Anda di halaman 1dari 26

TUGAS ANALISIS LAPORAN

KEUANGAN
PT. Tunas Baru Lampung Tbk.
Kode saham : TBLA
Industri : Pertanian

Oleh :
Santi Diyanisa
1410521058

Program Studi Manajemen


Fakultas Ekonomi Universitas Andalas
Oktober 2016
BAB I
ANALISIS INDUSTRI

1) Informasi Mengenai Industri Pertanian


Industri pertanian atau sering disebut dengan Agroindustri adalah kegiatan yang memanfaatkan
hasil pertanian sebagai bahan baku, serta merancang dan menyediakan peralatan dan jasa untuk
kegiatan tersebut.

Pengertian Agroindustri pertama kali diungkapkan oleh Austin (1981) yaitu perusahaan yang
memproses bahan nabati (berasal dari tanaman) atau hewani (dihasilkan oleh hewan). Proses
yang digunakan mencakup pengubahan dan pengawetan melalui perlakuan fisik atau kimiawi,
penyimpanan, pengemasan dan distribusi.

Produk Agroindustri ini dapat merupakan produk akhir yang siap dikonsumsi ataupun sebagai
produk bahan baku industri lainnya. Agroindustri merupakan bagian dari kompleks industri
pertanian mulai dari produksi bahan pertanian primer, industri pengolahan atau transformasi
sampai penggunaannya oleh konsumen.

Agroindustri merupakan kegiatan yang saling berhubungan (interlasi) produksi, pengolahan,


pengangkutan, penyimpanan, pendanaan, pemasaran dan distribusi produk pertanian.
Dari pandangan para pakar sosial ekonomi, agroindustri merupakan bagian dari lima subsistem
agribisnis yang disepakati, yaitu subsistem penyediaan sarana produksi dan peralatan, usaha tani,
pengolahan hasil, pemasaran, sarana dan pembinaan.
Dengan demikian Agroindustri mencakup Industri Pengolahan Hasil Pertanian (IPHP), Industri
Peralatan Dan Mesin Pertanian (IPMP) dan IndustriJasa Sektor Pertanian (IJSP).

Industri Hasil Pengolahan Hasil Pertanian (IPHP) dapat dibagi menjadi beberapa bagian sebagai
berikut :

1. IPHP Tanaman Pangan, termasuk di dalamnya adalah bahan pangan kaya karbohidrat,
palawija dan tanaman hortikultura.

2. IPHP Tanaman Perkebunan, meliputi tebu, kopi, teh, karet,kelapa, kelapa sawit,tembakau
cengkeh, kakao, vanili, kayu manis dan lain-lain.

3. IPHP Tanaman Hasil Hutan, mencakup produk kayu olahan dan non kayu seperti damar,
rotan, tengkawang dan hasil ikutan lainnya.

4. IPHP Perikanan, meliputi pengolahan dan penyimpanan ikan dan hasil laut segar,
pengalengan dan pengolahan, serta hasil samping ikan dan laut.
5. IPHP Peternakan, mencakup pengolahan daging segar, susu, kulit, dan hasil samping
lainnya.

Industri Peralatan dan Mesin Pertanian (IPMP) dibagi menjadi dua kegiatan sebagai berikut :

1. IPMP Budidaya Pertanian, yang mencakup alat dan mesin pengolahan lahan (cangkul,
bajak, traktor dan lain sebagainya).

2. IPMP Pengolahan, yang meliputi alat dan mesin pengolahan berbagai komoditas
pertanian, misalnya mesin perontok gabah, mesin penggilingan padi, mesin pengering
dan lain sebagainya.

Industri Jasa Sektor Pertanian (IJSP) dibagi menjadi tiga kegiatan sebagai berikut :

1. IJSP Perdagangan, yang mencakup kegiatan pengangkutan, pengemasan serta


penyimpanan baik bahan baku maupun produk hasil industri pengolahan pertanian.

2. IJSP Konsultasi, meliputi kegiatan perencanaan, pengelolaan, pengawasan mutu serta


evaluasi dan penilaian proyek.

3. IJSP Komunikasi, menyangkut teknologi perangkat lunak yang melibatkan penggunaan


komputer serta alat komunikasi modern lainya.

Dengan pertanian sebagai pusatnya, agroindustri merupakan sebuah sektor ekonomi yang
meliputi semua perusahaan, agen dan institusi yang menyediakan segala kebutuhan pertanian dan
mengambil komoditas dari pertanian untuk diolah dan didistribusikan kepada konsumen. Nilai
strategis agroindustri terletak pada posisinya sebagai jembatan yang menghubungkan antar
sektor pertanian pada kegiatan hulu dan sektor industri pada kegiatan hilir. Dengan
pengembangan agroindustri secara cepat dan baik, dapat meningkatkan jumlah tenaga kerja,
pendapatan petani, volume ekspor dan devisa, pangsa pasar domestik dan internasional, nilai
tukar produk hasil pertanian dan penyediaan bahan baku industri.

2) Kondisi Industri Pertanian Saat Ini

Kondisi pertanian di Indonesia kini terasa cukup memprihatinkan. Di mana Indonesia yang
dikenal sebagai negara agraris (negara yang maju pertaniannya), sekarang malah mengimpor
makanan pokoknya dari negara lain. Bukan hanya beras tetapi hasil pertanian lain pun
mengalami nasib yang demikian.

Indonesia adalah negara produsen beras ketiga dunia setelah China dan India. Kontribusi
Indonesia terhadap produksi beras dunia kira-kira sebesar 8,5% (51 juta ton). Produksi beras
Indonesia yang begitu tinggi tersebut belum bisa mencukupi kebutuhan penduduknya. Dilihat
dari semua aspek, kondisi Indonesia sendiri masih banyak kekurangan. Kekurangan tersebut
bukan semata berasal dari pemerintahannya saja tetapi penduduknya juga.

Faktor-faktor yang menyebabkan pemerintah Indonesia harus mengimpor beras dan hasil
pertanian lainnya diantaranya yaitu akibat meningkatnya jumlah penduduk yang tidak
terkendali,meskipun sudah ada program Keluarga Berencana dari pemerintah,namun tetap saja
kenaikan jumlah penduduk ini cukup tinggi. Dengan banyaknya penduduk, maka makanan
pokok yang dibutuhkan juga begitu banyak, sehingga hasil pertanian dalam negeri tidak
mencukupi untuk memenuhi kebutuhan penduduknya.

Selain itu faktor cuaca juga menentukan seberapa banyak hasil panen dalam bertani. Cuaca yang
tidak menentu, seperti pergeseran musim hujan dan musim kemarau menyebabkan petani
kesulitan dalam menetapkan waktu yang tepat untuk mengawali masa tanam, dengan benih
beserta pupuk yang digunakan sehingga tanaman yang ditanam mengalami pertumbuhan yang
tidak wajar dan mengakibatkan gagal panen. Peristiwa ini sering terjadi di hampir setiap daerah
di Indonesia dan membuat petani yang miskin semakin miskin karena kegagalan panen tersebut.
Diharapkan pemerintah juga memperhatikan nasib para petani yang sama memprihatinkannya
dengan kondisi pertaniannya. Semestinya adanya penyuluhan dan pembekalan pengetahuan
tentang pertanian kepada petani itu perlu dilakukan. Seperti bagaimana cara bertanam yang
bersahabat dengan alam dan menggunakan teknologi sehingga bertani memberikan banyak
keuntungan dibandingkan dengan kerugiannya, namun teknologinya pun yang tidak
membahayakan alam. Dan itu berlaku untuk kita semuanya, yaitu mengambil keuntungan tanpa
merusak alam. Sehingga keserasian dan keseimbangan alam pun terjaga, dan kita bisa hidup
sejahtera, serta memberikan jaminan hidup kepada para petani.

