Anda di halaman 1dari 11

DESKRIPSI TIGA JENIS EKOSISTEM

1. TERUMBU KARANG

1.1 Pengertian Trumbu Karang

Terumbu karang adalah ekosistem di laut yang terbentuk oleh biota luat
penghasil kapur khususnya jenis-jenis karang batu dan alaga berkapur,
bersama dengan biota lain yang hidup di dasar lautan. Terumbu karang
merupakan ekosistem dinamis dengan kekayaan biodiversitanya serta
produktivitas tinggi, karena itu terumbu karang mempunyai peran yang
signifikan. Secara ekologis, terumbu karang merupakan tempat organisme
hewan maupun tumbuhan mencari makan dan berlindung. Secara fisik
menjadi pelindung pantai dan kehidupan ekosistem perairan dangkal dari
abrasi laut.

Terdapat dua jenis karang, yaitu karang keras (hard coral) dan karang lunak
(soft coral). Karang lunak (soft coral) tidak bersimbiosis dengan alga,
bentuknya seperti tanaman (Risnandar, 2015). Karang keras (hard coral)
merupakan endapan masif kalsium karbonat (CaCO3) yang dihasilkan dari
organisme karang pembentuk terumbu karang dari filum Coridaria, Ordo
Scleractinia yang hidup bersimbiosis dengan Zooxanthellae dan sedikit
tambahan alga berkapur serta organisme lain yang mensekresikan kalsium
karbonat.

2.1 Aspek Biologi Terumbu Karang

Organisme penyusun terumbu karang hidup bersimbiosis dengan alga


zooxanthellae yang dalam proses biologisnya alga mendapat
karbondioksida(CO2) untuk proses photosintesis dan zat hara dari hewan-
hewan terumbu karang (Haruddin dkk, 2011). Secara biologis sistem
reproduksi pada karang terjadi secara seksual dan aseksual. Reproduksi
seksual terjadi dengan pelepasan sel telur dan sel sperma yang menghasilkan
pembuahan yang bersifat hermafrodit. Reproduksi aseksual menghasilkan
larva planula yang berenang bebas, bila menetap pada suatu substrat atau
tempat didasar perairan maka akan berkembang menjadi sebuah koloni
baru.
3.1 Aspek Ekologi Terumbu Karang

Terumbu karang tidak dapat hidup di air tawar atau muara ataupun hidup
disemua tempat, akan tetapi hidup di perairan laut. Ada beberapa faktor
pembatas yang membatasi penyebaran karang, yaitu:

1. Up-welling
Akibat dinamika massa air yang disebabkan oleh arus, kondisi batimetri
dan faktor-faktor lain menyebabkan fenomena up-welling. Arus up-
welling ini membawa massa air dingin dari lapisan bawah ke lapisan
substat terumbu karang.

2. Cahaya Matahari
Cahaya yang cukup harus tersedia untuk fotosintesis zooxanthellae
simbiotik dalam jaringan karang dapat terlaksana dengan baik. Tanpa
cahaya yang cukup, laju fotosintesis akan berkurang dan bersama
dengan itu kemampuan karang untuk menghasilkan kalsium karbonat
dan membentuk terumbu akan berkurang pula. Titik kompensasi untuk
karang ialah kedalaman di mana intensitas cahaya berkurang sampai 15
– 20% dari intensitas di permukaan.

3. Kejernihan air
Karang memerlukan air laut yang bersih dari kotoran-kotoran. Air laut
yang kotor, akan menghalangi cahaya yang diperlukan oleh zooxanthella
untuk hidup. Di samping itu, endapan lumpur atau pasir yang terkanfung
di dalam air akan diendapkan oleh arus sehingga akan dapat
mengakibatkan kematian pada terumbu karang.

4. Kedalaman
Terumbu karang tidak dapat berkembang di perairan yang lebih dalam
dari 50 – 70 m, kebanyakan terumbu karang tumbuh baik pada
kedalaman sampai sekitar 25 m (Nybakken, 1988). Menurut Veron
(1995), yang menjadi faktor pembatas (limiting factor) utama distribusi
karang dunia adalah faktor suhu dan cahaya.

5. Suhu perairan
Suhu terendah dimana karang dapat hidup yaitu 15 oC, tetapi
kebanyakan ditemukan pada suhu air diatas 18oC dan tumbuh sangat
baik antara 25oC-29oC. Temperatur maksimum dimana terumbu karang
masih hidup adalah 36oC.

