dapat
dikonsumsi bagi penduduk sekitar pantai. Keberadaan ekosistem padang lamun masih belum banyak
dikenal baik pada kalangan akdemisi maupun masyarakat umum, jika dibandingkan dengan ekosistem
lain seperti ekosistem terumnbu karang dan ekosistem mangrove, meskipun diantara ekosistem
tersebut di kawasan pesisir merupakan satu kesatuan sistem dalam menjalankan fungsi ekologisnya.

Lamun hidup dan terdapat pada daerah mid-intertidal sampai kedalaman 0,5-10 m. Namun sangat
melimpah di daerah sublitoral. Jumlah spesies lebih banyak terdapat di daerah tropik dari pada di
daerah ugahari (Barber, 1985). Lamun mempunyai peran penting ditinjau dari beberapa aspek
diantaranya
Keanekaragaman hayati: Padang lamun memiliki keanekaragaman hayati yang tinggi. Indonesia
diperkirakan memiliki 13 jenis lamun. Selain itu padang lamun juga merupakan habitat penting untuk
berbagai jenis hewan laut, seperti: ikan, moluska, krustacea, ekinodermata, penyu, dugong, dll.

Kualitas air: Lamun dapat membantu mempertahankan kualitas air.

Perlindungan: Lamun dapat mengurangi dampak gelombang pada pantai sehingga dapat membantu
menstabilkan garis pantai. Serta memberikan perlindungan pada biota disekitarnya.

Ekonomi: Padang lamun menyediakan berbagai sumberdaya yang dapat digunakan untuk menyokong
kehidupan masyarakat, seperti untuk makanan, perikanan, bahan baku obat, dan pariwisata.

Padang lamun merupakan ekosistem yang tinggi produktifitas organiknya, dengan keanekaragaman
biota yang cukup tinggi. Pada ekosistem, ini hidup beraneka ragam biota laut seperti ikan, krustasea,
moluska ( Pinna sp, Lambis sp, Strombus sp), Ekinodermata ( Holothuria sp, Synapta sp, Diadema sp,
Arcbaster sp, Linckia sp) dan cacing ( Polichaeta) (Bengen, 2001).

Secara ekologis padang lamun memiliki peranan penting bagi ekosistem. Lamun merupakan sumber
pakan bagi invertebrata (feeding Ground), tempat tinggal dan tempat asuhan biota perairan agar tidak
tersapu arus laut (nursery ground), serta tempat memijah (spawning ground) melindunginya dari
serangan predator. Lamun juga menyokong rantai makanan dan penting dalam proses siklus nutrien
serta sebagai pelindung pantai dari ancaman erosi ataupun abrasi (Romimohtarto dan Juwana, 1999).

Ekosistem Padang Lamun memiliki diversitas dan densitas fauna yang tinggi dikarenakan karena gerakan
daun lamun dapat merangkap larva invertebrata dan makanan tersuspensi pada kolom air. Alasan lain
karena batang lamun dapat menghalangi pemangsaan fauna bentos sehingga kerapatan dan
keanekaragaman fauna bentos tinggi.

Daerah Padang Lamun dengan kepadatan tinggi akan dijumpai fauna bentos yang lebih banyak bila
dibandingkan dengan daerah yang tidak ada tumbuhan lamunnya. Menurut Romimohtarto dan Juwana
(1999) ekosistem lamun memiliki kerapatan fauna keanekaragaman sebesar 52 kali untuk epifauna dan
sebesar 3 kali untuk infauna dibandingkan pada daerah hamparan tanpa tanaman lamun.

Interaksi Biota

Selain mempunyai peran sebagai produktivitas primer, lamun juga mempunyai peran penting lain yang
mengakibatkan biota disekitar padang lamun memiliki keanekaragaman yang tinggi. Berikut biota yang
sering ditemukan dalam ekosistem padang lamun.

a. Makropifit Bentik.

