Anda di halaman 1dari 10

PENGARUH EL-NIÑO DAN LA-NIÑA TERHADAP CURAH HUJAN

DAN KADAR AIR TANAH DI WILAYAH PONDOK BETUNG

THE INFLUENCE OF EL-NIÑO AND LA NIÑA TO PRECIPITATION


AND SOIL WATER CONTENT IN PONDOK BETUNG

Ratri Widyastuti1 Dodo Gunawan2 AmsariMudzakir Setiawan2


Sekolah Tinggi Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika1,
Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika2
E-mail : ratriwidyastuti28@gmail.com

ABSTRAK
Fenomena El-Niño dan La-Niña yang sangat kuat memberikan dampak yang sangat besar
terhadap curah hujan dan kadar air tanah (KAT) di wilayah pondok betung. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui nilai curah hujan dan kadar air tanah pada saat terjadinya
fenomena El Niño dan La-Niña. Adapun metode yang digunakan dalam penghitungan kadar
air tanah adalah metode Thronwhaite-Matter. Nilai persen KAT yang diperoleh kemudian
dibagi menjadi tiga kategori yaitu Cukup, Sedang, Kurang. Hasil penelitian ini menunjukkan
bahwa nilai curah hujan pada saat terjadinya La-Niña yang tinggi sebanding dengan nilai
KAT yang dapat mencapai nilai maksimum yaitu 100% yang termasuk dalam kategori
Cukup, sedangkan pada kejadian El-Niño berkurangnya curah hujan akan berdampak pada
penurunan nilai kadar air tanah yang termasuk dalam kategori Kurang.

Kata kunci : curah hujan, kadar air tanah, Thronwhaite-Matter

ABSTRACT

The phenomenon of El Niño-and La Niña-a very powerful giving huge impact against
precipitation and soil moisture content (KAT) in the area of pondok betung. This research
aims to know the values of rainfall and soil moisture content at the time of the occurrence of
the phenomenon of El Niño and La Niña. As for the methods used in the calculation of soil
water content is the method Thronwhaite-Matter. The value of the percent of the acquired
then KAT is divided into three categories, Enough, Medium, Less. The results of this research
show that the value of precipitation at the time of the onset of La Niña-a high proportional to
the value of KAT which can reach a maximum value that is 100% which is included in the
enough category, while El-Niño reduced rainfall will impact on the drop in value of water
content of soil are included in the category of less.

