Anda di halaman 1dari 14

KOMUNIKASI SOSIAL DALAM PENGEMBANGAN MASYARAKAT

(Tugas Responsi Mata Kuliah Pengembangan Masyarakat)

Oleh

Kelompok 1

Cynthia Melianisa 1714131001


Yuyun Trianingsih 1714131012
Medi Muhdani 1714131066

JURUSAN AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2019
I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sektor pertanian memiliki pengaruh dalam perekonomian nasional. Kondisi


makro ekonomi nasional ke depan semakin penuh dengan tantangan.
Karakteristik pertanian nasional yang masih tradisional, tercermin dari
mayoritas produk pertanian yang diperdagangkan dari sentra produksi yang
masih berupa komoditas sehingga belum memiliki nilai tambah.

Pada tahun 2005-2008 peningkatan produksi jagung di Indonesia


berlangsung cukup cepat sehingga swasembada jagung dapat tercapai pada
tahun 2008. Jagung memiliki peranan strategis perekonomian nasioanal
karena jagung dapat dimanfaatkan untuk pangan, pakan, bahan industri,
makanan ringan, dan susu jagung. Di Indonesia jagung merupakan bahan
pangan kedua setelah padi. Selain itu, jagung juga digunakan sebagai bahan
baku industri pakan dan industri lainnya. Meningkatnya jumlah penduduk
dan berkembangnya industir pangan dan pakan di Indonesia maka terjadi
peningkatan pula akan kebutuhan jagung di dalam negeri. Oleh karena itu,
produksi jagung dalam negeri perlu ditingkatkan sehingga volume impor
dapat dikurangi dan bahkan ditiadakan (swasembada jagung).

Ketergantungan akan impor jagung akan memberikan dampak yang negatif


bagi penyedia jagung di dalam negeri karena akan mengalami persaingan
harga yang sangat besar mengingat biaya yang dikeluarkan untuk
memproduksi jagung di dalam negeri masih besar (menggunakan
tradisional). Sedangkan di luar negeri sudah menggunakan teknologi yang
lebih modern sehingga lebih efisien dan menghemat biaya dan tenaga dalam
memproduksi sebuah produk. Selain itu, komoditas ini juga digunakan
sebagai bahan baku bioenergi di Negara penghasil komoditas tersebut
seperti Amerika.

Apabila kebutuhan jagung terus meningkat dan masih ketergantungan pada


impor maka dikhawtirkan akan mematikan industri pangan dan pakan yang
berbasis jagung karena berkurangnya pasokan bahan baku. Oleh karena itu,
kegiatan sektor hilirisasi jagung perlu didorong agar terus tumbuh.
Kebijakan pemerintah baik dalam hal pengembangan kelembagaan
pertanian, penyuluhan dan aplikasi teknologi hilirisasi, permodalan usaha
kecil menengah, dukungan sistem transportasi nasional dan regulasi
memiliki peran yang penting terhadap proses hilirisasi.

1.2 Tujuan

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini yaitu :


1. Mengetahui keadaan impor jagung di Indonesia saat ini.
2. Mengetahui keadaan ekspor jagung di Indonesia saat ini.
II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Jagung

Jagung (Zea mays L.) merupakan salah satu tanaman pangan dunia yang
terpenting dan terbanyak ditanam, selain gandum dan padi. Jagung
merupakan tanaman semusim. Satu siklus hidupnya diselesaikan dalam 80-
150 hari. Paruh pertama dari siklus merupakan tahap pertumbuhan vegetatif
dan paruh kedua untuk tahap pertumbuhan generatif.

Gambar 2.1 Tanaman Jagung (kiri); Variasi Jagung (kanan)


Jagung termasuk kelompok tanaman rumput berumah satu, tegak, dengan
sistem perakaran terdiri dari akar serabut. Batang biasanya tunggal. Daun
tumbuh berseling pada sisi yang berlainan pada buku. Perbungaan jantan
dan betina terpisah pada satu tumbuhan yang sama. Perbuahan yang masak
dalam bentuk tongkol. Bijinya biasanya lonjong, warna bervariasi dari putih
hingga kuning, merah atau keunguan hingga hitam.

