Anda di halaman 1dari 21

1.

Pendahuluan
Saat ini, UKM (Usaha Kecil dan Menengah) memegang peranan penting di dalam
perekonomian Indonesia. Data Kementerian Koperasi dan UKM mencatat jumlah UKM di Indonesia
sebanyak 55,206 juta unit usaha atau 99,99% dari total pelaku usaha yang jumlahnya sebanyak 55,211
juta unit usaha (http://www.depkop.go.id/, 2012). Jumlah ini berpotensi terus berkembang, apalagi
ditunjang dengan gerakan pemerintah yang mendorong munculnya wirausahawan-wirausahawan
baru. Pada tahun 2012, jumlah wirausahawan di Indonesia bertumbuh ke angka 1,56% dari total
jumlah penduduk, yang tadinya hanya 0,24% di tahun 2009 (Muharram dalam Sulistiyo, 2012).
Peningkatan jumlah UKM yang bertambah terus setiap tahunnya, tidak searah dengan
peningkatan dalam keberhasilan usaha mereka. Selain masalah lemahnya penerapan manajemen
UKM, hal lain yang menjadi permasalahan sebagian besar UKM ditanah air adalah rendahnya
penerapan teknologi produksi yang inovatif. Menurut Wijayanti dan Puspitasari mengutip Mc.Grath
et al. (1996), inovasi di dalam suatu usaha dapat menjadi sumber keunggulan kompetitif dibandingkan
dengan pesaing. Selain itu, inovasi juga merupakan inti dari semangat kewirausahaan, dimana seorang
pengusaha harus senantiasa berubah dengan melakukan inovasi untuk mencapai kesuksesan yang
lebih dalam bisnis (Adhi dan Bawono, 2009: 72). Lebih lanjut, inovasi juga dapat dipandang sebagai
kemampuan untuk menerapkan solusi kreatif terhadap permasalahan dan peluang untuk meningkatkan
atau untuk memperkaya kehidupan orang-orang (Zimmerer, 2008: 57).Oleh karena itu, inovasi mutlak
diperlukan, tidak terkecuali bagi UKM.
Dari penelitian yang dilakukan oleh Wijayanti dan Puspitasari (2005), diperoleh hasil bahwa
sejauh ini, sebagian besar jenis inovasi yang dilakukan oleh UKM adalah inovasi produk, yaitu
penciptaan produk-produk baru untuk dijual. Hasil penelitian tersebut juga menunjukkan bahwa
hanya sebagian kecil UKM yang melakukan inovasi dalam proses produksi. Inovasi proses produksi
dapat berwujud inovasi teknologi produksi seperti misalnya mesin pembuat rengginang (Triwitono,
2011) dan mesin pembuat kerupuk (Maksindo, 2004) yang saat ini sudah dijual dipasaran.
Diluar masalah jumlah UKM pencipta inovasi teknologi produksi yang masih relatif sedikit,
terdapat beberapa UKM yang tetap dapat menunjukkan eksistensinya. Artikel koran Kompas (2
Agustus 2010) berjudul “Inovasi ‘Nakal’ Eko Susilo” membuktikan hal ini. Dijelaskan bahwa Bapak
Eko Susilo sebagai pemilik dari usaha “Sehati” melakukan inovasi dengan cara menciptakan mesin-
mesin produksi untuk produksi makanan ringan. Usaha “Sehati” merupakan sebuah UKM yang
bergerak dalam usaha pembuatan makanan ringan berbahan baku kacang-kacangan. Inovasi yang
dilakukan berawal dari ketidaksengajaan dan proses berpikir yang unik. Bapak Eko Susilo mampu
menciptakan mesin-mesin produksi yang sangat inovatif sehingga menghasilkan proses produksi yang
efektif dan efisien. Beliau telah mendapatkan pengakuan atas inovasinya, yaitu masuk ke dalam 10
besar lomba kreativitas alat tingkat Jawa Tengah tahun 2010 (Kompas, 2 Agustus 2010) dan juga
sejumlah prestasi lainnya antara lain: salah satu dari 100 Inovasi paling Prospektif Nasional 2010;
juara harapan IKM Pangan Award Jateng 2012; Juara 3 Pelopor Ketahanan Pangan Jateng 2012;
juara 1 Penyuluh Pertanian Swadaya Kotamadya Salatiga 2013.
Untuk mempelajari proses inovasi pada sebuah usaha, dapat digunakan berbagai pendekatan.
Munandar (2009) mengatakan bahwa salah satu pendekatan yang dapat digunakan untuk melihat
sebuah inovasi adalah pendekatan 4P Kreativitas. Dalam pendekatan ini, inovasi dan kreativitas
diyakini merupakan dua hal yang saling berkaitan dan tidak dapat dipisahkan. Di dalam pendekatan
4P Kreativitas, inovasi dapat dilihat dari sudut dimensi Person, Press, Process, serta Product. Aspek
Person melihat kreativitas dari sudut pandang pribadi individu yang melakukan inovasi. Aspek Press
melihat faktor faktor pendorong lahirnya sebuah inovasi, Aspek Process melihat proses kreatif yang
dilakukan untuk dapat menghasilkan sebuah inovasi. Sedangkan aspek Product melihat bentuk hasil
akhir dari inovasi yang telah dilakukan.
Berdasarkan latar belakang di atas, maka studi ini bertujuan memperoleh gambaran berkaitan
dengan kegiatan dan proses inovasi di dalam sebuah UKM yang dalam hal ini mengambil kasus
usaha “Sehati” milik Bapak Eko Susilo, dengan menggunakan pendekatan 4P Kreativitas. Keunikan
dari mesin-mesin inovasi Bapak Eko Susilo serta proses penciptaannya merupakan hal yang menarik
untuk diketahui dari penelitian ini. Adapun persoalan yang akan diangkat di dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut:
1. Apa sajakah ciri-ciri kepribadian kreatif yang menonjol yang dimiliki oleh pemilik usaha
“Sehati” yang telah menciptakan inovasi dalam teknologi produksi?

2
2. Faktor-faktor apakah yang menjadi pendorong inovasi pemilik usaha “Sehati”?
3. Bagaimanakah proses inovasi teknologi yang dilakukan oleh pemilik usaha “Sehati”?
4. Apa sajakah hasil inovasi teknologi dari pemilik usaha “Sehati”?
5. Apakah manfaat yang diperoleh dari inovasi teknologi pemilik usaha “Sehati” baik bagi
pihak internal maupun eksternal?

2. Kajian Teoritis: Inovasi dan Pendekatan 4P Kreativitas


Hasan dan Setiadji (2010: 36) menyatakan bahwa inovasi adalah penemuan atau
terobosan yang menghasilkan produk baru yang belum pernah ada sebelumnya atau mengerjakan
sebuah produk yang sudah ada dengan cara yang baru. Berdasarkan berbagai sumber, inovasi
dapat diartikan sebagai sebuah proses kreatif untuk memecahkan permasalahan yang ada, dengan
cara menghasilkan produk baru yang belum pernah ada sebelumnya atau mengubah sebuah
produk yang sudah ada, sifatnya lebih luas dari sekedar penemuan dan berlaku untuk jangka
waktu yang lama.
Dalam perjalanannya, inovasi berkaitan erat dengan kreativitas. Kreativitas adalah
kemampuan untuk mengembangkan ide-ide baru dan untuk menemukan cara-cara baru dalam
melihat masalah dan peluang (Zimmerer dan Scarborough 2008: 57). Adhi dan Bawono (2009:
73) juga sepakat bahwa dengan kreativitas seseorang menciptakan ide-ide atau gagasan tentang
produk ataupun cara dalam menjalankan bisnis. Kemudian ide tersebut dikembangkan sehingga
menjadi hasil akhir dari inovasi. Bagaimana proses terciptanya suatu inovasi dan faktor-faktor
apa yang ikut berperan dalam penciptaan suatu hasil inovasi menjadi hal yang menarik untuk
dicermati. Menurut Munandar (2009), penciptaan inovasi ditentukan oleh berbagai faktor yang
dapat dilihat dengan menggunakan pendekatan 4P Kreativitas yang terdiri dari: dimensi person,
press, process dan product.

2.1.Dimensi Person dalam Inovasi


Dalam dimensi Person, kreativitas dalam inovasi dilihat dari sudut pandang kepribadian
individu yang bersangkutan. Kreativitas dipercaya merupakan sebuah kemampuan yang dimiliki
diri seseorang. Jung dalam Munandar (2009), menyatakan bahwa pengalaman dan karakteristik
individual memainkan peranan yang sangat penting dalam kreativitas. Berikut dikemukakan
berbagai ciri-ciri orang kreatif dari beberapa sumber.

Tabel 2.1
Ciri-Ciri Orang Kreatif Menurut Beberapa Sumber
Winardi Zimmerer dan Munandar
Scarborough
Suka mengamati masalah Tidak cepat puas. Rasa ingin tahu yang besar.
yang tidak diperhatikan Tidak mudah putus asa. Memiliki minat yang luas.
orang lain Menantang kebiasaan, Menyukai aktivitas kreatif.
rutinitas, dan tradisi. Mandiri dan Percaya diri.
Suka mencari ide-ide baru Suka termenung larut Berani mengambil resiko.
dari banyak sumber dalam pikiran. Tidak takut membuat
Menjadi pemikir yang kesalahan.
Cenderung emiliki banyak produktif. Berani mengemukakan
solusi alternatif ketika Melihat masalah dari pendapat.
menghadapi masalah. berbagai sudut pandang. Tidak mudah putus asa.
Tidak takut gagal. Penuh energi dan Spontan
Menentang hal-hal klise dan Melihat masalah sebagai Suka terhadap hal-hal baru.
tidak terhalang oleh batu loncatan bagi ide Humor yang tinggi.
kebiasaan-kebiasaan baru. Melihat masalah dari
Memiliki pemikiran yang berbagai perspektif.
fleksibel. Fleksibel. Suka mengkhayal mengenai
ide-ide.
Sumber: Winardi (2004), Zimmerer dan Scarborough (2008), Munandar (2009)

3
2.2. Dimensi Press dalam Inovasi
Dalam dimensi Press, kreativitas dilihat berdasarkan faktor-faktor apa saja yang
mendorong seseorang menjadi kreatif dan inovatif. Dorongan menjadi kreatif dan inovatif lebih
disebabkan setiap orang condong ingin mewujudkan potensinya, mewujudkan dirinya,
berkembang, serta menjadi matang (Munandar 2009: 37), . Faktor-faktor pendorong tersebut
dapat dilihat dari sisi internal inovator maupun dari sisi eksternalnya. Carter dan Williams dalam
Gracia (2003) mengatakan terdapat beberapa alasan sebuah usaha bisnis melakukan inovasi,
yaitu:
1. Keinginan untuk mengatasi kekurangan bahan baku.
2. Keinginan untuk mengatasi kekurangan tenaga kerja.
3. Keinginan untuk mengatasi kelebihan permintaan.
4. Adanya tuntutan dari konsumen akan tipe produk baru.
5. Adanya tekanan langsung dari persaingan industri dalam negeri maupun luar negeri.
Iswanto mengutip Walton (1987) berkata bahwa dorongan yang menyebabkan
perusahaan melakukan inovasi dapat disebabkan oleh faktor internal perusahaan maupun faktor
eksternal dari luar perusahaan. Faktor internal bisa berupa dorongan berinovasi yang muncul
karena adanya ketidakefisienan metode kerja yang selama ini digunakan di perusahaan.
Sedangkan faktor eksternal biasanya berupa adanya tekanan dari pasar produk dan pesaing. Hal
di atas ditegaskan oleh Winardi (2003: 201) bahwa dorongan untuk seseorang berpikir kreatif dan
inovatif dapat berasal dari berbagai macam sumber, seperti: masukan dan tuntutan dari pihak
konsumen; benchmarking praktek yang dilakukan perusahaan pesaing; masukan dari distributor;
peraturan dan dorongan dari pihak pemerintah; serta hasil dari kegiatan riset dan pengembangan
yang dilakukan pengusaha.