Key words: precipitation, soil water content, Thronwhaite-Matter

1
1. PENDAHULUAN Indonesia umumnya mengalami penurunan
suhu (menyimpang dari biasanya).
Nama El-Niño diambil dari bahasa Akibatnya, terjadi perubahan pada
Spanyol yang berarti “anak laki-laki”, peredaran massa udara yang berdampak
merujuk pada bayi Kristus dan digunakan pada berkurangnya pembentukan awan-
karena arus ini biasanya muncul selama awan hujan di Indonesia. Karena air
musim Natal sedangkan La-Niña yang hangat di bagian pasifik (Australia, Papua
berarti "gadis kecil". El-Niño sekarang Nugini, dan Indonesia) berkurang maka
merupakan istilah yang dipergunakan lebih penguapan (evaporasi) juga menurun. Hal
luas dalam kaitannya dengan ini mengakibatkan atmosfer di kawasan
penghangatan suhu muka laut yang tidak tersebut memiliki uap air yang sangat
wajar yang berakibat pada cuaca. Interaksi sedikit. Karena uap air yang sangat sedikit,
antara atmosfer dan samudera Pasifik maka curah hujan di kawasan ini juga
menimbulkan peristiwa El-Niño dan La- menurun sehingga terjadilah kekeringan
Niña. El Niño adalah episode panas dan La (kemarau). Semakin kuat dan masif
Niña adalah episode dingin di bagian perpindahan masa air laut,akan semakin
tengah samudera Pasifik, biasanya diantara lama pula musim kemarau yang
Nino 3 (5˚LU-5˚LS, 150˚BT-90˚BB) dan ditimbulkannya. (Supari, 2007)
Nino 4 (5˚LU-5˚LS, 160˚BT-150˚BB) dan Pengaruh El-Niño dan La-Niña
daerah Nino 3.4 (5˚LU-5˚LS, 180˚- berbeda-beda antar wilayah bergantung
120˚BB) (Tjasyono, 2007). pada karakteristik iklim lokal. Wilayah
Fenomena El-Niño dan La-Niña beriklim monsun di Indonesia merupakan
terjadi akibat adanya variabilitas kondisi wilayah yang terkena dampak El-Niño
interaksi antara lautan dan atmosfer di terbesar karena terkait dengan sirkulasi
sepanjang Samudera Pasifik ekuator dari angin di belahan bumi Utara (Asia) dan
keadaan normalnya. Peristiwa El-Niño di angin dari belahan bumi Selatan
Indonesia diidentikkan dengan terjadinya (Australia). Beberapa wilayah yang
musim kering yang melebihi kondisi termasuk dalam iklim monsun adalah
normalnya. Hal ini berbanding terbalik Pulau Jawa, Bali, Nusa Tenggara dan
dengan peristiwa La-Niña yang mampu Pulau Sumatera bagian selatan. Dampak
menghasilkan curah hujan melebihi batas El-Niño terhadap iklim di Indonesia akan
normalnya. El-Niño akan terjadi apabila terasa kuat jika terjadi bersamaan dengan
perairan yang lebih panas di Pasifik bagian musim kemarau, sedangkan dampak La-
tengah dan timur meningkatkan suhu dan Niña akan terasa sangat kuat bila
kelembapan pada atmosfer yang berada di bersamaan dengan musim hujan. Salah
atasnya. Kejadian ini mendorong satu dampak yang ditimbulkan dari
terjadinya pembentukan awan yang akan fenomena El-Niño apabila terjadi
meningkatkan curah hujan di sekitar bersamaan dengan musim kemarau adalah
kawasan tersebut. Bagian barat Samudera kekeringan. Jumlah curah hujan bulanan
Pasifik tekanan udara meningkat sehingga yang pada umumnya berkurang hingga
menyebabkan terhambatnya pertumbuhan mencapai bawah normal terjadi di Wilayah
awan di atas lautan bagian timur Jawa Barat. (Supari, 2007) .
Indonesia, sehingga di beberapa wilayah Salah satu dampak dari kejadian El-
Indonesia terjadi penurunan curah hujan Niño yaitu berkurangnya curah hujan
yang jauh dari normal (Ropelewski dan menyebabkan air tanah yang tersedia
Halpert, 1987) semakin menipis. Salah satu sumber air
Namun ketika fenomena El-Niño bersih yang banyak digunakan oleh
terjadi, saat suhu permukaan laut di pasifik masyarakat adalah air tanah. Air tanah
equator bagian tengah dan timur merupakan komponen penting dalam
menghangat, justru perairan sekitar siklus hidrologi dari sumberdaya air di

2
daerah aliran sungai. Kadar air tanah a. Menyusun tabel isian neraca air
merupakan salah satu faktor pendukung lahan bulanan untuk menghitung
dan penentu bagi pengembangan suatu evapotranspirasi.
wilayah. Perhitungan neraca air dalam b. Mengisi kolom suhu udara bulanan
tanah yang salah satunya dapat diketahui berdasarkan pengamatan dan
dengan metode Thornthwaite-Matter pendugaan.
merupakan salah satu cara untuk c. Menentukan indeks panas (i) tiap
mengetahui kuantitas dan kadar air dalam bulan
tanah. (Fu’adah, 2014). Oleh karena itu i=( (T.ave)/5 )1.514
penulis ingin menganalisis bagaimana Dengan :
tingkat kadar air tanah pada saat kejadian i : indeks panas bulanan
El-Niño dan La-Niña dengan T.ave : suhu udara rata-rata
menggunakan metode Thornwhaite-Matter bulanan
d. Menentukan indeks panas tahunan(I)
I=∑
II. DATA dan METODE Dengan :
II.1 DATA i: indeks panas bulanan
Penelitian ini menggunakan data suhu dan e. Mengisi kolom banyak hari dalam
curah hujan observasi Stasiun Klimatologi sebulan (Σhari).
Pondok Betung tahun f. Mengisi kolom rata-rata bulanan
1991,1995,1997,1998, 2000, 2002, ,2007, lama penyinaran matahari
2009, 2010, 2015. Selain data iklim, dalam Rata-rata bulanan lama penyinaran
penelitian ini juga digunakan data matahari dalam sehari sesuai
kapasitas lapang (KL) dan titik layu dengan lintang lokasi penelitian.
permanen (TLP) berdasarkan wilayah g. Mengisi kolom turunan total indeks
penelitian. panas dalam setahun (a):
Tabel 3.1Daftar KL dan TLP wilayah a = 675 x 10-9 I 3 - 771 x 10-7 I 2
penelitian + 1792 x 10-5 I + 0,49239
KABUPATEN TEKSTUR TANAH TLP KL
Dengan :
Tanggerang Sedang 150 300
a : turunan total indeks
Sumber: (Pawitan, 1996) panas dalam setahun
I : indeks panas tahunan
II.2 METODE h. Mengisi kolom evapotranspirasi
Dalam penelitian ini metode yang potensial (ETP)
digunakan adalah metode Thronwhaite- ETPbaku = 1,6 (10t/I) a
Matter yang perhitungannya dijabarkan Dengan :
sebagai berikut : ETPbaku = evaporasi potensial
1. Pengolahan Data Evapotranspirasi bulanan (cm/bulan)
(ETP) t = suhu rata-rata bulanan (°C)
I = jumlah indeks panas dalam
Tabel 3.2 Pengolahan data ETP setahun
a = turunan total indeks panas
dalam setahun
i. Hasil evapotranspirasi yang telah
dihasilkan kemudian dimasukkan
kedalam rumus Etp koreksi :
ETP = (x/30)(y/12) 〖ETP〗_baku
Untuk menentukan nilai ETP langkah- Dengan :
langkah yang harus dilakukan adalah x : jumlah hari dalam satu bulan
sebagai berikut : y : rata-rata lama penyinaran