Jagung sampai saat ini masih merupakan komoditi strategis kedua setelah
padi karena di beberapa daerah, jagung masih merupakan bahan makanan
pokok kedua setelah beras. Jagung juga mempunyai arti penting dalam
pengembangan industri di Indonesia karena merupakan bahan baku untuk
industri pangan maupun industri pakan ternak khusus pakan ayam. Dengan
semakin berkembangnya industri pengolahan pangan di Indonesia maka
kebutuhan akan jagung akan semakin meningkat pula.

2.2 Agrobisnis

Agrobisnis dapat berarti segala kegiatan disektor pertanian dalam arti luas,
baik dilakukan perorangan atau badan hukum dengan tujuan untuk
memperoleh keuntungan finansial pelakunya. Komoditas yang diolah dalam
kegiatan agrobisnis meliputi komoditas pertanian, peternakan dan
perikanan.

2.3 Sistem Agrobisnis Jagung

Sistem agrobisnis jagung terdapat lima sub-sistem, yaitu


1) Sub-sistem hulu yang menyediakan benih, pupuk dan pestisida
2) Sub-sistem usahatani yaitu proses budidaya jagung dilahan kering atau
sawah tadah hujan
3) Sub-sistem hilir yang meliputi industri pakan ternak, industri makanan
dan industri minyak jagung
4) Sub-sistem pemasaran yang menyangkut tata niaga dari panen hingga ke
indusri pengolahan dan
5) Sub-sistem jasa terutama jasa perbankan yang menyangkut pinjaman
modal kerja dan investasi untuk pengadaan mesin pengering
(Martodireso et.al. 2002).
Rantai pemasaran jagung ditunjukkan Gambar 2.2 di mana setiap lembaga
pemasaran melakukan fungsi pemasaran agrobisnis.

Pedagang Tingkat Pedagang Tingkat Pedagang Tingkat


Petani Desa (Tengkulak) Kecamatan Kabupaten

Industri Pakan Ternak

Pedagang Tingkat
Industri Makanan Olahan Propinsi

Gambar 2.2 Diagram Rantai Pemasaran Jagung (Martodireso et.al. 2002).


2.4 Pengertian ekspor dan impor

Secara etimologi, ekspor diartikan sebagai kegiatan menjual barang/material


tertentu dari dalam ke luar negeri, sedangkan badan/orang yang melakukan
kegiatan tersebut disebut eksportir. Barang yang dijual biasanya merupakan
hasil alam melimpah yang terdapat di dalam negara yang melakukan
kegiatan ekspor.

Kegiatan ekspor ini biasanya dapat berlangsung secara langsung maupun


tidak langsung. Ekspor secara langsung merupakan kegiatan menjual barang
atau jasa melalui eksportir yang bertempat di negara lain atau negara tujuan
ekspor. Sedangkan ekspor secara tidak langsung merupakan kegiatan
penjualan yang dilakukan oleh eksportir negara asal yang kemudian dijual
oleh perantara tersebut. Ekspor secara langsung biasanya kontrol terhadap
distribusi biasanya lebih baik dibandingkan ekspor secara tidak langsung.

Kegiatan impor akan berlangsung jika material yang akan dipasok ke dalam
negeri harganya lebih mrah di luar negeri. Contoh yang dapat kita ambil,
misalnya Indonesia membutuhkan gandum untuk pemenuhan pangan.
Namun, karena kondisi tumbuh gandum yang tidak memungkinkan di
Indonesia dilakukanlah kegiatan mendatangkan gandum dari negara lain ke
Indonesia. Kegiatan inilah yang disebut sebagai impor.Dengan kata lain,
dapat disimpulkan bahwasanya ekspor dan impor merupakan .kedua istilah
yang saling terkait yang menggambarkan kegiatan perdagangan
internasional dan minimal melibatkan dua pihak. Kegiatan ekspor dan impor
sangat menjadi faktor penentu kesejahteraan negara dan masyarakatnya
dalam bidang perekonomian.

2.5 Tujuan ekspor dan impor

Secara umum, tujuan dilakukannya kegiatan ekspor impor ialah dalam upaya
pemenuhan kebutuhan masyarakatnya serta menambah devisa negara dalam
pencapaian kehidupan yang sejahtera. Namun, jika kedua istilah kegiatan
tersebut dipilah, maka keduanya memiliki tujuan yang berbeda namun saling
berkaitan.Berikut ini tujuan dilakukannya kegiatan ekspor, yaitu:
1). Untuk membuka pasar baru di luar negeri
2). Untuk memperoleh laba berupa devisa
3). Untuk memperoleh harga jual yang tinggi

Adapun tujuan kegiatan impor dilakukan oleh importir, antara lain:


1). Kebutuhan masyarakat negara importir terpenuhi
2). Kebutuhan material/barang produksi dapat diperoleh dari negara lain
3). Barang/ material yang diperoleh dari negara lain lebih terjangkau

2.6 Manfaat ekspor dan impor

Kegiatan ekspor dan impor memberikan banyak manfaat bagi negara yang
terlibat dan masyarakatnya. Adapun manfaat yang diperoleh dari kegiatan
ekspor, antara lain:
1). Menambah devisa negara
2). Memperluas pasar bagi produk lokal
3). Memperluas lapangan kerja
4). Meningkatkan hubungan kerjasama antarnegara perdagangan
Hubungan kerjasama ini terjalin juga memperoleh banyak manfaat dari
kegiatan ekspor impor. Berikut ini beberapa manfaatnya, yaitu:
a. Memperoleh bahan baku
b. Memperoleh barang dan jasa yang tidak bisa diproduksi sendiri
c. Memperoleh teknologi modern
d. Menambah pemasukan atau pendapatan negara

2.7 Dampak ekspor dan impor

Kegiatan ekspor dan impor tidak hanya memberikan dampak positif


terhadap negara dan masyakat yang melakukan perdagangan, melainkan
dampak negatif juga dapat timbul jika pemanfaatan kegiatan tersebut
dilakukan kurang bijaksana, terutama kegiatan impor. Dampak negatif yang
muncul akibat kegiatan impor biasanya itu dapat berupa:
1). Meningkatkan angka pengangguran.
2)..Persaingan bagi industri dalam negeri
3). Konsumerisme

Meskipun pembatasan jumlah barang impor dilakukan, namun tetap saja


masih ada dampak negatif yang muncul. Dampak negatif dari pembatasan
kegiatan impor tersebut, antara lain:
1). Produsen kurang efisien dalam kegiatan produksi
2). Lesunya perdagangan Internasional
3). Pertumbuhan perekonomian negara terganggu
III. PEMBAHASAN

3.1 Agrobisnis Jagung

3.1.1 Industri Pakan Ternak


Industri pakan ternak merupakan pasar utama bagi aktivitas agribisnis
jagung. Badan Standardisasi Nasional telah menetapkan SNI untuk
jagung sebagai bahan baku pakan ternak sebagai berikut,

BPS merilis data tahun 2013 untuk Jumlah Pabrik pakan dan Produksi
Jagung di Indonesia dimana terlihat konsentrasi industri pengolahan
pakan terkonsentrasi di pulau Jawa dan Sumatera. Sementara produksi
jagung regional di pulau tersebut mendukung, tercatat pulau Jawa
berkontribusi 54,03% terhadap total produksi jagung nasional dan
pulau Sumatera memberikan 22,71%.

3.1.2 Pabrik pakan jagung di Pulau Jawa


Dibawah ini dapat dilihat bahwa jumlah pabrik pakan jagung di Pulau
Jawa lebih banyak dibandingkan dengan Pulau lainnya di Indonesia.
Hal ini dikarenakan struktur tanah di Pulau Jawa lebih baik
dibandingkan dengan Pulau yang lain.