6. Salinitas Air Laut


Menurut Fagerstrom (1985) bahwa, kisaran salinitas karang berada
antara 27 – 48%. Menurut Santoso dan Kardono (2008), salinitas dimana
karang dapat hidup yaitu 27-40%, tetapi mereka hidup paling baik pada
salinitas normal air laut yakni 36%. Perairan pantai akan terus menerus
mengalami pemasukan air tawar secara teratur dari aliran sungai,
sehingga salinitasnya berkurang yang akan mengakibatkan kematian
terumbu karang, yang juga membatasi sebaran karang secara lokal.

7. Sedimentasi
Terumbu karang sangat sensitif terhadap sedimentasi, akibatnya
terumbu karang tidak lagi ditemukan pada daerah yang terlalu banyak
pemasukan air tawar yang membawa banyak endapan lumpur
meskipun keadaan lingkungannya cukup baik. Kebanyakan hewan
karang tidak dapat bertahan karena adanya endapan yang menutupinya
sehingga menyumbat struktur pemberian makanannya. Endapan juga
menyebabkan kurangnya cahaya matahari yang dibutuhkan untuk
fotosintesis, sehingga akan menyebabkan kematian bagi karang.

8. Arus
Pergerakan air atau arus diperlukan untuk tersedianya aliran suplai
makanan jasad renik dan oksigen maupun terhindarnya karang dari
timbunan endapan. Pada siang hari oksigen didapatkan dari hasil
fotosintesis zooxanthella dan pada malam hari sangat diperlukan arus
yang kuat yang dapat memberi suplai oksigen yang cukup bagi fauna di
terumbu karang. Pertumbuhan terumbu karang di tempat yang airnya
selalu teraduk oleh angin, arus dan ombak lebih baik daripada yang
tenang dan terlindung.

9. Substrat
Hewan karang membutuhkan substrat yang keras dan kompak untuk
menempel. Terurama larva planula dalam pembentukan koloni baru
dari karang, yang mencari substrat keras. Substrat keras ini dapat
berupa benda padat yang ada di dasar laut, seperti batu, cangkang
moluska, potongan-potongan kayu, bahkan besi yang terbenam, namun
setiap karang tertentu juga memiliki daya tahan yang berbeda pada
benda-benda tersebut. Karang mati yang tenggelam di dasar laut juga
dapat ditumbuhi berbagai jenis hewan karang.

2. SAVANA
2.1 Pengertian Savana

Sabana atau savana adalah padang rumput ekosistem yang ditandai dengan
pohon-pohon yang cukup kecil atau banyak space diantaranya sehingga kanopi
tidak menutup. Kanopi terbuka memungkinkan cahaya yang cukup untuk
mencapai tanah dan mendukung lapisan herba terutama yang terdiri dari
rumput. Beberapa klasifikasi menyatakan bahwaa savana adalah sebuah sistem
yang padang rumput yang tidak ada pohon.

Kebanyakan sabana memiliki kerapatan pohon yang lebih tinggi dan jarak
pohon lebih teratur dari pada di hutan. Sabana juga ditandai dengan
ketersediaan air musiman, dengan mayoritas curah hujan terbatas pada satu
musim. Sabana yang berhubungan dengan beberapa jenis bioma. Savanna
mencakup 20% dari luas lahan bumi dan wilayah terbesar bioma savana
ditemukan di Afrika.

2.2 Ciri – ciri Savana

Ciri-ciri savana antara lain :


1. Bersuhu panas sepanjang tahun.
2. Hujan terjadi secara musiman, dan menjadi faktor penting bagi
terbentuknya bioma savana.
3. Savana berubah menjadi semak belukar apabila terbentuk mengarah ke
daerah yang intensitas hujannya makin rendah.
4. Savana akan berubah menjadi hutan basah apabila mengarah ke daerah
yang intensitas hujannya makin tinggi.
5. Sebagian besar savana didominasi oleh suku Gramineae dan terkadang
dijumpai suku Cyperaceae. Rumput yang mempunyai pertumbuhan dengan
daun-daun kasar dan kaku akan cenderung bersifat dominan. Selain itu juga
terdapat jenis Pennisetum purpureum, Acacia isp, suku Leguminoceae dan
Adansonia digitata.
6. Pada umumnya savana mengalami masa kekeringan yang panjang tiap
tahunnya.

