Anda di halaman 1dari 15

ASURANSI PERTANIAN SEBAGAI ALTERNATIF MENGATASI RISIKO

USAHA TANI MENUJU PERTANIAN BERKELANJUTAN


(Tugas Mata Kuliah Risiko Agribisnis)

Oleh

Cynthia Melianisa
1714131001

JURUSAN AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2019
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pertanian merupakan salah satu usaha yang rawan terhadap dampak negatif
perubahan iklim, seperti banjir dan kekeringan yang dapat menyebabkan gagal
panen. Jika tidak diantisipasi dengan tepat, hal ini berpotensi melemahkan
motivasi petani untuk mengembangkan usaha tani, bahkan dapat mengancam
ketahanan pangan. Kemampuan petani beradaptasi terhadap perubahan iklim
terkendala oleh modal, penguasaan teknologi, dan akses pasar. Pendekatan
konvensional dengan menerapkan salah satu atau kombinasi strategi produksi,
pemasaran, finansial, dan pemanfaatan kredit informal diperkirakan kurang
efektif. Oleh karena itu diperlukan sistem proteksi melalui pengembangan
asuransi pertanian terutama untuk padi.

Pembahasan dan penyempurnaan Draft Rancangan Undang-Undang (RUU)


tentang Perlindungan dan Pemberdayaan Petani antara lain menyebutkan untuk
melindungi petani dari gagal panen akibat kekeringan, banjir ataupun serangan
organisme pengganggu tanaman (OPT). Kementerian Pertanian menargetkan
program asuransi pertanian dapat dijalankan mulai tahun 2014. Secara sistem,
Kementerian Pertanian telah melakukan uji coba di tiga provinsi dengan
menggandeng perusahaan asuransi PT Jasindo (Jasa Indonesia). Kriteria yang
ditetapkan untuk asuransi pertanian yaitu petani maksimal lahannya seluas dua
hektar dengan tingkat puso atau gagal panen seluas 75 persen dengan target
sebaran di 17 provinsi sentra produksi padi di Indonesia. .

Asuransi pertanian bertujuan untuk menstabilkan pendapatan petani dengan


mengurangi kerugian karena kehilangan hasil, merangsang petani mengadopsi
teknologi yang dapat meningkatkan produksi dan efisiensi penggunaan sumber
daya, mengurangi risiko yang dihadapi lembaga perkreditan pertanian serta
meningkatkan akses petani kepada lembaga tersebut. Peningkatan
kesejahteraan petani merupakan salah satu target sukses pembangunan
pertanian. Tulisan ini bertujuan untuk mengkaji secara konseptual bagaimana
asuransi pertanian dapat berperan sebagai alternatif dalam mengatasi risiko
usaha tani demi mewujudkan pembangunan pertanian yang berkelanjutan.

B. Tujuan

Tujuan pembuatan makalah ini yaitu sebagai berikut:


1. Mengetahui tujuan dilaksanakannya Kebijakan Asuransi Pertanian.
2. Mengetahui peran dari Kebijakan Asuransi Pertanian bagi Petani.
II. PEMBAHASAN

A. Konsep Asuransi Pertanian

Di negara-negara maju seperti Amerika Serikat, Jepang, dan beberapa negara


Eropa, asuransi pertanian berkembang pesat dan efektif untuk melindungi
petani. Oleh karena itu, asuransi pertanian termasuk salah satu strategi dalam
beradaptasi terhadap perubahan iklim. Kondisi ini berbeda dengan di negara
berkembang. Perkembangan asuransi pertanian beragam dan belum
menampakkan hasil yang memuaskan. Di Taiwan, asuransi pertanian
berkembang dengan baik; di India, Bangladesh, dan Filipina perkembangannya
lambat, sedangkan di Thailand kurang berkembang. Di Indonesia, asuransi
pertanian belum terwujud, meskipun sejak tahun 1982-1998 telah tiga kali
(1982, 1984, dan 1985) dibentuk Kelompok Kerja Persiapan Pengembangan
Asuransi Panen. Pada tahun 1999, pengembangan asuransi pertanian
dicanangkan lagi. Pembahasan serius telah dilakukan, tetapi untuk melangkah
ke tahap implementasi perlu pertimbangan yang matang. Dibutuhkan berbagai
masukan untuk merumuskan kebijakan, strategi, program, perintisan, dan
instrumen kelembagaan yang sesuai dengan strategi pengembangan.

