Anda di halaman 1dari 4

FAKTOR-FAKTOR DALAM TANAH YANG MEMPENGARUHI PERTUMBUHAN

MIKROORGANISME

1. Bahan Organik
Bahan organik merupakan sumber energi bagi makro dan mikro-fauna tanah.
Penambahan bahan organik dalam tanah akan menyebabkan aktivitas dan
populasi mikrobiologi dalam tanah meningkat, terutama yang berkaitan dengan
aktivitas dekomposisi dan mineralisasi bahan organik. Beberapa mikroorganisme
yang beperan dalam dekomposisi bahan organik adalah fungi, bakteri dan
aktinomisetes. Di samping mikroorganisme tanah, fauna tanah juga berperan
dalam dekomposi bahan organik antara lain yang tergolong dalam protozoa,
nematoda, Collembola, dan cacing tanah. Mikro flora dan fauna tanah ini saling
berinteraksi dengan kebutuhannya akan bahan organik, kerena bahan organik
menyediakan energi untuk tumbuh dan bahan organik memberikan karbon
sebagai sumber energi.

2. Aerasi (Kandungan Oksigen)


Mikroba mempunyai kebutuhan oksigen yang berbeda-beda untuk
pertumbuhannya. Berdasarkan kebutuhannya akan oksigen, mikroba
dibedakan atas 4 kelompok sebagai berikut:
a. Aerob, yaitu mikroba yang membutuhkan oksigen untuk pertumbuhannya.
b. Anaerob, yaitu mikroba yang tumbuh tanpa membutuhkan oksigen.
c. Anaerob fakultatif, yaitu mikroba yang dapat tumbuh dengan atau tanpa
adanya oksigen.
d. Mikroaerofil, yaitu mikroba yang membutuhkan oksigen pada konsentrasi
yang lebih rendah daripada konsentrasi oksigen yang normal di udara.
Mikroba perusak pangan sebagian besar tergolong aerob, yaitu membutuhkan
oksigen untuk pertumbuhannya, kecuali bakteri yang dapat tumbuh pada
saluran pencernaan manusia yang tergolong anaerob fakultatif.

3. Kelembaban
Mikroorganisme mempunyai nilai kelembaban optimum. Pada umumnya untuk
pertumbuhan ragi dan bakteri diperlukan kelembaban yang tinggi diatas 85°C,
sedangkan untuk jamur dan aktinomises diperlukan kelembaban yang rendah
dibawah 80°C. Kadar air bebas didalam lautan (aw) merupakan nilai
perbandingan antara tekanan uap air larutan dengan tekanan uap air murni, atau
1/100 dari kelembaban relatif. Nilai aw untuk bakteri pada umumnya terletak
diantara 0,90 – 0,999 sedangkan untuk bakteri halofilik mendekati 0,75. Banyak
mikroorganisme yang tahan hidup didalam keadaan kering untuk waktu yang
lama seperti dalam bentuk spora, konidia, arthrospora, klamidospora dan kista.
Seperti halnya dalam pembekuan, proses pengeringan protoplasma,
menyebabkan kegiatan metaobolisme terhenti. Pengeringan secara perlahan-
lahan menyebabkan perusakan sel akibat pengaruh tekanan osmosa dan
pengaruh lainnya dengan naiknya kadar zat terlarut.
4. Temperatur

1.4 Suhu Pertumbuhan Mikroba


Pertumbuhan mikroba memerlukan kisaran suhu tertentu. Kisaran suhu
pertumbuhan dibagi menjadi suhu minimum, suhu optimum, dan suhu
maksimum. Suhu minimum adalah suhu terendah tetapi mikroba masih
dapat hidup. Suhu optimum adalah suhu paling baik untuk pertumbuhan
mikroba. Suhu maksimum adalah suhu tertinggi untuk kehidupan mikroba.
Berdasarkan kisaran suhu pertumbuhannya, mikroba dapat dikelompokkan
menjadi mikroba psikrofil (kriofil), mesofil, dan termofil. Psikrofil adalah
kelompok mikroba yang dapat tumbuh pada suhu 0-30 0C dengan suhu
optimum sekitar 15 0C. Mesofil adalah kelompok mikroba pada umumnya,
mempunyai suhu minimum 15 0C suhu optimum 25-37 0C dan suhu
maksimum 45-55 0C. Mikroba yang tahan hidup pada suhu tinggi
dikelompokkan dalam mikroba termofil. Mikroba ini mempunyai membran
sel yang mengandung lipida jenuh, sehingga titik didihnya tinggi. Selain itu
dapat memproduksi protein termasuk enzim yang tidak terdenaturasi pada
suhu tinggi. Di dalam DNA-nya mengandung guanin dan sitosin dalam jumlah
yang relatif besar, sehingga molekul DNA tetap stabil pada suhu tinggi.
Kelompok ini mempunyai suhu minimum 400C, optimum pada suhu 55-600C
dan suhu maksimum untuk pertumbuhannya 750C. Untuk mikroba yang
tidak tumbuh dibawah suhu 300C dan mempunyai suhu pertumbuhan
optimum pada 600C, dikelompokkan kedalam mikroba termofil obligat.
Untuk mikroba termofil yang dapat tumbuh dibawah suhu 300C,
dimasukkan kelompok mikroba termofil fakultatif.

