Anda di halaman 1dari 13

Siti mardtiah (D1A015008)

MATERI PENGENDALIAN HAMA


Pengendalian hama adalah pengaturan makhluk-makhluk atau organisme pengganggu yang
disebut hama karena dianggap mengganggu kesehatan manusia, ekologi, atau ekonomi. Pada
tanaman perkebunan sering dijumpai berbagai jenis serangga. Tidak semua jenis serangga
tersebut berstatus hama. Beberapa jenis di antaranya justru merupakan serangga berguna,
misalnya penyerbuk dan musuh alami (parasitoid dan predator).
Pengendalian hama terpadu didefinisikan sebagai cara pendekatan atau cara berfikir tentang
pengendalian organisme pengganggu tumbuhan (OPT) yang didasarkan pada pertimbangan
ekologi dan efisiensi ekonomi dalam rangka pengelolaan agroekosistem yang berwawasan
lingkungan berkelanjutan. Dengan pengertian ini, konsepsi PHT telah sejalan dengan
paradigma pembangunan agribisnis. Konsep PHT muncul dan berkembang sebagai koreksi
terhadap kebijakan pengendalian hama secara konvensional yang menekankan penggunaan
pestisida. Penggunaan pestisida dalam kerangka penerapan PHT secara konvensional ini
menimbulkan dampak negatif yang merugikan baik ekonomi, kesehatan, maupun lingkungan
sebagai akibat penggunaan yang tidak tepat dan berlebihan.

1. Pengendalian Secara Bercocok Tanam


Prinsip pengendalian hama secara bercocok tanam adalah menciptakan kondisi agro
ekosistem tidak sesuai untuk kehidupan dan perkembangbiakan hama tanaman. Sehingga
dapat nengurangi laju peningkatan populasi hama. Selain itu juga menciptakan kondisi
lingkungan yang sesuai untuk perkembangan musuh alami. Pengendalian hama secara
bercocok tanam merupakan tindakan preventif atau pencegahan sehingga harus dilakukan
jauh-jauh sebelum ada serangan hama.

Kelebihan & Kekurangan Pengendalian Hama Secara Bercocok Tanam


(+) Merupakan teknik budidaya untuk meningkatkan produktivitas hasil-hasil pertanian.
(+) Tidak memerlukan pengeluaran biaya tambahan.
(+) Tidak menimbulkan efek samping yang tidak diinginkan pada lingkungan.
(+) Dapat dengan mudah dilakukan dengan oleh petani.
(-) Hasilnya tidak dapat diperhitungkan secara pasti
(-) Kurang efektif, sehingga teknik ini harus dipadukan dengan cara-cara pengendalian lain

Beberapa Teknik Pengendalian Hama Secara Bercocok Tanam


a. Sanitasi
Artinya membersihkan sisa-sisa atau bagian-bagian tanaman setelah panen. Sisa-sisa atau
bagian-bagian tanaman tersebut seringkali dijadikan sebagai :
- Tempat berlindung
- Tempat berdiapause
- Tempat tinggal sementara sebelum tanaman utama ditanam kembali
Dengan melakukan sanitasi berarti kita telah mengurangi populasi awal dari hama tersebut
sehingga kerusakan yang ditimbulkan pada tanaman berikutnya menjadi berkurang.
Jadi sanitasi dapat dilakukan terhadap :
- Sisa-sisa tanaman yang masih hidup
- Bagian-bagian tanaan yang terserang hama
- Sisa-sisa tanaman yang telah mati
- Bagian tanaman yang jatuh atau tertinggal pada permukaan tanah

b. Pengolahan Tanah
Ada spesies serangga tertentu yang sebagian siklus hidupnya dalam tanah. Contoh: Agrotis
iphsilon. Jika tanah diolah serangga tersebut akan terangkat ke atas, mati karena sengatan
sinar matahari ataupun ditemukan oleh musuh-musuh alaminya seperti Heliothis sp.

c. Pengairan
Pada daerah yang beririgasi teknis, pengaturan air terutama untuk sawah dapat digunakan
untuk pengendalaian hama tertentu pada tanaman padi.

d. Pergiliran Tanaman
Tujuannya adalah untuk memutuskan siklus hidup hama tertentu. Caranya jangan menanam
spesies tanaman yang menjadi inang dari hama tertentu.
Contoh : Padi --) Kacang-kacangan --) Padi
Hama pada padi bukan hama pada kacang-kacangan.

d. Penanaman Serentak
Penanaman serentak dimaksudkan agar ketersediaan bahan makanan untuk hama menjadi
lebih singkat dan pada suatu saat pertanaman tidak ada populasi hama dan populasi hama
dapat dihambat.

e. Pengaturan Jarak Tanam


Jarak tanam sangat berpengaruh pada pertumbuhan tanaman dan juga terhadap populasi
hama per unit waktu. Serta berpengaruh terhadap perilaku hama dalam mencari makan dan
tempat bertelur. Hasil penelitian di IRRI terlihat bahwa jarak tanam padi yang lebar sangat
menurunkan populasi wereng coklat (Nilaparvata lugens).

