Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH BUDIDAYA TANAMAN PANGAN

JAGUNG (Zea mays L.)

Dosen Pengampu : Ir. Akmal, M.P.

Disusun Oleh :

Nama : Syarifah Tuti Alawiyah

NIM : D1A018010

Kelas : O

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS JAMBI

2019
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahi robbil‘alamin puji dan syukur kepada Allah Subhanahu Wa
Ta’ala karena atas rahmat dan karunia-Nya saya dapat menyelesaikan makalah ini
yang berjudul Budidaya Tanaman Pangan Jagung. Makalah ini merupakan salah
satu tugas dari mata kuliah Budidaya Tanaman Pangan tahun pelajaran
2019/2020.

Dalam penyelesaian makalah ini tidak sedikit kesulitan yang saya alami,
terutama disebabkan oleh kurangnya ilmu pengetahuan. Namun, berkat bimbingan
dari berbagai pihak akhirnya makalah ini dapat diselesaikan walaupun masih
banyak kekurangannya. Karena itu, sepantasnya jika saya mengucapkan terima
kasih kepada Bapak Ir. Akmal, M.P sebagai dosen pengampu mata kuliah
Budidaya Tanaman Pangan yang telah memberikan kepercayaan kepada saya
untuk membuat makalah ini.

Saya menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih memiliki banyak
kekurangan. Oleh karena itu, saya menerima jika ada kritik dan saran dari
pembaca agar bermanfaat dalam menyempurnakan tugas berikutnya. Saya
berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat dan menambah wawasan bagi
pembaca.

Jambi, 06 Desember 2019

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.........................................................................................i

DAFTAR ISI........................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN....................................................................................1

1.1 Latar Belakang.................................................................................................1


1.2 Tujuan Penulisan.............................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN.....................................................................................2

2.1 Penyebaran Tanaman Jagung..........................................................................2


2.2 Botani Tanaman Jagung..................................................................................2
2.3 Syarat Tumbuh................................................................................................4
2.4 Teknik Budidaya Tanaman Jagung.................................................................6
2.5 Hama dan Penyakit..........................................................................................11
2.6 Panen dan Pascapanen.....................................................................................13

BAB III PENUTUP.............................................................................................18

3.1 Kesimpulan......................................................................................................18
3.2 Saran................................................................................................................18

DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................19

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Jagung (Zea mays L.) merupakan salah satu tanaman pangan dunia yang
terpenting, selain gandum dan padi. Sebagai sumber karbohidrat utama di
Amerika Tengah dan Selatan, jagung juga menjadi alternatif sumber pangan di
Amerika Serikat. Penduduk beberapa daerah di Indonesia (misalnya di
Madura dan Nusa Tenggara) juga menggunakan jagung sebagai pangan
pokok. Selain sebagai sumber karbohidrat, jagung juga ditanam sebagai pakan
ternak (hijauan maupun tongkolnya), diambil minyaknya (dari biji), dibuat
tepung (dari biji, dikenal dengan istilah tepung jagung atau maizena), dan
bahan baku industri (dari tepung biji dan tepung tongkolnya). Tongkol jagung
kaya akan pentosa, yang dipakai sebagai bahan baku pembuatan furfural.
Jagung yang telah direkayasa genetika juga sekarang ditanam sebagai
penghasil bahan farmasi.
Jagung merupakan salah satu tanaman serealia yang tergolong spesies
dengan viabilitas genetik yang besar. Tanaman jagung dapat menghasilkan
genotip baru yang dapat beradaptasi terhadap berbagai karakteristik
lingkungan. Di Indonesia jagung merupakan tanaman pangan terpenting kedua
setelah padi (Nurmala, 1997).
Produksi jagung nasional meningkat setiap tahun, namun hingga kini
belum mampu memenuhi kebutuhan domestik sekitar 11 juta ton/tahun,
sehingga masih mengimport dalam jumlah besar yaitu 1 juta ton. Sebagian
besar kebutuhan jagung domestik untuk pakan dan industri pakan sekitar 57%,
sisanya sekitar 34% untuk pangan dan 9% untuk kebutuhan industri lainnya.
Selain untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri, produksi jagung nasional
juga berpeluang besar untuk memasok sebagian pasar jagung dunia yang
mencapai sekitar 8 juta ton/tahun (Mejaya dkk, 2005).

1.2 Tujuan Penulisan

1
Tujuan dari penulisan makalah ini yaitu untuk mengetahui dan
memberikan informasi kepada pembaca mengenai botani tanaman jagung dan
teknik budidaya tanaman jagung hingga panen dan pascapanen.