2.3. Dimensi Process dalam Inovasi


Dalam dimensi Process, kreativitas dalam inovasi dilihat sebagai sebuah proses berpikir
sejak awal sampai terciptanya suatu ide unik dan kreatif. Supardi mengutip De Bono (1970)
mengatakan bahwa terdapat empat tahapan dari proses kreativitas, yaitu:
1). Tahap persiapan atau akumulasi pengetahuan
Pada tahap ini seseorang mempersiapkan diri untuk memecahkan masalah dengan
mengumpulkan pengetahuan melalui membaca, bertanya dengan orang lain, menghadiri
pertemuan-pertemuan bisnis, ataupun terjun dalam bidang tertentu sehingga menyebabkan
ide-ide kreatif dapat terkumpul.
2). Proses inkubasi
Tahap inkubasi adalah tahap penantian ide kreatif yang diharapkan. Pada tahap ini seseorang
tidak harus terus-menerus memikirkan masalah yang sedang dihadapi, tetapi dapat sambil
melakukan kegiatan lainnya, yang sama sekali tidak ada hubungannya dengan masalah yang
dihadapi. Hal ini dilakukan supaya ide-ide spontan dapat muncul apabila pikiran dari individu
yang bersangkutan lebih rileks dan tidak terbebani suatu masalah.
3) Melahirkan ide
Pada tahap ini, ide atau solusi kreatif yang dicari selama ini mulai muncul. Terkadang ide
yang ditemukan dapat muncul di situasi yang tidak terduga dan spontan, bahkan muncul pada
saat yang tidak ada hubungannya dengan masalah yang ada. Setelah munculnya ide ini,
individu yang bersangkutan harus cepat tanggap untuk menangkap dan melanjutkan ide
tersebut ke tahap berikutnya.
4). Evaluasi dan implementasi
Tahap ini adalah tahap terakhir dari proses kreativitas. Dalam tahap ini, diperlukan sikap
serius, disiplin, dan konsentrasi. Dari ide yang muncul di dalam tahap ketiga, individu yang
bersangkutan harus menguji dan memodifikasi ide tersebut sehingga didapatkan bentuk yang
matang dari ide tersebut

4
2.4. Dimensi Product dalam Inovasi
Di dalam dimensi Product, kreativitas dalam inovasi dilihat dari apa yang dihasilkan
oleh individu baik sesuatu yang sama sekali baru atau sebuah penggabungan yang inovatif.
Menurut Hendro (2011: 124), inovasi dapat dibedakan menjadi:
1. Inovasi produk, yaitu inovasi yang dilakukan pada isi produk (rasa, kualitas) atau kemasan
(pembungkus, tulisan, warna, bentuk).
2. Inovasi marketing, yaitu inovasi yang dilakukan pada cara penjualan, pendistribusian, atau
pengiklanannya.
3. Inovasi proses, yaitu inovasi yang dilakukan pada proses penciptaan produk, proses
produksi, proses teknologi pengemasan, proses riset dan pengembangan, atau proses
menciptakan mesin baru.
4. Inovasi teknikal, yaitu inovasi yang dilakukan pada teknik desain, teknik pengerjaan, atau
teknik pengawasannya.
5. Inovasi administrasi, yaitu inovasi yang dilakukan pada penyimpanan data atau pada
pembuatan dan pengumpulan data.
Untuk hasil akhir (output) dari inovasi, Pearce dan Robinson (2007: 524) membagi
kedalam dua jenis, yaitu: inovasi inkremental (incremental innovation) dan inovasi terobosan
(breakthrough innovation). Inovasi inkremental (incremental innovation) diartikan sebagai
perubahan atau penyesuaian sederhana dari produk, jasa, atau proses yang ada. Pada inovasi
inkremental, yang menjadi kekuatan adalah penyempurnaan dari produk, jasa, ataupun proses
yang sudah ada sebelumnya sehingga diperoleh produk, jasa atau proses yang lebih baik.
Prinsip dari inovasi ini adalah modifikasi. Sebaliknya inovasi terobosan (breakthrough
innovation) adalah inovasi dalam hal produk, proses, teknologi, atau biaya yang menunjukkan
lompatan kuantum kearah perbaikan. Pada inovasi jenis ini, arah perbaikan dapat
menciptakan produk, proses, ataupun teknologi yang sama sekali baru. Secara umum inovasi
terobosan membutuhkan sumber daya yang lebih banyak serta resiko yang lebih banyak pula
dibandingkan dengan inovasi inkremental. Hal ini dikarenakan pada inovasi terobosan
memerlukan pertimbangan yang lebih matang dan memastikan bahwa hasil inovasi terobosan
dapat mendukung tujuan usaha di masa yang akan datang.

2.5. Manfaat Inovasi


Dari hasil akhir inovasi dapat diperoleh berbagai manfaat. White dan Bruton (2007)
menjelaskan bahwa terdapat dua jenis manfaat yang diperoleh dari inovasi dan teknologi,
yaitu:
1. Manfaat inovasi bagi perusahaan.
Inovasi dan teknologi tidak hanya berdampak pada satu sisi di dalam sebuah perusahaan,
namun dapat berpengaruh pada beberapa sisi. Teknologi baru memungkinkan perusahaan
mampu menekan harga dan meningkatkan kuantitas produk, sehingga dapat
meningkatkan penawaran dari perusahaan. Di sisi lain, teknologi baru memungkinkan
lebih banyak informasi mengenai produk yang diterima calon konsumen, sehingga lebih
banyak calon konsumen yang menjadi konsumen perusahaan tersebut. Dengan kata lain
teknologi dapat meningkatkan permintaan.
2. Manfaat inovasi bagi masyarakat.
Inovasi dan teknologi dapat bermanfaat bagi masyarakat pada umumnya. Rata-rata
industri yang bergerak di dalam bidang inovasi teknologi memiliki prospek yang cerah,
sehingga mampu menyerap lebih banyak tenaga kerja dibandingkan dengan industri yang
lain. Dengan cara ini pengangguran dapat ditekan dan kesejahteraan masyarakat dapat
meningkat.
Masih berkaitan dengan manfaat inovasi, menurut Tiwari dan Buse (2007), terdapat tiga
dampak atau manfaat inovasi pada proses produksi bagi internal usaha, yaitu: kualitas produk
yang semakin baik, biaya produksi yang semakin rendah, dan waktu produksi yang semakin
singkat. Ketiga dampak di atas dapat terjadi karena adanya proses reengineering. Jika
reenginering berhasil, maka sebuah usaha akan dapat meningkatkan kinerja organisasi dan
juga kinerja karyawannya (Davidson dalam Ellitan dan Anatan, 2009).

5
3. Metode Penelitian
Penelitian ini merupakan sebuah studi kasus yang dilakukan terhadap usaha “Sehati” yang
merupakan salah satu UKM yang memproduksi makanan ringan. Pada penelitian ini diteliti mengenai
proses dan bentuk inovasi yang dilakukan oleh pemilik usaha “Sehati” ditinjau dari pendekatan 4P
Kreativitas. Untuk pengumpulan data awal dibagi menjadi dua, yaitu pengambilan data primer dan
sekunder. Pengambilan data primer menggunakan metode wawancara langsung kepada narasumber
dengan bantuan pedoman pertanyaan wawancara yang telah disusun sebelumnya. Narasumber utama
pada penelitian ini adalah Bapak Eko Susilo sebagai pemilik usaha “Sehati”. Beliau merupakan
pelaku utama dari proses inovasi pada usaha ini. Selain itu dua narasumber yang lain adalah istri dan
salah satu karyawan Bapak Eko Susilo yang bernama Bapak Slamet. Istri Bapak Eko Susilo dipilih
sebagai salah satu nara sumber karena beliau mengetahui berbagai seluk beluk proses inovasi yang
telah dilakukan oleh Bapak Eko Susilo. Untuk karyawan, diputuskan hanya mewawancarai Bapak
Slamet, yang merupakan karyawan yang sudah bekerja sejak awal berdirinya usaha sampai saat ini
sehingga dia telah mengikuti proses inovasi yang dilakukan Bapak Eko Susilo. Selain memperoleh
data dengan pengambilan data primer, juga dilakukan pengambilan data sekunder. Pengambilan data
sekunder diperoleh dari artikel-artikel beberapa surat kabar yang pernah mengulas mengenai usaha
“Sehati”.
Untuk analisis data, penelitian ini menggunakan teknik analisis deskriptif kualitatif, yang
mana merupakan sebuah upaya analisis induktif terhadap data penelitian (Bungin (2010: 147).
Strategi yang digunakan adalah lebih awal memperoleh data sebanyak-banyaknya di lapangan dengan
mengesampingkan peran teori. Walaupun demikian, bukan berarti teori tidak penting di dalam teknik
analisis deskriptif kualitatif ini. Langkah selanjutnya adalah analisis terhadap data. Peran data lebih
penting dibandingkan dengan teori, sehingga di dalam analisis ini teori kemudian menyesuaikan
dengan temuan penelitian. Penelitian ini dilakukan sejak bulan Januari 2013 sampai dengan bulan
April 2013.
Untuk mendukung keabsahan hasil penelitian kualitatif diperlukan mekanisme tersendiri. Di
dalam penelitian ini digunakan teknik triangulasi dengan sumber data (Bungin, 2010, p.256). Teknik
ini memungkinkan untuk membandingkan data hasil wawancara antara narasumber yang satu dengan
narasumber yang lain serta dengan sumber data sekunder. Beberapa pertanyaan yang sama mengenai
inovasi Bapak Eko Susilo diajukan kepada Bapak Eko Susilo, istrinya, serta Bapak Slamet sehingga
didapatkan data yang sama kebenarannya, supaya hasil penelitian yang dimunculkan pun memiliki
tingkat keabsahan yang tinggi.