f. Pemupukan
Tanaman teh yang terserang hama penggerek batang (Xylobarus fornicatus) di Srilanka dapat
dikurangi intensitas serangannya dengan pemberian pupuk N yang cukup. Unsur N dapat
merangsang jaringan baru pada bagian yang rusak.

g. Penanaman Tanaman Perangkap


Tanaman perangkap adalah tanaman yang sengaja ditanam untuk menarik dan memusatkan
hama pada tanaman tersebut untuk kemudian dikendalikan dengan pestisida. Contoh :
kacang hijau dan jagung yang di tanam diantara tanaman kapas dapat mengurangi populasi
Sundapteryx dan Heliothis sp. Pada tanaman kapas.

h. Tumpang Sari
Tumpang sari merupakan menanam tanaman yang berbeda dua atau lebih untuk
pengendalian hama.
2. Pengendalian Dengan Varietas Yang Tahan
Daya tahan tanaman terhadap hama didefinisikan sebagai sifat-sifat yag diturunkan oleh
tanaman yang mempengaruhi derajat kerusakan oleh serangga hama
Tanaman yang tahan adalah tanaman yang menderita kerusakan yang lebih sedikit bila
dibandingkan dengan tanaman lain dalam keadaan lingkungan yang sama dengan tingkat
populasi hama yang sama. Jadi tanaman yang tahan, kehidupan dan perkembangbiakan hama
menjadi lebih terhambat dibandingkan apabila populasi tersebut berada pada tanaman yang
peka atau tidak tahan. Sifat ketahanan ini merupakan sifat asli yang diturunkan atau terbawa
oleh faktor genetik.

Tiga Mekanisme Ketahanan Tanaman Menurut Painter 1951


1. Preference = Antixenosis, yaitu tanaman tidak dipilih oleh serangga sebagai makanan,
tempat bertelur dan tempat berlindung.
Ada dua faktor yang mendasari tanaman sehingga tidak dipilih oleh hama yaitu :
1. Tanaman tidak memiliki sifat-sifat yang menyebabkan serangga hama tertarik (sifat
Atraktan).
2. Tanaman memiliki sifat-sifat yang menolak (Repellent) yang mengalahkan sifat-sifat
yang menyebabkan serangga hama tertarik.
Contoh : Sundapteryx sp. tidak tertarik pada tanaman kapas yang berbulu lebat, karena dapat
menghalangi stylet untuk menghisap cairan pada tanaman tersebut.
2. Antibiosis
Tanaman ini akan memberikan efek negatif pada serangga hama apabila memakan tanaman
tersebut.
Antibiosis berhubungan dengan :
- Rendahnya kualitas makanan pada tanaman inang.
- Mengurangi jumlah makanan yang diambil oleh hama.
- Adanya zat-zat beracun yang terdapat pada tanaman.
- Efek negatif yang paling mudah terlihat pada hama adalah :
- Kematian serangga pada stadia larva atau nimfa
- Mortalitas pupa meningkat.
- Imago yang muncul dari pupa tidak normal dan kesuburannya berkurang.
- Stadia imago berkurang.
- Tidak mampu melakukan diapause dengan sempurna.
- Perilaku gelisah pada saat makan tanaman yang tahan.
Kesemua efek negatif ini dapat mengurangi populasi hama tersebut. Contoh : kandungan
gossifo pada kapas sehingga tahan pada Helicoverpa. Kandungan Dimboa pada tanaman
jagung (Ostrinia sp.), Kandungan asparagia pada padi (Nilaparvata lugens)
3. Toleransi
Adalah kemampuan tanaman untuk tumbuh atau sembuh kembali dari kerusakan yang
disebabkan oleh serangga hama. Sehingga serangga hama tidak berpengaruh pada hasil.
Mekanisme toleransi dapat terjadi karena faktor-faktor sebagai berikut:
- Kekuatan tanaman secara umum.
- Pertumbuhan kembali jaringan yang rusak.
- Ketegaran batang dari perebahan.
- Produksi cabang-cabang tambahan.
- Pemanfaatan lebih efisien oleh serangga.
Kelebihan penggunaan varietas tahan :
- Penggunaannya praktis dan mmenguntungkan secara ekonomi.
- Sasaran pengendalian yang spesifik
- Efektivitas pengendalian bersifat kumulatif dan persisten terhadap populasi
- Kompabilitas dengan komponen PHT lainnya.
- Dampak pada lingkungan terbatas.
Kekurangan penggunaan varietas yang tahan:
- Varietas yang tahan daya tahannya terbatas hanya spesies hama tertentu saja.
- Varietas belum tentu disenangi oleh petani
- Memperkenalkan varietas tahan memerlukan waktu untuk penyuluhan.
- Biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh varietas tahan cukup besar.
- Tidak mudah menggabungkan ketahanan suatu varietas / plasma nuftah kedalam
varietas baru.
- Dapat menghasilkan biotipe baru pada serangga hama.