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Penyebaran Tanaman Jagung
Jagung adalah tanaman yang berasal dari Amerika Tengah, tetapi karena
penemuan baru di dunia, tanaman ini telah menyebar ke berbagai daerah tropis
dan sub-tropis lainnya. Di Amerika Serikat hampir seperempat dari areal
tanaman dikhususkan untuk budidaya jagung, terutama untuk biji-
bijian.Tanaman jagung pada umumnya digunakan untuk pakan ternak
(Vaughan, 1970). Tanaman jagung (Zea mays L) di Indonesia merupakan
tanaman pangan yang penting setelah padi dan terdapat hampir di seluruh
kepulauan Indonesia.
Umumnya jagung sebagian besar masih digunakan sebagai bahan pangan
penduduk serta sebagai sumber minyak. Penyebaran daerah tanaman jagung di
Indonesia tidak merata karena adanya pengaruh iklim, keadaan tanah, keadaan
hama serta fluktuasi harga jagung (Ketaren, 1986).
Di Indonesia, jagung merupakan bahan pangan sumber karbohidrat kedua
setelah beras. Disamping sebagai bahan pangan, komoditi ini juga sebagai
bahan pakan ternak dan bahan baku industri. Menurut data yang dihimpun
oleh Biro Pusat Statistik, penggunaan jagung untuk bahan pangan menurun
dari 78% pada tahun 1975 menjadi 49% pada tahun 1985. Sebaliknya,
penggunaan untuk pakan ternak dan industri meningkat dari 15% pada tahun
1975 menjadi 38% pada tahun 1985 (Najiyati, 1999).
Di Amerika dan negara-negara lain yang lebih maju, jagung kebanyakan
digunakan sebagai makanan ternak serta bahan baku pembuatan minyak
jagung, sirup dan hanya sebagian digunakan sebagai makanan pokok (Ketaren,
1986).

2.2 Botani Tanaman Jagung

2
Jagung merupakan tanaman semusim (annual). Satu siklus hidupnya
diselesaikan dalam 80-150 hari. Paruh pertama dari siklus merupakan tahap
pertumbuhan vegetatif dan paruh kedua untuk tahap pertumbuhan generatif.
Susunan morfologi tanaman jagung terdiri dari akar, batang, daun, bunga, dan
buah (Wirawan dan Wahab, 2007).
Tinggi tanaman jagung sangat bervariasi. Meskipun tanaman jagung
umumnya berketinggian antara 1m sampai 3m, ada varietas yang dapat
mencapai tinggi 6m. Tinggi tanaman biasa diukur dari permukaan tanah
hingga ruas teratas sebelum bunga jantan. Meskipun beberapa varietas dapat
menghasilkan anakan (seperti padi), pada umumnya jagung tidak memiliki
kemampuan ini.
Perakaran tanaman jagung terdiri dari 4 macam akar, yaitu akar utama,
akar cabang, akar lateral, dan akar rambut. Sistem perakaran tersebut
berfungsi sebagai alat untuk mengisap air serta garam-garam mineral yang
terdapat dalam tanah, mengeluarkan zat organik serta senyawa yang tidak
diperlukan dan alat pernapasan. Akar jagung termasuk dalam akar serabut
yang dapat mencapai kedalaman 8 m meskipun sebagian besar berada pada
kisaran 2 m. Pada tanaman yang cukup dewasa muncul akar adventif dari
buku-buku batang bagian bawah yang membantu menyangga tegaknya
tanaman (Suprapto, 19999).
Batang jagung tegak dan mudah terlihat, sebagaimana sorgum dan tebu,
namun tidak seperti padi atau gandum. Terdapat mutan yang batangnya tidak
tumbuh pesat sehingga tanaman berbentuk roset. Batang beruas-ruas. Ruas
terbungkus pelepah daun yang muncul dari buku. Batang jagung cukup kokoh
namun tidak banyak mengandung lignin(Rukmana, 1997).
Daun jagung adalah daun sempurna. Bentuknya memanjang. Antara
pelepah dan helai daun terdapat ligula. Tulang daun sejajar dengan ibu tulang
daun. Permukaan daun ada yang licin dan ada yang berambut. Stoma pada
daun jagung berbentuk halter, yang khas dimiliki familia Poaceae. Setiap
stoma dikelilingi sel-sel epidermis berbentuk kipas. Struktur ini berperan
penting dalam respon tanaman menanggapi defisit air pada sel-sel daun
(Wirawan dan Wahab, 2007).

3
Jagung memiliki bunga jantan dan bunga betina yang terpisah (diklin)
dalam satu tanaman (monoecious). Tiap kuntum bunga memiliki struktur khas
bunga dari suku Poaceae, yang disebut floret. Pada jagung, dua floret dibatasi
oleh sepasang glumae (tunggal: gluma). Bunga jantan tumbuh di bagian
puncak tanaman, berupa karangan bunga (inflorescence). Serbuk sari
berwarna kuning dan beraroma khas. Bunga betina tersusun dalam tongkol.
Tongkol tumbuh dari buku, di antara batang dan pelepah daun. Pada
umumnya, satu tanaman hanya dapat menghasilkan satu tongkol produktif
meskipun memiliki sejumlah bunga betina. Beberapa varietas unggul dapat
menghasilkan lebih dari satu tongkol produktif, dan disebut sebagai varietas
prolifik. Bunga jantan jagung cenderung siap untuk penyerbukan 2-5 hari
lebih dini daripada bunga betinanya (protandri).
Buah jagung terdiri dari tongkol, biji dan daun pembungkus. Biji jagung
mempunyai bentuk, warna, dan kandungan endosperm yang bervariasi,
tergantung pada jenisnya. Umumnya buah jagung tersusun dalam barisan yang
melekat secara lurus atau berkelok-kelok dan berjumlah antara 8-20 baris biji
(AAK, 2006).
Tanaman jagung (Zea mays L.) dalam sistematika tumbuh-tumbuhan
menurut Warisno (2007) adalah sebagai berikut ;
Kingdom : Plantae
Divisio : Spermatophyta
Class : Monocotyledonae
Ordo : Poales
Family : Poaceae
Genus : Zea
Species : Zea mays L.