2.3 Pembagian Savana

Savana adalah padang rumput dengan diselingi oleh pepohonan. Savana


dibedakan menjadi dua, yaitu:
a. Savana murni, yaitu sabana yang pepohonan penyusunnya hanya terdiri
dari satu jenis tumbuhan aja.
b. Savana campuran, yaitu sabana yang pepohonan penyusunnya terdiri dari
berbagai jenis tumbuhan.
Tipe ekologi savana yang berkaitan dengan iklim dan tanah dibedakan
menjadi tiga yaitu:
a. Semiseasonal, yaitu savana yang dipengaruhi oleh iklim lemah dan
berkaitan dengan kondisi tegangan air.
b. Seasonal, yaitu savana yang mempunyai iklim yang jelas berkaitan dengan
banyaknya tumbuhan yang tumbuh.
c. Hyperseasonal, yaitu savana yang berhubungan dengan kelebihan dan
kekurangan air pada setiap tahunnya.

2.4 Mahluk Hidup yang terdapat di Savana


Jenis hewan yang hidup di daerah sabana adalah herbivora dan karnivora
misalnya :
1. Herbivora

Kuda Zebra

2. Karnivora

Macan Tutul Singa

Anjing Hutan

Sedangkan jenis tumbuhan yang hidup di daerah savana, seperti yang telah
berulang kali dijelaskan pada definisi-definisi di atas, maka tumbuhan yang
terdapat di savana diantaranya rumput-rumputan, dan jenis tumbuh-
tumbuhan besar seperti jenis ekaliptus (Eucalyptus sp).

3. HUTAN HUJAN TROPIS

1.3 Pola Distribusi Hutan Hujan Tropis

Secara geografis daerah hutan hujan tropis mencakup wilayah yang terletak
di antara titik balik rasi bintang Cancer dan rasi bintang Capricornus, yaitu
suatu wilayah yang terletak di antara 230 27’ LU dan 230 27’ LS. Hutan hujan
tropis memiliki penyebaran yang sangat luas di dunia, dimana kawasannya
meliputi kawasan Amerika Selatan seperti daerah Amazon, Karibia, Meksiko,
Brazil, Kolumbia, dan Ekuador dan sekitar daerah katulistiwa di Afrika
Tengah, Afrika Barat, Afrika Timur, dan Medagaskar. Pada Kawasan
Malaysia, penyebaran hutan tropis meluas ke Utara sampai pegunungan
Himalaya, ke timur laut sampai ke Indocina dan Filipina, serta ke Selatan dan
Timur meliputi sebagian besar wilayah Indonesia dan New Guinea sampai di
Fiji dan kepulauan Pasifik bagian Barat.

Hutan hujan tropika terbentuk di wilayah-wilayah beriklim tropis, dengan


curah hujan tahunan minimum berkisar antara 1.750 mm (69 in) dan 2.000
mm (79 in). Sedangkan rata-rata temperatur bulanan berada di atas 18 °C
(64 °F) di sepanjang tahun. Pada umumnya wilayah hutan hujan tropis
dicirikan oleh adanya 2 musim dengan perbedaan yang jelas, yaitu musim
penghujan dan musim kemarau. Ciri lainnya adalah suhu dan kelembapan
udara yang tinggi, demikian juga dengan curah hujan, sedangkan hari hujan
merata sepanjang tahun (Walter, Burnett, & Mueller-Dombois, 1971).
Sebagian besar hutan-hutan tropis di Indonesia merupakan masyarakat
kompleks, tempat yang menyediakan pohon dari berbagai ukuran. Di dalam
kanopi iklim mikro berbeda dengan keadaan sekitarnya dimana cahaya lebih
sedikit, kelembaban sangat tinggi, dan temperatur lebih rendah (Syarifuddin,
2013). Hutan hujan tropis adalah hutan yang memiliki keanekaragaman
tumbuhan yang sangat tinggi.

Pola penyebaran jenis erat pula kaitannya dengan ketinggian tempat. Hutan
hujan topis dataran rendah dan hutan hujan tropis pegunungan dapat
dibedakan menurut kehadiran jenis yang secara khas dapat dijumpai di
daerah-daerah tersebut. Jenis-jenis tumbuhan yang menjadi komponen
hutan dataran rendah adalah Pometia pinnata J. R. & G. Forst, Dysoxylum
arborescens (Bl.) Miq., D. Densiflorum (Bl.) Miq., dan Litchocarpus sundaicus
(Bl.) Rehd., sekalipun penyebarannya dapat mencapai ketinggian 1.50 m dari
permukaan laut. Jenis-jenis yang termasuk komponen hutan pegunungan
adalah Schima wallichii, Castanopsis tungurrut (Bl.) DC., Polyosma
integrifolia Bl. Dan Altingia excelsa. Pada ketinggian tempat antara 1000-
2000 m di Malesia dan Asia elemen-elemen floristik dataran rendah seperti
suku Dipterocarpaceae dan Lythraceae mengalami pengurangan dan
pegunungan seperti Araucariaceae, Podocarpaceae, Aceraceae,
Cunoniaceae, Elaeocarpaceae, Ericaceae, Fagaceae, Hamamelidaceae,
Juglandaceae, Megnoliaceae, Symplocaceae, dan Theaceae.