Lamun berasosiasi dengan berbagai varietas makroalga. Sebagai contoh Kiswara (1991) melaporkan
bahwa Gracillaria lichenoides yang bernilai ekonomis penting merupakan salah satu makropifit yang
dominan pada padang lamun dekat Lontar, Jawa Barat. Di Filipina asosiasi lamun dengan makropifit
merupakan sumberdaya ekonomis penting, dipanen untuk produksi agar (contohnya Gracillaria dan
Gelidiella), pakan ternak, pupuk dan alginate (contohnya Sargassum spp.) (Fortes 1990a). Di Salabanka,
Sulawesi Tengah, pertanian rumput laut di daerah laguna didominasi oleh komunitas lamun campuran
menjadi aktifitas ekonomis penting. Pada studi komunitas lamun jangka panjang yang dilakukan di
Kepulauan Spermonde, Verheij dan Erftemeijer (1993) mencatat 117 spesies makroalga yang berasosiasi
dengan Padang Lamun di lima habitat berbeda.

b. Epifit Lamun.

Istilah epifit lamun mengacu bagi seluruh organisme autotrofik (yaitu, produsen primer) yang tinggal
menetap di bawah permukaan (air) menempel pada rhizoma, batang dan daun lamun. Bagaimanapun
istilah ini sering digunakan mengacu pada semua organisme (hewan atau tumbuhan) yang berkembang
di lamun (Russel 1990). Kita lebih memilih istilah epifauna bagi semua organisme heterotrofik yang
menempel pada bagian lamun di bawah sedimen, sementara infauna disebut bagi organisme yang hidup
pada sedimen diantara rhizoma/jaringan akar lamun. Daun lamun sering terdapat kelimpahan epifit
yang paling melimpah, karena lamun memiliki substrat stabil dengan akses cahaya, nutrien dan
pertukaran air. Tidak seperti rumput laut lainnya (contohnya Phaeophyta), lamun tidak memiliki
pertahanan kimia yang kuat (contohnya campuran phenolic) yang meyebabkan mrereka dapat
dimanfaatkan sebagai substrat hidup bagi berbagai organisme menetap dan bergerak.

Komunitas epifitik dan epibentik merupakan komponen turunan dari lingkungan tiga dimensi lamun
dengan menyediakan sumber makanan bagi sejumlah invertebrata serta vertebrata perumput. Klumpp
et al. (1992) menunjukkan bahwa pada terminologi nilai nutrisi, komunitas epifit jauh lebih utama
daripada lamun (rasio C:N epifit adalah 9:18; rasio C:N lamun adalah 17:30). Biomasa besar epifit lamun
ini sangat menambahkan bagi keseluruhan nilai nutrisional tumbuhan. Meskipun demikian, Birch (1975)
membandingkan padang lamun tropis dengan padang rumput miskin nutrisi.

c. Fauna.

Komunitas lamun dihuni oleh banyak jenis hewan bentik, organisme demersal serta pelagis yang
menetap maupun yang tinggal sementara disana. Spesies yang sementara hidup di lamun biasanya
adalah juvenil dari sejumlah organisme yang mencari makanan serta perlindungan selama masa kritis
dalam siklus hidup mereka, atau mereka mungkin hanya pengunjung yang datang ke padang lamun
setiap hari untuk mencari makan.

Banyak spesies epibentik baik yang tinggal menetap maupun tinggal sementara yang bernilai ekonomis,
udang dan udang-udangan adalah yang bernilai ekonomis paling tinggi. Sebagai penjelas, dan bukan
karena alasan ekologi maupun biologi tertentu, ada empat kelompok besar fauna yang diketahui : 1)
Infauna (hewan yang hidup didalam sedimen); 2) Fauna Motil (fauna motil berasosiasi dengan lapisan
permukaan sedimen; 3) Epifauna Sesil (organisme yang menempel pada bagian lamun); dan Fauna
Epibentik Fauna (fauna yang berukuran besar dan bergerak diantara lamun) (Howard et al. 1989).