3. Pengendalian Fisik & Mekanik


Pengendalian Fisik
Merupakan usaha dengan menggunakan atau mengubah faktor lingkungan fisik
sedemikian rupa sehingga dapat mematikan atau menurunkan populasi hama yang ditujukan
khusus untuk membunuh hama.
Beberapa perlakuan atau tindakan yang termasuk pengendalian fisik antara lain:
a. Perlakuan Panas
Perlakuan dengan panas yang paling berhasil apabila dilakukan pada ruang tertutup. Seperti
di gudang penyimpanan untuk mematikan hama gudang.
b. Penggunaan Lampu Perangkap
Ditujukan sebagai alat memonitoring serangga juga dapat digunakan sebagai alat pengendali
terutama untuk mengurangi populasi serangga hama.
c. Penghalang atau Barrier
Dimaksudkan untuk membatasi pergerakan serangga hama sehingga tidak menjadi masalah
bagi petani. Berbagai bentuk penghalang misalnya berupa pemtang yang ditinggikan, adanya
lubang atau selokan jebakan yang dibuat disekeliling pertanaman. buah yang di bungkus
dimaksudkan untuk mencegah serangga meletakkan telur pada buah tersebut.
Contoh : Nangka yang dibungkus, untuk mencegah lalat buah meletakkan telur.

Pengendalian Secara Mekanik


Bertujuan untuk mematikan hama secara langsung baik dengan tangan atau dengan bantuan
alat atau bahan lain.
Cara pengendalian secara mekanik antara lain:
- Pengambilan dengan tangan, cara ini merupakan teknik yang paling sederhana dan murah.
Contoh : Tryporiza innotata kelompok telurnya dikumpul.
- Gropyokan, cara ini untuk mematikan tikus baik yang ada di dalam sarang maupun yang
berada di luar sarang, dengan menggunakan alat pemukul.
- Memasang perangkap, serangga dapat diperangkap dengan menggunakan berbagai jenis
perangkap, seperti lem lalat dan perangkap tikus.
- Pengusiran, orang-orangan sawah untuk mengusir burung atau dengan bunyi-bunyian.

Kelebihan dan kekurangan pengendalian secara fisik dan mekanik :


- Tidak menimbulkan pencemaran pada lingkungan.
- Dapat dipadukan dengan cara pengendalian lainnya.
- Memerlukan tenaga yang banyak
- Tidak dapat dilakukan untuk lokasi yang luas secara kontinyu.
4. Pengendalian Secara Biologi (Hayati)
Pengendalian hayati adalah suatu pengendalian hama yang dilakukan secara sengaja
memanfaatkan atau memanipulasi musuh-musuh alami untuk menurunkan populasi hama.
Pengendalian hayati dalam pengertian ekologi didefinisikan sebagai pegaturan populasi
organisme dengan musuh-musuh alami hingga kepadatan populasi organisme tersebut
berada dibawah rata-ratanya atau lebih rendah di bandingkan apabila musuh alami tidak ada.
Pengendalian alami adalah merupakan proses pengendalian yang berjalan dengan sendiri
tanpa ada campur tangan manusia. Pengendalian alami terjadi tidak hanya karena bekerjanya
musuh-musuh alami tetapi juga karena bekerjanya komponen-komponen ekosistem.

Komponen-komponen pengendalian hayati dapat berupa :


a. Parasitoid dan Parasit
Parasit adalah binatang atau organisme yang hidup didalam atau pada organisme lain yang
lebih besar yang merupakan inangnya. Karena memakan atau menghisap cairan inangnya.
Parasitoid adalah serangga yang memarasit serangga lain. Pada parasitoid yang bertindak
sebagai parasit adalah stadia pradewasa, sedangkan imagonya hidup bebas dan tidak terikat
pada inangnya.

Faktor-faktor yang mendukung efektivitas pengendalian dengan parasitoid yaitu :


- Daya kelangsungan hidupnya baik
- Hanya satu atau sedikit individu inang yang diperlukan untuk melengkapi siklus hidupnya.
- Populasi parasitoid dapat bertahan meskipun dalam keadaan populasi yang rendah.
- Memiliki inang yang sempit.
- Kelemahan parasitoid sebagai pengendali:
- Daya cari inang seringkali dipengaruhi oleh cuaca
- Serangga betina yang berperan utama karena mereka yang melakukan pencarian inang
untuk peletakan telur.
- Parasitoid yang memiliki daya cari inang biasanya jumlah telurnya sedikit.

b. Predator.
Predator merupakan organisme yang hidup bebas dengan memakan atau memangsa
organisme yang lain.

Perbedaan antara parasitoid dengan predator


- Parasitoid umumnya nersifat monofag atau oligofag, sedangkan predator bersifat poliphag.
- Parasitoid hanya memerlukan satu inang untuk perkembangannya, sedangkan predator
memerlukan banyak mangsa untuk menyelesaikan siklus hidupnya.
- Yang mencari inang pada parasitoid adalah imago betina, sedangkan pada predator yang
mencari mangsa adalah jantan dan betina, juga pradewasanya.
- Predator mematikan mangsa untuk dirinya, sedangkan parasitoid mematikan inang untuk
keturunannya.
- Parasitoid ukuran tunuhnya lebih kecil dibanding inangnya,, predator ukuran tubuhnya lebih
besar dari mangsanya.
- Metamorfosis parasitoid adalah sempurna, sedangkan predator ada yang sempurna dan
tidak sempurna.
- Parasitoid memarasit inangya pada stadia tertentu, misalnya larva. Sedangkan predator
memangsa semua stadia perkembangan mangsanya.
- Parasitoid mematikan inangya memerlukan waktu yang agak lama, predator mematikan
mangsanya dalam waktu yang singkat.