Dalam rangka implementasi asuransi pertanian di Indonesia, penting untuk


melihat berbagai model dan gagasan asuransi pertanian yang telah diterapkan
di negara-negara lain sebagai bentuk perbandingan dan bahan pertimbangan
dalam penerapan asuransi pertanian sehingga tidak menuai kegagalan tapi
berujung pada kesuksesan yang mensejahterakan petani dan para pihak yang
terlibat. Salah satu negara yang menyelenggarakan asuransi pertanian ialah
Nigeria.
Penjelasan mengenai asuransi pertanian di Nigeria yang dikutip dari Nnadi,
dkk. menjelaskan bahwa tujuan asuransi pertanian negara tersebut ialah :
1). Meningkatkan produksi pertanian karena akan meningkatkan keyakinan
yang lebih besar dalam mengadopsi pertanian baru dan lebih baik dalam
praktek dan melakukan investasi yang lebih besar dalam sektor pertanian
dari ekonomi Nigeria, sehingga meningkatkan total produksi.
2). Memberikan dukungan keuangan kepada petani dalam hal kerugian yang
timbul dari bencana alam.
3) Meningkatkan aliran kredit pertanian dari pinjaman lembaga untuk para
petani.
4) Meminimalkan atau menghilangkan kebutuhan akan keadaan darurat
bantuan yang diberikan oleh Pemerintah selama periode bencana pertanian.
Produk asuransi pertanian yang diterapkan di Nigeria juga terdiri dari
beberapa jenis yaitu asuransi tanaman (crop isurance) yang merupakan
asuransi yang jaminan ganti ruginya dilakukan jika terjadi kegagalan yang
diakibatkan oleh bencana yang menyerang tanaman misalnya banjir,
kebakaran, atau diserang oleh hama penyakit.

Beberapa hal yang harus jelas dan rinci dalam persoalan asuransi pertanian
yaitu yang terkait dengan besarnya premi yang ditanggung petani namun juga
tidak berpotensi merugikan perusahaan penyedia asuransi karena untuk kasus
percobaan di Indonesia menunjukan bahwa perusahaan yang menyediakan
asuransi pertanian mengalami kerugian yang sangat besar akibat jumlah klaim
jauh lebih besar daripada premi yang terkumpul. Mekanisme pemberian subsidi
yang dilakukan oleh pemerintah juga harus jelas sehingga seluruh anggaran
termanfaatkan dengan baik mengingat pengelolaan dana-dana yang
diperuntukkan untuk publik masih mengalami banyak permasalahan. Hal ini
dapat diakibatkan oleh syarat administrasi yang sulit terpenuhi dan membebani
masyarakat.
B. Risiko Usaha Tani Padi dan Kebutuhan Asuransi Pertanian

Secara tradisional, petani telah mengembangkan pendekatan praktis untuk


mengatasi risiko, baik secara individual maupun berkelompok. Menyimpan
sebagian hasil panen padi dalam lumbung, menanam umbi-umbian di
pekarangan atau ladang, dan memelihara ternak merupakan cara-cara praktis
yang lazim ditempuh untuk mengatasi risiko usaha tani. Hal seperti ini bukan
hanya terjadi di Indonesia, tetapi juga di negara lain seperti India, Tanzania,
dan El Salvador. Dalam menghadapi risiko, petani menerapkan strategi yang
berbeda-beda. Umumnya, mereka menerapkan satu atau kombinasi dari
beberapa strategi berikut:
1. Strategi produksi, mencakup diversifikasi atau memilih usaha tani yang
pembiayaan dan atau pengelolaan produksinya fleksibel. Petani Indonesia
umumnya menerapkan strategi diversifikasi usaha tani.
2. Strategi pemasaran, misalnya menjual hasil panen secara berangsur,
memanfaatkan sistem kontrak untuk penjualan produk yang akan dihasilkan,
dan melakukan perjanjian harga antara petani dan pembeli untuk hasil panen
yang akan datang. Upaya yang banyak dilakukan petani Indonesia ialah
dengan cara menjual hasil panen secara berangsur.
3. Strategi finansial, mencakup melakukan pencadangan dana yang cukup,
melakukan investasi pada kegiatan berdaya hasil tinggi, dan membuat
proyeksi arus tunai berdasarkan perkiraan biaya produksi, harga jual produk,
dan produksi. Di Indonesia strategi ini belum populer.
4. Pemanfaatan kredit informal, seperti meminjam uang atau barang kebutuhan
pokok dari pedagang atau pemilik modal perorangan. Strategi ini banyak
diterapkan petani kecil di Indonesia.
5. Menjadi peserta asuransi pertanian untuk menutup kerugian yang
diperkirakan akan terjadi. Strategi ini banyak ditempuh oleh petani di negara
maju dan sebagian petani di negara berkembang. Di Indonesia, asuransi
pertanian formal belum berkembang.

