Banyak definisi yang pernah dikemukakan tentang Agro Industri. Beberapa diantaranya:
1. Agroindustri adalah industri yang memberi nilai tambah pada produk pertanian dalam
arti luas termasuk hasil laut, hasilk hutan, peternakan dan perikanan (Handito Hadi
Joewono)
2. Agribisnis adalah serangkaian kegiatan yang melibatkan subsistem input, subsistem
produksi, subsistem pengolahan (agro-industri), subsistem pemasaran hasil dan sub
sistem penunjang. Agro-industri adalah usaha yang berkaitan dengan pengolahan
yang melibatkan kegiatan pengolahan, pengawetan, penyimpanan, dan pengepakan
hasil pertanian khususnya hasil budidaya pesisir dan laut (Ngangi, E.L.A. 2001)
Prinsip-prinsip Agroindustri
Tujuan yang ingin dicapai dalam pengembangan agroindustri perdesaan adalah untuk
meningkatkan kesejahteraan masyarakat perdesaan melalui upaya peningkatan nilai tambah
dan daya saing hasil pertanian. Untuk mewujudkan tujuan tersebut, pengembangan
agroindustri perdesaan diarahkan untuk:
Pada saat terjadi krisis ekonomi tahun 1998, industri yang mengandalkan teknologi tinggi,
didukung oleh investasi padat modal yang sebagian besar modalnya hutang dari luar
negeri serta sebagian peralatan dan bahan bakunya impor ternya keadaannya sangat rapuh.
Satu demi satu industri tersebut gulung tikar sehingga menimbulkan pengangguran tinggi
serta pertumbuhan ekonomi yang negative. Keadaan sebaliknya terjadi pada industri yang
berbasis sumberdaya alam, investasi padat karya, tidak tergantung impor dan tidak
menggunakan hutang luar negeri. Industri ini masih hidup dan berkembang dan menghasilkan
pertumbuhan yang positif meskipun kecil. Sektor tersebut adalah agroindustri (industri
pertanian).
Agroindustri adalah industri yang mengolah komoditas pertanian primer menjadi produk
olahan baik produk akhir (Finish Product) maupun produk antara (Intermediate Product).
Sebenarnya agroindustri ada dua yaitu seperti pengertian tersebut di atas yang disebut
agroindustri hilir dan agroindustri hulu yaitu industri yang menghasilkan produk-produk
berupa alat dan mesin pertanian, sarana produksi pertanian dan bahan-bahan yang diperlukan
oleh sector pertanian (Masyhuri, 2000). Agroindustri mencakup penanganan pasca panen,
industri pengolahan makanan dan minuman, industri biofarma, industri bioenergi, industri
pengolahan hasil ikutan (by-product) serta industri agrowisata. Dalam pembahasan
selanjutnya pengertian agroindustri dibatasi dengan pengertian yang sempit yaitu agroindustri
hilir.
Industri pengolahan hasil pertanian yang berkembang meliputi indistri hasil pertanian besar
(pabrik), industri menengah dan kecil dan industri rumah tangga. Menurut Biro Pusat
Statistik (2001) industri dikelompokkan menjadi 4 golongan yaitu:
Jumlah perusahaan industri pengolahan hasil pertanian (makanan) pada tahun 2000 yang
merupakan industri menengah dan besar sebanyak 5.612 unit, industri kecil sebanyak 82.430
unit dan yang merupakan industri rumah tangga sebanyak 828.140 unit. Hal ini menunjukkan
bahwa industri pengolahan hasil pertanian sebagian besar termasuk dalam industri kecil dan
industri rumah tangga. Pengembangan industri kecil dan rumah tangga harus diarahkan
untuk meningkatkan kemampuannya, sehingga mampu bersaing di pasar domestik, sesuai
dengan ciri-ciri industri ini yaitu:
1. Kebanyakan mengolah bahan baku alam di sekitarnya, dan tidak terlalu tergantung
impor
2. Umumnya dikerjakan oleh keluarga dan kerabatnya dengan tidak ada pembagian
tugas yang jelas
3. Hasil produksinya dijual tidak dengan promosi yang dipasarkan dalam pasar lokal
dalam radius yang sempit sehingga biaya distribusinya tidak mahal
Agroindustri Berkelanjutan
3. Dampak negatif dari adanya pemanfaatan sumber daya alam dan adanya agroindustri
dapat diminimalkan.