c. Patogen
Serangga seperti juga organisme lainnya dalam hidupnya juga diserang oleh banyak patogen
atau penyakit yang disebabkan oleh: Virus, Cendawan, Bakteri, Nematoda, dan Protozoa.
Beberapa patogen yang dalam kondisi lingkungan tertentu merupakan faktor mortalitas
utama pada populasi serangga. Oleh karena kemampuannya membunuh serangga hama
sehingga sejak lama patogen digunakan dalam pengendlian hayati

Penerapan Pengendalian Hayati


1. Introduksi
Introduksi artinya memasukkan atau mengimpor musuh alami dari suatu daerah atau negeri
ke daerah lain sering kali cara ini disebut sebagai cara klasik
Contoh : Introduksi Tetrastichus brontispae untuk mengendalikan Brontispa longissima dari
pulau Jawa ke Sulawesi Selatan. Introduksi Curinus coreolius dari Hawaii untuk
mengendalikan Heteropsylla cubana (kutu loncat) di indonesia.
2. Augmentasi
Augmentasi merupakan teknik penambahan musuh alami secara periodik dengan tujuan
untuk meningkatkan jumlah dan pengaruh musuh alami
3. Konservasi
Konservasi merupakan usaha untuk mempertahankan atau melestrarikan musuh lami yang
telah ada di suatu daerah . tekhnik ini bnertujuan untuk menghindarkan tindakan yang dapat
menurunkan populasi musuh alami conto penggunaan pestisida.
Metode Pengendalian OPT
A. Cara Mekanis.
Artinya pengendalian hama dan penyakit menggunakan alat. Hal tersebut dapat
dilakukan dengan cara :
1. Handpicking : mencari hama, ditangkap kemudian dibunuh.
2. Menangkap dengan perangkap / alat pengumpul atau alat pengisap.
3. Menghalangi dengan tirai.
4. Menghancurkan dengan alat, misalnya alat pemukul untuk membunuh tikus.
B. Cara Kulturteknis.
Cara Kulturteknis Yaitu pengendalian hama dan penyakit dengan cara teknik budidaya
tanaman. Hal tersebut dapat dilakukan dengan cara :