2.3 Syarat Tumbuh Tanaman Jagung


1. Iklim
Suhu yang dikehendaki tanaman jagung adaah antara 21 oC-30oC.
Akan tetapi, untuk pertumbuhan yang baik bagi tanaman jagung khusunya
jagung hibrida, suhu optimum adalah 23oC-27oC. Suhu yang terlalu tinggi

4
dan kelembaban yang rendah dapat mengganggu peroses persarian. Jagung
hibrida memerlukan air yang cukup untuk pertumbuhan, terutama saat
berbunga dan pengisian biji. Curah hujan normal untuk pertumbuhan
tanaman jagung adalah sekitar 250 mm/tahun sampai 2000 mm/tahun
(Warisno, 2007).
Iklim yang dikehendaki oleh sebagian besar tanaman jagung adalah
daerah-daerah beriklim sedang hingga daerah beriklim subtropis/tropis
yang basah. Jagung dapat tumbuh di daerah yang terletak antara 0o-50o
LU hingga 0o-40o LS. Jagung bisa ditanam di daerah dataran rendah
sampai di daerah pegunungan yang memiliki ketinggian tempat antara
1000-1800 meter dari permukaan laut. Jagung yang ditanam di dataran
rendah di bawah 800 meter dari permukaan laut dapat berproduksi dengan
baik (AAK, 2006).
Waktu fase pembungaan dan pengisian biji tanaman jagung perlu
mendapatkan cukup air. Pertumbuhan tanaman jagung sangat
membutuhkan sinar matahari. Tanaman jagung yang ternaungi,
pertumbuhannya akan terhambat dan memberikan hasil biji yang kurang
baik bahkan tidak dapat membentuk buah (AAK, 1993).

2. Tanah
Tanah sebagai tempat tumbuh tanaman jagung harus mempunyai
kandungan hara yang cukup. Jagung tidak memerlukan persyaratan tanah
yang khusus, hampir berbagai macam tanah dapat diusahakan untuk
pertanaman jagung. Tanah yang gembur, subur, dan kaya akan humus
dapat memberi hasil yang baik. Drainase dan aerasi yang baik serta
pengelolaan yang bagus akan membantu keberhasilan usaha pertanaman
jagung. Jenis tanah yang dapat ditanami jagung adalah tanah andosol,
tanah latosol, tanah grumosol, dan tanah berpasir (AAK, 2006).
Derajat keasaman tanah (pH) yang paling baik untuk tanaman jagung
hibrida adalah 5,5-7,0. Pada pH netral, unsur-unsur hara yang dibutuhkan
oleh tanaman jagung banyak tersedia di dalamnya. Tanah-tanah yang pH

5
nya kurang dari 5,5 dianjurkan diberi pengapuran untuk menaikkan pH
(Warisno, 2007).

2.4 Teknik Budidaya Tanaman Jagung


1. Benih
Produksi jagung akan sangat bergantung terhadap benih yang ditanam.
Mutu benih jagung yang bersifat kualitatif memegang peranan penting
dalam peningkatan produksi. Jika benih berkualitas baik, akan dihasilkan
jagung berkualitas baik juga. Oleh karena itu, pembudidayaan harus
memperhatikan benih yang akan ditanam dengan cara memilih benih
berkualitas, menyipksn benih, dan menyimpan benih.
A. Memilih Benih Berkualitas
Mutu benih dapat dilihat dari penampakannya. Tidak hanya secara
fisik, mutu benih juga terkait dengan sifak genetic dan proses fisiologi
benih. Mutu genetic untuk menilai kemurnian dan keunggulan varietas.
Sementara itu, mutu fisiologis untuk menilai daya tumbuh benih, kadar
air, dan vigor benih.
Menurut para analis, benih bermutu memiliki kemurnian fisik
benih, kotoran benih lain kurang dari 0,2%, tingkat perkecambahan
inial 86%, tingkat kesehatan benih minimal 98%, kebenaran vatietas
100%, dan daya simpan benih 1-5 tahun. Benih yang bercirikan
demikiandapat diperoleh sertifikat dari bersertifikat. Ciri benih
bermutu yaitu sehat, bernas benih, tidak keriput (kecuali jagung
manis), mengilap, tidak mengandung kotoran, tidak terserang hama
dan penyakit, serta perkecambahan benih.
B. Menyiapkan Benih Sebelum Ditanam
Untuk mencegah serangan cendawan dan serangga, sebaiknya
terlebih dahulu mencapurkanbenih dengan fungisida dan insektisida

6
sebelum penanaman benih. Benih dapat dicampur dengan fungisida
seperti Benlate atau Ridomil untuk pencegahan serangan cendawan
dengan dosis dan aplikasi sesuai dengan yang tertera di kemasan.