Masih ada beberapa faktor lagi yang membuat Indonesia harus mengimpor beberapa hasil
pertanian, seperti lahan pertanian yang semakin sempit. Kemajuan teknologi dan merabaknya
industri di Indonesia membuat pertanian yang menggunakan metode sederhana ini semakin
memudar keberadaanya. Persawahan yang membentang luas di tiap daerah kini mulai terkikis
tergantikan pabrik-pabrik yang mungkin kurang bersahabat dengan alam. Semestinya ada
pembatasan pendirian industri, agar laju perkembangan industri dan pertanian berjalan dengan
seimbang. Sehingga penggunaan barang industri dan hasil pertanian cukup untuk memakmurkan
rakyat.

3) Isu-isu Penting yang Pernah Terjadi di Industri Pertanian


dan Dipublikasikan.

a. Penyelundupan

Di tengah kerja keras petani, persoalan penyelundupan telah menghancurkan usaha mereka.
Kasus harga gula yang jatuh hingga Rp 2.600 per kilogram, padahal biaya produksi Rp 3.100 per
kilogram pada tahun 2002 menjadi bukti bahwa petani dibiarkan menghadapi produk ilegal.
Kasus penyelundupan beras yang semula selalu dibantah oleh pejabat pemerintah yang ternyata
banyak terjadi, menyebabkan petani padi di berbagai daerah tidak bisa lagi menikmati harga
dasar sebesar Rp 1.725 per kilogram gabah kering giling seperti yang ditentukan pemerintah.
Tidak perlu menunggu 100 hari untuk menuntaskan kasus ini. Dua kasus, yaitu penyelundupan
73.000 ton gula pada tahun 2004 dan penyelundupan beras sebanyak 60.000 ton, bisa
diselesaikan kurang dari 100 hari. Bila dua kasus ini dituntaskan dengan menangkap seluruh
pelaku, ini menjadi sinyal positif bagi petani. Tanpa banyak mengeluarkan anggaran, penuntasan
kasus ini akan meningkatkan gairah petani dalam memproduksi sejumlah komoditas pertanian.
Penuntasan kasus ini juga menjadi tolak ukur sejauh mana penindakan penyelundupan di negeri
ini. Bila didiamkan, penyelundup akan kebal. Akibatnya, penyelundupan akan lebih marak lagi.
Belajar dari pemerintahan yang lalu, penuntasan kasus ini sangat membutuhkan koordinasi di
antara anggota kabinet, mulai dari Menteri Keuangan yang membawahi Bea dan Cukai,
kepolisian, hingga kejaksaan.

b. Konversi lahan

Pertumbuhan penduduk yang cepat diikuti dengan kebutuhan perumahan menjadikan lahan-
lahan pertanian menciut di berbagai daerah. Lahan petani yang sempit makin terfragmentasi
akibat kebutuhan perumahan dan lahan industri. Di sisi lain, daya tarik sektor pertanian yang
terus menurun menjadikan petani cenderung melepas kepemilikan lahannya. Petani lebih
memilih bekerja di sektor informal dibandingkan dengan bertahan di sektor pertanian. Pelepasan
kepemilikan lahan itu cenderung diikuti dengan alih fungsi lahan. Beberapa waktu yang lalu
pemerintah telah memberi perhatian pada masalah ini. Salah satu yang penting dan diperlukan
dalam masalah ini adalah data kecepatan konversi lahan per tahun. Dari data ini bisa
diperkirakan dampak-dampak konversi itu.

Bukan hanya itu, kebijakan pemerintah lainnya juga bisa terarah, seperti kebijakan pembangunan
perumahan dan kebijakan pembangunan jalan raya. Selama ini perumahan dan jalan raya mudah
sekali mengambil lahan pertanian kelas satu atau yang beririgasi teknis. Masalah konversi lahan
juga bisa teratasi bila pemerintah daerah sangat ketat dalam hal penataan ruang. Pemerintah
daerah harus tegas melarang pembangunan perumahan dan industri yang hendak menggunakan
lahan di kawasan pertanian.

c. Penyakit hewan

Masalah peternakan kadang disepelekan. Dengan perkembangan perdagangan dunia yang diikuti
dengan makin meningkatnya lalu lintas produk pertanian antarnegara, masalah penyakit hewan
makin perlu dicermati. Ketegasan pemerintah dan pengetahuan yang mencukupi mengenai
masalah perdagangan internasional diperlukan dalam menghambat masuknya berbagai jenis
penyakit hewan dari luar negeri. Wabah penyakit mulut dan kuku, flu burung, dan penyakit sapi
gila di beberapa negara cukup menjadi pelajaran yang berharga bagi kita bahwa penyakit itu
telah menghancurkan pertanian sejumlah negara. Ketegasan pemerintah untuk menolak berbagai
produk pertanian yang diduga membawa penyakit sangat diperlukan karena Indonesia
merupakan satu di antara lima negara di dunia yang bebas penyakit mulut dan kuku serta sapi
gila. Keraguan pemerintah kadang menjadi bulan-bulanan sejumlah oknum pengusaha untuk
memaksakan produk itu tetap masuk.

Kerugian yang sangat besar dialami oleh sejumlah negara Eropa karena diserang penyakit itu. Di
masa mendatang berbagai penyakit baru sangat mungkin akan muncul. Lembaga karantina yang
kuat sangat dibutuhkan. Dari berbagai perbincangan dengan sejumlah petugas karantina di
lapangan diketahui jumlah tenaga dan alat masih jauh dari cukup. Akan tetapi, kekurangan itu
masih bisa diatasi dengan ketegasan dari pemerintah yang menolak produk tersebut. Petugas
karantina di lapangan bisa berdiri tegak dan percaya diri bila tidak ada kongkalikong antara
oknum pengusaha dan pejabat pemerintah.

d. Produk impor

Berbagai produk pertanian impor telah masuk ke negeri ini. Sangat diperlukan sikap dan
pandangan pemerintah mengenai produk-produk ini. Sikap dan pandangan ini akan memberi visi
yang jelas bagi dunia usaha, peneliti, dan Departemen Pertanian dalam menjalankan kegiatan.

Isu-isu produk impor sangat sensitif bagi petani. Akan tetapi, melarangnya secara total juga akan
mempersulit diplomasi perdagangan internasional. Serangan balik akan diterima jika tidak
berhati-hati dalam melakukan pelarangan. Apa pun yang diputuskan harus memberi gambaran
yang jelas bagi semua pihak yang disertai dengan berbagai keuntungan dan risikonya.
Keberanian pemerintah untuk membuat keputusan sangat diperlukan. Contoh yang jelas adalah
dikeluarkannya kebijakan pengaturan impor gula dan penutupan impor beras yang dilakukan
Depperindag beberapa waktu yang lalu.

Semula kebijakan itu dikhawatirkan akan dipermasalahkan oleh Organisasi Perdagangan Dunia
(WTO), tetapi ternyata hingga sekarang tidak ada anggota WTO yang mempermasalahkan
langkah berani pemerintah itu. Di sisi lain harus disadari oleh semua pihak, beberapa produk
pertanian untuk sementara memang harus diimpor karena keterbatasan kita. Kajian-kajian yang
mendalam untuk sejumlah komoditas, seperti impor sapi, impor gula, impor jagung, impor
kedelai, impor buah-buahan, harus dilakukan.

e. Kekeringan

Isu sensitif lainnya di sektor pertanian adalah kekeringan. Di kalangan media massa, isu
kekeringan kerap kali menjadi isu yang seksi sehingga begitu muncul kekeringan di suatu daerah
gampang sekali diangkat menjadi isu yang besar. Padahal, kerap kali isu kekeringan hanyalah isu
lokal. Meski demikian, pemerintah harus melihat kenyataan rusaknya lingkungan di daerah
tangkapan air sedemikian parah telah menjadikan kekeringan makin parah, hingga tanpa
penyimpangan iklim pun kekeringan sudah sangat parah. Lihat saja kekeringan tahun lalu di atas
400.000 hektar dengan lahan puso sekitar 100.000 hektar, padahal pada waktu itu tidak terjadi
penyimpangan.