d. Meiofauna.
Susetiono (1994) melaporkan pada asosiasi fauna dengan Padang Lamun Enhalus acoroides
monospesifik di pesisir Selatan Lombok. Infauna sedimen terdiri dari Nematoda, Foraminifera,
Copepoda, Ostracoda, Turbelaria dan Polychaeta. Tingginya kelimpahan Nematoda (seperti indeks rasio
kelimpahan Nematoda:Copepoda) mengindikasikan kelimpahan nutrien yang sering berasosiasi dengan
land runoff. Meiofauna yang muncul secara aktif adalah Copepoda, Nematoda, Amphipoda, Cumacea,
dan Ostracoda. Tingkat analisis umum-atau spesies-belum dilakukan sedemikian jauh. Berdasarkanpada
informasi yang tersedia dari Teluk Kuta, Susetiono (1994) mengkonstruksikan jaring makanan sederhana
pada Padang Lamun Enhalus acoroides.

Foraminifera bentik merupakan komponen penting pada komunitas lamun, tetapi hanya mendapatkan
sedikit perhatian (Suhartati 1994). Di Kepulauan Seribu patch reef kompleks, padang lamun melimpah
dan sering didominasi oleh asosiasi Enhalus acoroides dan Thalassia hemprichii (Azkab 1991).
Foraminifera bentik pada kedua asosiasi spesies ini didominasi oleh subordo Miliolina dan Rotaliina
(Suhartati 1994). Milionid berkarakteristik lembut, test porselin yang mengandung kristal kalsit,
sementara Rotaliinid seperti kaca, test berdinding ganda yang mengandung lapisan tipis kalsit hialin
radial.

e. Krustase.

Krustasea yang berasosiasi dengan lamun merupakan komponen penting dari jaring makanan di lamun.
Bentuk krustase infaunal maupun epifunal berhubungan erat dengan produsen primer dan berada pada
tingkatan trofik yang lebih tinggi, karena selama masa juvenil dan dewasa mereka merupakan sumber
makanan utama bagi berbagai ikan dan invertebrata yang berasosiasi dengan lamun. Studi analisis gut
terbaru dari ikan yang berasosiasi dengan lamun di pesisir selatan Lombok (Pristiwadi 1994),
mendemonstrasikan bahwa krustase merupakan sumber makanan dominan.

Padang lamun diketahui merupakan habitat kritis bagi udang penaeid komersial penting (seperti
Penaeus esculentus dan P. semisulcatus) (Bell dan Pollard 1989; Coles et al. 1993; Mellors dan Marsh
1993; Watson et al. 1993) dan lobster berduri (Panulirus ornatus). (Bell dan Pollard 1989; Poiner et al.
1989), yang tergantung pada lamun sebagai tempat mencari makan serta berlindung selam masa
postlarva dan juvenil dari siklus hidup mereka.

f. Moluska.

Moluska adalah salah satu kelompok makroinvertebrata yang paling banyak diketahui berasosiasi
dengan lamun di Indonesia, dan mungkin yang paling banyak diksploitasi. Sejumlah studi tentang
moluska di daerah subtropik telah menunjukkan bahwa moluska merupakan komponen yang paling
penting bagi ekosistem lamun, baik pada hubungannya dengan biomasa dan perannya pada aliran
energi pada sistem lamun (Watson et al. 1984). Telah didemonstrasikan bahwa 20% sampai 60%
biomasa epifit pada padang lamun di Filipina dimanfaatkan oleh komunitas epifauna yang didominasi
oleh gastropoda (Klumpp et al. 1992). Bagaimanapun, peranan mereka pada ekosistem almun di
Indonesia relative belum diketahui. Moluska utama pada padang lamun subtropis adalah detrivor
dengan sangat sedikit yang langsung memakan lamun (Kikuchi 1980). Gastropoda cenderung memakan
perifiton (Klumpp et al. 1989).
g. Echinodermata.

Hewan Echinodermata adalah komponen komunitas bentik di lamun yang lebih menarik dan lebih
memiliki nilai ekonomi. Lima kelas echinodermata ditemukan pada ekosistem lamun di Indonesia.
Dibawah ini urutan Echinodermata secara ekonomi : 1. Holothuroidea (timun laut atau teripang); 2.
Echinoidea (bulu babi); 3. Asteroidea (Bintang laut); 4. Ophiuroidea (Bintang Laut Ular); 5. Crinoidea .
Dari lima kelas yang ada, Echinoidea adalah kelompok yang paling penting di ekosistem lamun karibia,
karena mereka adalah kelompok pemakan yang utama (Lawrance 1975, Greenway 1976).