2. Pengelolaan Lahan
Persiapan lahan adalah upaya pengolahan lahan agar kondisinya
sesuai dengan kebutuhan tanaman. Tanah yang telah rusak atau kurang
memenuhi syarat tumbuh diperbaiki dengan cara diolah agar menjadi
gembur. Dengan pengolahan tanah, tekstur tanah dan sirkulasi udara
menjadi lebih baik, aktivitas mikroba menjadi meningkat dan unsur
harapun mudah diserap oleh tanaman, dengan demikian akar tanaman
tumbuh dengan optimal.
Kegiatan pertama dalam persiapan lahan adalah membersihkan lagan
dari gulma dan sisa tanaman sebelumnya. Kedua, mencangkul atau
membajak tanah sedalam 30 cm. Selanjutnya menghaluskan dan
meratakan tanah dengan garu. Ketiga, membentuk saluran drainase.
Umumnya saluran dibuat sepanjang barisan tanaman jagung setiap 3
m dengan lebar sekitar 25 cm dan kedalaman sekitar 30 cm. Keempat,
memberikan kapur pertanian (CaCO3) atau dolomit untuk lahan dengan ph
<5 sebanyak 1-3 ton per ha. Kelima, memupuk lahan dengan
mencampurkan pupuk kandang pada tanah. Selain itu, dapat pula
mencampurkan pupuk dasar dengan osis seluruh bagian SP-36 dan KCL
serta satu per tiga bagian Urea. CAranya, pupuk disebar di dalam alur
yang dibuat dengan jarak 7,5-10 cm dari barisan tanaman dengan
kedalaman 10 cm. Tanah pu siap digunakan dengan cara diberi tanda jarak
tanamnya.

3. Jarak Tanam
Setelah tanah yang diberi pupuk dasr siap ditanami, langkah
selanjutnya adalah membuat jarak tanam. Jarak tanam jagung disesuaikan
dengan umur panen. Semakin lama umur panennya, tanaman akan
semakin tinggi dan memerlukan tempat yang lebih luas. Oleh karena itu,

7
jaral tanam jagung berumur panjang dengan waktu panen sekitar 110 hari
setelah tanam, yaitu 100 cm x 25 cm (1 tanaman/lubang) atau 100x40 cm
(2 tanaman/lubang). Jumlah opulasi tanaman jagung sekitar 40.000-
50.000 tanaman/ha. Jika jagun berumur sedang (umur panen 80-100 hari),
jarak tanamnya 75x20 cm (1 tanaman/lubang). Jumlah populasi tanaman
jagung sekitar 66.000 tanaman/ha. Sementara itu, jarak tanam jagung
berumur pendek (umur panen kurang dari 80 hari), yaitu 50x 20 cm (1
tanaman/lubang). Adapun populasi tanaman jagungnya sekitar 100.000
tanaman per ha.

4. Pelaksanaan Penanaman
Tahapan pertama adalah membuat lubang tanam. Lubang tanam
dibuat dengan alat tugal pada lahan yang telah diberi tanda jarak tanam.
Kedalaman lubang tanam sekitar 3-5 cm. Tahapan selanjutnya, benih
dimasukkan ke dalam luban tanam dan ditutup kembali dengan tanah.
Oleh karena itu, pembuatan lubang tanam dan ditutup kembali dengan
tanah. Oleh karena itu, pembuatan lubang tanam dan penanaman biasanya
memerlukan empat orang dengan rincian dua orang membuat lubang.
Adapun jumlag tanaman yang dikehendaki tergantung jarak tanamnya.
Untuk jarak tanam 75x25 cm dan 50x20 cm, setiap lubang ditanam satu
benih. Jarak tanam 75x 50 cm dan 100x 40 cm, setiap lubang ditanam dua
tanaman. Setiap penanaman sebaiknya tanah dalam keadaan lembab dan
tidak tergenang. JIka kering, tanah perlu diairi terlebih dahulu.

5. Teknik Penanaman
A. Waktu Tanam
Dalam satu tahun, petani menyusun rencana tanam pada lahannya
sebagai tanaman palawija, umumnya jagung ditanam antarwaktu
penanaman tanaman pokok atau padi. Tentu saja hal tersebut
dilakukan dengan memperhatikan curah hujan. Oleh karena itu,
varietas yang ditanam disesuaikan dengan keadaan air yangtersedia
atau curah hujan. Adapun waktu penanaman jagung biasanya awal

8
musim hujan atau akhit musim hujan/awal musim kemarau.
Penanaman dilakukan setelah lahan diolah dan diberi pupuk.

B. Pola Tanam
Pola tanam jagung gterdiri atas monokultur dan polikultur.
Penanaman mnokultur adalah pola tanam yang hanya terdiri satu jenis
tanaman dalam satu luasan tertentu. Adapun polikultur adalah pola
tanam yan terdiri atas lebih satu jenis tanaman dalam satu luasan
tertentu. Penanaman jagung dapat dilakukan secara monokultur dan
polikiltur. Namum biasanya tanaman jagung ditanam secara polikultur
atau dicampur dengan tanaman lain dalan satu luasan tertentu.

6. Pengelolaan Tanaman
A. Penjarangan dan Penyulaman
Tanaman yang tumbuhnya paling tidak baik, dipotong dengan
pisau atau gunting tajam tepat di atas permukaan tanah. Pencabutan
tanaman secara langsung tidak boleh dilakukan, karena akan melukai
akar tanaman lain yang akan dibiarkan tumbuh. Penyulaman bertujuan
untuk mengganti benih yang tidak tumbuh/mati, dilakukan 7-10 hari
sesudah tanam (hst). Jumlah dan jenis benih serta perlakuan dalam
penyulaman sama dengan sewaktu penanaman.
B. Penyiangan
Penyiangan dilakukan 2 minggu sekali. Penyiangan pada tanaman
jagung yang masih muda dapat dengan tangan atau cangkul kecil,
garpu dll. Penyiangan jangan sampai mengganggu perakaran tanaman
yang pada umur tersebut masih belum cukup kuat mencengkeram
tanah maka dilakukan setelah tanaman berumur 15 hari.
C. Pembumbunan
Pembumbunan dilakukan bersamaan dengan penyiangan untuk
memperkokoh posisi batang agar tanaman tidak mudah rebah dan
menutup akar yang bermunculan di atas permukaan tanah karena
adanya aerasi. Dilakukan saat tanaman berumur 6 minggu, bersamaan

9
dengan waktu pemupukan. Tanah di sebelah kanan dan kiri barisan
tanaman diuruk dengan cangkul, kemudian ditimbun di barisan
tanaman. Dengan cara ini akan terbentuk guludan yang memanjang.
D. Pengairan dan Penyiraman
Setelah benih ditanam, dilakukan penyiraman secukupnya, kecuali
bila tanah telah lembab, tujuannya menjaga agar tanaman tidak layu.
Namun menjelang tanaman berbunga, air yang diperlukan lebih besar
sehingga perlu dialirkan air pada parit-parit di antara bumbunan
tanaman jagung.
7. Pemupukan
Agar kecukupan unsur hara untuk pertumbuhannya terpenuhi,
tanaman perlu dipupuk. Umumnya pemupukan dilakukan untuk
menambah unsur hara yang terkandung di dalam tanah. Dosis pemupukan
yang digunakan umumnya adalah 200-300 kg/ha Urea, 100-200 kg/ha SP-
36, 200-300 kg/ha NPK. Pemupukan pertama (pupuk dasar) dilakukan saat
sebelum atau bersamaan tanam. Dosisnya adalah seluruh bagian SP-36 dan
KCl serta ½ bagian Urea. Caranya, pupuk disebar di dalam alur yang
dibuat dengan jarak sekitar 10 cm dari barisan tanaman dengan kedalaman
10 cm. Pupuk yang diberikan adalah ½ bagian dosis. Pemupukan susulan
dilakukan saat tanman berumur empat minggu setelah tanam dengan jarak
15 cm dari barisan tanaman. Setelah pupuk disebar, segera dilakukan
pembumbunan sehingga pupuk tertutup.
Takaran pupuk untuk tanaman jagung berdasarkan pada rekomendasi
yang telah disusun. Agar dosis pemupukan sesuai dengan spesifik lokasi
hendaknya menggunakan PUTK (Perangkat Uji Tanah Kering). Bagan
warna daun hanya digunakan pada waktu pemberian pupuk susulan.
Sebelum pemupukan susulan, dilakukan pembacaan BWD dengan
cara menempelkan daun jagung teratas yang sudah sempurna terbuka.
Waktu pembacaan sebaiknya sore hari agar tidak terpengaruh dengan
cahaya matahari. Urea diberikan berdasarkan skala BWD pada fase
Vegetatif sekitar umur 30 - 35 hst sebelum pemupukan susulan). Bila

10
pembacaan skala BWD < 4,5 segera diberikan urea 100 - 150 kg/ha dan
bila skala BWD > 4,5 diberikan N (urea) sebanyak 75 - 100 kg/ha.

Tabel Lampiran/Rekomendasi

8. Pengairan
Jagung merupakan tanaman dengan tingkat penggunaan air sedang,
berkisar antara 400-500 mm (FAO 2001). Namun demikian, budi daya
jagung terkendala oleh tidak tersedianya air dalam jumlah dan waktu yang
tepat.Khusus pada lahan sawah tadah hujan dataran rendah, masih
tersisanya lengas tanah dalam jumlah yang berlebihan akan mengganggu
pertumbuhan tanaman. Sementara itu, penundaaan waktu tanam akan
menyebabkan terjadinya cekaman kekurangan air pada fase pertumbuhan
sampai pembentukan biji. Oleh karena itu, dibutuhkan teknologi
pengelolaan air bagi tanaman jagung.
Pengelolaan air perlu disesuaikan dengan sumber daya fisik alam
(tanah, iklim, sumber air) dan biologi dengan memanfaatkan berbagai
disiplin ilmu untuk membawa air ke perakaran tanaman sehingga mampu
meningkatkan produksi (Nobe and Sampath 1986).
Sasaran dari pengelolaan air adalah tercapainya empat tujuan pokok,
yaitu:
(1) efisiensi penggunaan air dan produksi tanaman yang tinggi
(2) efisiensi biaya penggunaan air
(3) pemerataan penggunaan air atas dasar sifat keberadaan air yang
selalu ada tapi terbatas dan tidak menentu kejadian serta
jumlahnya

11
(4) tercapainya keberlanjutan sistem penggunaan sumber daya air
yang hemat lingkungan. Dalam hubungannya dengan pengelolaan
air untuk tanaman jagung yang banyak dibudidayakan di lahan
kering dan tadah hujan, pengelolaan air penting untuk diperhatikan.

