Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN MINGGUAN PRAKTIKUM

AGROKLIMATOLOGI

ACARA 4

“INTERPRETASI DATA KONTRIBUSI GAS-GAS RUMAH KACA (GRK) TERHADAP


PEMANASAN GLOBAL”

DISUSUN OLEH

NAMA : SITI RAIHANUN

NIM : C1M019129

KELAS : D

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS MATARAM

2020
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Radiasi Surya merupakan sinar elektromagnetik yang dibangkitkan dari fusi nuklir
dengan mengubah unsur hydrogen (H) menjadi unsur helium (He). Radiasi surya adalah
sumber energi utama untuk proses-proses fisika atmosfer yang menentukan keadaan cuaca
dan iklim di atmosfer bumi. Selain dibutuhkan di atmosfer cahaya matahari atau radiasi
matahari merupakan salah satu kebutuhan pokok bagi setiap makhluk hidup yang berada di
Planet Bumi. Mengapa demikian? Karena tanpa adanya cahaya matahari, takkan ada
kehidupan di bumi. Contoh bagi tumbuhan, cahaya matahari dimanfaatkan untuk melakukan
proses fotosintesis atau membuat makanannya sendiri. Adapun komponen dalam proses
fotosintesis berupa 12H2O + 6CO2 + cahaya → C6H12O6 (glukosa) + 6O2 + 6H2O, dapat
kita lihat bahwa cahaya matahari merupakan salah satu komponen utama dalam melakukan
fotosintesis. Hasil fotosintesis berupa oksigen kemudian akan dimanfaatkan oleh manusia
dan hewan untuk bernapas.
Radiasi matahari memiliki manfaat yang begitu besar bagi makhluk hidup apabila
dimanfaatkan dengan sebaik mungkin artinya tidak terlalu berlebihan dan tidak kekurangan
pula. Namun, perlu kita ingat bahwa radiasi matahari berlebih dapat menimbulkan gas rumah
kaca (GRK) yang menyebabkan terjadinya efek rumah kaca (ERK) dan pemanasan global
(global warming). Perlu kita ketahui sebelumnya, efek rumah kaca merupakan istilah yang
digunakan untuk menggambarkan bumi yang memiliki efek seperti rumah kaca, dimana
panas matahari terperangkap oleh atmosfer bumi. Gas-gas rumah kaca yang paling banyak
ditemukan di atmosfer dan menyumbang paling besar dalam peningkatan suhunya adalah
karbon dioksida (CO2), metana (CH4), nitrogen oksida (N2O), sulfur dioksida (SO2) dan gas
terflorinasi atau fluorinated seperti CFC, hidroflorkarbon, dan gas lainnya. Gas-gas di
atmosfer seperti karbon dioksida (CO2) dapat menahan panas matahari sehingga panas
matahari terperangkap di dalam atmosfer bumi. Normalnya, pada siang hari matahari
menyinari bumi sehingga permukaan bumi menjadi hangat, dan pada malam hari permukaan
bumi mendingin. Akan tetapi, akibat adanya efek rumah kaca, sebagian panas yang harusnya
dipantulkan permukaan bumi diperangkap oleh gas-gas rumah kaca di atmosfer.
Gas rumah kaca yang dilepaskan ke atmosfer terus bergerak dan tidak diam di satu
tempatnya berasal tetapi juga menyebar ke bagian bumi lainnya seiring dengan
berhembusnya angin. Oleh karena itu, konsentrasi gas-gas efek rumah kaca tersebut akan
terdispersi dan besarannya akan relatif sama dimanapun pengukuran konsentrasinya
dilakukan. Efek gas rumah kaca yang diemisikan ke atmosfer bumi akan tercampur secara
global dan merata di berbagai tempat. Hal tersebut mengakibatkan efek gas rumah kaca
dialami oleh seluruh bagian bumi dalam bentuk yang paling nyata yaitu peningkatan suhu
bumi secara global. Secara tidak langsung, penambahan gas efek rumah kaca yang terus
meningkat karena kegiatan manusia membuat kondisi bumi semakin menghangat. Dengan
naiknya suhu bumi tersebut menyebabkan perubahan di bumi seperti melelehnya es di kutub
dan badai yang lebih ganas. Hal tersebut terjadi karena atmosfer, hidrosfer, dan permukaan
bumi semuanya terkait dengan iklim. Meski iklim bumi pernah berubah sebelumnya, tetapi
perubahan iklim yang disebabkan oleh efek rumah kaca dipercepat oleh manusia sendiri yang
membuat proses perubahan iklim menjadi lebih cepat dari yang pernah ada.
.
1.2 Tujuan dan Kegiatan Praktikum
Tujuan Praktikum :
(1) Mahasiswa diharapkan mampu menginterpretasi perubahan kontribusi GRK dalam dua
periode yang berbeda : 1880- 1980 dan 1980 -2000.