4. Hasil Penelitian dan Pembahasan


4.1. Gambaran umum Obyek Penelitian
Usaha “Sehati” adalah sebuah UKM di kota Salatiga Jawa Tengah, bergerak dalam usaha
pembuatan makanan ringan yang terbuat dari bahan baku kacang-kacangan dan berdiri pada
tanggal 14 Juni 2006. Usaha “Sehati” termasuk ke dalam kriteria usaha kecil. Di dalam Undang-
Undang nomor 20 tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah; sebuah usaha dapat
dikategorikan ke dalam usaha kecil apabila memiliki kekayaan bersih antara Rp 50.000.000,-
sampai Rp 500.000.000,- tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha, serta memiliki omset
tahunan antara Rp 300.000.000,- sampai dengan Rp 2.500.000.000,- (http://www.depkop.go.id/,
2008). Usaha “Sehati” memiliki kekayaan bersih sebesar Rp 400.000.000,- dan omset tahunan
rata-rata sebesar Rp 800.000.000,-. Saat ini usaha “Sehati” memiliki 11 orang karyawan.
Pada awal berdirinya, usaha ini hanya memproduksi satu jenis produk yaitu kacang telur
yang terbuat dari kacang tanah. Namun saat ini, usaha ini telah menghasilkan beberapa jenis
produk baru yang menggunakan hasil inovasi teknologi produksi yang diciptakan oleh bapak Eko
Susilo selaku pemilik usaha “Sehati” . Jenis dan variasi produk utama dari usaha “Sehati” saat ini
ditampilkan dalam tabel 4.1.
Sepintas tidak ada yang istimewa dari usaha “Sehati”. Namun di balik hal tersebut, usaha
“Sehati” memiliki keunggulan berupa inovasi usaha. Inovasi telah dilakukan oleh sang pemilik
sejak awal berdirinya usaha. Inovasi usaha yang dilakukan berfokus di dalam inovasi metode
produksi, yaitu dengan penciptaan mesin-mesin produksi makanan ringan yang sangat inovatif
dan bermanfaat.

6
Tabel 4.1
Jenis dan Variasi Produk Usaha “Sehati”

Tahun
No Produk Varian Mulai Keterangan
Produksi
1. Kacang Met-dji - 2006 Kacang goreng dibalut
tepung.
2. Kedelai Jazz Rasa manis, keju, dan 2008 Kacang kedelai goreng
keripik. dibalut tepung.
3. Kedelai Virgin Rasa bawang, keju, dan 2008 Kedelai goreng rendah
vegetarian. lemak.
4. Serbuk Kedelai, kacang hijau, beras 2010 Serbuk diseduh untuk
merah, dan beras hitam. minuman.
Kedelai, kacang hijau, beras
5. Jus hangat instan merah, dan beras hitam. 2012 Campuran serbuk dan gula
merah organik.
Sumber: data primer, 2013

Nilai lebih dari inovasi ini adalah mesin-mesin produksi yang diciptakan sebagian besar berasal
dari mesin-mesin bekas, kemudian dimodifikasi dan disesuaikan secara spesifik dengan tujuan
kegunaan sehingga menjadi mesin produksi yang bernilai tinggi dan menunjang produksi usaha
“Sehati”.
Pemilik dari usaha “Sehati” adalah Bapak Eko Susilo. Riwayat dari beliau adalah sebagai
berikut:

Tabel 4.2.
Riwayat Pemilik Usaha “Sehati”
Nama Eko Susilo
Lahir 18 Desember 1962
Riwayat Pendidikan 1.STM Otomotif Leonardo, Klaten (1978-1981).
2.Pendidikan Ahli Teknik Industri Gajah Tunggal
(PATIGAT) (1981-1984).
Riwayat Pekerjaan 1.PT.Gajah Tunggal (1984-1994).
2.PT.Sampoerna Percetakan Nusantara (1994-1996).
3.PT.Mega Rubber Tires (1996-2001).
4.PT. Puhan Indonesia (2001-2006).
5.Mendirikan usaha “Sehati” (2006).
Sumber: Bapak Eko Susilo; Kompas, 2 Agustus 2010

Bapak Eko Susilo memulai usaha “Sehati” sejak berumur 44 tahun. Dasar pendidikan
serta riwayat pekerjaan beliau sebelumnya tidak berhubungan dengan usaha makanan ringan yang
digelutinya sekarang karena beliau memulai usaha “Sehati” dengan terpaksa setelah keluar dari
pekerjaan sebelumnya karena tidak cocok dengan kebijakan pihak manajemen perusahaan.
Terakhir di perusahaan tempat beliau bekerja, Bapak Eko Susilo memegang jabatan sebagai
kepala produksi. Setelah keluar dari pekerjaan tetapnya, beliau mengalami desakan ekonomi
yang akhirnya membuat beliau mengesampingkan dasar pendidikan dan pekerjaan sebelumnya,
untuk memulai usaha kecil-kecilan membuat kacang telur dari kacang tanah. Alasan beliau
memilih usaha makanan ringan kacang telur adalah karena tidak membutuhkan modal yang besar
selain pertimbangan kemampuan memasak sang istri yang punya latar belakang pendidikan SMK
tata boga.
Berbagai hasil inovasi dari pemilik usaha “Sehati” adalah mesin-mesin produksi makanan
ringan yang inovatif dan berkualitas. Mesin-mesin hasil inovasi Bapak Eko Susilo adalah sebagai
berikut:
1. Mesin peniris minyak.
2. Sensor otomatis pengatur panas minyak goreng.

7
3. Mesin coating.
4. Mesin penepung Disk Mill.
5. Mesin pengupas kulit ari kacang kedelai.
6. Mesin pembersih kotoran kacang kedelai.

4.2. Gambaran penciptaan Inovasi Usaha “Sehati” ditinjau dengan pendekatan 4P Kreativitas
4.2.1. Dimensi Person
Ciri-ciri kepribadian kreatif mampu menjelaskan aspek Person di dalam pendekatan 4P
Kreativitas. Terdapat beberapa ciri-ciri pribadi kreatif yang sangat menonjol pada diri Bapak Eko
Susilo, yaitu:
1. Selalu mencari hal-hal baru.
Bagi Bapak Eko Susilo, mencari hal-hal baru merupakan kesukaannya. Kesukaannya ini
disalurkan dengan cara selalu meluangkan waktu untuk pergi ke pasar barang-barang bekas.
Kesukaan ini telah dilakukannya sejak beberapa tahun yang lalu. Beliau berkata:
“Saya tidak tahu kebiasaan ini baik atau tidak, saya dari dulu punya hobi
jalan-jalan ke pasar loak untuk lihat-lihat. Ya siapa tahu ada barang bekas
termasuk mesin-mesin yang masih bagus. Kan kalau bekas pasti juga
harganya jauh lebih murah. Kalau ada yang seperti itu biasanya saya mikir
mesin ini bisa dibuat apa ya. Kalau sudah begitu ya saya beli mesinnya itu dan
saya utak-atik di rumah.”

Hal ini juga ditegaskan oleh istri beliau, bahwa Bapak Eko Susilo memang memiliki hobi
mencari mesin-mesin bekas. Dengan cara ini, beliau senantiasa mengasah dirinya untuk
mampu berpikir kreatif. Dengan kebiasaan ini, beliau mampu menerka mesin-mesin bekas
yang dijual dapat dimodifikasi atau tidak.

2. Berpikir positif: melihat masalah sebagai batu loncatan menuju yang lebih baik.
Bapak Eko Susilo percaya bahwa setiap masalah memiliki hikmahnya masing-masing. Ketika
beliau terpaksa harus keluar dari pekerjaannya, dalam keadaan bingung beliau memilih untuk
memproduksi kacang telur dengan modal awal Rp 150.000,-. Pilihan usaha ini sangat kontras
dengan pekerjaan-pekerjaannya sebelumnya. Beliau hanya yakin bahwa segala sesuatu yang
terjadi adalah yang terbaik baginya. Terbukti bahwa langkah awal memproduksi kacang telur
membawanya menjadi seorang pengusaha sekaligus inovator sukses. Istri Bapak Eko Susilo
pun memuji beliau:
“Bapak itu punya kelebihan, dia selalu pasrah dan berserah kepada Tuhan.
Jadi waktu itu Bapak harus keluar dari pekerjaannya, terus Bapak bilang
bagaimana kalau kita buat kacang telur. Waktu itu saya memang kadang-
kadang membuat kacang telur terus dijual untuk sambilan. Bapak yakin bahwa
kita harus berusaha dan Tuhan yang menentukan. Ya saya bersyukur kalau
keputusan Bapak membuat kacang telur waktu itu bisa membuat Sehati sampai
seperti sekarang ini.”

3. Berpikir out of the box atau di luar kebiasaan.


Bapak Eko Susilo mampu berpikir out of the box sehingga mampu memikirkan solusi-solusi
yang tidak terpikirkan oleh orang lain. Selain itu hasil pemikirannya juga sederhana dan
praktis. Contoh yang sangat nyata adalah ketika beliau menciptakan mesin peniris minyak.
Belum ada yang dapat berpikir bahwa spinner pengering mesin cuci juga dapat digunakan
untuk membuang minyak yang ada di dalam kacang telur. Pemikirannya sederhana, dengan
adanya gaya sentrifugal atau putaran spinner, minyak yang ada di dalam kacang telur akan
terpental keluar. Namun yang menarik adalah pada awalnya kreativitas beliau pun diragukan
istrinya sendiri, seperti yang dikatakan beliau:
“Waktu saya punya ide spinner mesin cuci buat meniriskan kacang telur, saya
langsung coba-coba pakai mesin cuci punya istri saya. Waktu itu saya takut
ketahuan makanya saya coba waktu malam hari. Eh tidak tahunya saya
ketahuan karena bunyi mesin cucinya keras sekali sampai ‘glodak glodak

8
glodak’. Ya dia akhirnya bangun dan memarahi saya. Dia bilang kalau saya
ini aneh-aneh saja dan kalau mesin cucinya rusak bagaimana. Dia tidak setuju
pada awalnya. Ya memang akhirnya mesin cucinya rusak. Tapi setelah mesin
ciptaan saya jadi ya istri saya bilang kalau saya ini pintar juga ternyata,
hahaha”.

