Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PRAKTIKUM

BIOLOGI TANAH

AHMAD TAISIR ARMAN NASUTION

1110233001

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS ANDALAS

PADANG

2013
BAB I

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Tanah merupakan tempat tinggal untuk bermacam macam binatang


kecil. Binatang ini melakukan proses pembusukan sisa tanaman sehingga
menjadi unsure hara dan menggali lubang serta terowongan yang
menyebabkan terbentuknya saluran peredaran air dan udara di dalam
tanah.

Dengan menggali tanah, binatang-binatang kecil mencampur lapisan


lapisan tanah. Tanah yang sehat mempunyai berbagai jenis binatang (bio-
diversitas tinggi). Dominasi oleh salah satu jenis binatang merupakan
tanda adanya kemungkinan ketidak-seimbangan pada tanah tersebut.
Misalnya, terlalu banyak atau terlalu sedikit air. Penggunaan pestisida juga
bias merusak keseimbangan biologis tanah.

Tanah hutan mempunyai laju infiltrasi permukaan yang tinggi dan


makroporositas yang relatif banyak, sejalan dengan tingginya aktivitas
biologi tanah dan turnover perakaran. Kondisi ini mendukung air hujan
yang jatuh dapat mengalir ke dalam lapisan tanah yang lebih dalam dan
juga mengalir secara lateral.

Alih fungsi hutan menjadi lahan pertanian pada umumnya


menyebabkan turunnya fungsi hidrologis hutan. Alih fungsi hutan ini
berpangkal dari peningkatan jumlah penduduk yang memanfaatkan lahan
untuk usaha pertanian, hal ini sering dilakukan tanpa memper hatikan
kemampuan tanahnya. Sejalan dengan itu semakin terbatasnya lahan
pertanian yang sesuai untuk usaha di bidang pertanian, maka penduduk
memperluas lahan petaniannya de ngan membuka hutan di daerah lereng-
lereng pegunungan . Pemanfaatan sumberdaya lahan yang mempunyai
kemiringan yang curam untuk usaha pertanian mempunyai resiko yang
besar terhadap ancaman erosi, terutama apabila dimanfaatkan untuk usaha
tani tanaman semusi m. Alih fungsi hutan menjadi lahan petanian tanaman
semusim melibatkan faktor- faktor yang kompleks yaitu berupa kegiatan-
kegiatan pengolahan tanah, penanaman, pemeliharaan, dan pemanenan
budidaya yang diusahakan. Kegiatan tersebut akan memberi pengaruh ter
tentu terhadap sifat - sifat tanahnya.

Pengurangan lapisan bahan organik di permukaan lahan memicu


terjadinya degradasi tanah di sepanjang daerah aliran sungai. Indikator
suatu tanah terdegradasi dapat dilihat dari kualitas tanah suatu lahan.
Kualitas suatu lahan dikatakan baik bila masih melaksanakan fungsi-
fungsi tanah seba gaimana mestinya. Perubahan kualitas tanah disebabkan
terjadinya gangguan. Bila gangguan sedang terjadi, kualitas tanah menjadi
fungsi dari resistensi s(kapasitas penyangga) tanah. Namun, bila gangguan
sudah terjadi, kualitas merupakan fungsi dari pemulihan tanah (soil
resilience). Kapasitas penyangga tanah dan pemulihan tanah dipengaruhi
oleh sifat- sifat tanah yakni fisika, kimia, dan biologi tanah ini,
diantaranya ada yang dapat berubah pada jangka waktu pendek, dalam
jangka waktu yang panjang atau tidak dapat berubah selamanya. Dengan
demikian kita melihat adanya perubahan kualitas tanah melalui
pendekatan sifat tanah menurut waktu berubahnya. Permasalahan diatas
menarik perhatian peneliti untuk menganalisis kualitas tanah pada
beberapa penggunaab lahan baik menjadi lahan perkebunan maupun lahan
pertanian campuran.
Binatang yang sering ditemukan di dalam atau di atas permukaan
tanah adalah semut , cacing, ular, kumbang, laba-laba, tikus, jangkrik,
lipan dan sebagainya. Di dalam tanah terdapat berbagai jenis biota tanah,
antara lain mikroba (bakteri,fungi, aktinomisetes, mikroflora, dan
protozoa) serta fauna tanah. Masing-masing biota tanah mempunyai fungsi
yang khusus. Dalam kaitannya dengan tanaman,mikroba sangat berperan
dalam membantu pertumbuhan tanaman melalui penyediaan hara
(mikroba penambat N, pelarut P), membantu penyerapan hara (cendawan
mikoriza arbuskula), memacu pertumbuhan tanaman (penghasil hormon),
dan pengendali hama-penyakit (penghasil antibiotik, antipatogen).
Demikian pula fauna tanah, setiap grup fauna mempunyai fungsi ekologis
yang khusus.