Kegiatan Praktikum :
(1) Mahasiswa diminta untuk menginterpretasi trend perubahan kontribusi masing-masing
GRK pada kurun waktu 100 tahun (1880-1980) dan 1980-2000.
(2) Mahasiswa diminta membuat kesimpulan dari hasil interpretasinya terhadap kontribusi
GRK terhadap pemanasan global.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Gas rumah kaca adalah gas-gas di atmosfer yang dihasilkan dari berbagai kegiatan
manusia. Gas ini berkemampuan untuk menyerap radiasi matahari di atmosfer sehingga
menyebabkan suhu di permukaan bumi menjadi hangat. Meningkatnya konsentrasi gas rumah
kaca di atmosfer akibat aktivitas manusia pada akhirnya menyebabkan meningkatnya suhu
permukaan bumi secar global (Melviana dkk., 2004). Gas-gas rumah kaca mengakibatkan efek
rumah kaca, namun pada dasarnya efek rumah kaca alami penting bagi kehidupan di bumi. Gas-
gas utama penyusun rumah kaca adalah uap air (H2O), karbon dioksida (CO2), dan metana (CH4)
yang merupakan hasil dari pembakaran bahan bakar fosil di sektor energi, transportasi dan
industri. Sementara gas seperti HFCs, CFC, PFCs Dn SF6 dihasilkan dari industri pendingin
(feron) dan penggunaan aerosol, “hanya” menyumbang kurang dari 1% total emisi gas rumah
kaca. Walaupun hanya 1% tetapi gas-gas tersebut punya potensi pemanasan yang jauh lebih
tinggi dibanding gas CO2, CH4 dan N2O (Kodoatie dan Roestam, 2010).

Salah satu gas rumah kaca itu adalah CFC. CFC merupakan kepanjangan dari (Chloro
Fluoro Carbon) atau yang disebut sebagai Freon. CFC ini menyerang Ozon, akibatnya
kandungan Ozon di angkasa menipis dan meningkatkan lubang di kutub utara dan selatan,
sehingga sinar UV mampu menerobos masuk ke atmosfer dan menyebabkan terjadinya radiasi.
Jika lapisan ozon semakin menipis dan berlobang, maka bumi ini seakan telanjang dan tidak ada
lagi pelindung dari radiasi UV. CFC ini dua ribu kali lebih efektif memperangkap radiasi
gelombang panjang daripada Karbon. Menurut Michael Allaby dalam bukunya Living in The
Green House, molekul CFC ini dapat bertahan di atmosfer selama beberapa dekade, sedangkan
satu molekul karbon dioksida dapat bertahan sampai 100 tahun, satu molekul nitrous oksida
selama 170 tahun dan satu molekul metana selama 10 tahun (Rusbiantoro, 2008).