Bakteri yang hidup di dalam tanah dan air, umumnya bersifat mesofil, tetapi
ada juga yang dapat hidup diatas 500C (termotoleran). Contoh bakteri
termotoleran adalah Methylococcus capsulatus. Contoh bakteri termofil
adalah Bacillus, Clostridium, Sulfolobus, dan bakteri pereduksi sulfat/sulfur.
Bakteri yang hidup di laut (fototrof) dan bakteri besi (Gallionella) termasuk
bakteri psikrofil

2.4 Suhu tinggi


Apabila mikroba dihadapkan pada suhu tinggi diatas suhu maksimum, akan
memberikan beberapa macam reaksi.
(1) Titik kematian thermal, adalah suhu yang dapat memetikan spesies
mikroba dalam waktu 10 menit pada kondisi tertentu.
(2) Waktu kematian thermal, adalah waktu yang diperlukan untuk
membunuh suatu spesies mikroba pada suatu suhu yang tetap. Faktor-
faktor yang mempengaruhi titik kematian thermal ialah waktu, suhu,
kelembaban, spora, umur mikroba, pH dan komposisi medium.
3.4 Suhu rendah
Apabila mikroba dihadapkan pada suhu rendah dapat menyebabkan
gangguan metabolisme. Skibat-akibatnya adalah
(1) Cold shock , adalah penurunan suhu yang tiba-tiba menyebabkan
kematian
bakteri, terutama pada bakteri muda atau pada fase logaritmik,
(2) Pembekuan (freezing), adalah rusaknya sel dengan adanya kristal es di
dalam air intraseluler,
(3) Lyofilisasi, adalah proses pendinginan dibawah titik beku dalam
keadaan vakum secara bertingkat. Proses ini dapat digunakan untuk
mengawetkan mikroba karena air protoplasma langsung diuapkan tanpa
melalui fase cair (sublimasi).

5. Kesuburan Tanah
Tanah subur mengandung lebih dari 100 juta mikroba per gram tanah.
Produktivitas dan daya dukung tanah tergantung pada aktivitas mikroba
tersebut. Sebagian besar mikroba memiliki peranan yang menguntungkan bagi
pertanian, yaitu berperan dalam menghancurkan limbah organik, recycling hara
tanaman, fiksasi biologis nitrogen, pelarutan fosfat, meransang pertumbuhan,
biokontrol pathogen dan membantu penyerapan unsur hara.
Organisme (terutama mikroorganisme) tanah penting dalam kesuburan tanah
untuk tanaman pertanian karena berperan dalam siklus energi, siklus hara,
pembentukan agregat tanah, dan menentukan kesehatan tanah
(suppressive/conducive terhadap munculnya penyakit terutama penyakit tular
tanah-soil borne pathogen).

6. pH
Mikrobia dapat tumbuh baik pada daerah pH tertentu, misalnya untuk bakteri
pada pH 6,5 – 7,5; khamir pada pH 4,0 – 4,5 sedangkan jamur dan aktinomisetes
pada daerah pH yang luas. Setiap mikrobia mempunyai pH minimum, optimum
dan maksimum untuk pertumbuhanya. Berdasarkan atas perbedaan daerah pH
untuk pertumbuhanya dapat dibedakan mikrobia yang asidofil, mesofil (
neutrofil ) dan alkalofil. Untuk menahan perubahan dalam medium sering
ditambahkan larutan bufer. pH optimum pertumbuhan bagi kebanyakan bakteri
antara 6,5 dan 7,5. Namun beberapa spesies dapat tumbuh dalam keadaan
sangat masam atau sangat alkalin, bila bakteri di kuitivasi di dalam suatu medium
yang mula-mula disesuaikan pHnya misal 7 maka mungkin pH ini akan berubah
sebagai akibat adanya senyawa-senyawa asam atau basa yang dihasilkan selama
pertumbuhannya. Pergesaran pH ini dapat sedemikian besar sehingga
mengahambat pertumbuhan seterusnya organisme itu. Pergeseran pH dapat
dapat dicegah dengan menggunakan larutan penyangga dalam medium, larutan
penyangga adalah senyawa atau pasangan senyawa yang dapat menahan
perubahan pH.

Istilah pH pada suatu symbol untuk derajat keasaman atau alkanitas suatu
larutan; pH=log (1/[H+]) dengan [H+] sebagai konsentrasi ion hydrogen. pH air
suling ialah 7,0 (netral); cuka 2,25; sari tomat, 4,2; susu, 6,6; natrium bikarbonat
(0,1N), 8,4; susu magnesia, 10,5. Mikroorganisme yang asidofilik, yaitu jasad
yang dapat tumbuh pada pH antara 2,0-5,0.Mikroorganisme yang mesofilik
(neutrofilik), yaitu jasad yang dapat tumbuh pada pH antara 5,5-
8,0.Mikroorganisme yang alkalifilik, yaitu jasad yang dapat tumbuh pada pH
antara 8,4-9,5

DAFTAR PUSTAKA

Admojo. S. W. 2003. Peranan Bahan Organik terhadap Kesuburan Tanah dan Upaya
Pengelolaannya. Seminar Nasional: 1-13.

Elliott, Tom, dkk (2007). Mikrobiologi Kedokteran & Infeksius Edisi 4. Jakarta: Penerbit
Buku Kedokteran EGC (2009).

Ma’shum, M., Soedarsono, J., Susilowati, L. E. 2003. Biologi Tanah. CPIU Pasca IAEUP,
Bagpro Peningkatan Kualitas Sumberdaya Manusia, Ditjen Pendidikan Tinggi,
Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai