PENDAHULUAN
Pengusaha agroindustri berupaya membeli bahan baku dalam jumlah relatif lebih
banyak pada musim panen ketika harga murah. Pembelian ini untuk mengkompensasi
pembelian yang relatif sedikit diluar musim panen atau pada waktu pasokan di pasar
menipis. Walaupun demikian pengusaha agroindustri tidak bisa membeli bahan baku
sebanyak-banyaknya pada musim panen atau ketika harga murah. Pembelian dalam
jumlah besar memerlukan biaya yang juga besar. Tenaga kerja yang terampil diperlukan
untuk agroindustri walaupun pada taraf tertentu tidak memerlukan keahlian yang cukup
tinggi. Umumnya ketrampilan tidak diperoleh melalui pendidikan resmi, tetapi pemilik
maupun pekerja mendapatkannya melalui pengalaman. Jika memang masih
menguntungkan maka pengusaha agroindustri berupaya mendatangkan tenaga terampil
dari luar daerah. Melalui pelatihan yang bersifat praktis juga tidak sulit bagi pengusaha
agroindustri utuk mendapatkan tenaga terampil. Pada dasarnya tenaga kerja untuk bekerja
di agroindustri berbasis pangan lokal tersedia dalam jumlah cukup. Untuk menumbuhkan
agroindustri di suatu daerah perlu didukung sumber daya manusia yang memadai. Dalam
hal ini pengelola agroindustri harus mempunyai jiwa wiraswasta (entrepreneurship).
Keuletan sebagai wiraswasta akan mendorong pelaku usaha secara jeli melihat setiap
peluang yang ada dan dengan tangguh akan mampu mengatasi segala hambatan yang
dijumpai.
Agroindustri berasal dari dua kata agricultural dan industry yang berarti suatu
industry yang menggunakan hasil pertanian sebagai bahan baku utamanya atau suatu
industri yang menghasilkan suatu produk yang digunakan sebagai sarana atau input dalam
usaha pertanian. Definisi agroindustry dapat dijabarkan sebagai kegiatan industri yang
memanfaatkan hasil pertanian sebagai bahan baku, merancang, dan menyediakan
peralatan serta jasa untuk kegiatan tersebut. Dengan demikian agroindustri meliputi
industri pengolahan hasil pertanian, industry yang memproduksi peralatan dan mesin
pertanian, industri input pertanian (pupuk pestisida, herbisida dan lain-lain) dan industri
jasa sector pertanian.
BAB II
PEMBAHASAN
Industri Pengolahan Hasil Pertanian (IPHP) dapat dibagi menjadi beberapa bagian
sebagai berikut :
Industri Peralatan dan Mesin Pertanian (IPMP) dibagi menjadi dua kegiatan
sebagai berikut :
1. IPMP Budidaya Pertanian, yang mencakup alat dan mesin pengolahan lahan
(cangkul, bajak, traktor dan lain sebagainya)
2. IPMP Pengolahan, yang meliputi alat dan mesin pengolahan berbagai komoditas
pertanian, misalnya mesin perontok gabah, mesin penggilingan padi, mesin
pengering dan lain sebagainya.
Industri Jasa Sektor Pertanian (IJSP) dibagi menjadi tiga kegiatan sebagai berikut :
1. IJSP Perdagangan, yang mencakup kegiatan pengangkutan, pengemasan serta
penyimpanan baik bahan baku maupun produk hasil industri pengolahan pertanian.
2. IJSP Konsultasi, meliputi kegiatan perencanaan, pengelolaan, pengawasan mutu
serta evaluasi dan penilaian proyek.
3. IJSP Komunikasi, menyangkut teknologi perangkat lunak yang melibatkan
penggunaan computer serta alat komunikasi modern lainnya.
Agroindustri harus dipandang sebagai suatu sistem yang terdiri dari empat
keterkaitan sebagai berikut :
Pengelolaan agroindustri dapat dikatakan unik, karena bahan bakunya yang berasal
dari pertanian (tanaman, hewan, ikan) mempunyai tiga karakteristik yaitu musiman
(seasonality), mudah rusak (perishability), dan beragam (variablility). Tiga karakteristik
lainnya yang perlu mendapat perhatian adalah : Pertama, karena komponen biaya bahan
baku umumnya merupakan komponen terbesar dalam agroindustri maka operasi
mendapatkan bahan baku sangat menentukan operasi perusahan agroindustri. Kedua, karena
banyak produk-produk agroindustri merupakan kebutuhan yang harus dipenuhi atau
merupakan komoditas penting bagi perekonomian suatu negara. Ketiga, karena suatu
produk agroindustri mungkin diproduksi oleh beberapa negara maka agroindustrilokal
terkait ke pasar internasional sebagai pasar alternatif untuk bahan baku impor bersaing dan
peluang ekspor. Fluktuasi harga komoditas yang tinggi dipasar internasional memperbesar
ketidakpastian finansial di sisi input dan output.
Produk-produk yang dihasilkan ada yang dapat digunakan secara langsung dari
sejak tahap awal, seperti rempah-rempah, sari buah dan lainnya, serta ada pula yang
menjadi bahan baku untuk industri lainya, seperti industri makanan, kimia dan farmasi.
1. Menghasilkan produk agroindustri yang berdaya saing dan memiliki nilai tambah
dengan ciri-ciri berkualitas tinggi.
2. Meningkatkan perolehan devisa dan kontribusi terhadap produk domestik bruto
(PDB) nasional.
3. Menyediakan lapangan kerja yang sangat diperlukan dalam mengatasi ledakan
penggangguran.
4. Meningkatkan kesejahteraan para pelaku agroindustri baik di kegiatan hulu, utama
maupun hilir khususnya petani, perkebunan, peternakan, perikanan dan nelayan.
5. Memelihara mutu dan daya dukung lingkungan sehingga pembangunan
agroindustri dapat berlangsung secara berkelanjutan.
6. Mengarahkan kebijakan ekonomi makro untuk memihak kepada sektor pemasok
agroindustri.
BAB III
KESIMPULAN
3.1 Penutup
Pada zaman yang modern ini berbagai hal perlu kita kembangkan agar kita semua
dapat bersaing dengan negara-negara lain di era globalisasi ini. Sector agroindustryi
merupakan bidang yang dapat kita kembangkan dengan mudah apabila kita telah
mengetahui bagaimana cara mengembangkannya. Pengembangan sector industri dapat
mengurangi tikangat pengangguran di negara Indonesia, dengan pemerintah memberikan
peluang terhadap masyarakat untuk mengembangkannya seperti membarikan pinjaman
modal untuk membuka usaha agroindustri. Selama ini pemerintah tidak melakukannya
dengan benar. Seharusnya pemerintah juga memperhatikan masyarakat yang ads di pelosok-
pelosok negeri ini, dengan begitu pengembangan sector indistri dapat berjalan dngan
maksimal.
DAFTAR PUSTAKA
Austin, J.E. 1981. Agroindustrial Project Analysis. The Johns Hopkins University Prss.
London
Anonim. 2000. Perkembangan Ekspor Produk Industri Kimia, Hutan dan Agro. Direktorat
Jendral Industri Kimia, Hutan dan Agro. Depperindag. Jakarta