Secara alami karbon dioksida, gas metana, dan gas-gas lainnya dalam jumlah kecil di
atmosfer dapat meneruskan cahaya matahari sehingga menghangatkan permukaan bumi. Uap air
dan gas-gas tersebut (dalam bentuk awan) menahan pantulan energi panas dari permukaan bumi.
Pengeluaran panas dari bumi ke angkasa menjadi diperlambat. Gas ini disebut gas rumah kaca
(GRK) karena berfungsi seperti kaca pada rumah kaca. Rumah kaca biasanya meneruskan
cahaya matahari tetapi menahan energi di dalam rumah kaca ketika suhu mulai menghangat atau
memanas. Dampak penghangatan yang sama juga terjadi di bumi oleh gas-gas atmosfer,
sehingga disebut efek rumah kaca (EFK). Efek rumah kaca memungkinkan adanya kehidupan di
bumi, tanpa efek rumah kaca suhu bumi akan turun drastis. Namun, kini para ilmuwan percaya
bahwa akibat kegiatan manusia konsentrasi gas-gas rumah kaca telah bertambah banyak,
sehingga sudah mempengaruhi iklim di bumi (IPCC 2001). Istilah pemanasan global digunakan
untuk menggambarkan peningkatan suhu akibat efek rumah kaca. Perubahan iklim global
diartikan sebagai serangkaian ciri-ciri iklim yang sedang berubah saat ini, termasuk pola-pola
curah hujan dan angin yang akan terus berlanjut di masa depan (Indrawan dkk., 2007).
Efek Rumah Kaca (ERK) adalah proses pemanasan bumi yang disebabkan oleh radiasi
matahari bergelombang pendek, masuk ke bumi menembus atmosfer yang berfungsi seperti atap
kaca pada rumah kaca namun panasnya tidak dapat keluar dari rumah kaca tersebut. Radiasi
balik ini seharusnya dilepaskan ke ruang angkasa namun akhirnya tertahan di atmosfer, sebagian
radiasi ini dipantulkan kembali ke permukaan bumi. Proses ini berlangsung dan berulang
sepanjang masa. Radiasi matahari yang masuk dan diterima oleh permukaan bumi akan
dipancarkankembali ke atmosfer dalam bentuk gelombang panjang yang mempunyai sensasi
rasa panas. Tidak semua radiasi panas tersebut dapat menembus lapisan atmosfer menuju ke luar
angkasa luar, namun sebagian terakumulasi dalam GRK. Terkumpulnya energi panas matahari di
atmosfer maka suhu bumi akan nyaman dan layak dihumi oleh manusia. Namun apabila GRK
makin meningkat maka energi matahari terperangkap di atmosfer akan meningkat dan
mengakibatkan ERK yang makin panas dan timbullah pemanasan global (Mukono, 2018).

Pemanasan global merupakan fenomena peningkatan temperatur rata-rata permukaan


bumi. Pemanasan global dapat mengakibatkan pencairan es di daerah kutub, hal ini
mengakibatkan naikanya permukaan laut. Secara ekstrim dapat dinyatakan bahwa pencairan es di
kutub dapat mengakibatkan tenggelamnya daratan. Berdasarkan analisis geologi, temperatur
planet bumi telah meningkat beberapa derajat dibanding 20,000 tahun lalu ketika zaman gletser.
Telah terjadi 11 rekor tahun terpanas dalam kurun waktu 12 tahun terakhir, selain itu
berdasarkan catatan IPCC (Intergovernmental Panel of Climate Change), temperatur rata-rata
global telah meningkat sebesar 0,78 C selama periode 100 tahun terakhir (1906-2005). Menurut
laporan pusat data iklim nasional NOAA (National Oceanic and Atmospheric Administration),
bulan Januari 2008 justru merupakan bulan paling bersalju di Asia dan dua bulan kemudian,
pada bulan Maret 2008 menjadi perode terpanas dalam sejarah dunia. Temperaturnya meningkat
hingga 1,8 C lebih tinggi daripada temperatur rata-rata sepanjang abad ke-20 (Team SOS, 2011).
BAB III

METODE PRAKTIKUM

3.1 Pelaksanaan Praktikum

Praktikum ini dilaksanakan dari tanggal 11 Mei sampai pada tanggal 17 Mei 2020.
Bertempat di kediaman masing-masing mahasiswa.

3.2 Alat Praktikum

3.3 Prosedur Praktikum

Pada praktikum kali ini, tidak diperlukan prosedur sebagaimana praktikum biasanya.
Dikarenakan pandemic yang terjadi saat ini.
BAB IV

METODELOGI

Sejarah penemuan ilmiah perubahan iklim dimulai pada awal abad ke-19 ketika zaman
es dan perubahan alam lainnya dalam paleoklimat pertama kali dicurigai dan efek rumah kaca
alami pertama kali diidentifikasi. Pada akhir abad ke-19, para ilmuwan pertama kali berpendapat
bahwa emisi gas rumah kaca manusia dapat mengubah iklim . Banyak teori lain tentang
perubahan iklim diajukan, melibatkan kekuatan dari vulkanisme ke variasi matahari . Thomas
Edison, pelopor teknologi listrik, menyuarakan keprihatinan terhadap perubahan iklim dan
dukungan untuk energi terbarukan pada 1930-an. Pada 1960-an, efek pemanasan gas karbon
dioksida menjadi semakin meyakinkan. Beberapa ilmuwan juga menunjukkan bahwa aktivitas
manusia yang menghasilkan aerosol atmosfer (misalnya, "polusi") dapat memiliki efek
pendinginan.