4. Tidak takut gagal dan senantiasa optimistis.


Bapak Eko Susilo adalah seseorang yang sangat optimistis. Saat pertama kali mencoba
menciptakan mesin yang benar-benar sempurna, beliau harus mengalami 100 kali lebih
percobaan. Namun beliau yakin bahwa apa yang dilakukannya ada di jalan yang benar. Bapak
Eko Susilo berkata bahwa walaupun beliau berulang kali gagal, namun suatu saat beliau pasti
akan menemukan keberhasilan. Beliau pernah mendapat pengalaman mengesankan dengan
mantan pimpinan perusahaannya yang berasal dari Jepang. Beliau berkata:
“Waktu itu ada bos saya dari Jepang datang dan melihat saya sedang
mengerjakan mesin yang cukup susah. Dia bertanya sama saya, ‘Bagaimana,
masih bisa?’, terus saya jawab ‘Wah susah Pak’. Bos saya terus menjawab
‘Ya sudah saya tunggu sampai kamu bisa’. Beberapa kali bos saya seperti itu.
Kemudian sampai pada suatu kali saya ditanya lagi ‘Bagaimana, masih
bisa?’. Karena saya jengkel berulang-ulang ditanya hal yang sama, saya
jawab ‘Tidak bisa Pak’, sontak bos saya langsung bilang ‘Goblok kamu, sudah
kamu keluar saja kalo tidak becus begitu!’. Dari situ saya jadi sadar asalkan
rajin semua masalah pasti terselesaikan”.

Dari pengalaman tersebut, Bapak Eko Susilo menjadi sadar bahwa saat menemui
permasalahan yang harus diatasi, beliau tidak boleh mudah menyerah, melainkan harus terus
berusaha mencari cara mengatasi permasalahan yang ada. Beliau yakin setiap permasalahan
pasti ada jalan keluarnya.
Dari ciri-ciri kreativitas Bapak Eko Susilo, diketahui bahwa kreativitas beliau bersumber
dari hasil rasa ingin tahu yang tinggi. Namun terdapat satu lagi sumber kreativitas yang utama,
yaitu faktor pengalaman. Dasar pendidikan dan pekerjaan beliau adalah teknik permesinan di
pabrik, tidak sejalan dengan usaha makanan ringan yang dijalankan sekarang. Dengan
pekerjaannya saat itu, beliau dituntut cepat belajar dan tanggap dalam menghadapi mesin-mesin
pabrik. Pada waktu beliau mendirikan usaha “Sehati”, secara tidak sadar pengalaman kerja
masa lalu mempengaruhi setiap tindakannya. Proses belajar dari pengalaman telah menuntun
beliau. Dengan pengetahuannya mengenai teknik permesinan, beliau mampu menciptakan
mesin-mesin produksi, walaupun harus melewati proses trial and error. Temuan ini sesuai
dengan yang dikemukakan Jung dalam Munandar (2009) bahwa ketidaksadaran dan peristiwa-
peristiwa penting di masa lalu cukup berpengaruh terhadap pembentukan pribadi kreatif
seseorang. Dengan tuntunan dari pengalaman masa lalu yang berkaitan, seorang inovator secara
tidak sadar akan lebih mudah dalam melakukan inovasi di dalam bidang yang sama.

4.2.2. Dimensi Press : Faktor-Faktor Pendorong Inovasi Pemilik Usaha “Sehati”


Berdasarkan hasil wawancara dengan nara sumber, ditemukan bahwa faktor-faktor
pendorong inovasi pada Bapak Eko Susilo dapat dibedakan menjadi faktor pendorong internal
dari dalam usaha sendiri, dan faktor pendorong eksternal yang berasal dari luar usaha.
Beberapa faktor pendorong yang bersumber dari sisi internal yang membuat Bapak Eko Susilo
mampu berinovasi secara kreatif adalah:
1. Tuntutan untuk efektif dan efisien dalam kegiatan produksi.
Bapak Eko Susilo berpegang pada prinsip bahwa produksi usaha “Sehati” harus
berdasarkan prinsip efektif dan efisien. Efektif berarti mampu melaksanakan kegiatan
produksi dengan baik. Sedangkan efisien berarti mampu melakukan kegiatan produksi
dengan menggunakan tenaga, waktu, serta biaya seminimal mungkin. Beliau berkata:
“Saat pertama kali saya membuat kacang telur, saya merasa kok waktu saya
habis untuk produksi, melumuri kacang dan menggoreng dari jam 3 pagi
sampai 5 sore setiap hari begitu. Saya kepikiran bagaimana kalau saya

9
membuat mesin pelumur kacang telur. Nah akhirnya saya buat itu mesin
coating. Dengan memakai mesin coating itu, produksi yang tadinya delapan
jam bisa jadi tinggal satu jam, jumlah yang dihasilkan juga tambah banyak.”

Berdasarkan pengalamannya selama ini, dengan penggunaan mesin-mesin hasil inovasi,


Bapak Eko Susilo yakin mampu mendapatkan keuntungan yang lebih besar dibandingkan
jika menggunakan sistem produksi manual. Menurut beliau:
“Saya pikir kendala terbesar UKM itu masalah gaji tenaga kerja yang
semakin mahal sehingga UKM tidak bisa berkembang. Nah kalau tenaga kerja
bisa digantikan mesin kan biaya untuk gaji bisa ditekan, tapi produk yang
dihasilkan bisa lebih banyak. Otomatis keuntungan yang didapatkan bisa
semakin banyak kan.”

2. Keinginan untuk peningkatan kualitas produk.


Keinginan untuk peningkatan kualitas produk adalah salah satu pendorong Bapak Eko
Susilo dalam melakukan inovasi. Pada awal berdirinya usaha beliau mengalami masalah
pada kualitas warna produk kacang telurnya yang jelek, berupa warna hasil penggorengan
yang tidak merata yang disebabkan karena suhu minyak goreng yang tidak stabil. Oleh
karena itu beliau melakukan modifikasi termometer sehingga terciptalah alat sensor
otomatis pengontrol panas minyak goreng. Dengan adanya alat ini, suhu minyak goreng
dapat diatur sehingga warna yang dihasilkan dari kacang telur pun menjadi bagus dan
merata.

3.Keinginan untuk membuktikan kemampuan diri.


Bapak Eko Susilo memiliki sifat optimistis, oleh karena itu beliau senantiasa ingin
membuktikan bahwa dirinya mampu berbuat sesuatu yang lebih sebagai suatu bentuk
tantangan terhadap diri sendiri. Pada satu waktu beliau mampu membalikkan anggapan
banyak orang bahwa kacang kedelai tidak dapat dikupas kulit arinya sampai 100%. Bapak
Eko Susilo bertutur demikian:
“Waktu itu bersamaan dengan pembuatan mesin penepung, saya harus cari
cara bagaimana mengupas kulit ari kedelai sebelum digiling, karena kata
orang-orang sebelum kedelai digiling kulit arinya harus dikupas. Saya sampai
pakai cara kedelainya dimasukkan ke dalam karung kemudian saya banting-
banting, ya sampai badan saya sakit semua. Nah tapi saya juga sudah tanya ke
orang-orang, juga cari-cari di internet, ternyata sudah ada mesinnya untuk
mengupas kulit ari kedelai, tapi mereka semua berkata kalau mustahil kedelai
bisa dikupas kulit arinya sampai 100% karena selama ini belum ada yang
mampu. Jadi walaupun pakai mesin itu, hasil kedelainya masih tetap ada kulit
arinya sedikit-sedikit. Ya saya tertantang dan penasaran juga apa iya tidak
bisa. Akhirnya saya coba-coba, saya pakai mesin giling tahu biasa terus saya
modifikasi. Lah akhirnya bisa itu hasil akhir kedelainya mulus bersih 100%
kulit arinya terkupas. Orang-orang juga heran sama saya. Padahal kan pada
dasarnya saya cuma utak-atik secara sederhana mesinnya itu.”

Selain itu, Bapak Eko Susilo ingin membuktikan diri bahwa beliau mampu bangkit dari
kegagalan dalam pekerjaan sebelumnya. Istrinya sendiri berkata:
“Ya setelah Bapak dulu keluar dari pekerjaan di pabrik cat terus membuat
usaha “Sehati” dan ternyata sekarang sukses, eh beberapa perusahaan tempat
Bapak kerja dulu meminta Bapak supaya mau bekerja di tempat mereka lagi.
Mereka tahu bapak memang terkenal bisa memaksimalkan kinerja mesin. Tapi
Bapak sudah tidak mau, Bapak bilang kalau ingin berusaha sendiri saja dan
jadi pengusaha.”

10
Hasil penelitian ini melalui wawancara mendalam dengan nara sumber juga menemukan adanya
sejumlah faktor yang berasal dari luar usaha yang menjadi pendorong bagi Bapak Eko Susilo
melakukan inovasi, sebagai berikut:

1. Harga mesin produksi sejenis lebih mahal dan kurang sempurna.


Beberapa mesin produksi usaha “Sehati” diciptakan untuk menyiasati adanya mesin sejenis
yang masih kurang sempurna tetapi berharga mahal di pasaran. Membeli mesin-mesin yang
sudah jadi bukan merupakan opsi yang dipilih untuk modernisasi metode produksi. Sebagai
contoh adalah mesin penepung Disk Mill yang digunakan untuk membuat serbuk kedelai dan
Jus Hangat Instan (JHI) dengan sangat lembut. Di pasar banyak dijual mesin giling biasa,
namun hasil penggilingan dari mesin ini masih sangat kasar. Kata beliau:
“Setelah mesin penepung saya jadi, saya pernah ditawari mesin penepung
buatan Jerman. Katanya hasil tepungnya bisa lembut sekali. Waktu saya tanya
harganya saya kaget sekali, harganya Rp 150 juta. Terus saya bilang ke yang
menawarkan, boleh tidak kalau saya tes dulu sebelum beli, dia mengiyakan. Eh
setelah saya tes ternyata hasilnya masih kasar, kalah sama mesin penepung
saya yang harganya cuma seberapa hahaha.”