Meskipun beberapa strategi tersebut telah diterapkan oleh sebagian petani,


mereka masih sulit mengatasi risiko berusaha tani. Oleh karena itu diperlukan
strategi lain yang sistematis, misalnya melalui asuransi pertanian, suatu
lembaga ekonomi yang berfungsi untuk mengelola risiko yang dihadapi petani.
Tujuannya adalah:
1), menstabilkan pendapatan petani dengan mengurangi kerugian karena
kehilangan hasil.
2). merangsang petani mengadopsi teknologi yang dapat meningkatkan
produksi dan efisiensi penggunaan sumber daya.
3). mengurangi risiko yang dihadapi lembaga perkreditan pertanian dan
meningkatkan akses petani ke lembaga tersebut.

C. Rancang Bangun Skim Asuransi Pertanian

Pengembangan asuransi pertanian perlu mempertimbangkan tujuan dan prinsip


pengembangan lembaga asuransi pertanian, perilaku petani dalam menghadapi
risiko, dan prasyarat yang harus dipenuhi untuk bekerjanya sistem asuransi
pertanian. Dalam praktek, pengembangan asuransi pertanian di Indonesia perlu
memperhatikan tiga hal berikut:
1). Pengambilan keputusan oleh sebagian besar petani tidak hanya
mempertimbangkan faktor ekonomi tetapi juga sosial budaya.
2). Sebagian besar usaha tani berskala kecil dan sering kali sebagai usaha
sambilan.
3). Usaha tani umumnya terpencar dengan pola tanam yang beragam. Kesemua
itu akan mempengaruhi biaya operasional asuransi pertanian.