Echinodermata pada umumnya, dengan pengecualian beberapa holothuroidea, makan pada malam hari.
Bagaimanapun, Klummp et al. (1993) dilaporkan bahwa Tripneustes gratilla dan Salmacis sphaeroides
makan secara terus menerus siang dan malam, tanpa bukti yang berkala. Mereka mencari sampai ke
dasar substrat, memakan alga, serasah lamun dan daun lamun yang masih hidup (Klumpp et al., 1993).

h. Ikan

Di sepanjang jarak distribusinya, ekosistem lamun, baik yang luas ataupun sempit adalah habitat yang
penting bagi bermacam-macam spesies ikan (Kikuchi, 1980; Pollard 1984; Bell dan Pollard 1989).

Ekosistem mangrove sebagai ekosistem peralihan antara darat dan laut telah diketahui mempunyai
berbagai fungsi, yaitu sebagai penghasil bahan organik, tempat berlindung berbagai jenis binatang,
tempat memijah berbagai jenis ikan dan udang, sebagai pelindung pantai, mempercepat pembentukan
lahan baru, penghasil kayu bangunan, kayu bakar, kayu arang, dan tanin (Soedjarwo, 1979). Masing-
masing kawasan pantai dan ekosistem mangrove memiliki historis perkembangan yang berbeda-beda.
Perubahan keadaan kawasan pantai dan ekosistem mangrove sangat dipengaruhi oleh faktor alamiah
dan faktor campur tangan manusia.

Sebagai salah satu ekosistem pesisir, hutan mangrove merupakan ekosistem yang unik dan rawan.
Ekosistem ini mempunyai fungsi ekologis dan ekonomis. Fungsi ekologis hutan mangrove antara lain :
pelindung garis pantai, mencegah intrusi air laut, habitat (tempat tinggal), tempat mencari makan
(feeding ground), tempat asuhan dan pembesaran (nursery ground), tempat pemijahan (spawning
ground) bagi aneka biota perairan, serta sebagai pengatur iklim mikro. Sedangkan fungsi ekonominya
antara lain : penghasil keperluan rumah tangga, penghasil keperluan industri, dan penghasil bibit.

Hutan mangrove adalah hutan yang terdapat di daerah pantai yang selalu atau secara teratur tergenang
air laut dan terpengaruh oleh pasang surut air laut tetapi tidak terpengaruh oleh iklim. Sedangkan
daerah pantai adalah daratan yang terletak di bagian hilir Daerah Aliran Sungai (DAS) yang berbatasan
dengan laut dan masih dipengaruhi oleh pasang surut, dengan kelerengan kurang dari 8% (Departemen
Kehutanan, 1994 dalam Santoso, 2000).

Ciri dan Karakteristik Ekosistem Mangrove

Ekosistem mangrove hanya didapati di daerah tropik dan sub-tropik. Ekosistem mangrove dapat
berkembang dengan baik pada lingkungan dengan ciri-ciri ekologik sebagai berikut:

(a). Jenis tanahnya berlumpur, berlempung atau berpasir dengan bahan-bahan yang berasal dari
lumpur, pasir atau pecahan karang;

(b). Lahannya tergenang air laut secara berkala, baik setiap hari maupun hanya tergenang pada saat
pasang purnama. Frekuensi genangan ini akan menentukan komposisi vegetasi ekosistem mangrove itu
sendiri;

(c). Menerima pasokan air tawar yang cukup dari darat (sungai, mata air atau air tanah) yang berfungsi
untuk menurunkan salinitas, menambah pasokan unsur hara dan lumpur;

(d). Suhu udara dengan fluktuasi musiman tidak lebih dari 5ºC dan suhu rata-rata di bulan terdingin lebih
dari 20ºC;

(e). Airnya payau dengan salinitas 2-22 ppt atau asin dengan salinitas mencapai 38 ppt;

(f). Arus laut tidak terlalu deras;

(g). Tempat-tempat yang terlindung dari angin kencang dan gempuran ombak yang kuat;

(h). Topografi pantai yang datar/landai.