2. Adanya tuntutan dari pasar.


Adanya tuntutan dari pasar cukup berpengaruh terhadap keputusan Bapak Eko Susilo untuk
menciptakan mesin-mesin produksi baru. Sebelum diciptakannya mesin pembersih
kotoran kedelai pada tahun 2011, beliau menggunakan air sebagai media pencuci kedelai
mentah. Suatu ketika terdapat banyak reseller protes karena rasa produk kedelai gorengnya
menjadi kurang enak sehingga dagangan mereka kurang laku. Hal ini membuat beliau
menyadari soal air pembersih kedelai yang dapat menghilangkan zat-zat yang ada di dalam
kedelai, sehingga beliau menciptakan sebuah mesin pembersih kotoran kacang kedelai
tanpa menggunakan air sebagai pembersihnya.

3. Dukungan dari orang terdekat.


Dukungan dari orang terdekat, yaitu istri, menjadi motivasi ekstra bagi Bapak Eko Susilo
untuk menciptakan mesin-mesin hasil inovasi. Beliau berkata:
“Istri saya sangat mendukung apa yang saya kerjakan. Walaupun saya pernah
dimarahi waktu pakai mesin cucinya buat meniriskan kacang telur hahaha.
Setelah itu tidak jarang dia menemani saya utak-atik mesin sampai jam tiga
pagi.”

Ketika beliau mengalami masa sulit di awal usaha, istrinya selalu setia mendampingi. Tidak
jarang beliau gagal, tetapi istrinya selalu memberikan dukungan moral. Dengan kesetiaan
istrinya, beliau mendapatkan motivasi yang tidak ada bandingannya untuk pantang
menyerah dalam berinovasi. Istri beliau memberikan pernyataan sebagai berikut:
“Saya sering menemani Bapak waktu dulu utak-atik mesin, kadang sampai jam
tiga pagi. Ya Bapak sibuk begitu, saya duduk di sampingnya lihat yang Bapak
kerjakan. Ya memang seperti itu terus membuat capai ya, tapi saya sadar bahwa
yang menguatkan saya untuk terus mendampingi Bapak adalah janji pernikahan
saya dan Bapak.”

Dari penjelasan di atas, jelas bahwa ada sejumlah faktor yang berada dibalik keberhasilan
penciptaan suatu inovasi. Faktor faktor tersebut ada yang berasal dari internal usaha. Namun
faktor yang berasal dari eksternal usaha juga tidak kalah pentingnya. Hal ini berbeda dengan
hasil penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Iswanto (2011) yang menemukan bahwa faktor
eksternal tidak berpengaruh terhadap inovasi. Di dalam penelitian ini didapatkan hasil bahwa
faktor dorongan eksternal memiliki peranan yang besar terhadap inovasi yang dilakukan.
Tuntutan untuk efektif dan efisien, keinginan untuk peningkatan kualitas produk, adanya
produk sejenis yang berharga mahal dan kurang sempurna, serta adanya tuntutan dari konsumen
merupakan hasil temuan yang sesuai dengan Carter dan Williams dalam Gracia (2003) serta

11
Walton dalam Iswanto (2001). Hal ini juga senada dengan pendapat Winardi (2003: 201)
bahwa salah satu sumber dorongan untuk berkreativitas dan berinovasi adalah para konsumen
dan perusahaan-perusahaan pesaing.
Ada dua hal menarik yang ditemukan dalam penelitian ini. Pertama adalah adanya
dorongan internal berupa keinginan untuk membuktikan diri. Rupanya memandang kehidupan
ini sebagai sebuah tantangan untuk berbuat dapat membuat seseorang memiliki semangat untuk
sukses berinovasi. Tidak ingin dipandang remeh serta keinginan diakui oleh orang lain
membuat seseorang lebih tekun dan giat dalam melakukan sesuatu. Kedua adalah dorongan
eksternal berupa dukungan dari orang terdekat. Hal ini cukup menarik karena ternyata efek
psikologis berupa dukungan orang terdekat cukup berperan dalam mempertahankan semangat
seseorang dalam melakukan inovasi yang prosesnya tidak mudah. Tidak menutup kemungkinan
ketika seorang inovator terus gagal dalam trial & error, orang tersebut akan menjadi patah
semangat. Namun ketika ada dukungan dari orang terdekat, semangat tersebut dapat terus dijaga
karena inovator tersebut merasa masih terdapat orang-orang yang peduli padanya. Dalam hal
ini, pelajaran yang dapat dipetik dari penelitian ini adalah bahwa apabila mau menjadi seorang
inovator, perlu memahami dan memiliki push factors yang dapat berasal dari internal maupun
eksternal.

4.2.3. Dimensi Product dan Process dari Inovasi Teknologi Pemilik Usaha “Sehati”
Hasil inovasi teknologi Bapak Eko Susilo adalah berupa mesin-mesin produksi.
Kreativitas Bapak Eko Susilo mampu ditransformasikan menjadi hasil akhir mesin yang
inovatif. Beliau menghasilkan ide-ide orisinal yang benar-benar baru sehingga dapat
menghasilkan inovasi terobosan, di samping juga menyempurnakan sesuatu yang telah ada
sebelumnya sehingga menghasilkan inovasi inkremental. Mesin hasil pemikiran ide orisinal
Bapak Eko Susilo dapat dilihat dalam tabel
Tabel 4.3.
Mesin Hasil Inovasi Terobosan
Nama Mesin Mesin peniris minyak goreng.
Bentuk Mesin

Gambar 1. Mesin Peniris Minyak


Deskripsi Mesin Mesin ini digunakan untuk meniriskan minyak hasil dari penggorengan
kacang tanah atau kedelai.
Waktu Penciptaan Tahun 2006.
Bentuk Inovasi Di pasar beredar mesin peniris minyak yang berbeda konsep dengan
mesin peniris minyak ciptaan Bapak Eko Susilo. Bentuk inovasi mesin
peniris minyak beliau adalah:
1. Menggunakan motor spinner mesin cuci sehingga putaran mesin
lebih halus, sedangkan mesin peniris minyak di pasar menggunakan
mesin sepeda motor sehingga putaran mesin kasar.
2. Desain sederhana dan lebih kecil dibandingkan mesin peniris
minyak di pasaran.
Konsep Kerja Mesin menghilangkan minyak dari kacang yang telah digoreng dengan
cara memutar hasil penggorengan dengan kecepatan tinggi,
menyebabkan minyak dari kacang terlempar keluar.
Nilai Mesin Rp 800.000,-

12
Produk inovasi Bapak Eko yang merupakan hasil inovasi inkremental yaitu berasal dari
penyempurnaan mesin yang sudah ada sebelumnya, berjumlah 5 macam mesin sebagai berikut:

Tabel 4.4
Mesin Hasil Inovasi Inkremental 1
Nama Mesin Sensor otomatis pengontrol panas minyak goreng.
Bentuk Mesin

Gambar 2. Sensor Pengontrol Panas Minyak Goreng


Deskripsi Mesin Sensor otomatis pengontrol minyak goreng digunakan untuk
mengontrol suhu minyak goreng agar tetap stabil
Waktu Penciptaan Tahun 2006.
Bentuk Inovasi Sensor pengontrol panas minyak goreng cukup familiar digunakan
oleh perusahaan makanan ringan skala besar, namun untuk skala
UMKM ide penggunaan alat ini masih tergolong baru. Alat utama
yang digunakan adalah termometer. Inovasi yang dilakukan adalah
menambahkan tombol-tombol pengatur suhu otomatis dan sebuah
alarm.
Konsep Kerja Ketika dilakukan proses penggorengan, suhu minyak goreng yang
diinginkan diatur menggunakan tombol yang ada. Termometer
dihubungkan dengan kawat ke dalam minyak. Ketika suhu yang
diinginkan telah dicapai, alarm akan menyala secara otomatis sehingga
dapat mengingatkan karyawan.
Nilai Mesin Rp 1.200.000,-
Sumber: data primer, 2013

Tabel 4.5.
Mesin Hasil Inovasi Inkremental 2

Nama Mesin Mesin coating.


Bentuk Mesin

Mesin Pelumur Bumbu Mesin Pelumur Tepung

13
Gambar 5. Mesin Ayak

Deskripsi Mesin Mesin coating merupakan satu paket mesin yang terdiri dari mesin
pelumur bumbu, pelumur tepung, dan mesin ayakan. Mesin ini
digunakan untuk proses pelumuran kacang dengan bumbu dan tepung.
Dengan menggunakan mesin ini terjadi penghematan waktu produksi.
Waktu Penciptaan Akhir tahun 2006 sampai awal tahun 2007
Bentuk Inovasi Dari satu paket mesin coating, hanya mesin ayak yang merupakan
hasil modifikasi, sedangkan kedua mesin lainnya tidak dimodifikasi
karena sudah cukup sempurna. Mesin ayak berasal dari mesin
pengaduk yang sama dengan kedua mesin lainnya namun ditambah
dengan ram ayakan.
Konsep Kerja Konsep mesin ini menyerupai mesin pengaduk semen. Kacang
dimasukkan kedalam mesin pelumur bumbu, selanjutnya kacang
tersebut dimasukkan ke dalam mesin pelumur tepung. Proses terakhir
kacang dimasukkan ke dalam mesin ayak, sehingga didapatkan ukuran
yang sama dan siap digoreng. Apabila masih terdapat kacang pra-
goreng yang kurang sempurna, proses ini diulangi lagi sampai lima
kali putaran sehingga didapatkan hasil yang sempurna.
Nilai Mesin Rp 10.000.000,-
Sumber: Hasil Wawancara, 2013

Tabel 4.6.
Mesin Hasil Inovasi Inkremental 3

Nama Mesin Mesin penepung Disk Mill.


Bentuk Mesin Bentuk mesin tidak dapat dipublikasikan karena terkait hak paten.
Deskripsi Mesin Kegunaan mesin ini adalah untuk memproduksi serbuk dan Jus Hangat
Instan (JHI). Mesin penepung Disk Mill 100% dapat melewati
saringan berukuran mesh 100* dan jauh lebih halus dibandingkan
dengan produk sejenis di pasaran.
Waktu Penciptaan Tahun 2010.
Bentuk Inovasi Mesin penepung Disk Mill berasal dari mesin penepung yang dibeli,
kemudian dimodifikasi ulang agar menghasilkan tepung yang lebih
halus. Modifikasinya adalah mengganti ayakan yang terdapat pada
mesin tersebut dengan ayakan yang lebih halus. Di sisi lain, sistem
kerja mesin juga diubah, ketika tepung yang dihasilkan masih kasar
tepung tersebut otomatis akan digiling ulang sampai didapatkan
tepung yang lebih halus.
Konsep Kerja Konsep kerja mesin tidak dapat dipublikasikan karena rahasia terkait
hak paten.
Nilai Mesin Rp 8.000.000,-
Sumber:Hasil Wawancara, 2013.*)Saringan berukuran mesh 100 berarti dalam jarak 1 inchi
saringan tersebut memiliki 100 lubang.