Ada sembilan unsur kunci yang menentukan efektivitas, kelancaran


operasional, dan keberlanjutan sistem asuransi pertanian, yaitu:
1. Petani sasaran; dalam arti apakah sasarannya petani tertentu berdasarkan
kategori skala usaha, partisipasi dalam lembaga perkreditan, status garapan,
dan sebagainya. Untuk kasus usaha tani padi lebih layak tidak dilakukan
pemilahan berdasarkan tiga kategori tersebut.
2. Cakupan komoditas usaha tani; untuk semua komoditas atau komoditas
tertentu. Berpijak pada kondisi yang ada, tampaknya lebih layak
mengembangkan asuransi pertanian untuk komoditas tertentu, khususnya
padi.
3. Cakupan asuransi. Dalam konteks ini, yang utama ialah kaitannya dengan
nilai jaminan dan penentuan kerugian. Faktor-faktor yang diperhitungkan
dalam penilaian jaminan dan penentuan kerugian lazimnya dikaitkan
dengan peluang terjadinya klaim dan kesanggupan petani membayar premi
yang dikaitkan dengan kompensasi yang dinikmati petani dalam
menjalankan usaha tani.
4. Nilai premi dan prosedur pengumpulannya. Dalam hal ini perlu
dipertimbangkan aspek yang mempengaruhi kelayakan finansial asuransi
pertanian dan kebijakan pemerintah dalam pengembangan produksi
pangan.
5. Mekanisme penyesuaian kerugian. Penentuan mekanisme penyesuaian
kerugian harus memperhitungkan struktur biaya kelembagaan asuransi
pertanian maupun struktur biaya dan risiko usaha tani. Informasi dan data
yang dibutuhkan dalam merancang mekanisme penyesuaian kerugian dapat
diperoleh melalui survei yang disempurnakan berdasarkan hasil penelitian
dengan pendekatan kaji tindak.
6. Struktur organisasi terkait dengan skim yang dipilih. Jika berbentuk
BUMN, persoalan yang berkaitan dengan aspek property right harus
disesuaikan dengan kerangka hukum yang berlaku. Di tingkat operasional,
struktur organisasi yang dibentuk harus pula memperhatikan eksistensi
kelembagaan di tingkat petani yang relevan dengan asuransi pertanian.
7. Skim pendanaan. Jika bentuk badan usaha yang dipilih ialah BUMN maka
kebijakan pemerintah yang diberlakukan untuk badan-badan usaha milik
negara akan berlaku pula sebagai acuan dalam skim pendanaan asuransi
pertanian. Modifikasi mungkin diperlukan terkait dengan keunikan sistem
asuransi pertanian.
8. Susunan penjaminan ulang. Secara teknis, susunan penjaminan ulang harus
diputuskan sejak kelembagaan asuransi pertanian akan didirikan. Meskipun
demikian, modifikasi dan penyempurnaan diperlukan berdasarkan hasil
evaluasi dan pemantauan.
9. Komunikasi dengan petani. Di antara sembilan unsur kunci dalam skim
asuransi pertanian, komunikasi dengan petani merupakan hal yang paling
penting. Pengembangan sistem komunikasi perlu memperhatikan
kelembagaan lokal. Jika pendekatan yang ditempuh ialah kelompok tani
sehamparan maka penguatan kelompok tani merupakan syarat mutlak.
Peningkatan kemampuan kelompok tani dalam pencatatan kegiatan usaha
tani diperlukan dalam upaya menekan biaya operasional asuransi pertanian.
Dalam hal ini peran PPL sangat strategis untuk menjembatani kepentingan
pihak asuransi dan petani.

Selain sembilan unsur kunci tersebut, ada prasyarat esensial lain yang perlu
mendapat perhatian khusus, yaitu:
1). Ketersediaan pangkalan data yang memadai.
2). Ketersediaan personal yang terlatih.
3). Pemantauan.
4). Arus informasi, teknologi, dan gagasan untuk penyempurnaan.
Dengan terpenuhinya syarat-syarat tersebut diharapkan cita-cita pembentukan
lembaga asuransi pertanian di Indonesia dalam upaya melindungi usaha petani
bisa terwujud.

D. Peranan Asuransi Pertanian sebagai Alternatif Mengatasi Risiko Usaha


Tani dalam Mewujudkan Pertanian Berkelanjutan

Asuransi pertanian memiliki peranan penting dan strategis dalam mewujudkan


pertanian yang berkelanjutan ditinjau dari empat perspektif yakni ekonomi,
lingkungan, sosial dan kelembagaan.

1. Asuransi Pertanian dalam Perspektif Ekonomi


Manfaat ekonomi merupakan hal utama dari asuransi pertanian karena
asuransi ini ditujukan untuk menjaga sumber mata pencaharian dan
keberlangsungan usaha tani masyarakat setelah terkena bencana. Hal ini
sejalan dengan kesimpulan hasil penelitian Nnadi, dkk (2013) yang
menyatakan bahwa “Insurance can provide financial security against the
economic impacts of extreme climate events and may for some climate
change perils, be more cost effective than certain prevention measures”.

Asuransi pertanian berperan penting dalam menyelamatkan ekonomi rumah


tangga masyarakat tani yang selama ini masih merupakan kelompok
masyarakat dengan pendapatan yang rendah, hal ini tentu akan berdampak
tehadap kondisi ekonomi secara umum karena sejauh ini kelompok
masyarakat berpendapatan rendah mayoritas menggunakan uang mereka
untuk belanja konsumsi sehingga tidak memiliki persiapan atau tabungan
dalam mengahadapi bencana alam, dalam kondisi seperti ini petani banyak
melakukan pinjaman, menggadaikan barang atau berhubungan dengan
rentenir untuk memperoleh dana pinjaman sehingga hal ini tentu semakin
menjerat petani dalam jangka panjang.