2.5 Hama dan Penyakit


1. Hama
Hama yang umum mengganggu pertanaman jagung adalah lalat bibit
(Atherigona exigua), penggerek batang (Ostrinia furnacalis Guenee),
hama kumbang bubuk (Sitophilus zeamais Motsch) dan tongkol. Lalat
bibit umumnya mengganggu pada saat awal pertumbuhan tanaman,
menyerang pada tanaman muda, oleh karena itu pengendaliannya
dilakukan mulai saat tanam menggunakan insektisida carbofuran utamanya
pada daerah-daerah endemik serangan lalat bibit, dengan penanaman
varietas toleran, pengaturan waktu tanam, dan penggunaan mulsa.
Untuk hama pengerek batang, jika mulai nampak gejala serangan
dapat dilakukan dengan pemberian carbofuran (3-4 butir/tanaman) melalui
pucuk tanaman pada tanaman yang mulai terserang. Hama penggerek
batang dilakukan dengan memberikan insektisida carbofuran sebanyak 3-4
butir dengan ditugal bersamaan pemupukan atau disemprot dengan
insektisida cair fastac atau regent dengan dosis sesuai yang tertera pada
kemasan dan dengan pengaturan waktu tanam.
Hama kumbang bubuk masih merupakan kendala dalam penyimpanan
biji jagung dimasyarakat karena kadar air biji yang relative masih tinggi
sesuai untuk perkembangan hama tersebut. Kehilangan hasil dapat
mencapai 30% dan kerusakan biji dapat mencapai 100%. Pengendalian
yang bisa dilakukan untuk hama kumbang bubuk pada penyimpan skala
besar adalah dengan fumigasi methylbromida. Cara pengendalian lain
yaitu dengan menyimpan jagung pada ruang/tempat kedap udara.

2. Penyakit

12
Penyakit yang banyak dijumpai pada tanaman jagung adalah penyakit
bulai (peronosclerospora sp.), hawar daun (Helminthosporium sp.), busuk
batang (jamur (Fusarium sp.), Diplodia sp., dan Gibberella sp.), karat
daun (Puccinia sp.), hawar upih daun (Rhizoctonia sp.), serta penyakit
pada biji.
Pengendalian penyakit bulai dengan perlakuan benih, 1 kg benih
dicampur dengan metalaksis (Ridhomil atau Saromil) 2 gr yang dilarutkan
dalam 7,5-10 ml air, pengaturan (rotasi tanaman, menanam serempak, dan
periode bebas jagung), dan penggunanaan varietas yang toleran buai.
Penyakit hawar daun yang disebabkan oleh Helminthosporium sp.
juga sering menimbulkan kerusakan berat dan penyebarannya sangat luas.
Sementara untuk peyakit busuk batang disebabkan oleh beberapa pathogen
diantaranya yaitu jamur (Fusarium sp.), Diplodia sp., dan Gibberella sp.
penyakit ini sering menimbulkan kerusakan berat pada tanaman jagung
terutama di musim hujan pengendaliannya dapat disemprot dengan
fungsida (Dithane M-45) dengan dosis 45 gr/tank isi 15 liter.
Penyemprotan dilakukan pada bagian tanaman dibwah tongkol.Ini
dilakukan sesaat setelah ada gejala infeksi jamur. Dapat juga dilakukan
dengan cara membuang daun bagian bawah tongkol dan ketentuan biji
tongkol sudah terisi sempurna dan biji sudah keras. Juga dapat
dikendalikan dengan penanaman varietas jagug yang toleran terhadap
busuk batang. Beberapa varietas unggul dietahui memiliki sifat ketahanan
terhadap penyakit busuk batang.

2.6 Panen dan Pasca Panen


1. Panen
Panen jagung pada musim kemarau akan lebih baik daripada musim
hujan, terutama pennanaman jagung untuk tujuan panen biji kering. Hal ini
karena berpengaruh terhadap waktu pemasakan biji dan pengeringan hasil.
Adapun umur pemanenan jagung bervariasi, sesuai tujuan pemanfaatannya
diantaranya yaitu :
A. Jagung Semi (Baby Corn)

13
Umumnya jagung semi dipanen umur 45-50 hari setelah tanam atau
5-6 hari setelah bunga betina muncul dan belum dibuahi. Hagung ini
banyak digunakan dalam campuran sayuran.