Pemerintah tidak perlu menutup-nutupi kasus kekeringan. Cara-cara lama menutupi sebuah
kasus dengan tujuan menenangkan rakyat tidak perlu lagi dilakukan. Keterbukaan dalam kasus
ini yang diikuti dengan sejumlah upaya yang akan dilakukan pemerintah akan menenangkan
petani dan masyarakat. Jaminan pasokan pangan perlu dikedepankan karena sering terjadi isu
kekeringan dimanfaatkan oleh spekulan untuk menimbun ataupun mengimpor secara besar-
besaran sejumlah produk pertanian. Di sisi lain, keterbukaan soal kekeringan sedini mungkin
akan menumbuhkan inovasi di kalangan petani. Di banyak daerah sudah terbukti petani secara
swadaya akan berusaha mengurangi dampak kekeringan, seperti mengusahakan pompa dan
mempercepat penanaman.

f. Bioteknologi

Isu bioteknologi, lebih tepatnya isu produk transgenik, dalam bidang pertanian akan makin
muncul ke permukaan. Kasus kapas transgenik beberapa waktu lalu telah menjadikan isu produk
transgenik menjadi sangat sensitif dan melenceng. Kesalahan-kesalahan prosedur yang disertai
dugaan suap telah membuat perdebatan terkait produk-produk transgenik menjadi tidak
produktif.

Pemerintah perlu membuka kembali kasus kapas transgenik ini untuk memperlihatkan kepada
publik tentang persoalan yang sebenarnya. Apalagi perusahaan yang mengembangkan kapas itu
telah melaporkan adanya sejumlah dugaan suap dan penyalahgunaan dana dalam kasus itu. Ini
diperlukan agar perdebatan produk transgenik menjadi perdebatan yang sehat, yaitu perdebatan
mengenai kemungkinan untung dan ruginya. Sebagian besar lembaga swadaya masyarakat
menolak introduksi produk ini. Di sisi lain, akibat persoalan pangan telah menjadikan sejumlah
negara membuka terhadap produk ini. Paling tidak China dan Thailand telah memperbolehkan
pengembangan produk ini. Untuk itulah transparansi dan ketegasan sikap dari pemerintah
diperlukan dalam membuat pilihan kebijakan menyangkut produk transgenik.

g. Isu lainnya

Berbagai isu lainnya masih akan mewarnai sektor pertanian pada beberapa tahun mendatang. Isu
perdagangan internasional dan perjuangan di forum dunia menjadi salah satu kunci penting bagi
perlindungan sektor pertanian. Banyak negara mengambil pilihan melindungi petani dalam
negeri daripada membiarkannya masuk pasar bebas.

Persoalan harga dasar gabah, kelangkaan pupuk, banjir, tekanan produk impor juga masih akan
menjadi persoalan bagi petani. Sengketa perdagangan internasional terkait produk pertanian juga
bisa muncul. Kurangnya ketertarikan tenaga kerja muda di sektor pertanian pun mulai muncul.
Generasi muda cenderung meninggalkan sektor pertanian, untuk itu mekanisasi pertanian perlu
menjadi alternatif pemecahan.

4) Analisis Lingkungan Usaha PT.Tunas Baru Lampung Tbk.

5) Nama-nama Perusahaan yang Berada di Industri


Pertanian

Jumlah perusahaan yang berada di industri pertanian yang tercantum dalam Bursa Efek
Indonesia ada 16 perusahaan.
Berikut adalah nama-nama perusahaan yang berada di Industri pertanian :

Tanggal
Kode Nama perusahaan
No. pencatatan

1. IDX: AALI Astra Agro Lestari 09 Desember 1997

2. IDX: BISI BISI International 28 Mei 2007

3. IDX: BTEK Bumi Teknokultura Unggul 14 Mei 2004

4. IDX: BWPT BW Plantation 27 Oktober 2009

5. IDX: CPRO Central Proteinaprima 28 November 2006

6. IDX: DSFI Dharma Samudera Fishing Industries 24 Maret 2000

7. IDX: GZCO Gozco Plantations 15 Mei 2008

8. IDX: IIKP Inti Kapuas Arowana 20 Oktober 2002

9. IDX: JAWA Jaya Agra Wattie 30 Mei 2011

10. IDX: LSIP PP London Sumatra Indonesia 05 Juli 1996

11. IDX: SGRO Sampoerna Agro 18 Juni 2007

12. IDX: SIMP Salim Ivomas Pratama 09 Juni 2011

13. IDX: SMAR SMART 20 November 1992

14. IDX: SSMS Sawit Sumbermas Sarana 12 Desember 2013

15. IDX: TBLA Tunas Baru Lampung 14 Februari 2000

16. IDX: UNSP Bakrie Sumatera Plantations 06 Maret 1990


BAB II
GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

Nama : Tunas Baru Lampung Tbk


Kode : TBLA
Alamat Kantor : Wisma Budi Lt. 8-9 Jl. HR. Rasuna Said Kav.C-6 Jakarta
Alamat Email : cs@tunasbarulampung.com;hardy.tbl@sungaibudi.com
No. Telepon : 021-5213383, 5225868
Faks : 021-5213282, 5213392, 5205829
NPWP : 01.139.219.8-054.000
NPKP :0
Situs : http://www.tunasbarulampung.com
Tanggal IPO :-
Papan : UTAMA

Bidang Usaha Utama : Agriculture Plantation

Sektor : AGRICULTURE
Sub Sektor : PLANTATION

Biro Administrasi Efek : PT. Adimitra Jasa Korpora

Sekretaris Korporat
Nama Email No. Telepon
Bapak Hardy cs@tunasbarulampung.com;hardy.tbl@sungaibudi.com 021-5213383, 5225868

Direktur
Nama Direktur Jabatan Direktur Terafiliasi
Widarto PRESIDEN DIREKTUR Yes
Sudarmo Tasmin WAKIL PRESIDEN DIREKTUR Yes
Djunaidi Nur DIREKTUR Yes
Winoto Prajitno DIREKTUR Yes
Oey Alfred DIREKTUR Yes
Teow Soi Eng DIREKTUR No

Komisaris
Nama Komisaris Jabatan Komisaris Independen
Santoso Winata PRESIDEN KOMISARIS No
Oey Albert KOMISARIS No
Richtter Pane KOMISARIS Yes

Komite Audit
Nama Komite Audit Jabatan Komite Audit
Justinus Adiyta Sidharta KETUA
Sukanda Wiradinata ANGGOTA
Rini Sari Widjaja ANGGOTA

Pemegang Saham
Nama Pemegang Saham Tipe Saham Jumlah Saham Persentase Saham
PT Sungai Budi Lebih dari 5% 1.414.929.596 26,49 %
PT Budi Delta Swakarya Lebih dari 5% 1.485.296.896 27,8 %
Kurang dari 5% 2.419.167.447 45,28 %
Saham Treasury 22.705.000 0,43 %
Saham Treasury 0 0%
Widarto Direksi 2.338.000 0,04 %
Santoso Winata Komisaris 2.338.000 0,04 %

Anak Perusahaan
Nama Anak Perusahaan Bidang Usaha Total Aset Persentase
PT SOLUSI JAYA PERKASA PENGOLAHAN KELAPA SAWIT 23.036 90 %
PT AGRO BUMI MAS PENGOLAHAN MINYAK SAWIT 695.075 90 %
PT BUDI DWIYASA
PERKEBUNAN KELAPA SAWIT 479.609 99,99 %
PERKASA
PT BUMI PERKASA
PERKEBUNAN KELAPA SAWIT 438.877 73,94 %
GEMILANG
PT DINAMIKA GRAHA
PERKEBUNAN KELAPA SAWIT 15.273 0%
SARANA
PT SAMORA USAHA JAYA PERKEBUNAN KELAPA SAWIT 69.402 0%
PT SURYA ANDALAN
PERKEBUNAN KELAPA SAWIT 128.114 90 %
PRIMATAMA
PT. BUMI SENTOSA ABADI
PERKEBUNAN KELAPA SAWIT 39.456 99,97 %
PT BANGUN NUSA INDAH PERKEBUNAN KELAPA SAWIT DAN
678.609 99,99 %
LAMPUNG HIBRIDA
PT BUDINUSA PERKEBUNAN KELAPA SAWIT DAN
131.858 98 %
CIPTAWAHANA HOLTIKULTURA
PT BANGUN PERKEBUNAN KELAPA SAWIT DAN
467.885 99,71 %
TATALAMPUNG ASRI REAL ESTAT
PERKEBUNAN SAWIT, NANAS DAN
PT ADIKARYA GEMILANG 2.237.317 99,75 %
TEBU
Visi
Menjadi produsen minyak goreng nabati dan turunannya yang terintegrasi penuh dengan biaya
produksi yang rendah dan ramah lingkungan.