Kondisi ini menuntut solusi agar masyarakat tani tidak terus terjebak dalam
lingkaran setan kemiskinan tersebut. Oleh karena itu asuransi pertanian
menjadi sebuah solusi atas ketidakberdayaan masyarakat menghadapi
kondisi-kondisi tidak terduga, sehingga asuransi pertanian diharapkan
mampu membantu masyarakat tani mengatasi persoalan temporal ini agar
dapat terhindar dari berbagai bentuk ketergantungan yang merugikan. Untuk
melihat tingkat keberhasilan aspek ekonomi ada beberapa hal yang muncul
dan diidentifikasikan mampu menjadi kendala yang berdampak terhadap
keberlanjutan program dalam jangka panjang yaitu:
1). Ciri khas dari sektor pertanian di Indonesia: memilki usaha yang
terpencar-pencar, sistem produk bervariasi, skala usaha kecil yang
berimplikasi terhadap biaya administrasi dalam usaha asuransi (aspek
ekonomi)
2). Pemanfaatan kredit informal lazim ditempuh oleh sebagian besar para
pelaku sektor pertanian (aspek ekonomi, dan sosial)
3). Nilai dan komposisi APBD juga berpotensi memberikan dampak
terhadap potensi permintaan asuransi umum. (aspek teknis, dan
ekonomi).
2. Asuransi Pertanian dalam Perspektif Lingkungan
Aktifitas pertanian memiliki keterkaitan erat dengan kondisi alam dan
lingkungan serta sulit dihindarkan dari bencana alam yang terjadi terlebih
dengan perubahan iklim yang sering terjadi akhir-akhir ini sehingga banyak
merugikan petani dan menurunkan minat bertani masyarakat sehingga hal
ini tentu mengancam keberlanjutan pertanian di Indonesia. Aktifitas bertani
yang semakin berkurang tentu akan berdampak pada kualitas lingkungan
yang semakin rendah mengingat pembangunan fisik (rumah, gedung, kantor
dan lain-lain) terus bertambah sementara kegiatan bercocok tanam semakin
berkurang akibat risiko bertani yang semakin tinggi, oleh karena itu asuransi
pertanian merupakan bentuk manajemen risiko usaha tani yang dapat
memicu terjadinya keseimbangan dalam pemanfaatan alam dan memicu
perbaikan kualitas lingkungan hidup.

Laporan Economic and Environmental Effects of Agricultural Insurance


Programs tahun 2012 menunjukan bahwa asuransi pertanian atau tanaman
juga mempengaruhi produksi dalam tiga cara utama yaitu sebagai berikut:
1). Subsidi meningkatkan pendapatan bersih per hektar dan dengan
demikian meningkatkan insentif untuk menanam tanaman yang
memenuhi syarat dan menanam lebih banyak tanaman dengan tingkat
subsidi yang lebih tinggi.
2). Ketersediaan asuransi tanaman, yang dimungkinkan oleh program
pemerintah, mendorong penanaman tanaman tertanggung pada bidang
yang tidak akan dinyatakan untuk dipertimbangkan karena potensi
kerugian yang signifikan.
3). Dengan mengurangi kemungkinan kerugian dari hasil dan harga yang
rendah, asuransi tanaman menciptakan insentif bagi petani untuk
melakukan sedikit praktek mitigasi risiko lain dan karena itu lebih fokus
pada peningkatan produktivitas rata-rata.
3. Asuransi Pertanian dalam Perspektif Sosial
Aspek sosial, merupakan tinjauan keberhasilan dari pelaksanaan program
yang dilihat dari pengaruhnya terhadap kondisi sosial yang ada didalam
suatu negara atau masyarakat sebagai satu kesatuan yang saling terintegrasi.
Untuk melihat tingkat keberhasilan aspek sosial ada beberapa hal yang
muncul dan diidentifikasikan mampu menjadi kendala yang berdampak
terhadap keberlanjutan program dalam jangka panjang yaitu:
1). Belum terbentuknya mind set petani terhadap asuransi (menyangkut
aspek sosial budaya)
2). Keterbatasan pengetahuan dan pemahaman akan teknologi yang
menyebabkan relatif tingginya peluang terjadinya kegagalan produksi
dalam hal ini berhubungan dengan biaya (benefit/cost) mengenai
tindakan upaya mengatasi resiko. (aspek sosial budaya, dan ekonomi)
3). Moral hazard yg berdampak pada unsur usaha kesengajaan dalam proses
klaim asuransi (aspek sosial budaya)
4). Pemanfaatan kredit informal lazim ditempuh oleh sebagian besar para
pelaku sektor pertanian (aspek ekonomi, dan sosial)
5). Kepercayaan masyarakat terhadap institusi asuransi yang masih sangat
kurang (aspek sosial budaya, dan teknis)