3
matahari berdasarkan p0 = 1,000412351
lintang dan bujur p1 = -1,073807306
ETPbaku: hasil perhitungan |APWL|= nilai absolut dari APWL
evapotranspirasi potensial h. Kemudian mengisi nilai KAT pada
saat tidak terjadi APWL dengan
2. Pengolahan Data Kadar Air Tanah rumus:
(KAT) KAT = KAT terakhir + CH – ETP
Jika nilai KAT mencapai angka
Tabel 3.3 Pengolahan data ETP kapasitas lapang (KL) maka yang
diambil adalah nilai KL.
i. Mengisi kolom perubahan Kadar
air tanah (dKAT)
Nilai dKAT pada satu bulan adalah
nilai KAT pada bulan tersebut
Setelah mendapatkan hasil dikurangi nilai KAT pada bulan
Evapotranspirasi (ETP) langkah sebelumnya.
selanjutnya adalah menentukan j. Mengisi kolom Evapotranspirasi
nilai KAT. Dalam pengolahan data Aktual (ETA)
KAT yang perlu dilakukan adalah Jika CH >ETP maka ETA = ETP
sebagai berikut : Jika CH < ETP maka ETA = CH +
|dKAT|
a. Mengisi kolom curah hujan k. Mengisi kolom Defisit
Data curah hujan bulanan (mm) Defisit merupakan berkurangnya
b. Mengisi kolom ETP air untuk dievapotranspirasikan.
Hasil perhitungan ETP Keadaan defisit biasanya terjadi
c. Mengisi kolom CH-Etp : pada musim kemarau. Rumus
Selisih antara Curah hujan dengan mencari defisit yaitu :
Evapotranspirasi Potensial. D = ETP – ETA
d. Mengisi kolom Acumullation l. Mengisi kolom Surplus
Potensial Of Water Loss (APWL) : Surplus merupakan kelebihan air.
Kolom APWL diisi dengan Biasanya terjadi pada musim hujan
penjumlahan nilai CH-ETP bulan ketika CH > ETP, sehingga
per bulan S = CH – ETP – dKAT
e. Mengisi kolom nilai mutlak m. Mengisi kolom persen KAT
Acumullation Potensial Of Water %KAT = (KAT-TLP )/(KL-TLP) x
Loss (|APWL|) : 100
Nilai absolut dari akumulasi Hasil dari presentase KAT diatas dapat
potensi kehilangan air tiap dikategorikan kedalam 3 kelas yaitu :
bulannya
f. Mengisi kolom air tersedia (AT) : Tabel 3.3 Presentase KAT
Diisi dengan selisih antara KL Presentase ATS Tingkat Air Tanah Tersedia
dengan TLP < 40 % Kurang
g. Mengisi kolom Kadar air tanah 40.1% - 60% Sedang
(KAT) : > 60% Cukup
Mencari nilai KAT saat terjadi Sumber : (www.bmkg.go.id)
APWL dengan rumus :
KAT = KL x (k^( |APWL| )) III. HASIL dan PEMBAHASAN
Dengan :
Fenomena El-Niño dan La-Niña
KL = Kapasitas Lapang
memberikan pengaruh yang cukup besar
k = p0 +p1/ KL
terhadap keadaan curah hujan dan kadar