Keanekaragaman biota dalam tanah dapat digunakan sebagai


indikator biologis kualitas tanah. Setiap hektar lahan kering umumnya
dihuni lebih dari 20 grup fauna tanah, dan aktivitas setiap grup fauna
memberikan pengaruh yang khas terhadap lingkungan lahan/tanah.
Aktivitas beberapa grup fauna tanah menguntungkan bagi tanaman, tetapi
beberapa grup fauna tanah lainnya dapat merugikan tanaman.
Biota tanah memegang peranan penting dalam siklus hara di dalam
tanah, sehingga dalam jangka panjang sangat mempengaruhi keberlanjutan
produktivitas lahan.

Secara alami, ketersediaan nutrisi cacing tanah dipenuhi oleh hasil


aktivitas organisme lain seperti mesofauna tanah. Mesofauna memecah
bahan organik kasar menjadi serpihan yang lebih halus, yang selanjutnya
berubah menjadi koloid-koloid organik sehingga menyediakan nutrisi bagi
cacing tanah. Selanjutnya cacing mendistribusikan nutrisi tersebut
(membawanya ke dalam liang cacing) ke areal sekitarnya sehingga
merangsang perkembangan mikroorganisme tanah.

Berbagai aktivitas mikroorganisme tanah, mikroflora dan fauna


saling mendukung keberlangsungan proses siklus hara, membentuk
biogenic soil structure yang mengatur proses fisik, kimia, dan hayati
tanah. Pemanfaatan biota tanah sebagai agens hayati yang
menguntungkan, baik secara langsung maupun tidak langsung, dalam
membantu pertumbuhan tanaman merupakan peluang yang sangat besar
dalam melestarikan kesuburan dan produktivitas tanah. Oleh karena itu, di
samping diperlukan pengetahuan tentang kemampuan dan keunggulan
biota tanah dalam menjalankan fungsi ekologis, juga perlu diciptakan
teknologi aplikasi biota yang tepat dalam pengelolaan lahan, terutama
lahan kering.

1.2.Tujuan

Praktikum ini dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya


makroorganisme pada tanah hutan, tanah vegetasi, dan tanah non vegetasi.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Dalam tanah terdapat fauna (binatang) tanah yang bersifat


heterotrof yang berperan dalam jaringan makanan di dalam sistem tanah
serta berperan dalam proses pembentukan tanah. Di seluruh ekosistem
darat, Fauna tanah dikelompokkan berdasarkan ukuran panjang badannya,
yaitu :

Mikrofauna
: 0,02-0,20 mm

Mesofauna
: 0,20-10,4 mm

Makrofauna : 10,4-83,2 mm

Keberadaan meso dan makrofauna di tanah pertanian merupakan


salah satu ciri tanah sehat karena fauna ini menjadi salah satu mata rantai
penting dalam rantai makanan di dalam tanah. Fauna ini mendegradasi
bahan organik, memakan akar dan sebagai pemangsa fauna yang
berukuran lebih kecil. Makrofauna cacing tanah berperan sebagai
akumulator logam berat.

Metode lama ini pada awalnya digunakan untuk memperkirakan


populasi cacing dalam contoh terbatas adalah metode perhitungan dengan
tangan (handsorting) (Anas, 1990; Schinner et
al., 1995) namun hanya sekitar 52 % cacing yang dapat dikumpulkan
dengan cara ini.
Salah satu parameter yang menentukan produktivitas tanah adalah
mikroorganisme dan makroorganisme tanah. Tanah yang berada dalam
kondisi normal mengandung berbagai jenis mikroorganisme dan
makroorganisme (Schlegel dan Schmidt, 1994).

Perubahan keanekaragaman mikroorganisme dan makroorganisme


berhubungan dengan kualitas tanah dan pengembangan agroekosistem
yang berkesinambungan (Thomas dan Kevon, 1993 dalam Kennedy dan
Gewin, 1997).