Grafik 4.1 suhu rata-rata global

Gas Rumah Kaca (GRK) yang berada di atmosfer dihasilkan dari berbagai kegiatan manusia
terutama yang berhubungan dengan pembakaran bahan bakar fosil (minyak, gas, dan batubara)
seperti pada pembangkitan tenaga listrik, kendaraan bermotor, AC, komputer, memasak. Selain
itu, gas rumah kaca juga dihasilkan dari pembakaran dan penggundulan hutan serta aktivitas
pertanian dan peternakan. Gas rumah kaca yang dihasilkan dari kegiatan tersebut, seperti H2O
(uap air), CO2 (karbon dioksida), O3 (ozon), CH4 (metana), N2O (dinitrogen oksida), CFC
(cholorofluorokarbon : CFC R-11 dan CFC R-12), CO (karbon monoksida), SO2 (sulfur
dioksida), NO (nitrogen oksida), dan gas lainnya seperti HFCS, PFCS, dan SF6.

Tingginya kadar CO2 di atmosfer berpengaruh pada peningkatan pemanasan global yang
dapat membahayakan kehidupan makhluk hidup yang ada di Bumi. Dalam catatan NOAA
disebutkan “peningkatan gas rumah kaca telah membuat penganggaran energi di Bumi tidak
seimbang, sebab ia menjebak lebih banyak panas dan menaikkan suhu rata-rata Bumi”. Salah
satu faktor meningkatan kadar CO2 di atmosfer bumi diyakini karena banyaknya proses
pengolahan bahan bakar fosil yang membuat gas CO2 terperangkap di atmosfer.

Gas metana (CH4) ini memiliki potensi lebih besar dalam pemanasan global ketimbang gas
karbon dioksida (CO2). Gas metana memiliki nilai Global Warming Potensial (GWP) 21.
Artinya, setiap molekul metana mampu memanaskan 21 kali lipat dari molekul CO2. Selain itu,
berbeda dengan gas CO2, gas metana tidak dapat diserap oleh klorofil tumbuhan. Gas metana
dapat berasal dari sumber-sumber alamiah, seperti emisi geologis, danau, tumbuh-tumbuhan. Gas
ini juga dapat berasal dari kegiatan manusia, seperti penambangan, pemakaian bahan bakar,
kegiatan peternakan dan pembuangan sampah.

Selanjutnya CFC, N2O dan gas lainnya, dapat menyebabkan pemanasan global. Sektor
pertanian dipercaya merupakan sumber utama emisi N2O, yang menyumbang dua pertiga dari
produksi emisi ini, sumber yang lain berasal dari industri, pembakaran bahan bakar fosil,
biomasa dan limbah. CFC sendiri berasal dari penggunaan alat-alat pendinginan berupa AC,
freezer, cooling pack dan lain-lain. Gas-gas tersebut dapat merusak iklim dan ozon yang juga
menyumbang efek pemanasan global. Sedangkan gas-gas lainnya dapat berupa CO (karbon
monoksida), SO2 (sulfur dioksida), NO (nitrogen oksida), dan gas lainnya seperti HFCS, PFCS,
dan SF6.

Gas-gas rumah kaca sebenarnya sangat berguna dan dibutuhkan oleh Bumi dalam menjaga
suhu Bumi agar tetap stabil demi kelangsungan hidup para makhluk hidup yang menempati
bumi. Namun, jika gas rumah kaca dalam jumlah berlebihan di atmosfer maka dapat
menyebabkan kerusakan dan alhasil akan menjadi bumerang bagi manusia itu sendiri. Dan
sayangnya, selama 200 tahun terakhir, manusia menghasilkan gas rumah kaca terlalu banyak
yang disebabkan oleh aktivitas manusia yang tidak bijak dalam mengelola alam.. Kebiasaan
buruk itu membuat bumi kini terancam rusak.

Berdasarkan diagram gas-gas rumah kaca diatas, maka dapat dijelaskan:

1. GRK selama 100 tahun periode (1880-1980)


Berdasarkan diagram pertama, gas rumah kaca yang tersebar di atmosfer terdiri atas 66%
CO2, 15% CH4, 8% CFC, 3% N2O dan 8% gas lain. Dari data tersebut, gas CO2 merupakan
gas yang paling banyak keberadaannya di atmosfer selama 100 tahun yang berarti aktivitas
manusia dalam memproduksi gas ini terus meningkat.
Berdasarkan data suhu rata-rata global pada Grafik 4.1 pemanasan global tertingi dalam
kurun waktu 100 tahun (1880-1980) terjadi pada tahun 1944 dengan kenaikan suhu + 0,3 C.