Misi

Mencari dan mengembangkan peluang pertumbuhan yang terintegrasi di bisnis inti kami
dengan tetap menjaga pengeluaran biaya yang terkontrol.

Ikut berpartisipasi dalam peningkatan kualitas hidup masyarakat sekitar bisnis unit.

Menjaga dan mempromosikan standar lingkungan hidup yang baku di dalam segala aspek
pengembangan, produksi serta pengolahan dengan menerapkan standar GMP dan GAP.

Mengembangkan tim manajemen yang professional yang berintegritas tinggi dan


didukung oleh sumber daya manusia yang terampil dan termotivasi.

PT.Tunas Baru Lampung Tbk. merupakan perseroan yang bergerak dalam bidang usaha jasa dan
usaha penjualan barang yang dibutuhkan oleh setiap anggotanya. Perusahaan ini didirikan pada
tahun 1973 dan menjadi salah satu anggota dari Sungai Budi Group, salah satu perintis industri
pertanian di Indonesia yang didirikan pada tahun 1947. TBLA berdiri karena keinginan
mendukung pembangunan negara dan memanfaatkan keunggulan kompetitif Indonesia di bidang
pertanian. PT. Tunas Baru Lampung Tbk terdaftar di Bursa Efek Jakarta pada tanggal 14
Februari 2000. Saat ini, Sungai Budi Group adalah salah satu pabrikan dan distributor produk
konsumen berbasis pertanian terbesar di Indonesia.

PT Tunas Baru Lampung Tbk mulai beroperasi di Lampung pada awal tahun 1975, sejak itu
perusahaan ini telah berkembang menjadi salah satu produsen minyak goreng terbesar dan
termurah yang selama bertahun-tahun mendapatkan pangsa pasar dengan cepat, perusahaan ini
telah meningkatkan kapasitas produksinya di Lampung dan Sumatera Selatan, di mana saat ini
telah memiliki pangsa pasar sekitar 60%.

Perusahaan ini juga memasuki pasar baru pada tahun 1996 di Jawa Timur dengan mengakuisisi
pabrik penyulingan minyak goreng. Perusahaan melihat ini sebagai pintu gerbang menuju Pasar
Indonesia Bagian Timur lainnya seperti Kalimantan, Bali, Lombok, Maluku, dan Irian Jaya.
Sejak akuisisi,peruahaan ini telah meningkatkan efisiensi penyulingan di Jawa Timur dan
memperluas kapasitas produksinya pada tahun 1999.

Perusahaan juga telah meningkatkan kapasitas produksi dari penyulingan dan membangun pabrik
CPO kedua di Lampung dari hasil Initial Public Offering, dimulai di tahun 2000. Sejak bertahun-
tahun lalu, Perusahaan telah berencana memasuki bisnis gula . Bisnis ini akan menjadi bisnis
yang terintegrasi, dari perkebunan tebu hingga pabrik gula dan penyulingan gula.

Bidang usaha PT.Tunas Baru Lampung Tbk adalah :


1. Bidang Perkebunan dan Perindustrian

Kegiatan Perusahaan terutama meliputi bidang perkebunan dan perindustrian. Dalam bidang
perkebunan, perusahaan memiliki perkebunan kelapa sawit dan melakukan pengolahannya
sendiri.

Bidang Perkebunan dan Perindustrian menghasilkan beberapa produk yang terdiri dari :

a. Minyak goreng sawit ( Palm Cooking Oil )

b. Minyak sawit (Crude Palm Oil atau CPO)

c. Minyak Inti Sawit ( Palm Kernel Oil atau PKO )

d. Asam Lemak Kelapa Sawit ( Palm Fatty Acid atau PFAD )

e. Bungkil Sawit ( Palm Expeller )

f. Stearin ( Stearine )

g. Sabun ( Soaps )

h. Tandan buah segar ( Fresh Fruit Bunches atau FFB )

i. Jeruk ( Orange )

j. Nenas ( Pineaple )

2. Bentuk Usaha sebagai pedagang eksportir dan importir

Selain menjadi pemasok utama dalam pasar domestic yang berkembang cepat, PT Tunas Baru
Lampung Tbk juga berupaya menciptakan pasar ekspor dan impor.

a. Lokal ( Domestic )

Minyak goreng sawit ( Palm Cooking Oil )

Sabun ( Soaps )

Tandan buah segar ( Fresh Fruit Bunches atau FFB )

Stearin ( Stearine )

Jeruk ( Orange )
Nenas ( Pineaple )

b. Luar Negeri ( ekspor )

Minyak sawit (Crude Palm Oil atau CPO)

Minyak Inti Sawit ( Palm Kernel Oil atau PKO )

Stearin ( Stearine )

Asam Lemak Kelapa Sawit ( Palm Fatty Acid atau PFAD )

Sabun ( Soaps )

Bungkil Sawit ( Palm Expeller )

BAB III

ANALISIS KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN


PT. TUNAS BARU LAMPUNG Tbk.

1) PERBANDINGAN NILAI ASSET DAN HUTANG + MODAL


SENDIRI SELAMA 5 TAHUN
Jika dilihat dari hasil perbandingan yang didapat antara asset dan hutang + modal selama 5 tahun
berturut-turut, dapat disimpulkan bahwa PT. Tunas Baru Lampung Tbk mengalami kenaikan
dalam total asset, utang serta modalnya setiap tahun.
Dimana pada tahun 2015, total asset mengalami kenaikan sebesar 26,68%, utang 31,40%, dan
modal 17,30 %.
Pada tahun 2014, total total asset mengalami kenaikan sebesar 17,97% utang 10,37% dan modal
36,65%.
Pada tahun 2013, total total asset mengalami kenaikan sebesar 19,52% utang 28,46% dan modal
2,06 %.
Sedangkan pada tahun 2012, total total asset mengalami kenaikan sebesar 22,45% utang 30,36%
dan modal 9,47%.

Kenaikan total asset ini disebabkan karena adanya kenaikan utang dan modal setiap tahunnya.

2) ANALISIS MODAL KERJA BERSIH


Modal kerja bersih adalah kelebihan asset lancar terhadap utang lancar.
Modal kerja sebaiknya tersedia dalam jumlah yang cukup agar memungkinkan perusahaan untuk
beroperasi secara ekonomis dan tidak mengalami kesulitan keuangan, misalnya dapat menutup
kerugian dan mengatasi keadaan krisis atau darurat tanpa membahayakan keadaan keuangan
perusahaan.

Pada modal kerja bersih PT. Tunas Baru Lampung Tbk dapat kita lihat bahwa terdapat asset
lancar yang lebih besar daripada utang lancar , hal ini menunjukkan tingkat keamanan bagi
kreditur jangka pendek serta menjamin kelangsungan usaha PT. Tunas Baru Lampung Tbk
dimasa mendatang.

3) ANALISIS PERBANDINGAN PENJUALAN BERSIH, LABA USAHA,


DAN LABA BERSIH

4) ANALISIS RASIO DAN TREND


a. RASIO LIKUIDITAS
Current ratio
Current Ratio dari PT. Tunas Baru Lampung Tbk memiliki trend yang
berfluktuatif dimana pada tahun 2011 ke tahun 2012 sangat signifikan
kenaikannya yaitu 14.389%. Tahun 2012 ke tahun 2013 mengalami penurunan
sebesar 14.526% dan menurun ditahun 2014 sebesar 2% serta mengalami
kenaikan lagi ditahun 2015 sebesar 6%.