Tabel 3.1.2 Jumlah Pabrik Pakan dan Produksi Jagung di Indonesia


Jumlah Pabrik Kapasitan Produksi
Lokasi Pakan Produksi (ton) jagung (ton)
Pulau Bali, NTB,
NTT 0 0 1,340,275
Maluku dan Papua 0 0 49,971
Pulau Sulawesi 5 1,250,000 2,705,238
Pulau Kalimantan 1 250,000 286,726
Pulau Jawa 49 13,000,000 10,177,972
Pulau Sumatera 13 4,000,000 4,278,347
Indonesia 68 18,500,000 18,838,529
Sumber: BPS, 2013 (Diolah)

3.2 Kondisi Jagung Nasional

Produksi jagung pipilan kering pada tahun 2013 diperkirakan sebesar 18,51
juta ton atau turun -4,25% dari tahun lalu, setelah 4 tahun ke belakang
(tahun 2009 – 2012) terus mengalami kenaikan. Penurunan tersebut
berkorelasi lurus dengan luas panen yang juga diperkirakan menurun
menjadi 3,86 juta Ha atau turun sebesar -2,53% dari tahun sebelumnya.

Produksi jagung di Indonesia mulai meningkat tajam setelah tahun 2002


dengan laju 9,14% per tahun. Pada tahun 2005, produksi jagung mencapai
12,5 juta ton. Sebelum tahun 1990, penggunaan jagung di Indonesia lebih
banyak (86%) untuk konsumsi langsung, hanya sekitar 6% untuk industri
pakan. Penggunaan jagung untuk industri pangan juga masih rendah, baru
sekitar 7,5%.

Dalam periode 1990-2002 telah terjadi pergesaran penggunaan jagung


walaupun masih didominasi untuk konsumsi langsung. Setelah tahun 2002,
penggunaan jagung lebih banyak untuk kebutuhan industri pakan selain
industri pangan. Selama tahun 2000-2005, penggunaan jagung untuk
konsumsi menurun sekitar 2,0%/th. Sebaliknya, penggunaan jagung untuk
industri pakan dan industri pangan meningkat masing-masing 5,86% dan
3,01%/th. Permintaan jagung di pasar domestik dan pasar dunia terus
meningkat seiring dengan berkembangnya industri pakan dan pangan.
Meningkatnya pendapatan per kapita menyebabkan meningkatnya
permintaan terhadap produk turunan jagung.

3.3 Perkembangan Penggunaan Jagung Dalam Negeri

Tabel 3.3. Perkembangan Penggunaan Jagung Dalam Negeri, (1000 Ton)

Dalam periode 1990-2001 pangsa penggunaan jagung impor sebagai bahan


baku industri pakan dalam negeri meningkat dengan laju 11,8% pertahun.
Sebaliknya, pangsa penggunaan jagung produksi domestik turun sebesar
3,77% per tahun. Mulai tahun 1994, ketergantungan pabrik pakan dalam
negeri terhadap jagung impor sangat tinggi, mencapai 40,3%. Pada tahun
2000 penggunaan jagung impor dan jagung domestik untuk industri pakan
ternak hampir berimbang, 47,0% dan 53,0%. Hal ini mengindikasikan
bahwa produksi jagung dalam negeri semakin meningkat dan dapat
menggantikan sebagian produk impor untuk memenuhi kebutuhan industri
pakan. Dengan demikian impor jagung diharapkan akan menurun.
Sejak tahun 2000, impor jagung meningkat secara nyata meskipun produksi
dalam negeri juga meningkat. Impor jagung pada tahun 2000 mencapai 1,28
juta ton, tiga tahun kemudian naik menjadi 1,39 juta ton dan pada 2004
meningkat menjadi 2,73 juta ton. Sementara produksi jagung nasional dalam
lima tahun terakhir juga mengalami peningkatan, yakni dari 9,6 juta ton
pada 2002 menjadi 10,9 juta ton pada 2003 dan meningkat lagi menjadi 12,5
juta ton pada 2005. Produksi pada tahun 2006 mengalami penurunan 7,3%
menjadi 11,6 juta ton. Produksi jagung nasional pada 2007 diperkirakan
akan mencapai 13,5 juta ton. Peningkatan produksi tersebut akan dapat
menghemat devisa karena impor akan menurun tajam.