14
Tabel 4.7.
Mesin Hasil Inovasi Inkremental 4

Nama Mesin Mesin pengupas kulit ari kedelai.


Bentuk Inovasi Bentuk mesin tidak dapat dipublikasikan karena mesin ini sudah tidak
terpakai.
Deskripsi Mesin Kegunaan mesin ini untuk mengupas kulit ari kedelai sampai
terkelupas 100%. Namun mesin ini sudah tidak lagi digunakan setelah
Bapak Eko Susilo menemukan bahwa kulit ari kedelai mengandung
zat yang berguna bagi tubuh.
Waktu Penciptaan Tahun 2010.
Bentuk Inovasi Mesin pengupas kulit ari kedelai didapatkan dari modifikasi mesin
penggiling tahu, hanya melakukan perubahan diameter piringan besi
pada mesin penggiling tahu.
Konsep Kerja Konsep kerja dari mesin ini sama dengan konsep kerja awal mesin
penggiling tahu.
Nilai Mesin Rp 300.000,-
Sumber: Hasil Wawancara, 2013

Tabel 4.8.
Mesin Hasil Inovasi Terobosan 5

Nama Mesin Mesin pembersih kotoran kedelai.


Bentuk Mesin

Gambar 6. Mesin Pembersih Kotoran Kedelai


Deskripsi Mesin Mesin ini digunakan untuk membersihkan kedelai mentah yang akan
digunakan untuk produksi tanpa menghilangkan zat-zat yang berguna
di dalam kedelai.
Waktu Penciptaan Tahun 2011.
Bentuk Inovasi Mesin pembersih kotoran kedelai berasal dari modifikasi mesin
penggiling tahu, sama dengan mesin pengupas kulit ari kedelai.
Piringan besi yang ada di dalam mesin penggiling tahu diganti dengan
karpet. Ditambahkan juga blower untuk menghilangkan debu yang
masih menempel di kedelai.
Konsep Kerja Mesin pembersih kotoran kedelai bekerja tanpa menggunakan air
sebagai pembersih kotoran. Konsep kerja dari mesin ini, kedelai
dibersihkan dengan cara disikat oleh piringan karpet, kemudian
kedelai tersebut ditiup oleh blower sehingga kotoran yang menempel
pada kedelai dapat hilang seluruhnya.
Nilai Mesin Rp 1.300.000,-
Sumber: Hasil wawancara, 2013

Proses inovasi teknologi Bapak Eko Susilo dapat dilihat sejak timbulnya masalah,
munculnya ide-ide kreatif, sampai ide tersebut dapat diimplementasikan menjadi sebuah inovasi

15
untuk menyelesaikan masalah tersebut. Produk mesin yang merupakan hasil inovasi dari Bapak
Eko Susilo dapat dikelompokkan ke dalam dua bentuk, yaitu inovasi teroboson dan inovasi
inkremental. Oleh karena itu, pemaparan proses inovasi juga dibedakan menjadi dua, yaitu
proses inovasi terobosan dan proses inovasi inkremental.
Inovasi terobosan merupakan inovasi yang dapat menghasilkan produk, alat, atau sistem
kerja yang selama ini belum ada. Mesin yang merupakan hasil dari inovasi terobosan Bapak
Eko Susilo adalah mesin peniris minyak. Penciptaan mesin peniris minyak goreng didahului
dengan adanya masalah bau tidak enak (tengik) dan tidak tahan lamanya kacang telur yang
diproduksi setelah dicermati ternyata ditemukan bahwa penyebab bau tengik disebabkan
karena kadar minyak goreng yang tersimpan dalam kacang telur masih banyak (kurang
kering).
Proses inkubasi sampai melahirkan ide memerlukan waktu yang cukup lama. Saat itu
beliau berusaha dengan banyak cara untuk mengatasi masalah ini, namun beliau sulit
mendapatkan ide. Bapak Eko Susilo berkata:
“Saya bingung bagaimana caranya menghilangkan sisa minyak goreng di
dalam kacang telur. Waktu itu spontan saya dapat ide waktu melihat istri saya
mencuci pakai mesin cuci, terus saya lihat spinner-nya. Eh langsung saja saya
kepikiran kenapa tidak saya meniriskan minyak pakai spinner mesin cuci saja.”

Beliau kemudian mencoba memasukkan kacang telur yang habis digoreng ke dalam
mesin cuci dan di spin seperti layaknya orang mengeringkan baju pakai mesin cuci. Hasilnya di
luar dugaan, ternyata minyak di dalam kacang telur dapat hilang seluruhnya. Ini membuat
beliau membeli mesin cuci bekas, mengambil spinner pengeringnya, dan mengembangkannya
menjadi mesin peniris minyak. Trial & error terjadi berulang kali, sampai akhirnya mesin ini
benar-benar sempurna. Pak Eko mengakui:
“Sudah hampir ratusan kali saya melakukan percobaan membuat mesin ini.
Waktu awal-awal spinner mesin cucinya cuma bertahan satu bulan karena
penyok, lha tidak kuat kena minyak panas terus. Satu per satu percobaan selalu
saya catat biar saya tahu perkembangannya. Pada akhirnya mesin ini bisa
seperti sekarang.”

Dari proses inovasi mesin peniris minyak di atas, maka dapat digambarkan diagram
inovasi terobosan yang dilakukan Bapak Eko Susilo:

Diagram 1. Diagram Inovasi Terobosan

Proses Persiapan atau Proses Inkubasi


Akumulasi Pengetahuan
Dibutuhkan waktu inkubasi yang
Masalah timbul. Di sisi lain cukup lama untuk menemukan
pengetahuan didapatkan dari ide kreatif karena belum terbiasa.
pengalaman pekerjaan
sebelumnya.

Proses Evaluasi dan Proses Melahirkan Ide


Implementasi
Munculnya ide secara spontan
Hanya "just do it" atas ide yang saat melihat cara kerja alat lain
muncul pada tahap sebelumnya. yang tidak berhubungan namun
membutuhkan banyak percobaan dirasa dapat diaplikasikan.
untuk inovasi ini.

16
Inovasi inkremental merupakan inovasi berupa penyempurnaan dari produk maupun
proses yang telah ada sebelumnya. Pada inovasi Bapak Eko Susilo, proses inovasi incremental
lebih mendominasi. Terdapat lima buah mesin yang merupakan hasil dari inovasi inkremental
beliau, yaitu alat sensor otomatis pengatur panas minyak goreng, mesin coating, mesin
penepung Disk Mill, mesin pengupas kulit kedelai, serta mesin pembersih kotoran kedelai.
Pada tahap awal, Bapak Eko Susilo melihat adanya masalah tidak efektif dan tidak
efisiennya proses produksi penggorengan, pelumuran kacang telur, penepungan, pengupasan kulit
ari kedelai, serta pembersihan kedelai mentah. Beliau berusaha mencari ide dengan cara banyak
berkunjung ke pasar barang bekas. Dengan cara ini, beliau berusaha mencari mesin-mesin bekas
untuk dimodifikasi guna mengatasi masalah yang ada.
Proses inovasi inkremental Bapak Eko Susilo seluruhnya dilakukan setelah proses inovasi
terobosan. Beliau bercermin dari inovasi terobosan yang telah dilakukannya. Masa inkubasi dari
proses inovasi inkremental terlihat lebih singkat karena adanya pengalaman inovasi terobosan
sebelumnya. Saat beliau melihat mesin-mesin bekas yang ada, beliau langsung mendapatkan ide
untuk menyempurnakan mesin-mesin tersebut.
Pada tahap implementasi inovasi inkremental, Bapak Eko Susilo melakukan lebih sedikit
percobaan dibandingkan pada proses inovasi terobosan. Modifikasi mesin yang dilakukan oleh
beliau kebanyakan adalah modifikasi sederhana, dimana kebanyakan orang tidak memikirkannya.
Penciptaan mesin pengupas kulit ari kedelai membuktikan hal ini. Banyak orang beranggapan
bahwa tidak mungkin kulit ari kedelai dapat terkupas 100% walaupun dengan menggunakan
mesin. Namun Bapak Eko Susilo dapat memodifikasi mesin penggiling tahu sehingga dapat
mengupas kulit ari kedelai dengan sempurna. Hanya dengan mengubah ukuran diameter piringan
besi penggiling tahu, mesin ini langsung dapat mengupas kulit ari kedelai hingga 100%.
Pemikiran-pemikiran sederhana ini diterapkan pada seluruh modifikasi mesin proses inovasi
inkremental beliau. Pada tahap akhir implementasi juga terdapat langkah pematenan hasil inovasi
untuk salah satu mesin, yaitu mesin penepung Disk Mill. Pematenan ini dilakukan karena Bapak
Eko Susilo disadarkan oleh seorang teman bahwa mesin ini sangat inovatif dan merupakan asset
yang sangat berharga.
Dari penjelasan di atas, dapat digambarkan diagram proses inovasi inkremental secara
umum yang dilakukan oleh Bapak Eko Susilo sebagai berikut:

Diagram 2. Diagram Inovasi Inkremental

Proses Persiapan atau Proses Inkubasi


Akumulasi Pengetahuan
Memerlukan lebih sedikit waktu
Pengetahuan didapatkan dari untuk memperoleh ide apabila
pengalaman pekerjaan dibandingkan dengan masa
sebelumnya. inkubasi inovasi terobosan.

Proses Evaluasi dan Proses Melahirkan Ide


Implementasi
Ide muncul setelah melihat mesin
Memodifikasi mesin yang sudah ada, lain yang sejenis namun terdapat
menambahkan beberapa bagian baru kelemahannya, sehingga dirasa
dengan sedikit trial & error. Ada dapat disempurnakan kembali.
pematenan untuk satu mesin.

Dari proses inovasi terobosan dan proses inovasi inkremental di atas, terlihat adanya
persamaan dan perbedaan di antara keduanya. Persamaan dari kedua proses kreativitas ini adalah
pada tahap persiapan atau akumulasi pengetahuan, keduanya sama-sama mengandalkan
pengalaman kerja di masa lalu sebagai sumber kreativitas. Terdapat tiga perbedaan di antara

17
kedua proses ini. Pertama, pada tahap inkubasi, inovasi terobosan membutuhkan waktu yang lebih
banyak dibandingkan dengan inovasi inkremental. Kedua, pada tahap melahirkan ide, ide yang
muncul pada inovasi terobosan bersifat spontan saat melihat produk atau sistem yang berbeda
namun aplikatif. Berbeda dengan inovasi inkremental, dimana ide muncul saat melihat produk
atau sistem sejenis yang terasa kekurangannya. Ketiga, pada tahap evaluasi dan implementasi,
inovasi terobosan cenderung lebih banyak membutuhkan trial & error dibandingkan dengan
inovasi inkremental. Hal ini dapat dipahami karena inovasi terobosan harus dimulai dari dasar,
sedangkan inovasi inkremental tinggal melakukan modifikasi sederhana pada mesin yang sudah
ada disesuaikan dengan kebutuhan.