Jika dirata-ratakan, current rasio PT. Tunas Baru Lampung Tbk dalam 5 tahun
terakhir adalah 30,01 atau 3001%.
Meskipun cenderung berfluktuatif, angka Current Ratio PT. Tunas Baru Lampung
Tbk ini termasuk tinggi karena setiap Rp1 utang lancar dijamin oleh Rp 30,01
aktiva lancar. Jadi, kreditur jangka pendek tidak perlu khawatir jika ia ingin
memberikan pinjaman dana kepada perusahaan karena kemungkinan terjadinya
kredit macet sangatlah kecil. Namun, dalam segi manajemen aktiva lancarnya,
perlu pembenahan lagi karena pada umumnya nilai current ratio antara 1-2. Jika
diatas nilai tersebut berarti perusahaan kurang efektif dalam memanajemen aktiva
lancarnya untuk dijadikan perputaran return dalam hal investasi.

Quick Ratio
Quick Ratio dari perusahaan PT. Tunas Baru Lampung Tbk memiliki trend yang
memburuk dimana pada tahun 2011 ke tahun 2012 sangat signifikan kenaikannya
yaitu 10.357%. Tahun 2012 ke tahun 2013 mengalami penurunan yang drastis
sebesar 10.382% kemudian menurun lagi ditahun 2014 sebesar 3% dan semakin
menurun pada tahun 2015 sebesar 1%.

Jika dirata-ratakan, quick rasio PT. Tunas Baru Lampung Tbk dalam 5 tahun
terakhir adalah 21,57 atau 2.157%.
Meskipun cenderung memburuk, angka Quick Ratio PT. Tunas Baru Lampung
Tbk ini termasuk tinggi karena setiap Rp1 hutang lancar diluar persediaan,
dijamin oleh Rp 21,57 aktiva lancar diluar persediaan.
Hal ini berarti, PT. Ace Hardware Indonesia Tbk lumayan efektif dalam
memanajemen persediaannya karena tidak terlalu banyak persediaan yang
bertumpuk dalam gudang untuk dijual di tahun mendatang agar menjadi kas atau
piutang.

Cash Ratio

Cash Ratio dari perusahaan PT. Tunas Baru Lampung Tbk memiliki trend yang
memburuk dimana pada tahun 2011 ke tahun 2012 sangat signifikan kenaikannya
yaitu 3.396%. Tahun 2012 ke tahun 2013 mengalami penurunan yang drastis
sebesar 3.407% dan menurun lagi ditahun 2014 sebesar 9% kemudian semakin
menurun di tahun 2015 sebesar 9%.

Jika dirata-ratakan, Cash Rasio PT. Tunas Baru Lampung Tbk dalam 5 tahun
terakhir adalah 7,07 atau 707 %.
Meskipun cenderung memburuk, angka Cash Ratio PT. Tunas Baru Lampung Tbk
ini termasuk baik karena setiap Rp1 hutang lancar dijamin oleh Rp7,07 kas dan
setara kas. Jadi, kreditur jangka pendek tidak perlu khawatir jika ia ingin
memberikan pinjaman dana kepada perusahaan karena kemungkinan terjadinya
kredit macet kecil.

b. RASIO AKTIVITAS

Perputaran Piutang (ARTO)

Perputaran Piutang dari PT. Tunas Baru Lampung Tbk memiliki trend yang
memburuk dimana pada tahun 2011 ke tahun 2012 mengalami penurunan
sebanyak 5,78 kali. Tahun 2012 ke tahun 2013 turun lagi sebanyak 0,98 kali dan
turun lagi ditahun 2014 sebanyak 0,12 kali dan semakin menurun ditahun 2015
sebanyak 2,12 kali

Jika dirata-ratakan, Perputaran Piutang PT. Tunas Baru Lampung Tbk dalam 5
tahun terakhir adalah 9,81 kali.
Hal ini cukup buruk karena piutang dalam satu tahun rata-rata berputarnya hanya
9,81 atau 10 kali. Perputaran piutang yang tidak sering akan sulit dalam penjualan
sehingga sulit dalam menambah laba perusahaan.

Rata-Rata Umur Piutang (ACP)

Rata-rata umur piutang dari PT. Tunas Baru Lampung Tbk memiliki trend yang
memburuk dimana pada tahun 2011 ke tahun 2012 naik 13,88 hari. Tahun 2012 ke
tahun 2013 mengalami kenaikan sebesar 4 hari dan naik 0,55 hari ditahun 2014
kemudian naik lagi di tahun 2015 sebesar 13,6 hari.
Jika dirata-ratakan, Rata-rata umur piutang PT. Tunas Baru Lampung Tbk dalam 5
tahun terakhir adalah 39,73 atau 40 hari.
Hal ini lumayan buruk karena diperlukan waktu 40 hari untuk menjadikan piutang
menjadi kas.

Perputaran Persediaan (ITO)

Perputaran Persediaan dari PT. Tunas Baru Lampung Tbk memiliki trend yang
berfluktuatif dimana pada tahun 2011 ke tahun 2012 turun 1,77 kali. Tahun 2012
ke tahun 2013 mengalami penurunan sebesar 1.15 kali dan naik ditahun 2014
sebesar 1.92 kali kemudian mengalami penurunan ditahun 2015 sebesar 1,98 kali.
Jika dirata-ratakan, Perputaran Persediaan PT. Tunas Baru Lampung Tbk dalam 5
tahun terakhir adalah 5,9 kali.

Hal ini buruk karena persediaan dalam satu tahun rata-rata berputarnya hanya 5,9
atau 6 kali. Sehingga banyak terjadinya penumpukan persediaan dikarenakan
perputaran piutang yang jarang sehingga akan dapat menambah biaya persediaan
perusahaan yang berimbas pada penurunan laba.

Umur Persediaan (ADI)

Umur Persediaan dari PT. Tunas Baru Lampung Tbk memiliki trend yang
berfluktuatif dimana pada tahun 2011 ke tahun 2012 naik 14,24 hari. Tahun 2012
ke tahun 2013 naik lagi sebesar 15,04 hari dan turun ditahun 2014 sebesar 22,14
kemudian mengalami kenaikan ditahun 2015 sebesar 23,07 hari.

Jika dirata-ratakan, Umur Persediaan PT. Tunas Baru Lampung Tbk dalam 5
tahun terakhir adalah 63,34 atau 63 hari.
Hal ini buruk karena diperlukan waktu 63 hari untuk menjadikan persediaan
menjadi kas.

Perputaran Aktiva Tetap (FATO)

Perputaran Aktiva Tetap dari PT. Tunas Baru Lampung Tbk memiliki trend yang
berfluktuatif dimana pada tahun 2011 ke tahun 2012 turun yaitu 0,26 kali. Tahun
2012 ke tahun 2013 turun sebesar 0,31 kali dan naik ditahun 2014 sebesar 0,41
kali serta mengalami penurunan lagi ditahun 2015 sebesar 0,55 kali.

Jika dirata-ratakan, Perputaran Aktiva Tetap PT. Tunas Baru Lampung Tbk dalam
5 tahun terakhir adalah 1,24 kali.
Hal ini berarti kemampuan PT. Tunas Baru Lampung Tbk menghasilkan
penjualan berdasarkan aktiva tetap yang dimiliki adalah 1,24 kali dalam satu
tahun.

Perputaran Total Aktiva (TATO)


Perputaran Aktiva dari PT. Tunas Baru Lampung Tbk memiliki trend yang
berfluktuatif dimana pada tahun 2011 ke tahun 2012 turun 0,15 kali. Tahun 2012
ke tahun 2013 turun 0,13 kali dan naik ditahun 2014 sebesar 0,26 kali serta
mengalami penurunan lagi ditahun 2015 sebesar 0,29 kali.