B. Jagung untuk Sayur atau Rebus


Jagung yang digunakan untuk direbus atau dijadikan bahan
makanan lain umumnya dipanen muda dengan umur 60-70 hari setelah
tanam. Bunga betina padajagung tersebut sudah dibuahi dna bijinya
masih lunak. Jenis jagung yang digunakan biasnaya jagung manis.
Pemanenannya sekitar 18-24 hari setelah penyerbukan atau ditandai
dengan penampakan luar rambut yang mongering, keketatan kelobot,
dan kekerasan tongkol ketika digenggam.

C. Biji Kering
Jagung yang dipanen berupa biji kering umunya dipanen sekitar
80-100 hari setelah tanam atau umur tanaman mencapai maksimum.
Panen dilakuka jika telah terbentuk lapisan hitam pada dasar biji
karena pengisian biji telah optimal. Penampakan fisik lainnya adalah
daun menguning dan sebagian mongering berwarna kecokelatan atau
putih kekuningan, kelobot sudah kering atau kuningm, serta biji
terlihat mengilap dan keras jika kelobotnya dibuka.

2. Pasca Panen
Adapun tahapan kegiatan pasca panen jagung adalah sebagai berikut :
A. Pengeringan
Pengeringan adalah proses penurunan kadar air sampai mencapai
nilai tertentu sehingga siap untuk diproses selanjutnya dan aman unuk
disimpan dan mutu produk yang dihasilkan tinggi. Disamping itu
tujuan pengeringan adalah memenuhi persyaratan mutu yang akan
dipasarkan, kadar air jagung yang memenuhi standar mutu
perdagangan adalah 14%.

14
Untuk biji yang akan disimpan kadar air sebaiknya 13%, dimana
jamur tidak tumbuh dan respirasi biji rendah. Oleh karena itu
disarankan agar pengeringan dilakukan segera dalam waktu 24 jam
setelah panen. Jagung dapat dikeringkan dalam bentuk tongkol
berkelobot, tongkol tanpa kelobot, atau jagung pipilan. Pengeringan
jagung idealnya dalam dua tahap.
Pengeringan awal biasanya dilakukan dengan tujuan untuk
mempermudah pekerjaan pemipilan jagung, sebab pemipilan tanpa
dilakukan pengeringan terlebih dahulu dapat menyebabkan butir
rusak, terkelupas kulit, terluka atau cacat, dan pengerjaannya lambat.
Pengeringan awal ini dilakukan sampai kadar air sekitar 17-18%. Pada
keadaan ini jagung akan mudah dipipil dan tidak menimbulkan
kerusakan. Bila jagung sudah berupa jagung pipilan dapat dikeringkan
sampai kadar air 13% sehingga tahan untuk disimpan.
Waktu pengeringan dengan memanfaatkan sinar matahari
sebaiknya dari pukul 08.00-11.00, dan lamanyaa pengeringan sekitar 3
hari bila cuaca cerah. Gunakan alas jemur seperti tikar, lantai jemur,
terpal dan sebagainya. Cara pengeringan dengan menggunakan sinar
matahari dianggap baik karena kadar air jagung tidak turun secara
drastic, sehingga tidak menimbulkan kerusakan dan selain itu cara ini
adalah yang termurah. Pengeringan konvensional lainnya adalah
dengan cara pengasapan. Cara ini bias digunakan untuk mengamankan
hasil jagung dimusim penghujan. Sumber asap dapat diperoleh dari
pembakaran sekam dan tongkol jagung. Dengan cara digantung
setinggi 80 cm dari sumber asap, pengeringan dari kadar 29% menjadi
14% jagung berkelobot membutuhkan waktu 7 hari. Untuk tujuan
benih, pengasapan lebih baik dari pada penjemuran ditinjau dari daya
tumbuh dan serangan jamur.
Panen jagung yang jatuh pada musim hujan, pengeringan dapat
dilakukan dengan menggunakan alat pengering mekanis, seperti alat
pengering jenis batch dryer, pengerimngan bertingkat, dan lain-lain.

15
Alat pengering jenis batch dryer menggunakan temperature udara
tertentu sesuai dengan tujuan pengeringan. Untuk jagung konsumsi
temperature udara pengering antara 50-60% dan kelembaban relative
40%, sedangkan untuk jagung bibit temperature udara sekitar 40oC,
karena temperature diatas 45oC dapat mematikan embrio.

B. Pemipilan
Pemipilan adalah pemisahan biji jagung dari tongkolnya.
Pemipilan dapat dilakukan bila tongkol sudah kering dan kadar air biji
tidak lebih dari 18%, yaitu bila dipipil dengan tangan lembaga tidak
tertinggal pada janggel. Pipilan jagung pada kadar air tersebut lebih
mudah dan kerusakan mekanis dapat ditekan. Alat pemipil yang lebih
maju yaitu yang disebut corn sheller yang dijalankan dengan motor.
Jagung dalam kondisi masih bertongkol dimasukkan kedalam lubang
pemipil (hopper) dan karena ada gerakan dan tekanan, pemutaran
yang berlangsung dalam corn sheller maka butir-butir biji akan
terlepas dari tongkol, butir-butir tersebut langsung akan keluar dari
lubang pengeluaran untuk selanjutnya ditampung dalam wadah atau
karung.
Pemipil dengan alat ini sangat efektif karena relatif 100% butir-
butir jagung dapat terlepas dari tongkolnya (kecuali butir-butir yang
terlalu kecil yang terdapat di bagian ujung tongkol). Kualitas
pemipilannya sangat baik karena persentase biji yang rusak/cacat serta
kotoran yang dihasilkannnya sangat kecil.