4
air tanah yang dapat dilihat dalam gambar  Tahun 1997
sebagai berikut:
a. Periode El-Niño

 Tahun 1991

Gambar 2. Grafik Hubungan Curah Hujan


dan KAT di Stasiun Klimatologi Pondok
Betung Tahun 1997.
Pada tahun 1997 bulan Januari hingga Mei
Gambar 1. Grafik Hubungan Curah Hujan nilai kadar air tanah yang mencapai nilai
dan KAT di Stasiun Klimatologi Pondok maksimum yaitu 100% sebanding dengan
Betung Tahun 1991. nilai curah hujannya yang cukup tinggi
yang termasuk dalam kategori Cukup.
Pada tahun 1991 bulan Januari hingga Mei Memasuki bulan Juni nilai kadar air tanah
nilai kadar air tanah yang mencapai nilai mulai menurun mencapai nilai 28% yang
maksimum yaitu 100% sebanding dengan termasuk dalam kategori Kurang hingga
nilai curah hujannya yang cukup tinggi bulan oktober. Fenomena El-Niño mulai
yang termasuk dalam kategori Cukup. terlihat memasuki bulan Juni hingga
Fenomena El-Nino mulai terlihat Oktober yang mencapai nilai -84%. Nilai
memasuki bulan Juni hingga Oktober. kadar air tanah kembali meningkat pada
Curah hujan yang mengalami penurunan bulan November hingga Desember hingga
yang sangat drastis dari hingga mencapai mencapai nilai 100%.
dibawah 50 milimeter menyebabkan nilai
kadar air tanah berkurang hingga mencapai  Tahun 2002
nilai terendahnya. Curah hujan kembali
mengalami peningkatan pada bulan
November hingga Desember yang diikuti
dengan meningkatnya nilai kadar air tanah
hingga mencapai nilai maksimum 100%.

Gambar 3. Grafik Hubungan Curah Hujan


dan KAT di Stasiun Klimatologi Pondok
Betung Tahun 2002.
Pada tahun 2002 bulan Januari hingga
April nilai kadar air tanah yang mencapai
nilai maksimum yaitu 100% sebanding

5
dengan nilai curah hujannya yang cukup  Tahun 2015
tinggi yang termasuk dalam kategori
Cukup. Fenomena El-Niño mulai terlihat
memasuki bulan Juni hingga Oktober.
Curah hujan yang mengalami penurunan
yang sangat drastis dari bulan sebelumnya
hingga mencapai dibawah 50 milimeter
menyebabkan nilai kadar air tanah
berkurang hingga mencapai nilai
terendahnya. Curah hujan kembali
mengalami peningkatan pada bulan
November hingga Desember yang diikuti
dengan meningkatnya nilai kadar air tanah
Gambar 5. Grafik Hubungan Curah Hujan
hingga mencapai nilai maksimum 100%.
dan KAT di Stasiun Klimatologi Pondok
 Tahun 2009 Betung Tahun 2015.
Pada tahun 2015 bulan Januari hingga Mei
nilai kadar air tanah yang mencapai nilai
maksimum yaitu 100% dan pada bulan
Mei nilai kadar air tanah sebesar 80%
sebanding dengan nilai curah hujannya
yang cukup tinggi yang termasuk dalam
kategori Cukup. Fenomena El-Niño mulai
terlihat memasuki bulan Juni hingga akhir
Desember. Curah hujan yang mengalami
penurunan yang sangat drastis dari hingga
mencapai dibawah 50 milimeter
Gambar 4. Grafik Hubungan Curah Hujan menyebabkan nilai kadar air tanah
dan KAT di Stasiun Klimatologi Pondok berkurang hingga mencapai nilai
Betung Tahun 2009. terendahnya. Meskipun pada bulan
November hingga Desember terjadi
Pada tahun 2009 bulan Januari hingga Mei peningkatan curah hujan namun belum
nilai kadar air tanah yang mencapai nilai mampu meningkatkan kadar air tanah
maksimum yaitu 100% sebanding dengan hingga mencapai nilai maksimum.
nilai curah hujannya yang cukup tinggi
yang termasuk dalam kategori Cukup.
Fenomena El-Niño mulai terlihat
memasuki bulan Juni hingga September.
Curah hujan yang mengalami penurunan
yang diikuti oleh penurunan nilai kadar air
tanah yang pada bulan September
mencapai nilai -65% yang termasuk dalam
kategori kurang. Curah hujan kembali
mengalami kenaikan pada bulan Oktober
hingga Desember yang diikuti oleh
peningkatan nilai kadar air tanah hinga
mencapai nilai maksimum 100% yang
termasuk dalam kategori Cukup.