Jika dirata-ratakan, Perputaran Aktiva PT. Tunas Baru Lampung Tbk dalam 5
tahun terakhir adalah 0,73 kali.
Hal ini berarti kemampuan PT. Tunas Baru Lampung Tbk menghasilkan
penjualan berdasarkan aktiva yang dimiliki adalah 0,73 kali dalam satu tahun.
Hal ini lumayan buruk karena dengan aktiva saja perusahaan hanya dapat
menghasilkan penjualan yang akan mendorong laba sebesar 0,73 kali.

c. RASIO SOLVABILITAS

Debt Ratio

Debt Ratio dari PT. Tunas Baru Lampung Tbk memiliki trend yang berfluktuatif
dimana pada tahun 2011 ke tahun 2012 naik 4%. Tahun 2012 ke tahun 2013
mengalami kenaikan sebesar 5% dan turun ditahun 2014 sebesar 4% serta
mengalami kenaikan ditahun 2015 sebesar 2%.

Jika dirata-ratakan, Debt Ratio PT. Tunas Baru Lampung Tbk dalam 5 tahun
terakhir adalah 0,67 atau 67%.
Hal ini baik karena PT. Tunas Baru Lampung Tbk menggunakan dana dari
kreditur jangka panjangnya 67% dari total pendanaanya atau setiap Rp1 asset,di
danai oleh Rp0,67 utang.
Dengan demikian resiko yang dihadapi perusahaan dalam membayar utang jangka
panjang dan bunganya tidak terlalu besar. Sehingga kreditur jangka panjang tak
perlu khawatir dalam meminjamkan dananya.

Equity Ratio

Equity Ratio dari PT. Tunas Baru Lampung Tbk memiliki trend yang berfluktuatif
dimana pada tahun 2011 ke tahun 2012 turun yaitu 4%. Tahun 2012 ke tahun
2013 mengalami penurunan sebesar 5% dan naik ditahun 2014 sebesar 4% serta
mengalami penurunan ditahun 2015 sebesar 2%.

Jika dirata-ratakan, Equity Ratio PT. Tunas Baru Lampung Tbk dalam 5 tahun
terakhir adalah 0,33 atau 33%.
Hal ini baik karena PT. Tunas Baru Lampung Tbk menggunakan dana dari modal
sendiri 33% dari total pendanaanya atau setiap Rp1 asset,di danai oleh Rp0,33
modal sendiri.
Dengan demikian resiko yang dihadapi perusahaan dalam membayar utang jangka
panjang dan bunganya sangat kecil. Sehingga kreditur jangka panjang tak perlu
khawatir dalam meminjamkan dananya.
Dept To Equity Ratio

Debt to Equity Ratio dari PT. Tunas Baru Lampung Tbk memiliki trend yang
berfluktuatif dimana pada tahun 2011 ke tahun 2012 naik 31%. Tahun 2012 ke
tahun 2013 mengalami kenaikan sebesar 51% dan turun ditahun 2014 sebesar
47% serta mengalami kenaikan ditahun 2015 sebesar 24%.

Jika dirata-ratakan, Debt to Equity Ratio PT. Tunas Baru Lampung Tbk dalam 5
tahun terakhir adalah 2,05 atau 205 %.
Hal ini berarti persentase penyediaan dana oleh pemegang saham terhadap
pemberi pinjaman sebesar 205% atau Rp1 Equity menjamin Rp2,05 utang.

Tie Ratio

TIE Ratio dari perusahaan PT. Tunas Baru Lampung Tbk memiliki trend yang
berfluktuatif dimana pada tahun 2011 ke 2012 mengalami kenaikan sebesar 2,46.
Tahun 2012 ke tahun 2013 naik sebesar 1,78 dan turun ditahun 2014 sebesar 1,86
serta mengalami kenaikan di tahun 2015 sebesar 1,14

Jika dirata-ratakan, TIE Rasio PT. Tunas Baru Lampung Tbk dalam 5 tahun
terakhir adalah -3,71
Hal ini berarti setiap Rp1 Beban Bunga dijamin oleh Rp-3,71 EBIT.
Hal ini sangat buruk karena perusahaan tidak mampu dalam membayar beban
bunganya.

Fixed Charge Leverage Ratio (FCC)

Fixed Charge Leverage Ratio dari PT. Tunas Baru Lampung Tbk memiliki trend
yang berfluktuatif dimana pada tahun 2011 ke 2012 mengalami kenaikan sebesar
2,46. Tahun 2012 ke tahun 2013 mengalami kenaikan sebesar 1,78 dan turun di
tahun 2014 sebesar 1,86 . Kemudian naik di tahun 2015 sebesar 1,14

Jika dirata-ratakan, Fixed Charge Leverage Ratio PT. Tunas Baru Lampung Tbk
dalam 5 tahun terakhir adalah -2,71
Hal ini berarti kemampuan PT. Tunas Baru Lampung Tbk membayar biaya
tetapnya dengan menggunakan EBIT sebesar -2,71 kali.
Hal ini sangat tidak bagus karena PT. Tunas Baru Lampung Tbk tidak akan
mampu membayar bunga bank.

d. RASIO PROFITABILITAS

Gross Profit Margin (GPM)

Gross Pofit Margin dari PT. Tunas Baru Lampung Tbk memiliki trend yang
cenderung memburuk dimana pada tahun 2011 ke tahun 2012 turun 6%. Tahun
2012 ke tahun 2013 turun sebesar 1% dan pada tahun 2014 turun lagi sebesar 6%
kemudian mengalami kenaikan ditahun 2015 sebesar 2%.

Jika dirata-ratakan, Gross Pofit Margin PT. Tunas Baru Lampung Tbk dalam 5
tahun terakhir adalah 0,26 atau 26%.
Hal ini berarti kemampuan PT. Tunas Baru Lampung Tbk menghasilkan laba
kotor dari penjualan adalah sebesar 26% atau jumlah laba kotor 26% dari volume
penjualan. Hal ini baik karena diatas 10%.

Operating Profit Margin (OPM)

Operating Pofit Margin dari PT. Tunas Baru Lampung Tbk memiliki trend yang
memburuk dimana pada tahun 2011 ke tahun 2012 turun 3%. Tahun 2011 sampai
2014 tidak ada terjadi perubahan, kemudian mengalami penurunan pada tahun
2015 sebesar 2% .

Jika dirata-ratakan, Operating Pofit Margin PT. Tunas Baru Lampung Tbk dalam
5 tahun terakhir adalah 0,13 atau 13%.
Hal ini berarti kemampuan PT. Tunas Baru Lampung Tbk menghasilkan EBIT
dari penjualan adalah sebesar 13% atau jumlah EBIT 13% dari volume penjualan.
Meskipun memiliki trend yang memburuk, namun OPM PT. Tunas Baru
Lampung Tbk digolongkan baik karena masih bisa mencapai angka 10%.

Net Profit Margin (NPM)

Net Pofit Margin dari PT. Tunas Baru Lampung Tbk memiliki trend yang
berfluktuatif dimana pada tahun 2011 ke tahun 2012 turun 5%. Tahun 2012 ke
tahun 2013 turun sebesar 4% dan naik ditahun 2014 sebesar 5% serta mengalami
penurunan ditahun 2015 sebesar 3%.

Jika dirata-ratakan, Net Pofit Margin PT. Tunas Baru Lampung Tbk dalam 5 tahun
terakhir adalah 0,06 atau 6%.
Hal ini berarti kemampuan PT. Tunas Baru Lampung Tbk menghasilkan EAT dari
penjualan adalah sebesar 6% atau jumlah EAT 6% dari volume penjualan.
Hal ini digolongkan buruk karena tidak bisa mencapai angka 10%.

Return On Asset (ROA/ROI)

Return On Asset dari PT. Tunas Baru Lampung Tbk memiliki trend yang
berfluktuatif dimana pada tahun 2011 ke tahun 2012 turun 5%. Tahun 2012 ke
tahun 2013 turun sebesar 4% dan naik ditahun 2014 sebesar 5% serta mengalami
penurunan lagi ditahun 2015 sebesar 4%.