PENGENDALIAN HAYATI
Secara umum pengertian pengendalian hama secara biologi/hayati adalah
penggunaan makhluk hidup untuk membatasi populasi organisme pengganggu tumbuhan
(OPT). Makhluk hidup dalam kelompok ini diistilahkan juga sebagai organisme yang berguna
yang dikenal juga sebagai musuh alami, seperti predator, parasitoid, patogen. Dalam hal
penggunaan dan pengendalian mikroorganisme (termasuk virus), pengertian organisme yang
berguna diperluas yaitu meliputi makhluk hidup termasuk yang bersel tunggal, virion, dan
bahan genetik.
MUSUH ALAMI
Musuh alami merupakan pengendalian alami utama hama yang berkerja secara tergantung
kapadatan populasi sehingga tidak dapat dilepaskan dari kehidupan dan perkembangbiakan
hama. Musuh alami hama bisa berupa predator (pemangsa), parasitoid, dan patogen.
A. Predator (pemangsa)
Pemangsa adalah serangga atau hewan pemakan serangga yang selama masa
hidupnya banyak memakan mangsa. Secara fisiologis, ciri pemangsa adalah bentuknya lebih
besar dari mangsanya. Jenis pemangsa, antara lain kumbang, lalat, laba-laba, tawon, dan
seranga-serangga kecil lainnya. Aktivitas serangga pemangsa hama tanaman yang disebut
musuh-musuh alami (predator dan parasitor),secara tidak langsung ikut membantu manusia
khususnya petani dalam menekan perkembangan hama tanaman. Aktivitas serangga
pemangsa hama tanaman yang disebut musuh-musuh alami (predator dan parasitor),secara
tidak langsung ikut membantu manusia khususnya petani dalam menekan perkembangan
hama tanaman.
Predator sebagai serangga liar yang berguna ini perlu mendapat perhatian kita karena
seringkali akibat perbuatan manusia, jumlah musuh-musuh alami ini cenderung menjadi
sedikit, bahkan musnah sama sekali. Kita sudah maklum bahwa hama tanaman merupakan
salah satu penyebab rendahnya produksi tanaman. Penurunan hasil karena serangan hama
dapat mencapai lebih dari 50%. Karena itu banyak dilakukan usaha-usaha untuk
menanggulangi kehadiran hama tanaman. Usaha penanggulangannya dilakukan dengan
berbagai cara, antara lain, yaitu dengan perbaikan cara bercocok tanam, menggunakan
musuh alami, menggunakan pestisida, menanam varietas tahan, dan kombinasi dari cara-cara
pengendalian tersebut. Semua orang mengira dan memang tidak kita sangsikan bahwa
pestisida merupakan satu-satunya alat yang paling ampuh untuk mengendalikan serangan
hama, terutama jika populasi serangga hama telah melampaui atau mencapai tingkat
ambang kerusakan ekonomi, yaitu suatu tingkat serangan hama yang segera akan
menyebabkan kerugian ekonomi apabila tidak dikendalikan.
Namun, kenyataan menunjukkan bahwa penggunaan pestisida yang berspektrum luas
secara terus-menerus dan berlebihan ternyata dapat menimbulkan dampak negatif antara
lain yaitu serangga hama menjadi lebih tahan, pencemaran lingkungan, bahaya langsung
terhadap pemakai, bahaya residu terhadap manusia dan hewan peliharaan, serta akibat yang
lebih serius adalah matinya serangga berguna seperti predator, parasitoid dan serangga
penyerbuk, dan selanjutnya dapat menimbulkan terjadinya peningkatan populasi hama
setelah penggunaan pestisida (resurgensi) dan terjadinya ledakan hama sekunder.
B. Parasitoid
Parasitoid adalah serangga yang sebelum tahap dewasa berkembang pada atau di dalam
tubuh inang (biasanya serangga juga). Parasitoid mempunyai karakteristik pemangsa karena
membunuh inangnya dan seperti parasit karena hanya membutuhkan satu inang untuk
tumbuh, berkembang, dan bermetamorfosis. Parasitoid sering juga disebut parasit.
Kebanyakan serangga parasitoid hanya menyerang jenis /hama secara spesifik.Serangga
parasitoid dewasa menyalurkan suatu cairan atau bertelur pada suatu hama sebagai
inangnya. Ketika telur parasitoid menetas, larva akan memakan inang dan membunuhnya.
Setelah itu keluar meninggalkan inang untuk menjadi kepompong lalu menjadi serangga lagi.
Sebagian besar parasitoid ditemukan di dalam dua kelompok utama bangsa serangga, yaitu
Hymenoptera (lebah, tawon, semut, dan lalat gergaji) dan bangsa Diptera (lalat beserta
kerabatnya). Meskipun tidak banyak, parasitoid juga ditemukan pada bangsa Coleoptera,
Lepidoptera, dan Neuroptera. Sebagian besar serangga parasitoid yang bermanfaat adalah
dari jenis-jenis tawon atau lalat
C. Patogen (mikroorganisme penyebab penyakit)
Cara pengendalian biologis lainya adalah menggunakan musuh alami patogen, yaitu
makhluk hidup yang menjangkitkan penyakit pada inang. Dalam kondisi tertentu, seperti
kelembapan yang tinggi secara alami, suatu organisme rawan terhadap serangan patogen.
Patogen dapat dimanfaatkan untuk dijadikan musuh alami dari hama pertanian. Contoh
patogen di antaranya, bakteri, virus, dan jamur.
MACAM PENGENDALIAN ORGANISME PENGGANGGU TANAMAN

Berapa teknik pengendaliannya antara lain:


1. Pengendalian Secara Kultur Teknik
Pengendalian tersebut merupakan pengendalian yang bersifat preventif, dilakukan
sebelum serangan hama terjadi dengan tujuan agar populasi OPT (Organisme Pengganggu
Tanaman) tidak meningkat sampai melebihi ambang kendalinya.
Menurut Pedigo (1996) dalam Untung (2006) sebagian besar teknik pengendalian secara
budidaya dapat dikelompokan menjadi empat dengan sasaran yang akan dicapai, yaitu 1)
mengurangi kesesuaian ekosistem, 2) Mengganggu kontinuitas penyediaan keperluan
hidup OPT, 3) Mengalihkan populasi OPT menjauhi tanaman, dan 4) Mengurangi dampak
kerusakan tanaman.
Beberapa contoh dari pengendalian OPT secara kultur teknis:
a. Menggunakan varietas domestik yang tahan: karakteristik dari varietas domestik adalah
memiliki ketahanan yang lebih baik karena cocok terhadap lingkungannya.
Varietas grendeng
Varietas beras hitam
b. Rotasi Tanaman: pergiliran atau rotasi tanaman yang baik adalah bila jenis tanaman yang
ditanam pada musim berikutnya, dan jenis tanaman tersebut bukan merupakan inang
hama yang menyerang tanaman yang ditanam pada musim sebelumnya. Dengan
pemutusan ketersediaan inang pada musim berikutnya populasi hama yang sudah
meningkat pada musim sebelumnya dapat ditekan pada musim berikutnya. Rotasi
tanaman paling efektif untuk mengendalikan hama yang memiliki kisaran makanan
sempit dan kemampuan migrasi terbatas terutama pada fase yang aktif makan. Contoh
rotasi tanamn misalnya (Untung, 2006):
Pergiliran tanaman antara kedelai antara tanaman bukan kacang-kacangan dapat
mengendalikan hama-hama penting seperti lalat bibit kacang (Agromyza phaseoli),
kutu kedelai (Bemicia tabaci).
Di Dieng, kubis biasa dirotasikan dengan kentang, jagung atau kacang dieng.
c. Menghilangkan tanaman yang rusak. Tanamn yang terkena serangan hama maupun
patogen sebaiknya dibersihkan dari kawasan budidaya.
d. Pengolahan Tanah: pengerjaan tanah dapat dimanfaatkan untuk pengendalian instar hama
yang berada dalam tanah. Misal:
Pengolahan tanah sangat efektif untuk membunuh telur belalang kembara (Locusta
migratoria) yang selalu diletakan di dalam tanah.
Hama akar seperti lundi (Holotricia helleri) mempunyai fase larva dan pupa di dalam
tanah, sehingga pengolahan tanah dapat mengangkat pupa dan memutus siklus
perkembangannya.
e. Tumpang Sari dan variasi penanamn serta pemanenan: tumpang sari dapat
mengendalikan suatu opt akibat keberadaan tanaman yang bukan inangnya. Sedangkan
variasi waktu panen akan memutuskan siklus hidup hama. Misalnya:
Panen dilakukan secara bertahap dari satu lajur atau setrip ke lajur yang lain pada
hari berikutnya. Diharapkan populasi hama tidak keluar dari petak hamparan tetapi
pindah dari bagian yang telah dipanen ke bagian pertanaman yang lebih muda dan
belum dipanen.
Tumpang sari antara kentang dan bawang daun, tagetes ataupun lobak relatif dapat
menekan populasi hama penting tanaman kentang (Setiawati, 2005).
f. Pemangkasan dan Penjarangan: kegiatan pemangkasan terkait dengan kebersihan
tanaman. Sedangkan penjarangan terkait dengan jarak tanam optimum suatu tanaman.
Pemangkasan pada beberapa tanaman terutama bagian yang terkena infeksi sehingga
tidak menyebar ke bagian tanaman yang lain.
Penjarangan tanaman dapat meningkatkan produktifitas. Jarak tanam dapat pula
mempengaruhi populasi hama. Pada tanaman padi, jarak yang terlalu dekat
menguntungkan perkembangan dan kehidupan wereng coklat.
g. Pemupukan: tindakan pemupukan juga dapat mempengaruhi keberadaan OPT. beberapa
pengeruh pemupukan terhadap serangan OPT antara lain:
Optimalisasi pemupukan N dapat mengurangi serangan OPT karena pemupukan N
yang berlebihan akan menjadikan tanaman sukulen dan mudah terserang OPT.
Pemberian pupuk mikro dapat meningkatkan ketahanan tanaman terhadap serangan
OPT.
2. Pengendalian Secara Hayati (Biological Methods)
Merupakan taktik pengelolaan hama yang dilakukan secara sengaja memanfaatkan atau
memanipulasikan musuh alami untuk menurunkan atau mengendalikan populasi hama.
Musuh alami yang berupa parasitoid, predator dan patogen dikenal sebagai fator pengatur
dan pengendali populasi serangga yang efektif karena sifat pengaturannya yang tergantung
kepadatan populasi inang atau mangsa. Peningkatan populasi inang akan ditanggapi secara
numerik (respon numerik) dengan meningkatkan jumlah predator dan secara fungsional
(respon fungsional) dengan meningkatkan daya makan per musuh alami.

Beberapa tindakan antara lain:


a. pengendalian hayati dengan parasitoid dan predator. Misalnya:
mengendalikan hama tikus dengan memelihara burung hantu disekitar areal tanaman.
Dengan menggunakan mikroorganisme antagonis seperti Tricodherma sp.
b. Introduksi, perbanyakan dan penyebaran musuh alami, Misalnya:
Introduksi kumbang vedalia (Rodolia cardinalis) dari Australia ke California untuk
mengendalikan hama kutu perisai (Icerya purchasi) yang menyerang jeruk.
Introduksi parasitoid Tetrasitichus brontisapae dari Jawa ke Sulawesi dapat berhasil
menekan populasi hama kelapa Brontispa longissima.
c. perlindungan dan dorongan musuh alami. Misalnya:
Campsomeris sp menyerang uret
Tricodherma sp menyerang telur penggerek batang tebu.
3. Pengendalian Secara Mekanis dan Fisik.
Mengendalikan menggunakan tindakan-tindakan antara lain 1) Mematikan hama, 2)
Mengganggu aktivitas fisiologis hama yang normal dengan cara non-pestisida, 3)
mengubah lingkungan sedemikian rupa sehingga lingkungan menjadi kurang sesuai bagi
kehidupan OPT.

Beberapa tindakan tersebut yaitu:


a. penghancuran dengan tangan. Cara ini dailkukan dengan mencari adanya hama dan
selanjutnya dilakukan pemusnahan. Fase hidup hama yang dikumpulkan dan dibunuh
adalah yang mudah dtemukan seperti telur dan larva. Atau dapat pula mengumpulkan
bagian tanaman yang terserang hama. Misal:
pengumpulan kelompok telur dan larva instar ke-3 untuk pengendalian ulat grayak
(Spodoptera litura).
Pengendalian hama penggerak batang tebu (Schiropophaga nivella) adalah dengan
memotong dan mengumpulkan pucuk tanaman tebu yang terserang.
b. menutup dengan jaring atau paranet. Dapat dilakukan untuk mencegah masuknya atau
mengganggunya ngengat yang akan berkembang biak pada tanaman.
c. Perangkap. Menggunakan alat perangkap yang disesuaikan berdasarkan jenis hama dan
fase hama yang akan ditangkap. Misal:
Kepiting mati yang diletakan di sekeliling pertanaman padi mampi menekan populasi
walang sangit. Bau busk yang ditimbulkan kepiting mati dapat menjadi penarik
bagi walang sangit. Dan apa bila sudah terkumpul, walang sangit dapat segera
dimusnahkan.
Gadung atau jagung dapat dijadikan umpan untuk mengendalikan tikus. Tikus juga
dapat diperangkap dengan perangkap yang terbuat dari besi maupun bambu.
d. perlakuan panas. Faktor suhu dapat mempengaruhi penyebaran, frekuenditas, kecepatan
perkembangan, lama hidup dan mortalitas hama. Setiap perubahan faktor fisik
mempengaruhi berbagai parameter kehidupan tersebut. Misal:
mengendalikan hama uret dengan membalikan tanah. Telur yang terdapat didalam
tanah akan terangkat ke permukaan dan akan terkena sinar matahari secara terus
menerus yang menyebabkan tempeeratur dan kelembaban berbeda dengan keadaan
semula. Hal ini mengakibatkan telur tidak menetas.
Pengendalian hama gudang dapat dilakukan dengan memanaskan gudang dengan
pemanas pada kisaran suhu tertentu.
e. penggunaan lampu perangkap. Dipengaruhi oleh adanya daya tarik serangga terhadap
cahaya lampu fungsi utama lampu ini hanya menarik perhatrian serangga yang
selanjutnya ketika sudah terkumpul dapat dikendalikan dengan ditangkap. Misal:
pengendalian wereng hijau.
Lampu petromaks dapat dijadikan perangkap penggerak batang padi putih.
f. Suara. Penggunaan gelombang suara. Secara teoritik ada tiga metode pengendalian
menggunakan suara. 1) penggunaan intensitas suara yangs angat tinggi sehingga dapat
merusak serangga, 2) Penggunaan suara lemah guna mengusir serangga, dan 3)
Merekam dan memperdengarkan suara yang diproduksikan serangga guna
mengganggu parilaku serangga sasaran. Misal:
Penggunaan gelombang elektromagnetik untuk mengurangi populasi hama burung
yang menyerang tanamn bebijian.
4. Pengendalian Secara Kimiawi
Pengendalian dengan cara ini merupakan pengendalian yang biasanya dilakukan sebagai
alternatif terakhir. Karena kebanyakan masing menggunakan bahan kimia sintetik yang
membahayakan. Akan tetapi pada dasarnya penggunaan bahan kimia untuk pengendalian
OPT tidak serta merta membasmi keseluruhan opt dengan membunuhnya. Bahan kimia
yang banyak dikenal untuk melakukan pemberantasan hama adalah pestisida. Di bidang
pertanian penggunhaan pestisida mampu menekan kehilangan hasil tanaman akibat
serangan hama dan penyakit yang memungkinkan peningkatan produksi pertanian dapat
dicapai.

Beberapa kelompok pada pembahasan ini antara lain:


a. Atraktan. Merupakan senyawa yang berfungsi menarik serangga pada lokasi yang
mengandung zat tersebut. Misalnya:
minyak sereh wangi (Andropogon nardus) bersifat atraktan terhadap lalat buah baik
jantan maupun betina (Zulfitriany, 2004)
Hasil penelitian Guntur (2010) menunjukkan bahwa atraktan nabati ekstrak selasih
dan ekstrak daun wangi mampu memerangkap hama lalat buah jantan.
b. Repelen. Merupakan senyawa penolak hama atau pengusir hama dari objek yang
mempunyai senyawa tersebut. Misalnya:
Menggunakan bagian tanaman suren terbukti merupakan repellant (pengusir atau
penolak) serangga, termasuk nyamuk. Daun dan kulit kayunya beraroma cukup
tajam. Secara tradisional, petani menggunakan daun suren untuk menghalau hama
serangga tanaman dan dapat digunakan dalam keadaan hidup (Jayusman, 2006
dalam Suhaendah, 2008).
Beberapa minyak atsiri yang umum dipakai sebagai penolak serangga (insect
repellent) diantaranya berasal dari bunga lavender, eucaliptus, kulit jeruk,
c. Insektisida. Merupakan senyawa yang digunakan untuk mengendalikan organisme
pengganggu tanaman jenis insekta atau serangga. Misalnya:
Daun Azadirachta indica dapat mengendalikan Plutella xylostela pada kubis.
Insektisida kimia sintetik seperti: organoklorin, karbamat.
d. Sterilan: merupakan senyawa yang digunakanuntuk mensterilkan suatu ruang dari
organisme misalkan sterilan tanah artinya mensterilkan tanah dari keberadaan
organisme.
e. Growth Inhibitor. Merupakan senyawa yang difungsikan untuk menghambat
pertumbuhan serangga. Dalam istilah lain disebutkan dengan IGR yaitu Insect Growth
regulator. Merupakan senyawa yang dapat merubah atau mempengaruhi proses
pertumbuhan dan perkembangan serangga. IGR pada hakikatnya menggunakan
aktivitas normal endokrin serangga. Pengaruh IGR tersebut dapat terjadi pada waktu
perkembangan embrionik, perkembangan larva atau nimfa, metamorfosis, proses
reproduksi, ataupun perilaku diapause. Beberapa kelompok IGR antar lain:
Ekdison, yaitu hormon pengganti kulit
IGR penghambat khitin yaitu buprofezin pernah diaplikasikan untuk mengendalikan
hama wereng coklat di Indonesia.
5. Pengendalian Secara Genetik
Pengendalian ini lebih ditujukan terhadap usaha-usaha rekayasa genetik untuk
menciptakan tanaman yang tahan terhadap serangan OPT tertentu ataupun dengan
memanipulasi genetik OPT sehingga opt tersebut tidak dapat berkembang biak. Beberapa
tindakan yang termasuk kedalam pembahasan bab ini adalah:
a. penggunaan varietas tahan. Merupakan pengendalian paling efektif, murah dan kurang
berbahaya bagi lingkungan. Varietas tahan diperoleh melalui serangkaian penelitian
dengan memecahkan kelemahan dari hama tertentu. Teknik pengembangan tanaman
tahan hama sengaja memanfaatkan proses pembentukan sifat ketahanan dan
perlawanan tanaman terhadap serangan serangga herbivora yang terjadi secara
koevolusioner di alam. Beberapa contoh pengendalian ini adalah:
penggunaan Varietas Unggul Tahan Wereng (VUTW) terbukti mampu
mengendalikan haam wereng coklat padi di Indonesia.
Salah satu varietas jagung yang mengandung 2,4-hydroxy-7-methoxy-2H-1,4-
benxoaxazin-3(4H)-one (DIMBOA) pada jagung untuk memperoleh ketahanan
terhadap penggerek batang jagung Ostrinia (Untung, 2006).
b. Pengendalian Dengan Serangga Mandul. Disebut juga teknik otosidal merupakan teknik
pengendalian hama dengan pemab\ndulan serangga jantan, serangga betina atau
keduanya. Serangga mandul sudah mulai banyak diupayakan katrena efektifitasnya
mengurangi populasi serangga tersebut. Misalnya dengan melepas jantan atau betina
mandul, maka ketika terjadi perkawinan, tidak lah terbentuk keturunan dan dalam
jangka waktu tertentu akan sangat mengurangi populasi hama tersebut. Beberapa
contoh pengendalian dengan pemandulan hama:
Teknik pelepasan jantan mandul secara besar-besaran pernah dilakukan di Florida,
Puerto Rico dan Amerika Selatan untuk pengendalian screwworm Cochliomyia
hominivorax yaitu lalat ayang menyerang ternak.
Dapat pula dipadukan dengan teknik pengendalian hayati, yaitu pelepasan telur
Habrobracon hebetor lebih efektif mengendalikan hama Ephestia cautella bila
jenis jantan dimandulkan terlebih dahulu.
6. Pengendalian Menggunakan Regulasi Atau Tata Peraturan.
Salah satu alternatif pengendalian OPT adalah dengan menggunakan peraturan yang telah
diterapkan pemerintah setempat. Peraturan-peraturan yang telah dibuat pada dasarnya
ditujukan untuk mempersempit penyebaran OPT ke daeerah lain maupun mengatur
tindakan-tindakan yang sekiranya dapat menimbulkan adanya serangan OPT. Beberapa
tindkan pengendalian menggubnakan regulasi diantaranya:
a. Karantina Tanaman Dan Binatang. Dengan adanya tata aturan mengenai karantina yaitu
suatu tindakan isolasi terhadap suatu barang dalam hal ini adalah tanaman dan
binatang sebelum di manfaatkan secara luas di suatu wilayah, maka penyebaran OPT
yang adpat disebabkan dari luar adaerah dapat dihindari. Dasar hukum pelaksanaan
karantina adalah UU No 16 Tahun 1992 tentang Karantina Hewan, Ikan, dan
Tumbuhan. Beberapa contoh pengaruh karantina terhadap pencegahan penyebaran
adalah:
Pemberian kategori Organisme Pengganggu Tumbuhan Karantina (OPTK) seprti
OPTK golongan 1 kategori A1 yaitu Corynebacterium flaccumfaciens, bakteri
yang menyerang benih kedelai yang masih beredar di USA.
Klasifikasi OPTP (Organisme Pengganggu Tumbuhan Penting) misalnya pada kasus
OPTP penting adalah penyakit rebah kecambah (Phytium sp.),penyakit Tilletia
caries pada gandung yang sering terbawa oleh benih.
b. Program Pemberantasan dan Penekanan. Bebrapa tindakan pemberantasan dan
penekanan terhadap perkembangan OPT telah dilakukan antara lain:
Mengganti tanaman Kopi Arabika yang notabene lebih enak akan tetapi mudah
terserang Hemilia vastatrix dengan Kopi robusta.
Pemusnahan dengan membakar, menghancurkan maupun mengubur OPT maupun
bagian yang terserang untuk menghindari penyebaran.

Anda mungkin juga menyukai