Anda di halaman 1dari 5

AFRILIA MUSLIM

NIM 2010232015
ILMU TANAH
PIP L
AGROINDUSTRI
Agroindustri berasal dari dua kata agricultural dan industry yang berarti suatu
industri yang menggunakan hasil pertanian sebagai bahan baku utamanya atau suatu industri
yang menghasilkan suatu produk yang digunakan sebagai sarana atau input dalam usaha
pertanian. Secara garis besar agroindustri dapat digolongkan menjadi 4 (empat) yang
meliputi: pertama, agroindustri pengolahan hasil pertanian; kedua, agroindustri yang
memproduksi peralatan dan mesin pertanian; ketiga, agroindustri input pertanian (pupuk,
pestisida, herbisida dan lain-lain) dan keempat, agroindustri jasa sektor pertanian (supporting
services).
Definisi agroindustri yang ditulis oleh James E. Austin dalam buku yang berjudul
Agroindustrial Project Analysis, yaitu “An agroindustry is an enterprise that processes
agricultural raw materials, including ground and tree crops as well as livestock” (Austin,
1992).
Definisi agroindustri yang diberikan Austin menggunakan pendekatan forward
tracking, artinya definisi agroindustri dirumuskan berdasarkan identifikasi bahan baku.
Pendekatan ini terlihat seolah-olah tepat karena memang secara terminologi kata agroindustri
dimulai dengan kata ”agro” yang berarti pertanian. Tetapi, dalam aplikasi, pendekatan ini
menjadi bias karena banyak produk-produk industri yang mengolah bahan-bahan dari hasil
pertanian tidak serta merta dapat kita kategorikan sebagai agroindustri, misalnya jam.
Namun, pendekatan lain seperti backward tracking, yaitu definisi agroindustri
dirumuskan berdasarkan output yang dihasilkan, kemudian diidentifikasi jika komponen
utama yang mengkarakterisasi output tersebut berasal dari hewan atau tanaman, maka
industri yang menghasilkan output tersebut adalah agroindustri.
Perbebedaan yang nyata antara definisi agroindustri dari hasil pendekatan forward
dan definisi hasil pendekatan backward. Dengan definisi hasil pendekatan formal, produk
jam adalah produk agroindustri, tetapi dengan definisi hasil pendekatan backward, kedua
produk tersebut bukan produk agroindustri.
Dalam kasus produk jam, produk tali jam yang dari kulit adalah produk agroindustri,
tetapi produk jamnya sendiri tidak dapat kita katakan produk agroindustri karena komponen
yang mengkarakterisasi produk jam bukan tali jam yang terbuat dari kulit itu, tetapi
komponen elektronik atau mekanik yang ada di dalam jam. Komponen-komponen tersebut
bukan berasal dari hewan atau tumbuhan, sehingga jelas produk jam bukan produk
agroindustri.
Definisi yang tepat dari agroindustri dari hasil formulasi ini adalah industri yang
menghasilkan produk-produk yang komponen utamanya berasal dari hewan atau
tanaman. Komponen utama produk dapat diketahui dari arti penting keberadaan komponen
yang mengkarakterisasi produk dan bukan oleh kuantitasnya dalam suatu produk.
Rencana Strategis Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (2010) menyatakan
bahwa pada kurun waktu 2010–2014, Kementerian Pertanian telah menetapkan sistem
pertanian industrial unggul berkelanjutan berbasis sumber daya lokal untuk meningkatkan
kemandirian pangan, nilai tambah, ekspor dan kesejahteraan petani sebagai visi
pembangunan pertanian. Hal tersebut dipertegas dengan visi yang dituangkan dalam Strategi
Induk Pembangunan Pertanian 2013–2045, yaitu terwujudnya sistem pertanian bioindustri
berkelanjutan yang menghasilkan beragam pangan sehat dan produk bernilai tambah tinggi
dari sumber daya hayati pertanian dan kelautan tropika. Dalam hal ini, agroindustri
merupakan fondasi dasar untuk menciptakan sistem bioindustri berkelanjutan.
Apabila agroindustri dibangun berbasis sumberdaya lokal, maka dalam era globalisasi
prospeknya sangat cerah, sehingga dimungkinkan akan menjadi sistem unggulan dengan
alasan bahwa:
1. Kenyataan menunjukkan, di pasar Internasional hanya industri yang berbasiskan
sumberdaya lokal yang mempunyai keunggulan komparatif dan mempunyai
kontribusi terhadap ekspor terbesar, dengan demikian pengembangan agroindustri di
Indonesia akan menjamin perdagangan yang lebih kompetitif.
2. Kegiatan agroindustri mempunyai keterkaitan ke depan dan ke belakang yang sangat
besar (Backward dan forward linkages). Simatupang (1997) secara ekstrim
menggambarkan keterkaitan berspektrum luas bahwa agroindustri sebetulnya tidak
hanya dengan produk sebagai bahan baku, tapi juga dengan konsumsi, investasi dan
fiskal.
3. Besarnya keterkaitan ke depan dan ke belakang bagi kegiatan agroindustri, sehingga
apabila dihitung berdasarkan impact multiplier secara langsung dan tidak langsung
terhadap perekonomian diprediksi akan sangat besar. Hal inilah yang menjadi
pendekatan dalam memposisikan agroindustri berpeluang besar menjadi sistem
unggulan (Simatupang 1997).
4. Produk agroindustri umumnya mempunyai elastisitas yang tinggi, sehingga makin
tinggi pendapatan seseorang makin terbuka pasar bagi produk agroindustri (Sutawi
2002).
5. Kegiatan agroindustri umumnya menggunakan input yang bersifat renewable,
sehingga pengembangan agroindustri tidak hanya memberikan nilai tambah, tetapi
juga dapat menghindari pengurangan sumberdaya sehingga lebih menjamin
sustainability.
6. Teknologi agroindustri sangat fleksibel, sehingga dapat dikembangkan dalam padat
modal dan padat karya, mulai dari manajemen sederhana sampai modern, dari skala
kecil sampai besar, sehingga Indonesia yang penduduknya padat berpeluang
dilakukan pengembangan agroindustri dari berbagai segmen usaha.
Sesuai dengan amanat pembangunan Nasional, bahwa landasan pembangunan
Nasional Indonesia adalah Trilogi (pertumbuhan, pemerataan dan stabilitas) dengan
penekanan pada pemerataan. Jika dikaitkan dengan pembangunan sektor industri, maka
definisi trilogi dapat dioperasionalkan menjadi pertumbuhan dalam arti pertumbuhan
produksi, pendapatan tenaga kerja, dan jenis industri. Pemerataan dalam arti pemerataan
mendapatkan kesempatan berusaha, pendapatan, kesempatan kerja. Jenis industri meliputi
stabilitas dalam arti strategi yang menyangkut produk, pendapatan, kesempatan kerja, dan
kelestarian usaha.
Apabila dilihat dari sistem agribisnis, agroindustri merupakan bagian (subsistem)
agribisnis yang memproses dan mentranformasikan bahan-bahan hasil pertanian (bahan
makanan, kayu dan serat) menjadi barang-barang setengah jadi yang langsung dapat
dikonsumsi dan barang atau bahan hasil produksi industri yang digunakan dalam proses
produksi seperti traktor, pupuk, pestisida, mesin pertanian dan lain-lain. Dari batasan diatas,
agroindustri merupakan sub sektor yang luas yang meliputi industri hulu sektor pertanian
sampai dengan industri hilir.
- Industri hulu adalah industri yang memproduksi alat-alat dan mesin pertanian
serta industri sarana produksi yang digunakan dalam proses budidaya pertanian.