4.3. Manfaat yang Diperoleh dari Inovasi Teknologi Usaha “Sehati”


Inovasi yang dilakukan oleh Bapak Eko Susilo membawa banyak manfaat baik bagi
usaha Sehati sendiri maupun pihak lain. Untuk manfaat internal usaha Sehati, penerapan hasil
inovasi teknologi membawa sejumlah manfaat berikut:

1. Manfaat Efisiensi Proses Produksi


Proses inovasi yang dilakukan oleh Bapak Eko Susilo menghasilkan output inovasi yang
bermanfaat bagi proses produksi secara keseluruhan. Beliau tidak hanya mengubah alat, namun
mengubah metode dengan alat-alat yang ada. Ketika metode produksi yang digunakan berkualitas
baik, dengan tidak mengesampingkan peran karyawan, maka secara langsung akan menghasilkan
produk yang berkualitas baik juga. Hal ini sesuai dengan hasil wawancara, di mana Bapak Eko
Susilo berpendapat bahwa inovasi pada metode produksi dapat meningkatkan kualitas dari
produk. Hal ini tampak dari pernyataannya berikut:
“Kalau bahan baku kelas A, orang yang mengerjakan kelas A, tapi metode yang
digunakan kelas B, hasilnya bisa jadi kelas B atau C. Kalau bahan baku kelas
A, orang yang mengerjakan kelas B, dan metode yang digunakan kelas B, maka
hasilnya juga bisa jadi kelas B atau C. Kalau bahan baku kelas B, orang yang
mengerjakan kelas B, tapi metodenya kelas A, maka hasilnya bisa kelas A atau
B. Kalau bahan bakunya kelas B, orang yang mengerjakan kelas A, dan metode
yang digunakan juga A, maka hasilnya pasti kelas A.”

Dari pernyataan di atas jelas bahwa metode produksi memiliki peran yang sangat penting dalam
menghasilkan produk yang berkualitas. Terasa sia-sia apabila bahan baku yang digunakan
berkualitas nomor satu, namun metode produksi yang digunakan hanya seadanya, maka tidak
akan mungkin dapat menghasilkan produk yang berkualitas baik.

2.Manfaat Inovasi Bagi Karyawan Usaha “Sehati”


Inovasi yang dilakukan oleh Bapak Eko Susilo memberi dampak positif bagi karyawan
usaha “Sehati”. Beliau mewajibkan seluruh karyawan di bagian produksi untuk menguasai sistem
kerja seluruh mesin hasil inovasi. Beliau mempersilahkan karyawan merombak mesin-mesin hasil
inovasinya jika dirasa mesin-mesin tersebut masih kurang efektif dan efisien. Bahkan terkesan
beliau mempercayakan mesin-mesin tersebut kepada mereka. Hal ini dimaksudkan supaya
karyawan dapat mengembangkan kreatifitas dan pengetahuan mereka sehingga berguna untuk
masa depan karyawan sendiri. Bapak Slamet, salah seorang karyawan Bapak Eko Susilo berkata:
“Pak Eko sering meminta karyawan untuk menguasai semua bagian produksi,
termasuk saya. Saya sendiri biasanya cuma bekerja di bagian penggorengan
sejak dulu pertama kali ikut Pak Eko, tapi sekarang saya juga harus menguasai
bagian penepungan. Memang Pak Eko ingin supaya jika ada karyawan yang
tidak masuk, maka tidak mengganggu produksi, karena ada karyawan lain
yang menggantikan. Tapi di balik itu saya tahu kalau Pak Eko juga ingin
karyawan itu bertambah pintar dan berkembang. Dia malah menyuruh
karyawan untuk bongkar-bongkar mesin kalau karyawan merasa bisa lebih
baik. Contohnya mesin peniris minyak ini, Pak Eko dulu cuma membuat
dalamnya saja, tapi penutup luarnya itu malah karyawan yang merancang dan
membuatnya.”

18
Dengan cara ini, diharapkan setelah karyawan tidak lagi bekerja di usaha “Sehati” mereka
dapat mandiri berkat skill yang diperoleh dari Bapak Eko Susilo. Beliau sendiri malah berharap
bahwa karyawan-karyawannya tidak berlama-lama bekerja di tempat usahanya, namun segera
mandiri dengan membuka usaha dengan modal keterampilan yang telah diperoleh dari beliau.

3. Manfaat Inovasi Bagi Masyarakat Sekitar


Bagi Bapak Eko Susilo, inovasi yang telah dilakukannya diharapkan tidak hanya
bermanfaat bagi proses produksi usaha “Sehati”, namun juga dapat bermanfaat bagi orang lain.
Beliau ingin agar banyak orang terinspirasi dari hasil inovasinya sehingga mampu menjadi
pengusaha sekaligus inovator. Beliau membebaskan semua orang melihat sistem kerja mesin-
mesin hasil produksinya, kecuali untuk mesin penepung Disk Mill yang telah dipatenkan. Bapak
Eko Susilo berkata:
“Sebelum mesin penepung ini saya patenkan, waktu itu saya ikut pameran mesin
produksi di Jogja. Kebetulan ada perusahaan broker teknologi dari Jerman
yang lihat mesin penepung saya. Eh mereka tertarik terus langsung menanyai
saya begini ‘Pak, Bapak ingin kaya apa terkenal? Mesin ini kami beli saja hak
patennya, nanti Bapak bisa jadi kaya dan terkenal’. Tapi saya jawab tidak,
soalnya saya ingin kalau mesin-mesin saya bisa bermanfaat buat orang lain
juga. Kalau mesin ini sudah dibeli hak patennya kan pastinya saya sudah tidak
bisa bongkar-bongkar lagi. Ya tetapi akhirnya mesin penepung ini saya
patenkan sendiri karena ditakut-takuti teman saya. Kalau untuk mesin yang lain
biarlah begitu saja tidak usah saya patenkan supaya bisa buat orang lain
belajar.”

Sebenarnya Pak Eko dapat mematenkan seluruh karya inovasinya dan mendapatkan keuntungan
pribadi, namun beliau menolak. Hal ini cukup beresiko, tentunya orang lain dapat menjiplak dan
mematenkan mesin-mesin tersebut terlebih dahulu. Namun beliau hanya berusaha ikhlas dalam
membantu orang lain dan percaya bahwa Tuhan akan memberikan sesuatu yang terbaik baginya.
Pernyataan beliau diperkuat oleh perkataan istrinya yaitu:
“Tadinya saya juga sama seperti orang lain, sering bertanya ke Pak Eko, kalau
mesin-mesin ini ditiru orang lain bagaimana nantinya. Tapi saya mulai belajar
dari Pak Eko, belajar untuk ikhlas dan longgar kepada orang lain. Yakin bahwa
Tuhan selalu menyediakan jalan bagi setiap orang. Lagipula, Tuhan selalu
memberikan semua pada kita gratis, makanya Pak Eko dan saya juga belajar
untuk memberikan ilmu yang dipunyai secara gratis”.

Dari penelitian ini ditemukan sejumlah manfaat inovasi seperti yang telah diuraikan di
atas. Beberapa temuan sesuai dengan Tiwari dan Buse (2007), bahwa bagi internal perusahaan
inovasi memiliki manfaat untuk meningkatkan kualitas produk, memperkecil biaya, serta
mempersingkat waktu produksi. Temuan ini juga memperkuat hasil temuan dari Soleh (2008) dan
Putra (2011) yang menyimpulkan bahwa inovasi memiliki pengaruh yang positif terhadap kinerja
perusahaan. Inovasi juga dapat bermanfaat bagi masyarakat sekitar. Inovasi yang dilakukan dapat
menginspirasi orang lain untuk melakukan hal yang serupa sehingga orang lain terdorong pula
untuk menjadi lebih baik. Hal ini sesuai dengan teori yang diungkapkan White dan Bruton (2007),
yaitu inovasi dapat menjadi pembawa perubahan dalam masyarakat untuk menjadi lebih baik.
Terdapat hal menarik di dalam temuan penelitian ini, yaitu inovasi pada sebuah usaha ternyata
juga dapat bermanfaat bagi karyawan di dalam usaha tersebut dalam peningkatan kemampuan
atau skill mereka. Manfaat inovasi bagi karyawan pastinya cukup kontradiktif dengan realitas saat
ini, dimana kebanyakan pengusaha sekaligus inovator biasanya melindungi hasil inovasi mereka
dari ekspos orang lain, termasuk dari karyawan mereka sendiri dengan alasan takut adanya
penjiplakan yang marak terjadi.