2.3 Komposisi Floristik

Hutan hujan tropis hanya menutupi sekitar 7% dari luas permukaan bumi,
tetapi mengandung sekurang-kurangnya setengah dari seluruh jenis yang
ada di bumi. Hutan-hutan hujan tropis sangat kaya dalam hal jenis karena
terspesialisasi dalam relung yang khusus, seperti perbedaan tipe tanah,
gradien kelembapan dan ketinggian tempat dari permukaan laut (Primack &
Hall, 1992). Komunitas biologis di daerah tropis memiliki keanekaragaman
jenis yang tinggi dibandingkan dengan komunitas temperate. Pada daerah
beriklim sedang biasanya terdapat sekitar 50 jenis pohon dan semak
perhektar lahan hutan, di hutan dataran rendah tropis dapat dijumpai 750
jenis atau lebih dalam setiap hektarnya, utamanya di hutan tropis asia dan
amerika selatan. Hampir dapat dipastikan bahwa hutan tropis mendukung
kehidupan jenis yang jauh lebih banyak daripada hutan temperate.

Stabilitas dan perubahan komposisis jenis tumbuhan dalam suatu hutan


perlu dimengerti dalam kaitannya dengan perubahan struktur hutan
tersebut dan jika hutan mengalami perubahan struktur dalam skala besar
maka komposisi jenis dalam hutan tersebut akan tidak konstan. Kenaikan
jumlah keanekaragaman serta penurunan dominansi akan menunjukkan
adanya asosiasi dengan tahap kenaikan stabilitas. Keanekaragamnan adalah
karakteristik alam dan merupakan dasar dari kestabilan ekologi dan
keanekaragaman ekosistem menciptakan keragaman bentuk-bentuk
kehidupan.

3.3 Faktor-Faktor yang mempengaruhi Produktivitas Hutan

Produktivitas merupakan suatu parameter yang sangat penting di dalam


ekologi. Produktivitas ekosistem merupakan proses dan interaksi yang
berlangsung simultan di dalam ekosistem. Jika produktivitas pada suatu
ekosistem hanya berubah sedikit dalam jangka waktu yang lama maka hal ini
menandakan kondisi lingkungan yang stabil, tetapi jika terjadi perubahan
yang dramatis, maka menunjukkan telah terjadi perubahan lingkungan yang
nyata atau terjadi perubahan yang penting dalam interaksi di antara
organisme-organisme yang menyusun ekosistem.
Adapun beberapa faktor yang mempengaruhi produktifitas di wilayah hutan
hujan tropis antara lain :

a. Suhu dan Cahaya Matahari

Suhu Udara di daerah hutan hujan tropis tidak pernah turun sampai
sampai mencapai titik beku (0ºC) namun pada daerah yang sangat
tinggi dimana kadang-kadang tapi sangat jarang suhu turun hampir
mencapai titk beku. Suhu rata-rata pada sebagian besar daerah adalah
27ºC, dan kisaran suhu bulanan berkisar 24-28ºC, yang dengan
demikian kisaran suhu musiman ini jauh lebih kecil dibanding kisaran
suhu siang dan malam (diurnal) yang dapat mencapai 100. Suhu
maksimum jarang mencapai 38ºC juga jarang jatuh sampai di bawah
20ºC (Mabberly,1983). Berdasarkan gradasi suhu rata-rata tahunan,
maka produktivitas akan meningkat dari wilayah kutup ke wilayah
ekuator (Barbour et al, 1987), namun untuk daerah hutan hujan tropis
suhu bukanlah faktor dominan yang menentukan produktivitas, tapi
lamanya musim tumbuh.

Wilayah hutan hujan tropis menerima lebih banyak sinar matahari


tahunan yang tersedia bagi fotosintesis dibanding dengan wilayah
iklim sedang. Hal ini disebabkan oleh 3 faktor:
(1) Kemiringan poros bumi menyebabkan wilayah tropika menerima
lebih banyak sinar matahari dibanding pada atmosfer luarnya
dibanding dengan wilayah iklim sedang.
(2) Lewatnya sinar matahari pada atmosfer yang lebih tipis (karena
sudut yang lebih tegak lurus di daerah tropika), mengurangi jumlah
sinaran yang diserap oleh atmosfer. Di wilayah hutan hujan tropis, 56%
sampai dengan 59 % sinar matahari pada batas atmosfer dapat sampai
di permukaan tanah.
(3) Masa tumbuh, yang terbatas oleh keadaan suhu adalah lebih
panjang di daerah hutan hujan tropis (kecuali di tempat-tempat yang
sangat tinggi.