- Industri hilir merupakan industri yang mengolah hasil pertanian menjadi bahan
baku atau barang yang siap dikonsumsi atau merupakan industri pasca panen dan
pengolahan hasil pertanian.
Ruang lingkup agroindustri meliputi:
1. Teknologi pengolahan hasil nabati : Teknologi pengolahan bahan - bahan pangan
dari tumbuhan seperti sayur-sayuran, buah-buahan, umbi-umbian, dll.
Contoh : Pembuatan roti, dodol, sari buah, keripik ubi, dll
2. Teknologi pengolahan hasil hewani : Teknologi pengolahan bahan-bahan pangan
dari hewan, baik dari darat, laut, maupun udara.
Contoh : Pembuatan bakso, dendeng, chicken nugget, dll
3. Teknologi pengemasan dan penggudangan : Penyimpanan/pengemasan hasil
agroindustri/makanan yang bertujuan untuk menjadikan makanan tersebut awet.
- Contoh alat pengemas makanan : Daun pisang, Kertas wax coklat, Box
Styrofoam, Kontainer plastic, Oven, Microwave.
- Cara pengawetan makanan : Pendinginan, Pengasapan, Pengalengan,
Pengeringan, Pemanisan, Pengasinan.
Manajemen Agroindustri adalah pengelolaan suatu perusahaan /industri berbahan
baku hasil pertanian. Manajemen agroindustri mencakup :
- Bahan baku
- Sumber Daya Manusia
- Alat/Mesin
- Keuangan
- Pemasaran
- Faktor-faktor lain.