4. Asuransi Pertanian dalam Perspektif Kelembagaan


Asuransi merupakan salah satu bentuk lembaga keuangan investasi yang
fungsinya selain memberikan fasilitas pertanggungan bagi masyarakat dari
berbagai potensi resiko, asuransi juga sebagai lembaga investasi jangka
panjang yang mengelola dana masyarakat. Sehingga dalam hal ini perlu
sekali bagi lembaga asuransi memberikan laporan pertanggungjawaban
secara rutin (setahun sekali) kepada masyarakat mengenai dana-dana
masyarakat yang telah diinvestasikan ke dalam bentuk polis asuransi dengan
tujuan transparansi dan memberikan tingkat kepercayaan yang besar kepada
masyarakat terhadap lembaga asuransi.
Untuk melihat tingkat keberhasilan aspek kelembagaan ada beberapa hal
yang muncul dan diidentifikasikan mampu menjadi kendala yang
berdampak terhadap keberlanjutan program dalam jangka panjang yaitu:
1). Belum adanya payung hukum pelaksana asuransi nasional dan sampai
saat ini tidak ada ketidakpastian tata ruang, sehingga berimplikasi pada
kebijakan investasi terutama kepastian akan jaminan bagi investor atas
kepastian harga apakah market price atau regulated price yang
menyangkut pengembalian modal (aspek teknis)
2). Keterbatasan data base yang memadai yg mana fungsi dari data base
adalah untuk memperoleh informasi dan data komoditas mana saja yg
paling dominan rentan terhadap suatu resiko sehingga dapat ditemukan
faktor kunci apa saja dalam menentukan rancang bangun produk asuransi
pertanian. (aspek teknis).
3). Ketentuan Risk Based Capital yg masih dianggap memberatkan
(minimal 100 milyar) berdasarkan ketentuan yg berlaku dengan tetap
memperhatikan regulasi solvensi yang mempertimbangkan alokasi
optimal dari modal sesuai dengan sistem berbasis resiko ekonomi. (aspek
teknis)
III. KESIMPULAN

Kesimpulan yang didapatkan dari pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Asuransi pertanian memiliki tujuan sosial dan kebijakan. Kebanyakan
pemerintah memberikan prioritas tinggi terhadap pembangunan asuransi
pertanian serta dapat memainkan peran penting dalam promosi asuransi
melalui penyediaan barang publik dan hukum serta kerangka peraturan.Risiko
dasar dan kemauan petani untuk membayar produk asuransi pertanian
merupakan penentu utama apakah program asuransi pertanian yang disubsidi
secara sukarela dapat berhasil ditingkatkan dan dipertahankan.
2. Produk asuransi indeks cuaca, yang ada saat ini, tampaknya melibatkan risiko
secara substansial bagi banyak petani. Perlindungan serta rasa aman dalam
berusaha tani merupakan hal yang sangat penting untuk memotivasi petani agar
mampu meningkatkan produktifitas hasil pertanian yang sering mengalami
berbagai masalah hingga gagal panen. Asuransi pertanian merupakan sebuah
strategi untuk mengatasi ancaman keberlanjutan pertanian di Indonesia dengan
memberikan perlindungan bagi para petani sekaligus solusi agar petani keluar
dari poverty trap.
DAFTAR PUSTAKA

Nnadi FN, Chikaire J,Echetama AJ, Ihenacho RA, Umunnakwe CP dan Utazi OC.
2013 : Agricultural insurance: A strategic tool for climate change
adaptation in the agricultural sector. Net Journal of Agricultural Science
Vol. 1(1), pp. 1-9

Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian. 2009. Peluang


Pengembangan Asuransi Pertanian di Indonesia. Warta Penelitian dan
Pengembangan Pertanian Vol.31, No.2

Anda mungkin juga menyukai