Dilihat dari kebutuhan jagung dalam negeri, sebetulnya masih terdapat


surplus yang potensial untuk diekspor. Selama ini Indonesia juga telah
mengekspor 3,36 juta ton pada 2000 namun menurun menjadi 1,67 juta ton
pada 2003 dan meningkat lagi menjadi 3,67 juta ton pada 2004. Ekspor
jagung terutama ke Hongkong, Malaysia, Jepang, Filipina, dan Thailand.
Terjadinya ekspor dan impor jagung diduga terkait dengan kondisi
pertanaman jagung di Indonesia. Sebagian besar jagung diusahakan pada
lahan kering yang penanamannya pada musim hujan, sehingga terjadi
perbedaan jumlah produksi yang nyata antara pertanaman musim hujan
dengan pertanaman musim kemarau. Hal ini menyebabkan ketersediaan
jagung pada bulan-bulan tertentu melebihi kebutuhan, di samping
keterbatasan kapasitas gudang penampungan yang terkait dengan sifat
jagung yang kurang tahan disimpan dalam waktu lama, sehingga
mendorong dilakukannya ekspor. Harga jagung yang dipanen pada musim
hujan relatif lebih murah dibandingkan dengan yang dipanen pada musim
kemarau. Sebaliknya, pada musim kemarau ketersediaan jagung untuk
memenuhi kebutuhan industri dalam negeri sangat kurang karena luas areal
panen terbatas sehingga harga jagung relatif lebih mahal. Kondisi ini
mendorong pemerintah untuk mengimpor jagung.
Pada tahun 2005 produksi jagung nasional telah mencapai 12,5 juta ton
sementara kebutuhan 11,8 juta ton. Laju peningkatan produksi jagung
selama 2000-2005 mencapai 5,5%, sementara laju peningkatan kebutuhan
2,04%, sehingga produksi nasional diperkirakan akan melebihi kebutuhan,
bahkan berpeluang untuk ekspor. Di sisi lain, volume jagung yang
diperdagangkan dipasar dunia dalam periode 1990-2003 hanya 75,5 juta ton
atau 13,5% dari total produksi dunia, dan menurun 0,02% pertahun.
Kondisi ini menunjukkan bahwa pasar jagung dunia relatif tipis (thin
market). Namun sejak 2006, negara penghasil utama jagung dunia seperti
Amerika dan Cina mulai mengurangi ekspor untuk memenuhi kebutuhan
dalam negerinya terkait dengan pemanfaatan jagung sebagai bahan baku
energi. Untuk itu, peluang ekspor jagung Indonesia cukup besar mengingat
rata-rata produktivitas nasional masih rendah (3,47 t/ha).
DAFTAR PUSTAKA

Biro Pusat Statistik. 2013. Statistik Pertanian


Hariyadi, Purwiyatno. 2011. Prosiding Seminar Nasional Strategi Penghiliran
Teknologi Hasil Litbang Pascapanen. Bogor.
LPEM-FEUI. 2010. Transportasi Barang di Nusa Tenggara Timur: Permasalahan
dan Biaya. Jakarta: LPEM-FEUI dan The Asia Foundation.
Pabbage, Zubachtirodin MS, dan Subandi 2007. Wilayah Produksi dan Potensi
Pengembangan Jagung. Balai Penelitian Tanaman Serealia, Maros.
Saleh, C. Sumedi, dan E. Jamal. 2005. Analisis Pemasaran Jagung di Indonesia.
Dalam Kasryno, et.al. (Editor). Ekonomi Jagung Indonesia: 197-209.
Badan Litbang Pertanian, Jakarta.
Schwab, Klaus (ed.). 2013. The Global Competitiveness Report 2013–2014 Full
Data Edition. Geneva: World Economic Forum
Subhana, Ahmad. 2005. “Strategi Pengembangan Agribisnis Jagung untuk
Memenuhi Kebutuhan Industri Pakan Ternak”. Tesis. Bogor: Program
Studi Magister Manajemen Agribisnis Sekolah Pasca Sarjana IPB.
Sustiprijatno. 2007. Jagung Transgenik dan Perkembangan Penelitian di
Indonesia. Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan
Sumberdaya Genetik Pertanian. Bogor.

Anda mungkin juga menyukai