Alternatif teknologi yang tersedia untuk pengolahan hasil-hasil pertanian bervariasi


mulai dari teknologi tradisional yang digunakan oleh industri kecil (cottage industry) sampai
kepada teknologi canggih yang biasanya digunakan oleh industri besar.
Pemilihan teknologi adalah satu keputusan yang sangat penting dalam pelaksanaan
agroindustri. Austin (1981) menunjukkan bahwa kriteria utama yang harus diperhatikan
dalam pemilihan teknologi diantaranya adalah:
- Kebutuhan kualitas (quality requirements). Teknologi pengolahan yang dipilih harus
sesuai dengan yang dibutuhkan oleh pasar terutama yang menyangkut kualitas.
Karena preferensi konsumen sangat beragam, maka teknologi yang dipilihpun harus
mampu memenuhi kebutuhan tersebut.

- Kebutuhan pengolahan (process requirements). Sudah barang tentu bahwa setiap jenis
alat pengolahan memiliki kemampuan tertentu untuk mengolah suatu bahan baku
menjadi berbagai bentuk produk. Semakin tinggi kemampuan suatu alat untuk
menghasilkan berbagai jenis produk, maka akan semakin kompleks jenis teknologinya
dan akan semakin mahal investasinya. Oleh karena itu, pemilihan teknologi harus
memadukan pertimbangan antara kompleksitas teknologi dan biaya yang dibutuhkan.

- Penggunaan kapasitas (capacity utilization). Pemilihan teknologi harus disesuaikan


dengan kapasitas yang akan digunakan, sedangkan kapasitas yang akan digunakan
sangat tergantung dari ketersediaan dan kontinuitas bahan baku (raw material).

- Kapasitas kemampuan manajemen (management capability). Biasanya suatu


pengelolaan akan berjalan baik pada tahap awal karena besarnya kegiatan masih
berada dalam cakupan pengelolaan yang optimal (optimum management size).
Setelah besar, masalah biasanya mulai muncul dan hal itu menandakan bahwa skala
usaha sudah melebihi kapasitas pengelolaan.

Pada tahap-tahap produksi, setiap perusahaan agroindustri terdiri dari komponen-


komponen fisik sebagai berikut:
(a) penerimaan dan penyimpanan bahan mentah,
(b) pengkondisian bahan mentah,
(c) pengolahan utama (pemisahan, pemusatan, pencampuran, dan stabilitas),
(d) pengemasan,
(e) penyimpanan produk-produk yang dihasilkan, dan
(f) pengiriman produk-produk yang dihasilkan.
Disamping komponen-komponen fisik tersebut diatas, perusahaan agroindustri
memerlukan sistem-sistem penunjang seperti sumber energi, air, bahan-bahan, perlakuan dan
dan pembuangan limbah, pemeliharaan dan perbaikkan. Kebanyakan agroindustri juga
mempunyai sistem penerimaan, penyimpanan, dan penyiapan bahan-bahan yang diperlukan
dalam pengolahan secara terpisah, dan paling sedikit mempunyai sistem produk sampingan
yang dilengkapi dengan tahap-tahap pengolahan, pengemasan, penyimpanan, dan distribusi.
Sistem administrasi dan pengolahan serta perumahan staf juga diperlukan untuk menjamin
operasi pabrik secara efisien.
DAFTAR PUSTAKA
Dr. Ir. I Gusti Bagus Udayana, Msi. 2011. Peran Agroindustri Dalam Pembangunan
Pertanian. Singhadwala : Edisi 44.
Sukardi. 2011. Formulasi Definisi Agroindustri dengan Pendekatan Backward Tracking.
Departemen Teknologi Industri Pertanian, Fateta IPB Bogor.
Nandika Aisya Pratiwi, Harianto, dan Arief Daryanto. 2017. Peran Agroindustri Hulu dan
Hilir Dalam Perekonomian dan Distribusi Pendapatan di Indonesia. Jurnal Manajemen
& Agribisnis, Vol. 14 No. 2.

Anda mungkin juga menyukai