Peranan organisme tanah:

1. Dekomposisi bahan organik & produksi humus dengan melibatkan


makro & mikroorganisme tanah

2. Siklus nutrien & energi yaitu siklus N, P, S, C

3. Fiksasi unsur hara, fiksasi N

4. Pencampuran bahan2 penyusun tanah oleh aktivitas organisme


(bioturbasi) makroorganisme tanah

5. Bioremediasi tanah tercemar senyawa organik & logam berat

6. Proses pembentukan tanah

Pengaruh cacing tanah adalah kotoran cacing (cast) mengandung


unsur hara yang tinggi, mencacah/memotong-memotong bahan organik
sehingga mempercepat dekomposisi oleh mikroorganisme.
Lubang cacing berfungsi sebagai:

1. Meningkatkan aerasi & infiltrasi tanah

2. Menyediakan saluran untuk pertumbuhan akar tanaman

3. Mencampurkan bahan tanah lapisan atas dengan lapisan bawah &


sebaliknya (biopedoturbasi)

4. Mendistribusikan bahan organik

5. Mempercepat pembenihan biji (berkulit tebal) tanaman melalui


proses ingesti (telan), digesti (cerna) & egesti (keluar) oleh cacing
tanah (Kartasapoetra dkk., 1991).
BAB III

BAHAN DAN METODA

3.1. Waktu dan Tempat

Praktikum ini dilaksanakan pada hari Rabu 20 Februari


2013, di tanah vegetasi lahan belakang halte dan tanah hutan di
belakang halte Fakultas Pertanian Universitas Andalas Padang.

3.2. Bahan Dan Alat

Praktikum ini menggunakan peralatan seperti cangkul,


kertas kosong, loop, karung dan penggaris.

3.3. Cara Kerja

Cangkul bagian tanah di kedua lokasi yaitu di tanah


vegetasi dan tanah hutan dengan ukuran 40 cm x 40 cm dan
kedalaman 20 cm. Setelah itu amati makroorganisme yang terdapat
di kedua lokasi tanah tersebut. Agar lebih kelihatan jelas, gunakan
loop kemudian dokumentasikan hasilnya.
4.2. Pembahasan

Pada tanah hutan didapatkan hasil pengamatan


makroorganisme yang lebih banyak dan lebih bervariasi. Hal ini
dikarenakan pada tanh hutan terdapat bahan organic dari hasil yang
bervariasi. Sedangkan pada tanah vegetasi didapatkan hanya
beberapa jenis makroorganisme tanah, hal itu disebabkan karena
bahan organic hanya didapatkan dari satu jenis vegetasi.

Pada tanah hutan bahan organiknya didapatkasn dari


pohon, rumput, sisa dedauan dan tumbuhan lainnya. Maka dari itu
terdapat berbagai jenis makroorganisme seperti cacing yang
berbeda beda jenisnya, semut yang juga berbeda beda jenisnya,
serta makroorganisme lain yang berbeda beda jenisnya.

Pada tanh vegetasi, bahan organic yang ada didapatkan dari


satu jenis vegetasi yaitu rumput. Maka dari itu itu tidak banyak
terdapat makroorganisme pada tanah tanah tersebut. Selain itu,
pada tanah vegetasi tekstur tanahnya lebih liat daripada tanah
hutan. Yang dapat dilihat dari ruang pori mikronya lebih banyak
daripada ruang pori makronya. Maka dapat disimpulkan bahwa
tidak banyak jenis makroorganisme yang terdapat pada tanah
tersebut.
BAB V

PENUTUP

5.1. Kesimpulan

Makroorganisme tanah hutan lebh banyak daripada


makroorganisme yang ada pada tanah vegetasi dan tanah non vegetasi. Hal
ini disebabkan karena bahan organic di tanah hutan lebih bervariasi
daripada di tanah vegetasi.

5.2. Saran

Pada praktikan dan untuk praktikum selanjutnya diharapkan lebih


teliti lagi agar mendaptkan hasil yang lebih akurat. Dan dalam
melaksanakn praktikum diharapkan lebih serius lagi agar tidak terjadi
kesalahan kesalahan.
DAFTAR PUSTAKA

Notohadiprawiro, Tejoyuwono.1999. Tanah dan Lingkungan. Direktorat


Jendral Pendidikan Tinggi. Depdikbud, Jakarta.

http://agronomis.blogspot.com/2009/03/mikroorganisme-tanah.html

http://dasar2ilmutanah.blogspot.com/2010/12/cacing-tanah-03.html

http://erikarianto.wordpress.com/2008/01/02/pengaruh-mikroorganisme-
tanah-terhadap-tanaman/

http://taufikagt2.blogspot.com/2010/06/peran-makrofauna-bagi-tanah.html

Anda mungkin juga menyukai