6
b. Periode La-Niña hujan mengalami penurunan namun
tetap berada diatas 50 milimeter. Curah
 Tahun 1995 hujan yang tinggi diikuti oleh nilai
kadar air tanah yang juga mencapai
nilai maksimum 100% yang termasuk
dalam kategori Cukup. Hanya saja
pada bulan Oktober nilai kadar air
tanah mengalami penurunan hingga
bernilai 53% yang termasuk dalam
kategori Sedang. Meskipun fenomena
La-Niña baru terjadi pada bulan Juli
namun sejak bulan Januari nilai curah
hujan tidak pernah berkurang hingga
mencapai nilai 50 milimeter. Intensitas
Gambar 6. Grafik Hubungan Curah Hujan La-Nina terlihat menguat sejak bulan
dan KAT di Stasiun Klimatologi Pondok Januari hingga Desember.
Betung Tahun 1995.
 Tahun 1999
Pada tahun 1995 dapat terlihat sejak bulan
Januari hingga Juni nilai curah hujan yang
tinggi diikuti oleh nilai kadar air tanah
yang mencapai nilai maksimum 100%
yang termasuk kedalam kategori Cukup.
Memasuki bulan Juli hingga Agustus
terjadi penurunan nilai curah hujan yang
diikuti oleh penurunan nilai kadar air tanah
sebesar 95% yang termasuk kedalam
kategori Cukup dan 6% pada bulan
Agustus yang termasuk kedalam kategori
Kurang. Nilai curah hujan dan kadar air Gambar 8. Grafik Hubungan Curah
tanah kembali mengalami peningkatan Hujan dan KAT di Stasiun Klimatologi
pada bulan September hingga Desember. Pondok Betung Tahun 1999.
 Tahun 1998 Pada tahun 1999 dapat terlihat sejak
bulan Januari hingga Desember curah
hujan mengalami peningkatan dan
penurunan yang tidak stabil namun
tetap berada diatas 50 milimeter. Pada
bulan Januari hingga Maret nilai curah
hujan yang tinggi diikuti oleh nilai
kadar air tanah yang mencapai nilai
maskimum 100% yang termasuk dalam
kategori Cukup. Memasuki bulan Mei
terjadi penurunan curah hujan yang
diikuti oleh penurunan nilai kadar air
Gambar 7. Grafik Hubungan Curah tanah yang mencapai nilai 53% yang
Hujan dan KAT di Stasiun Klimatologi termasuk dalam kategori Sedang. Pada
Pondok Betung Tahun 1998 bulan Mei hingga Juli kembali
mengalami peningkatan nilai curah
Pada tahun 1998 dapat terlihat sejak
hujan yang diikuti oleh meningkatnya
bulan Januari hingga Desember curah

7
nilai kadar air tanah sebesar 100% 100% masih termasuk kategori Cukup.
meskipun pada bulan Juli hanya 84% Memasuki bulan Juni hingga Desember
namun masih termasuk kategori nilai kadar air tanah mengalami penurunan
Cukup. Memasuki bulan Agustus yang cukup signifikan. Pada bulan Juni
hingga September kembali mengalami nilai kadar air tanah masih dalam kategori
penurunan curah hujan yang diikuti cukup dengan presentase sebesar 74%.
oleh penurunan kadar air tanah sebesar Bulan Agustus hungga Desember nilai
65% yang termasuk kedalam kategori kadar air tanah mulai masuk kategori
Cukup dan 22% pada bulan September kuran dengan presentase hingga -16%.
yang termasuk kedalam kategori Pada tahun 2000 ini fenomena Lanina
kurang. Memasuki bulan Oktober terjadi selama bulan Januari hingga Juni
hingga Desember kembali mengalami dan memasuki bulan Juli hingga desember
peningkatan curah hujan yang juga intensitasnya mulai melemah.
diikuti oleh meningkatnya nilai kadar
air tanah hingga kembali mencapai  Tahun 2010
nilai maksimum 100%
 Tahun 2000