Jika dirata-ratakan, Return On Asset PT. Tunas Baru Lampung Tbk dalam 5 tahun
terakhir adalah 0,05 atau 5%.
Hal ini berarti untuk setiap Rp1 Asset yang digunakan PT. Tunas Baru Lampung
Tbk mampu menghasilkan Rp0,05 EAT atau mampu menghasilkan EAT 5% dari
Total Asset yang ia gunakan.
Hal ini cukup buruk karena nilai ROA/ROI dibawah 10%.

Return On Equity (ROE)

Return On Equity dari PT. Tunas Baru Lampung Tbk memiliki trend yang
berfluktuatif dimana pada tahun 2011 ke tahun 2012 turun 12%. Tahun 2012 ke
tahun 2013 turun sebesar 9% dan naik ditahun 2014 sebesar 13% serta mengalami
penurunan lagi ditahun 2015 sebesar 11%.

Jika dirata-ratakan, Return On Equity PT. Tunas Baru Lampung Tbk dalam 5
tahun terakhir adalah 0,14 atau 14%.
Hal ini berarti untuk setiap Rp1 yang di investasikan, pemegang saham
memperoleh nilai tambahan equitas Rp0,14 atau PT. Tunas Baru Lampung Tbk
mampu menghasilkan EAT dari total Equity sebesar Rp0,14. Hal ini baik karena
nilai ROE diatas 10%.

e. RASIO PASAR

Earning Per Share (EPS)

Earning Per Share dari PT. Tunas Baru Lampung Tbk memiliki trend yang
berfluktuatif dimana pada tahun 2011 ke tahun 2012 turun sebesar 35,89. Tahun
2012 ke tahun 2013 turun sebesar 31,81 dan mengalami kenaikan ditahun 2014
sebesar 64,2 serta mengalami penurunan lagi ditahun 2015 sebesar 44,12.

Jika dirata-ratakan, Earning Per Share PT. Tunas Baru Lampung Tbk dalam 5
tahun terakhir adalah 54,27
Hal ini berarti kemampuan PT. Tunas Baru Lampung Tbk dalam pengembalian
jumlah sahamnya Rp54,27 terhadap EAT.

Devident Per Share (DPS)

Devident Per Share dari PT. Tunas Baru Lampung Tbk memiliki trend yang
berfluktuatif dimana pada tahun 2011 ke tahun 2012 naik sebesar 8,03. Tahun
2012 ke tahun 2013 naik sebesar 8,49 dan turun ditahun 2014 sebesar 1,11 serta
mengalami penurunan lagi ditahun 2015 sebesar 11,88.

Jika dirata-ratakan, Devident Per Share PT. Tunas Baru Lampung Tbk dalam 5
tahun terakhir adalah -17,81
Hal ini berarti tidak ada laba bersih yang dihasilkan PT. Tunas Baru Lampung
Tbk yang dibagikan dalam bentuk dividen kas kepada pemegang sahamnya.
Basic Earning Power

Basic Earning Power dari PT. Tunas Baru Lampung Tbk memiliki trend yang
berfluktuatif dimana pada tahun 2011 ke tahun 2012 turun 4%. Tahun 2012 ke
tahun 2013 turun sebesar 2% dan naik ditahun 2013 sebesar 3% serta mengalami
penurunan lagi ditahun 2015 sebesar 4%.

Jika dirata-ratakan, Basic Earning Power PT. Tunas Baru Lampung Tbk dalam 5
tahun terakhir adalah 0,10 atau 10%.
Hal ini menunjukkan bahwa Total Asset sebesar 10% dari Volume EBIT.
Hal ini baik karena mencapai angka 10%.

Price Earning Ratio (PER)

Price Earning Ratio dari perusahaan PT. Tunas Baru Lampung Tbk memiliki trend
yang berfluktuatif dimana pada tahun 2011 ke tahun 2012 naik 1,06. Tahun 2012
ke tahun 2013 naik sebesar 4,61 dan turun ditahun 2014 sebesar 5,61 serta
mengalami kenaikan lagi ditahun 2015 sebesar 1,8.

Jika dirata-ratakan, Price Earning Ratio PT. Tunas Baru Lampung Tbk dalam 5
tahun terakhir adalah 3,20.
Hal ini berarti harga saham PT. Tunas Baru Lampung Tbk adalah 3,20 kali laba
bersih yang dihasilkan perusahaan.

Divident Pay Out Ratio (DPR)

Divident Pay Out Ratio dari PT. Tunas Baru Lampung Tbk memiliki trend yang
berfluktuatif dimana pada tahun 2011 ke tahun 2012 turun 6%. Tahun 2012 ke
tahun 2013 mengalami penurunan sebesar 20% dan naik ditahun 2014 sebesar
43% serta mengalami penurunan lagi ditahun 2015 sebesar 47%

Jika dirata-ratakan, Divident Pay Out Ratio PT. Tunas Baru Lampung Tbk dalam
5 tahun terakhir adalah -0,40
Hal ini berarti PT. Tunas Baru Lampung Tbk mengalami penurunan pembayaran
dividen sebesar 40%.

Divident Yield

Divident Yield dari PT. Tunas Baru Lampung Tbk memiliki trend yang
berfluktuatif dimana pada tahun 2011 ke tahun 2012 naik 6%. Tahun 2012 ke
tahun 2013 naik sebesar 7% dan turun ditahun 2013 sebesar 1% serta mengalami
penurunan lagi ditahun 2015 sebesar 9%.

Jika dirata-ratakan, Divident Yield Ratio PT. Tunas Baru Lampung Tbk dalam 5
tahun terakhir adalah -0,14 atau -14%
Hal ini berarti, imbal hasil (Return) investasi pada saham PT. Tunas Baru
Lampung Tbk adalah sebesar -14%.

5) ANALISIS DU PONT

Tahun 2011
PT. Tunas Baru Lampung Tbk memperoleh Rp0,11 atas setiap rupiah penjualan dan
perputaran aktiva adalah 0,88 kali selama tahun 2011. Oleh karena itu, PT. Tunas
Baru Lampung Tbk memperoleh pengembalian atas aktiva sebesar 10% dan
pengembalian equity sebesar 26%.

Tahun 2012
PT. Tunas Baru Lampung Tbk memperoleh Rp0,06 atas setiap rupiah penjualan dan
perputaran aktiva adalah 0,73 kali selama tahun 2012. Oleh karena itu, PT. Tunas
Baru Lampung Tbk memperoleh pengembalian atas aktiva sebesar 5% dan
pengembalian equity sebesar 14%.

Tahun 2013
PT. Tunas Baru Lampung Tbk memperoleh Rp0,02 atas setiap rupiah penjualan dan
perputaran aktiva adalah 0,6 kali selama tahun 2013. Oleh karena itu, PT. Tunas Baru
Lampung Tbk memperoleh pengembalian atas aktiva sebesar 1% dan pengembalian
equity sebesar 5%.

Tahun 2014
PT. Tunas Baru Lampung Tbk memperoleh Rp0,07 atas setiap rupiah penjualan dan
perputaran aktiva adalah 0,86 kali selama tahun 2014. Oleh karena itu, PT. Tunas
Baru Lampung Tbk memperoleh pengembalian atas aktiva sebesar 6% dan
pengembalian equity sebesar 18%.

Tahun 2015
PT. Tunas Baru Lampung Tbk memperoleh Rp0,04 atas setiap rupiah penjualan dan
perputaran aktiva adalah 0,57 kali selama tahun 2015. Oleh karena itu, PT. Tunas
Baru Lampung Tbk memperoleh pengembalian atas aktiva sebesar 2% dan
pengembalian equity sebesar 7%.