b. Curah Hujan

Di daerah hutan hujan tropis jumlah curah hujan per tahun berkisar
antara 1600 sampai dengan 4000 mm dengan sebaran bulan basah 9,5-
12 bulan basah. Kondisi ini memiliki curah hujan yang merata hampir
sepanjang tahun yang akan sangat mendukung produktivitas yang tinggi.

c. Interaksi antara suhu dan curah hujan


Produktivitas yang tinggi dan kontinyu sepanjang tahun tidak akan
berlangsung jika hanya didukung oleh suhu yang tinggi. Banyak wilayah
lain di dunia yang memiliki suhu yang jauh lebih tinggi di banding
wilayah hutan hujan tropis, tetapi memiliki produktivitas yang rendah
.

4.3 Tipe hutan menurut fungsinya.

Kehutanan adalah kegiatan menggunakan hasil hutan. Hutan merupakan


sumber daya alam yang dapat diperbarui. Manfaat hutan, misalnya penghasil
kayu, mencegah banjir dan erosi, sebagai obyek wisata, serta sebagai paru-paru
dunia. Hasil hutan antara lain, kayu, rotan dan damar.

Berdasarkan fungsinya, hutan dibedakan menjadi empat jenis, antara lain


sebagai berikut :

a. Hutan Wisata, adalah hutan yang dijadikan suaka alam yang ditujukan
untuk melindungi tumbuh-tumbuhan serta hewan/binatang langka, agar
tidak musnah atau punah di masa yang akan datang. Biasanya hutan wisata
menjadi tempat rekreasi dan tempat penelitian.
b. Hutan Cadangan, merupakan hutan yang dijadikan sebagai lahan
pertanian dan pemukiman penduduk.
c. Hutan Lindung, adalah hutan yang difungsikan sebagai penjaga
keteraturan air dalam tanah (fungsi hidrolisis), menjaga tanah agar tidak
terjadi erosi serta untuk mengatur iklim (fungsi klimatologis) sebagai
penanggulangan pencemaran udara seperti karbon dioksida dan karbon
monoksida.
d. Hutan Produksi / Hutan Industri, adalah hutan yang dapat dikelola untuk
menghasilkan sesuatu yang bernilai ekonomi. Hutan produksi dapat
dikategorikan menjadi 2 golongan, yaitu hutan rimba dan hutan budidaya.
Hutan rimba adalah hutan yang alami, sedangkan hutan budidaya adalah
hutan yang sengaja dikelola manusia yang biasanya terdiri dari satu jenis

KOMPONEN EKSUDAT AKAR

Eksudat akar adalah bahan yang dikeluarkan dari aktivitas sel akar hidup seperti gula,
asam amino, asam organik, asam lemak dan sterol, factor tumbuh, nukleotida,
flavonon, enzim , dan miscellaneous. Eksudat akar ini berperan sebagai pengatur
komunitas mikrob tanah di sekitar perakaran dan mendukung simbiosis yang
menguntungkan antara tumbuhan dan mikrob. Mekanisme ini terjadi karena eksudat
akar merupakan sumber karbon dan energi bagi mikrob.

Eksudat akar mengandung sejumlah bahan terlarut di dalam air. Pertumbuhan mikroba
yang cepat di rizosfer menunjukkan bahwadaerah ini kaya akan substrat untuk
pertumbuhan mikroba dan bahwa substrat yangdihasilkan akar tanaman selalu
berada dalam keseimbangan untuk tetap menjaga suplaimakanan yang diperlukan
mikroba.

DAFTAR PUSTAKA

Arief, A. 1994, Hutan Hakekat dan Pengaruhnya Terhadap Lingkungan. Yayasan Obor
Indonesia. Jakarta
Ewuise, J.Y. 1990. Pengantar Ekologi Tropika. Terjemahan oleh Tanuwijaya U.
ITB press. bandung

Indriyanto, 2006. Ekologi Hutan. PT. Bumi Aksara. Jakarta

Kusmana & Istomo, 1995. Ekologi Hutan . Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian
Bogor. Bogor

Soerianegara, I dan Indrawan, A. 1988. Ekologi Hutan Indonesia. Laboratorium Ekologi.


Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor. Bogor

Widyastuti. 2002. Sifat dan Ciri Tanah. Departemen Ilmu Tanah dan Sumber Daya
Lahan. IPB Press. Bogor

Anda mungkin juga menyukai