Kontribusi Agroindustri
Dalam sistem agribisnis, agroindustri adalah salah satu sub sistem yang bersama-sama sub
sistem lain membentuk sistem agribisnis. Sistem agribisnis terdiri dari sub sistem input
(agroindustri hulu), usahatani (pertanian), output (agroindustri hilir), pemasaran dan
penunjang. Dengan demikian pembicaraan mengenai agroindustri tidak dapat dilepaskan dari
pembangunan agribisnis secara keseluruhan.
Pembangunan agroindustri di tanah air merupakan suatu keharusan dalam rangka menuju
masyarakat industri yang berbasis pertanian. Hal ini disebabkan karena mayoritas masyarakat
pedesaan menggantungkan kehidupannya pada sektor pertanian, adanya ketimpangan antara
kota dan desa sehingga urbanisasi cukup tinggi dan tingkat pendapatan yang rendah,
pengangguran yang tinggi , devisa yang kecil serta katahanan pangan yang lemah.
Pada sisi lain, kegiatan di sektor pertanian (on farm) saat ini merupakan sumber penghasilan
sebagian besar masyarakat pedesaan, tetapi belum dapat memberikan kehidupan yang layak
karena nilai tambah dari kegiatan on farm pada umumnya belum dapat dinikmati oleh
masrarakat pedesaan. Hal ini antara lain disebabkan oleh belum mampunya produk-produk
pertanian merespon perubahan tuntutan konsumen saat ini yang menuntut kualitas tinggi,
kontinyuitas pasokan ketepatan waktu penyampaian, serta harga yang kompetitif.
Paling sedikit ada lima alasan utama, mengapa agroindustri penting untuk menjadi lokomotif
pertumbuhan ekonomi nasional masa depan, yaitu :
Permasalahan yang berasal dari luar negeri merupakan dampak dari adanya perdagangan
bebas. Pada era perdagangan bebas semua negara mempunyai peluang yang sama sehingga
masing-masing negara akan bersaing memperebutkan pasar dunia. Tiap-tiap negara akan
berusaha meningkatkan kualitas dan efisiensi produknya agar mempunyai keunggulan
komparatif dan kempetitif, sehingga hanya negara majulah yang akan memenangkan
persaingan terswebut. Negara-negara maju, dengan alasan melindungi kesehatan dan
keselamatan konsumen telah menetapkan standar mutu internasional seperti ISO 9000, ISO
14.000, HACCP (Haazard Analysis and Critical Control Point), Nutritional Labelling and
Education Act dan HAM (Hak Azasi Manusia). Standar mutu internasional tersebut
dirasakan oleh Negara-negara berkembang sebagai suatu hambatan non tarif.
Dilihat dari berbagai aspek, seperti potensi sumberdaya yang dimiliki, arah kebijakan
pembangunan nasional, potensi pasar domestik dan internasional produk-produk agroindustri,
dan peta kompetisi dunia, Indonesia memiliki prospek untuk mengembangkan sistem
agroindustri. Prospek ini secara aktual dan faktual ini didukung oleh hal-hal sebagai berikut:
Kedua, pembangunan sistem agroindustri juga searah dengan amanat konstitusi yakni No. 22
tahun 1999, UU No. 25 tahun 1999 dan PP 25 tahun 2000 tentang pelaksanaan Otonomi
Daaerah. Dari segi ekonomi, esensi Otonomi Daerah adalah mempercepat pembangunan
ekonomi daerah dengan mendayagunakan sumberdaya yang tersedia di setiap daerah, yang
tidak lain adalah sumberdaya di bidang agroindustri. Selain itu, pada saat ini hampir seluruh
daerah struktur perekonomiannya (pembentukan PDRB, penyerapan tenagakerja, kesempatan
berusaha, eskpor) sebagian besar (sekitar 80 persen) disumbang oleh agroindustri (agribinsis).
Kelima, dalam menghadapi persaingan ekonomi global, Indonesia tidak mungkin mampu
bersaing pada produk-produk yang sudah dikuasai negara maju. Indonesia tidak mampu
bersaing dalam industri otomotif, eletronika, dll dengan negara maju seperti Jepang, Korea
Selatan, Jerman atau Perancis. Karena itu, Indonesia harus memilih produk-produk yang
memungkinkan Indonesia memiliki keunggulan bersaing di mana negara-negara maju kurang
memiliki keunggulan pada produk-produk yang bersangkutan. Produk yang mungkin
Indonesia memiliki keunggulan bersaing adalah produk-produk agribisnis, seperti
barangbarang dari karet, produk turunan CPO (detergen, sabun, palmoil, dll). Biarlah Jepang
menghasilkan mobil, tetapi Indonesia menghasilkan ban-nya, bahan bakar (palmoil diesel),
palmoil-lubricant