6) ANALISIS COMMON SIZE

Laporan posisi keuangan


Dari analisis common size posisi neraca, dapat diketahui bahwa persentasi terbesar
dari Total Asset yang dimiliki oleh perusahaan berasal dari asset tetap setiap
tahunnya (2011-2015). Sedangkan persentasi terkecil dari total asset yang dimiliki
perusahaan adalah piutang plasma (2011), piutang pihak berelasi (2012-2013) , lain-
lain (2014), piutang usaha dan asset pajak tangguhan (2015).
Dari analisis common size posisi neraca, dapat diketahui bahwa persentasi terbesar
dari Total Passiva yang dimiliki oleh perusahaan adalah jumlah saldo (2011-
2015).Sedangkan persentasi terkecil dari total passiva yang dimiliki perusahaan
adalah selisih nilai transaksi dengan kepentingan nonpengendali (2011-2014), saham
treasuri (2015)

Laporan laba rugi


Dari analisis common size laporan laba rugi, dapat diketahui bahwa persentasi
terbesar yang dimiliki oleh perusahaan adalah beban pokok penjualan (2011-2015).
Sedangkan persentasi terkecilnya adalah beban penjualan (2011-2015) .

7) ANALISIS INDEX

Neraca
Dari analisis index laporan posisi keuangan dengan tahun dasar tahun 2011, dapat
diketahui bahwa persentase terbesar adalah utang pihak berelasi (2012-2015).
Dan yang terkecil adalah uang muka diterima (2012), pajak dibayar dimuka (2013),
Laba rugi yang belum direalisasi atas perubahan nilai wajar investasi tersedia untuk
dijual (2014-2015)

Laba Rugi
Dari analisis index posisi laba rugi dengan tahun dasar tahun 2010, dapat diketahui
bahwa persentase terbesar adalah kerugian selisih kurs mata uang asing (2012-2014) ,
Penghasilan (rugi) komprehensif lain setelah pajak (2015) .
Dan persentase terkecil adalah beban (penghasilan) pajak tangguhan (2012), Laba
(rugi) yang belum direalisasi atas perubahan nilai wajar investasi tersedia untuk dijual
(2013), Keuntungan (kerugian) penjualan aset tetap (2014), Laba (rugi) yang belum
direalisasi atas perubahan nilai wajar investasi tersedia untuk dijual (2015).

8) ANALISIS SUMBER DAN PENGGUNAAN DANA


Dalam analisis arus kas dua tahun terakhir yaitu tahun 2015 dan 2014, didapatkan kesimpulan
bahwa kas mengalami penurunan sebesar Rp 223.721.000.000 dan dari analisis tersebut juga
dapat ditarik kesimpulan bahwa penggunaan dana lebih besar dari sumber dana

9) ANALISIS LAPORAN KEUANGAN PROFORMA 2016.

a. Laporan posisi keuangan


Dengan menggunakan common size pada tahun akhir, diperoleh proyeksi neraca pada
tahun 2016 seperti table yang terlampir di halaman belakang. Dari hasil proyeksi
didapatkan kecenderungan bahwa setiap akun mengalami kenaikan kecuali pada akun
saham treasuri dan Selisih nilai transaksi dengan kepentingan nonpengendali
Hal ini mencerminkan bahwa kinerja perusahaan lumayan baik.

b. Laporan laba rugi


Dengan menggunakan common size pada tahun akhir, diperoleh proyeksi laba rugi
pada tahun 2015 seperti table yang tertera di halaman belakang. Dari hasil proyeksi
didapatkan kecenderungan bahwa setiap akun mengalami kenaikan kecuali pada akun
beban usaha, beban keuangan, pajak kini, dan laba kepentingan non pengendali. Hal
ini sangat baik karena dengan penurunan beban-beban memungkinkan perusahaan
mencapai laba yang lebih besar.

BAB IV

PEMBAHASAN

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. KESIMPULAN
Berdasarkan Analisis Rasio terutama Rasio Likuiditas dan Rasio Solvabilitas didapatkan
kesimpulan bahwa PT. Tunas Baru Lampung Tbk mampu dalam membiayai utang jangka
pendek dan jangka panjangnya baik dengan menggunakan aktiva lancarnya maupun dengan
laba yang dihasilkan pertahunnya
Sedangkan berdasarkan Analisis Rasio Profitabilitas dan Aktivitas didapatkan kesimpulan
bahwa kinerja dari PT. Tunas Baru Lampung Tbk cenderung memburuk, terutama pada
perputaran piutang yg hanya berputar sebanyak 10 kali dalam setahun , dan juga umur
piutang yg lama yang membuat piutang semakin lama untuk menjadi uang kas.
Pada Rasio Profitabilitas dan Rasio Pasar, dapat ditarik kesimpulan bahwa prospek dari PT.
Tunas Baru Lampung Tbk di masa mendatang di prediksikan akan memberikan keuntungan
karena dapat dilihat dari ketahanan perusahaan dalam menghadapi kondisi ekonomi sulit saat
ini yang lumayan baik dimana tetap bisa menghasilkan laba yang cukup meskipun
mengalami penurunan dari tahun sebelumnya

B. REKOMENDASI

1. MANAJEMEN
Bagi pihak manajemen, sebaiknya yang perlu diperbaiki adalah kinerja dalam
persediaannya karena dilihat dari perputaran persediaan dan rata-rata umur persediaan
tiap tahunnya mengalami kecendrungan yang menurun.Dan juga dalam perputaran
piutangnya sebaiknya ditingkatkan agar bisa menaikan penjualan yang akan menaikan
laba.

2. INVESTOR
Bagi calon investor, dapat disarankan untuk membeli saham PT. Tunas Baru Lampung
Tbk ini dan usahakan tetap menahan atau tetap dalam posisi Hold.

3. KREDITUR
Bagi para calon kreditur maupun yang sudah menjadi kreditur PT. Tunas Baru Lampung
Tbk jangka pendek dan jangka panjang tidak perlu khawatir dengan terjadinya risiko
kredit macet. Hal ini dikarenakan PT. Tunas Baru Lampung Tbk mampu dalam
membiayai utang jangka pendek dan jangka panjangnya baik dengan menggunakan
aktiva lancarnya maupun dengan laba yang dihasilkan pertahunnya.

DAFTAR PUSTAKA

Wild, John, K.R. Subramanyam, dan Robert F. Halsey. 2005. Analisis Laporan
Keuangan. Edisi Delapan, Buku Kesatu. Alih Bahasa : Yanivi dan Nurwahyu. Jakarta:
Salemba Empat

Wild, John, K.R. Subramanyam, dan Robert F. Halsey. 2005. Analisis Laporan
Keuangan.Edisi Delapan, Buku Dua. Alih Bahasa: Yanivi dan Nurwahyu. Jakarta:
Salemba Empat

Sutrisno. 2003. Manajemen Keuangan. Edisi Pertama. Yogyakarta: Ekonisia


Munawir. 2002. Analisa Laporan Keuangan. Edisi Keempat, Cetakan Ketigabelas.
Yogyakarta : LIBERTY.
https://mrajaihsan.wordpress.com/2011/10/17/industri-pertanian/

https://gapoktansekarsari.wordpress.com/2016/01/19/bagaimana-keadaan-
pertanian-indonesia-saat-ini/

http://www.unisosdem.org/article_detail.php?
aid=4574&coid=2&caid=30&gid=2

http://www.tunasbarulampung.com/company/

http://www.idx.co.id/id-id/beranda/perusahaantercatat/profilperusahaantercatat.aspx
http://www.idx.co.id/id-id/beranda/perusahaantercatat/laporankeuangandantahunan.aspx

LAMPIRAN

1. Laporan Keuangan PT. Tunas Baru Lampung Tbk (Laporan posisi keuangan, laporan laba
rugi, dan laporan arus kas )
2. Hasil perolehan analisis perbandingan nilai asset dan utang + modal
3. Hasil perolehan analisis modal kerja bersih
4. Hasil perolehan analisis perbandingan penjualan bersih, laba usaha, dan laba bersih
5. Hasil perolehan analisis rasio dan trend
6. Hasil perolehan analisis du pont
7. Hasil perolehan analisis common size ( Laporan posisi keuangan dan laporan laba rugi )
8. Hasil perolehan analisis index ( Laporan posisi keuangan dan laporan laba rugi )
9. Hasil perolehan analisis sumber dan penggunaan dana
10.Hasil perolehan analisis laporan keuangan proforma 2016 ( Laporan posisi keuangan dan laporan
laba rugi )

Anda mungkin juga menyukai