C. Penyimpanan
1. Penyimpanan di Atas Para-Para
Tongkol berkelobot dapat disimpan pada para-para yang
ditempatkan dibawah atap rumah ataupun diatas dapur. Para-para
diatas dapur dapat menjamin jagung tetap baik dalam waktu yang
cukup lama karena asap dari kayu-kayu yang dibakar didapur
meninggalkan residu bersifat anti bakteri, jamur maupun serangga.

16
Pada cara ini sejumlah jagung berkelobot (15-20 buah) diikat
menjadi satu kemudian digantung dengan mengaturnya secara
bersusun diatas para-para. Cara ini memungkinkan sirkulasi asap
yang mengandung formaldehid, phenol dan cresol secara merata.
Penyimpanan cara ini sebaiknya dilengkapi dengan kawat anti
tikus atau perangkap tikus lainnya.
2. Penyimpanan Dalam Karung Plastik atau Tempat Lainnya.
Jagung pipilan dapat disimpan dalam karung plastik, kantong
plastik, kaleng, jirigen dan sebagainya. Penyimpanan jagung
dengan cara tersebut pada kadar air maksimum 14%. Kadar air
jagung diatas 14% merupakan kondisi yang baik untuk
pertumbuhan dan perkembangan cendawan, yang dapat
memproduksi bermacam-macam toksin antara lain aflatoksin serta
hama yang senantiasa menyebabkan kerusakan. Cendawan
Aspergillus flavus berkembang dengan baik dan memproduksi
aflatoksin pada kadar air diatas 18%.
Penyimpanan jagung untuk benih sebaiknya dengan kadar air
lebih kecil dari 14%, dan cara penyimpanannya yaitu didalam
kantong-kantong kecil dan nantinya dimasukan lagi kekantong
plastik agak besar untuk kemudian dimasukan kedalam kaleng
dimana dilengkapi dengan sejumlah kapur tohor. Kaleng harus
mempunyai tutup yang rapat.
Penyimpanan untuk benih paling baik pada kadar air 9% dan
pada suhu penyimpanan 21oC. Pada kondisi ini penyimpanan
dapat lebih lama dan proses penuaan diperlambat. Penyimpanan
benih jagung dengan kadar air 13-14%, menggunakan kaleng
tertutup rapat dapat mempertahankan daya tumbuh jagung selama
5 bulan.

17
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Jagung adalah tanaman yang berasal dari Amerika Tengah, tetapi karena
penemuan baru di dunia, tanaman ini telah menyebar ke berbagai daerah
tropis dan sub-tropis lainnya. Jagung merupakan tanaman semusim (annual).
Satu siklus hidupnya diselesaikan dalam 80-150 hari. Paruh pertama dari
siklus merupakan tahap pertumbuhan vegetatif dan paruh kedua untuk tahap
pertumbuhan generatif. Susunan morfologi tanaman jagung terdiri dari akar,
batang, daun, bunga, dan buah.
Perakaran tanaman jagung terdiri dari 4 macam akar, yaitu akar utama,
akar cabang, akar lateral, dan akar rambut. Batang jagung tegak dan mudah
terlihat, sebagaimana sorgum dan tebu, namun tidak seperti padi atau
gandum. Daun jagung adalah daun sempurna bentuknya memanjang, antara
pelepah dan helai daun terdapat ligula denggan tulang daun sejajar. Jagung
memiliki bunga tipe monoecious, Buah jagung terdiri dari tongkol, biji dan
daun pembungkus. Biji jagung mempunyai bentuk, warna, dan kandungan
endosperm yang bervariasi, tergantung pada jenisnya.
Teknik budidaya tanaman jagung diantaranya yaitu penyiapan benih yang
berkualitas, pengolahan lahan, menentukan waktu, pola, dan jarak tanam,
kemudian pemumpukan, pengairan, dan pengendalian hama penyakit yang
menyerang tanaman jagung. Panen jagung pada musim kemarau akan lebih
baik daripada musim hujan karena berpengaruh terhadap waktu pemasakan
biji dan pengeringan hasil. Adapun tahapan kegiatan pasca panen jagung
diantaranya yaitu pengeringan, pemipilan, dan penyimpanan.

3.2 Saran
Saya menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna, oleh
karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun sangat
saya harapkan demi kesempurnaan makalah ini. Semoga dari makalah yang
telah saya buat, dapat bermanfaat dan bisa di aplikasikan di kehidupan, serta
dapat menjadi bahan referensi untuk tugas berikutnya.

18
DAFTAR PUSTAKA

http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/23043/Chapter%2011?
sequence=5

https://id.wikipedia.org/wiki/Jagung

19

Anda mungkin juga menyukai