Habitat dengan ciri-ciri ekologik tersebut umumnya dapat ditemukan di daerah-daerah pantai yang
dangkal, muara-muara sungai dan pulau-pulau yang terletak pada teluk.

Hutan bakau atau disebut juga hutan mangrove adalah hutan yang tumbuh di air payau,dan dipengaruhi
oleh pasang-surut air laut. Hutan ini tumbuh khususnya di tempat-tempat di mana terjadi pelumpuran
dan akumulasi bahan organik. Baik di teluk-teluk yang terlindung dari gempuran ombak, maupun di
sekitar muara sungai di mana air melambat dan mengendapkan lumpur yang dibawanya dari hulu.

Ekosistem hutan bakau bersifat khas, baik karena adanya pelumpuran yang mengakibatkan kurangnya
abrasi tanah; salinitas tanahnya yang tinggi; serta mengalami daur penggenangan oleh pasang-surut air
laut. Hanya sedikit jenis tumbuhan yang bertahan hidup di tempat semacam ini, dan jenis-jenis ini
kebanyakan bersifat khas hutan bakau karena telah melewati proses adaptasi dan evolusi.

Berikut ini adalah jenis fauna atau binatang yang ada di hutan mangrove:

Kepiting laga

Kepiting ini disebut juga dengan kepiting pemain biola karena gerakan capitannya mirip dengan orang
saat memainkan biola. Kepiting ini spesies sekitar 80 di seluruh dunia yang memiliki warna- warna yang
indah.

Kepiting oranye

Kepiting ini menggunakan kedua capit besarnya untuk menangkap makanan di substrat mangrove yang
halus. Kepiting ini makan cacing- cing bentik yang kecil. Tempat tinggal ikan ini adalah dibawah akar-
akar dan substrat mangrove yang halus.

Kepiting ungu pemanjat

Kepiting ini sering memanjat akar- akar mangrove dengan tujuan untuk menghindari air laut yang
pasang dan juga sebagai upaya untuk melindungi diri dari predator.

Kepiting Semapor

Mengapa dinamakan kepiting semapor? Karena kepiting ini seringkali menaikturunkan capitnya seperti
orang yang memainkan kode semapor. Sebenarnya maksud kepiting ini menaikturunkan capitnya adalah
untuk menandai daerah kekuasaannya.

Kelomang magrove
Kelomang mangrove adalah sejenis binatang yang bisa hidup di darat maupun di air. Kelomang
mangrove ini mudah dikenali dari warna kakinya yaitu bergaris- garis biru. Kelomang ini mengalami
pergantian kulit dan setelah itu tubuhnya akan semakin membesar dan cangkangnya semakin sempit.
Setelah itu binatang ini akan mencopot cangkangnya dan mencari cangkang baru di pesisir pantai.
Apabila tidak kunjung ketemu, maka binatang ini bisa menyerang temannya untuk merebut cangkang.

Kelomang darat

Kelomang darat juga sama dengan kelomang mangrove, perbedaannya adalah kelomang ini merupakan
kepiting Anomura yang memiliki tiga pasang kaki yang dilahirkan tanpa cangkang. Seiring dengan
perkembangan tubuh kelomang ini juga akan melepas cangkangnya yang semakin sempit dan mencari
cangkang baru.

Udang pistol

Dinamakan udang pistol karena bunyi capitnya ini menyerupai bunyi pistol yang ditembakkan. Binatang
ini termasuk binatang pemakan segala. Capitnya yang besar digunakan sebagai alat pemegang dan
pemotong makanan.

Ikan Gelodok

Ikan Gelodok merupakan jenis ikan lumpur yang berlompatan di sela- sela akar mangrove. Ikan ini
memiliki mata yang menonjol keluar yang berfungsi maksimal untuk melhat mangsa dari jauh. Ikan ini
bisa hidup di dua alam yaitu di air dan juga lumpur mangrove.

Anda mungkin juga menyukai