2. GRK selama 20 tahun periode (1980-2000)


Berdasarkan diagram kedua, terdapat 50% CO2, 18% CH4, 14% CFC, 6% N2O, dan 12%
gas-gas lain penyumbang gas rumah kaca. Dari tahun 1980 hingga tahun 2000, CO2 masih
memegang gas penyumbang terbesar gas rumah kaca namun mengalami penurunan drastis
sebanyak 16%, penurunan ini disebabkan karena aktivas manusia dalam memproduksi gas ini
yang juga menurun. Kemudian disusul meningkatnya gas metana (CH4) sebanyak 3% yang
berarti aktivas-aktivas manusia dalam mengeksploitasi alam semakin bertambah. Selanjutnya
gas CFC, N2O dan gas lain juga mengalami peningkatan berturut-turut sebesar 6%, 3% dan
4%. Pada periode (1980-2000) ini diantara semua gas yang mengalami peningkatan, gas CFC-
lah yang paling banyak mengalami peningkatan dan berarti penggunaan alat pendingin
semakin marak di kalangan masyarakat dunia yang menyebabkan lapisan ozon semakin
menipis.
Berdasarkan data suhu rata-rata global pada Grafik 4.1 pemanasan global tertingi dalam
kurun waktu 20 tahun (1980-2000) terjadi pada tahun 1988 dengan kenaikan suhu + 0,66 C.

Jadi dapat kita simpulkan bahwa gas rumah kaca (GRK) dalam setiap tahunnya terus
mengalami perubahan seiring waktu. Perubahan-perubahan yang terjadi baik berupa peningkatan
ataupun penurunun dapat disebabkan oleh aktivitas alam dan makhluk hidup di Bumi terutama
manusia.
BAB V

PENUTUP

Kesimpulan

Berdasarkan data-data yang telah dipaparkan diatas, dapat disimpulkan bahwa:

Gas Rumah Kaca (GRK) merupakan kumpulan gas yang berada di atmosfer berupa CO 2, CO,
CH4, O3, N2O, NO, SO2, SO, H2O, CFC, HFCS, PFCS, dan SF6 yang berfungsi menangkap
panas untuk menjaga kestabilan suhu di Bumi. Gas rumah kaca yang berlebih di atmosfer dapat
menyebabkan pemanasan global (global warming) dan kerusakan pada Bumi yang akan
berimbas kepada manusia.

Pada periode (1880-1980) gas rumah kaca yang tersebar di atmosfer terdiri atas 66% CO2,
15% CH4, 8% CFC, 3% N2O dan 8% gas lain dan pada periode (1980-2000) terdapat 50% CO2,
18% CH4, 14% CFC, 6% N2O, dan 12% gas-gas lain penyumbang gas rumah kaca. Peningkatan
dan penurunan pada gas rumah kaca dapat terjadi tergantung pada aktivitas-aktivitas yang
dilakukan manusia.
DAFTAR PUSTAKA

Indrawan, Mochamad, Richard B. Primack, Jatna Supriatna. 2007. Biologi Konservasi.


Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.

Kodoatie, Robert J, Roestam Sjarief. 2010. Tata Ruang Air. Yogyakarta: C.V ANDI
OFFEST.

Mukono, H.J. 2018. Analisis Kesehatan Lingkungan Akibat Pemanasan Global dan
Perubahan Iklim: Tinjauan Kesehatan Masyarakat. Surabaya: Airlanggga University Press.

Rusbiantoro, Dadang. 2008. Global Warming for Beginner. Yogyakarta: O2.

Team SOS. 2011. PEMANASAN GLOBAL: Solusi dan Peluang Bisnis. Jakarta: PT
Gramedia Pustaka Utama.

https://airforyou.wordpress.com/2015/02/26/gas-rumah-kaca-dan-dampaknya/

https://www.studiobelajar.com/efek-rumah-kaca/

https://properti.kompas.com/read/2013/05/22/15384537/Waduk.dan.Bahaya.Gas.Metana.

https://airpollution2014.weebly.com/gas-rumah-kaca/gas-rumah-kaca

Anda mungkin juga menyukai