19
5. Penutup
5.1. Kesimpulan
Dari hasil penelitian ini diperoleh kesimpulan bahwa inovasi yang dilakukan Bapak Eko
Susilo dapat dilihat dengan menggunakan pendekatan 4P Kreativitas (Person, Press, Process,
Product). Bapak Eko Susilo merupakan seseorang yang kreatif. Hal ini terbukti dari ciri-ciri
kepribadian kreatif yang menonjol pada dirinya. Ciri-ciri tersebut adalah selalu mencari hal-hal
yang baru, melihat masalah sebagai batu loncatan, berpikir out of the box atau di luar kebiasaan,
dan tidak takut gagal sehingga senantiasa bersikap optimistis. Faktor pengalaman kerja
sebelumnya juga didapati sangat dominan dalam mempengaruhi kreativitas beliau.
Untuk mampu melakukan inovasi, Bapak Eko Susilo membutuhkan dorongan. Dorongan
ini dapat dibagi menjadi dua, yaitu dorongan internal dan eksternal. Dorongan internal terdiri dari
tuntutan untuk efektif dan efisien dalam kegiatan produksi, keinginan untuk peningkatan kualitas
produk, serta keinginan untuk membuktikan kemampuan diri. Sedangkan dorongan eksternal
terdiri dari adanya harga mesin produksi sejenis yang lebih mahal dan kurang sempurna di
pasaran, adanya tuntutan dari pasar/ konsumen, serta adanya dukungan dari orang terdekat.
Untuk proses inovasi yang dialami Bapak Eko Susilo, dapat dibagi menjadi dua menurut
hasil inovasi teknologi yang dihasilkan, yaitu hasil inovasi terobosan dan hasil inovasi
inkremental. Hasil inovasi terobosan adalah mesin peniris minyak. Sedangkan hasil inovasi
inkremental terdiri dari sensor otomatis pengatur panas minyak goreng, mesin coating, mesin
penepung Disk Mill, mesin pengupas kulit ari kedelai, dan mesin pembersih kotoran kedelai.
Untuk proses inovasi, baik proses inovasi terobosan dan proses inovasi inkremental
memiliki sejumlah persamaan dan perbedaan.. Kedua proses ini memiliki persamaan dalam hal
sumber ide awal yang sama-sama berasal dari pengalaman kerja Bapak Eko Susilo sebelumnya.
Terdapat tiga perbedaan pada kedua proses ini. Pertama adalah inovasi terobosan membutuhkan
masa inkubasi ide yang lebih banyak dibandingkan dengan inovasi inkremental. Kedua adalah ide
yang muncul pada inovasi terobosan bersifat spontan saat melihat produk atau sistem yang
berbeda namun aplikatif, sedangkan pada inovasi inkremental ide muncul saat melihat produk
atau sistem sejenis yang terasa kekurangannya. Pada tahap evaluasi dan implementasi, inovasi
terobosan lebih banyak membutuhkan trial & error dibandingkan dengan inovasi inkremental.
Inovasi yang dilakukan Bapak Eko Susilo memberikan manfaat bagi beberapa pihak.
Bagi internal usaha, inovasi yang dilakukan dapat meningkatkan efektifitas dan efisiensi proses
produksi secara keseluruhan sehingga kualitas produk akan ikut meningkat. Bagi karyawan usaha
“Sehati”, inovasi Bapak Eko Susilo menambah pengetahuan serta daya kreativitas mereka,
sehingga hal ini berguna bagi kemandirian karyawan di masa depan saat mereka sudah tidak
bekerja di usaha “Sehati”. Sedangkan bagi masyarakat sekitar, hasil inovasi Bapak Eko Susilo
bermanfaat sebagai sumber inspirasi dan belajar, sehingga masyarakat sekitar juga dapat
berkembang. Dapat disimpulkan bahwa Bapak Eko Susilo merupakan seorang pengusaha
sekaligus inovator yang tidak egoistis, namun memiliki jiwa sosial yang tinggi.

5.2. Saran
Saran yang dapat diberikan untuk Bapak Eko Susilo adalah sebaiknya beliau tetap
memperhatikan pendaftaran hak paten bagi seluruh hasil karya inovasinya, tidak hanya untuk
mesin penepung Disk Mill. Hal ini dengan tujuan untuk melindungi hasil karyanya dari sisi
hukum serta bentuk penghargaan dari pemerintah bagi sebuah karya inovasi. Walaupun
seluruhnya sudah dilindungi hak paten, Bapak Eko Susilo masih dapat menginspirasi orang lain
dengan cara membagikan pengalamannya dalam berinovasi, tetapi tetap merahasiakan hal-hal
detail dari karya inovasinya demi menghindari penjiplakan oleh orang lain. Beliau juga
memberikan kebebasan kepada karyawannya untuk memodifikasi kembali mesin-mesin
buatannya. Oleh karena itu, Bapak Eko Susilo sebaiknya juga mengontrol secara penuh aktivitas
yang dilakukan karyawan-karyawannya, sehingga mereka dapat memodifikasi mesin buatannya
dengan bertanggung jawab.
Namun di samping semangat beliau untuk terus berinovasi dan juga menginspirasi orang
lain, tidak lupa beliau juga harus dapat berkonsentrasi pada proses usahanya sendiri. Jangan
sampai dengan semangatnya untuk terus berinovasi dan menginspirasi orang lain, beliau justru

20
melupakan esensi dari usaha yang sangat penting, yakni manajemen usaha. Beliau dapat tetap
berinovasi dan menginspirasi orang lain, tetapi dengan porsi kegiatan yang tidak mengganggu
proses usaha “Sehati” secara keseluruhan.

5.3. Keterbatasan Penelitian


Keterbatasan di dalam penelitian ini adalah hasil yang diperoleh merupakan gambaran
inovasi dari satu pendekatan 4P Kreativitas, sehingga belum mampu menjelaskan inovasi secara
menyeluruh. Halangan yang muncul di dalam penelitian ini adalah adanya kesulitan saat
melakukan wawancara kepada beberapa pihak. Pertama adalah saat mewawancarai karyawan
Bapak Eko Susilo. Hanya satu orang karyawan beliau yang mampu menjawab pertanyaan-
pertanyaan yang diajukan, sehingga kurang mampu merangkum kesamaan pandangan mengenai
inovasi Bapak Eko Susilo dari seluruh karyawan. Kedua, dikarenakan keterbatasan waktu dan
jarak penelitian, pada penelitian ini belum mampu mendapatkan data wawancara dari masyarakat
atau pihak luar yang ikut mendapat manfaat dari hasil inovasi Bapak Eko Susilo. Mengingat
bahwa mereka kebanyakan berasal dari luar kota Salatiga Jawa Tengah. Hal tersebut
menyebabkan penelitian ini belum mampu mengupas manfaat inovasi Bapak Eko Susilo bagi
masyarakat sekitar secara lebih mendalam. Oleh karena itu, saran yang dapat diberikan untuk
penelitian yang akan datang adalah sebaiknya dilakukan penelitian yang lebih mendalam
mengenai dampak inovasi suatu usaha bagi masyarakat sekitar secara lebih luas baik dari segi
ekonomi, sosial, maupun budaya. Melalui berbagai penelitian senada diwaktu yang akan datang
diharapkan mampu menyempurnakan hasil penelitian ini.

Daftar Pustaka
Adhi, Aribowo Suprajitno dan Sri Bawono. 2009. Kecerdasan Entrepreneur, Penerbit Elex Media
Komputindo, Jakarta.
Bungin, Burhan. 2010, Penelitian Kualitatif, Prenada Media Group, Jakarta.
Ellitan, Lena dan Lina Anatan, 2009. Manajemen Inovasi: Transformasi menuju Organisasi Kelas
Dunia, Penerbit Alfabeta, Bandung.
Gracia, Anne,. 2003. Strategi Inovasi Produk Pada PT.National Gobel. Skripsi Program S1 Fakultas
Ekonomi Universitas Kristen Satya Wacana (tidak dipublikasikan).
Hasan, Bachtiar dan Setiadji, 2010, Cara Praktis Membangun Wirausaha, Penerbit Pustaka
Ramadhan, Bandung.
Hendro, 2011, Dasar-Dasar Kewirausahaan, Penerbit Erlangga, Jakarta.
Iswanto , 2001, Analisis Pengaruh Faktor Internal dan Eksternal Organisasi Terhadap Tingkat
Inovasi pada Perusahaan, Program Studi Magister Manajemen Universitas Diponegoro,
Semarang.
Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah, 2008, Kriteria Usaha Mikro, Kecil, dan
Menengah Menurut UU no.20 tahun 2008 tentang UKM.
http://www.depkop.go.id/index.php?option=com_content&view=article&id=129. 28 Januari
2012.
Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah, 2012, UKM Ekspor Diprioritaskan.
http://www.depkop.go.id/index.php?option=com_content&view=article&id=1040:ukm-ekspor-
diprioritaskan&catid=50:bind-berita&Itemid=97. 6 Maret 2013.
Kosasih, Sigit, 2011, Analisis Daya Saing Pada Industri Mainan Kayu di Jawa Tengah dan DIY.
Skripsi Program S1 Fakultas Ekonomi Universitas Kristen Satya Wacana (tidak
dipublikasikan).
Lee, Antony, “Inovasi ‘Nakal’ Eko Susilo”, Kompas, Senin 2 Agustus 2010: 16.

21
Maksindo, 2004, Mesin Kerupuk Agrowindo (Mesin Pembuat Kerupuk, Mesin Pencetak Kerupuk,
Mesin Pengaduk Adonan / Molen Kerupuk, dll).
http://www.alatcetakrengginang.com/2011/05/alat-penctak-rengginang-yang-ditunggu.html. 14
April 2013.
Munandar, Utami, 2009, Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat, Penerbit Rineka Cipta, Jakarta.
Pierce, John.A dan Richard.B.Robinson,Jr, 2007, Manajemen Strategis: Formulasi, Implementasi,
dan Pengendalian, Penerbit Salemba Empat, Jakarta.
Putra, Ocky Rosa Permana, 2011, Analisis Strategi Inovasi dan Kinerja Operasional Pada UKM
Gerabah di Dusun Kasongan Kelurahan Bangunjiwo Kecamatan Kasihan Kabupaten Bantul,
Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran”,
Yogyakarta.
Sasongko, Dhinar, 2010, “Eko Susilo, Setelah Dipecat Justru Sukses Berbisnis Kedelai Goreng”,
Radar Semarang, Selasa 4 Mei 2010.
Soleh, Muhammad, 2008, Analisis Strategi Inovasi dan Dampaknya Terhadap Kinerja Perusahaan
(Studi Kasus: UKM Manufaktur di Kota Semarang), Program Studi Magister Manajemen
Program Pasca Sarjana Universitas Diponegoro, Semarang.
Sulistiyo, Hilda Sabri, 2012, Jumlah Wirausaha RI Naik Jadi 1,56%.
http://archive.bisnis.com/articles/jumlah-wirausaha-ri-naik-jadi-1-56-percent. Diunduh pada 6
Maret 2013.
Supardi, Endang, 2004, Kiat Mengembangkan Sikap Kreatif dan Inovatif, Direktorat Pendidikan
Menengah Kejuruan Departemen Pendidikan Nasional.
Tiwari,R dan Buse.S, 2007, Barriers to Innovation in SMEs: Can the Internationalization of R&D
Mitigate Their Effect?, Kertas Kerja, Sevilla, Spanyol.
Triwitono, 2011, Alat Pencetak Rengginang yang Ditunggu-tunggu. http://www.mesinkerupuk.com/.
14 April 2013.
White, Margareth.A dan Garry.D.Brutton, 2007, The Management of Technology and Innovation: A
Strategic Approach, Thomson South-Western, Amerika Serikat.
Wijayanti dan Intan Puspitasari, 2005, Inovasi Pada Usaha Kecil dan Menengah di DIY: Tipe,
Sumber Informasi, dan Akses Teknologi, Universitas Muhamadiyah Purworejo.
Winardi, J, 2003, Entrepreneur dan Entrepreneurship, Penerbit Prenada Media, Jakarta.
Zimmerer, Thomas.W dan Norman.M.Scarborough, 2008, Kewirausahaan dan Manajemen Usaha
Kecil, Penerbit Salemba Empat, Jakarta.

22

Anda mungkin juga menyukai