Gambar 10. Grafik Hubungan Curah


Hujan dan KAT di Stasiun Klimatologi
Pondok Betung Tahun 2010.
Gambar 9. Grafik Hubungan Curah Hujan
dan KAT di Stasiun Klimatologi Pondok Pada tahun 2010 dapat terlihat sejak bulan
Betung Tahun 2000. Januari hingga Desember curah hujan
mengalami peningkatan dan penurunan
Pada tahun 2000 dapat terlihat sejak bulan yang tidak stabil namun tetap berada diatas
Januari hingga Desember curah hujan 50 milimeter. Pada bulan Januari hingga
mengalami peningkatan dan penurunan Februari nilai curah hujan yang tinggi
yang tidak stabil namun tetap berada diatas diikuti oleh nilai kadar air tanah yang
50 milimeter. Pada bulan Januari hingga mencapai nilai maskimum 100% yang
Februari nilai curah hujan yang tinggi termasuk dalam kategori Cukup.
diikuti oleh nilai kadar air tanah yang Memasuki bulan Maret hingga April
mencapai nilai maskimum 100% yang terjadi penurunan curah hujan yang diikuti
termasuk dalam kategori Cukup. oleh penurunan nilai kadar air tanah yang
Memasuki bulan Maret terjadi penurunan mencapai nilai 70% pada bulan maret yang
curah hujan yang diikuti oleh penurunan termasuk dalam kategori Cukup dan 44%
nilai kadar air tanah yang mencapai nilai pada bulan April yang termasuk kedalam
65% yang masih termasuk dalam kategori kategori Sedang. Pada bulan Mei hingga
Cukup. Pada bulan April hingga Mei Desember nilai curah hujan kembali
kembali mengalami peningkatan nilai mengalami peningkatan yang diikuti oleh
curah hujan yang diikuti oleh meningkatnya nilai kadar air tanah hingga
meningkatnya nilai kadar air tanah sebesar mencapai nilai maksimum sebesar 100%

8
yang termasuk dalam kategori Cukup.
Pada tahun 2010 ini intensitas terjadinya
La-Niña sangat kuat dari bulan Januari V. DAFTAR PUSTAKA
hingga Desember.
Fu'adah, A. T. (2014). Analisis Spasial
IV. KESIMPULAN Ketersediaan Air Tanah di Wilayah
Bandung Dengan Menggunakan Metode
1. Fenomena El-Niño menyebabkan Neraca Air Lahan.Skripsi.Universitas
berkurangnya intensitas curah Pendidikan Indonesia.Bandung.
hujan di wilayah pondok betung
yang diikuti oleh menurunnya nilai Fox, J. J., 2000, The Impact of the 1997-
kadar air tanah. Selama terjadinya 1998 El Nino on Indonesia, In : R.H.
El-Niño apabila intenstitasnya kuat Grove and J.Chappell (ed), El Nino –
nilai kadar air tanah dapat History and Crisis, Studies
mencapai negatif yang
from the Asia-Pacific region, The White
menandakan bahwa kadar air tanah
House Press, Cambridge, UK.
di wilayah pondok betung sangat
kurang pada periode tersebut. Ropelewski, C. F., dan Halpert, M. S.
Pengaruh El-Niño terlihat lebih 1987. Global and Regional Scale
kuat pada musim kemarau. Pada Precipitation Patterns Associated with The
saat terjadiny El-Niño kadar air El-Niño/Southern Oscillation. Monthly
tanah berada dalam kategori Weather Review
Sedang hingga Kurang.
2. Fenomena La-Niña menyebabkan Supari M, S. (2007). Sejarah Dampak El-
meningkanya nilai curah hujan Niño. Jakarta
yang diikuti dengan bertambahnya
nilai kadar air tanah. Selama Tjasyono, B. H. K., dan Harijono, S. W. B.
terjadinya Lanina apabila 2007. Meteorologi Indonesia Volume I.
intensitasnya kuat nilai kadar air BMG Jakarta.
tanah dapat mencapai nilai Thornthwaite, C.W. and Mather, J.R.
maksimum hingga 100% yang 1957. Instruction and Tables for
menandakan bahwa nilai kadar air ComputingPotensial Evapotranspiration
tanah pada periode tersebut sangat and The Water Balance.Drexel Institute of
mencukupi. Pada saat terjadinya Technology. Laboratory of
La-Niña kadar air tanah berada Climatology.New Jersey.USA.
dalam kategori Cukup hingga
Sedang. Wirjohamidjojo, S., dan Swarinoto, Y.S.
3. Hal ini menandakan bahwa kadar 2007. Praktek Meteorologi Pertanian.
air tanah sangat dipengaruhi oleh BMKG. Jakarta.
curah hujan.
PUSTAKA DARI INTERNET :
http://bmkg.go.id diakses pada Desember
2015

9
10

Anda mungkin juga menyukai