Anda di halaman 1dari 7

BAHAN AJAR XIV MATA KULIAH FISIOLOGI TUMBUHAN

DINAMIKA PERTUMBUHAN TANAMAN


Oleh: Dr. Ifayanti Ridwan Saleh, SP. MP

Mata Kuliah : FISIOLOGI TUMBUHAN


Kode Mata Kuliah / SKS : 241 G113
Semester : 3
Program Studi : AGROTEKNOLOGI
Mata Kuliah Prasyarat : Botani, Biokimia Tanaman
Dosen Penanggung Jawab : DR. Ir. NASARUDDIN, MS.
Tim Dosen Abdul Mollah, SP. M.Si..
: Dr. Ifayanti Ridwan Saleh, SP. MP
Rahmansyah Dermawan, SP> M.Si.

Menguasai ilmu dasar dalam bidang pertanian dan


mampu mengembangkan kompetensi secara individual
berdasarkan pengetahuan selama proses pembelajaran
Sasaran Belajar/Learning
: serta mampu belajar secara mandiri dan berkelanjutan.
outcome
Kemampuan mengembangkan diri berdasarkana
pengetahuan dasar fisiologi dan pengalaman yang
diperoleh selama menempuh pendidikan

Setelah mengikuti matakuliah ini, mahasiswa mampu


menjelaskan pengertian, ruang lingkup dan peranan
fisiologi tumbuhan. Kemampuan menjelaskan peranan
air bagi tanaman dan mekanisme pergerakan air pada
tumbuhan. Kemampuan menjelaskan proses
metabolisme dasar yang terjadi pada Tumbuhan.
: Kuliah
Deskripsi Mata Kemampuan menjelaskan fenomena lingkungan yang
yang terkait dengan proses metabolisme dan
pertumbuhan Tumbuhan. Mendeskripsikan konsep dasar
pertumbuhan, besaran, pengukuran,dan gerak
pertumbuhan. Kemampuan menjelaskan, memahami dan
mengevaluasi proses hidup, aktivitas hidup dan gejala
hidup tumbuhan
I. PENDAHULUAN

a) Garis Besar Materi Pokok Bahasan XIV:

Materi pokok bahasan XIV meliputi fase pertumbuhan dan dasar fisiologisnya,
luas daun dan luas kanopi.

b) Sasaran Pembelajaran/Learning objective:


Mahasiswa mampu menjelaskan fase pertumbuhan dan dasar fisiologisnya serta
perkembangan luas daun dan kanopi tanaman.

c) Perilaku Awal/Entry behavior:


Sebelum membahas materi dalam pokok bahasan XIV, mahasiswa harus
memahami materi botani dan biokimia tanaman.

d) Manfaat Pokok Bahasan:


Setelah mengikuti materi dalam pokok bahasan XIV mahasiswa akan
memahami mengenai fase-fase dalam pertumbuhan tanaman serta aspek
fisiologis yang mendasari proses tersebut.

e) Urutan Pembahasan:
Pokok bahasan keempatbelas mengikuti urutan pembahasan sebagai berikut:
Dinamika pertumbuhan tanaman
Luas daun dan luas kanopi

f) Petunjuk Belajar/instructional orientation:


Bahasan materi keempatbelas sebagai pengantar bagi mahasiswa dalam
memahami konsep dinamika pertumbuhan tanaman untuk melakukan analisis
pertumbuhan.
II. PENYAJIAN MATERI BAHASAN
a. Uraian Materi bahasan
Pola pertumbuhan sepanjang daur hidup tumbuhan dicirikan oleh suatu fungsi
pertumbuhan yang disebut Kurva Sigmoid yaitu kurva pertumbuhan berbentuk S. Kajian
pertumbuhan secara kuantitatif yang telah diterima secara umum adalah berat kering, baik
dari tanaman seluruhnya, atau bagian-bagiannya. Dinamika dan analisis pertumbuhan
terutama bertujuan untuk mengukur kemampuan tanaman sebagai penghasil fotosintat
(assimilat) yang dinyatakan dengan berat kering. Hal ini didasarkan atas kenyataan bahwa
90% bagian kering tanaman berasal dari hasil fotosintesis.
Konsep dasar dan implikasi fisiologis dalam analisis pertumbuhan relatif sederhana dan telah
digunakan secara meluas.
Daun merupakan organ utama yang melakukan fotosintesis yang selanjutnya akan
menyusun biomassa (berat kering) tanaman. Dengan demikian, maka dalam analisis
pertumbuhan hanya dua variabel yang diamati yaitu berat kering dan luas daun yang diukur
pada interval tertentu. Interval waktu pengamatan biasanya 2 3 hari untuk jumlah tanaman
yang lebih sedikit atau 1 2 minggu untuk jumlah tanaman yang lebih banyak.

Luas Daun dan Pertumbuhan Tanaman


Daun sebagai organ utama dalam fotosintesis harus mampu menyerap radiasi cahaya
secara efisien untuk mendukung pertumbuhan ke arah produktivitas yang lebih baik. Daun
tanaman biasanya muncul dari embrio atau jaringan meristem dari batang atau cabang
khususnya pada tanaman tahunan (perennial). Pada tanaman semusim (annual), terutama
yang dibiakkan secara generatif, daun pertama berkembang dari embrio (biji) da sepanjang
siklus pertumbuhannya berukuran kecil sehingga memungkinkan penyerapan sebahagian
besar radiasi matahari menghasilkan energi bahang (energi sensibel). Pada tanaman golongan
C4 (golongan tanaman efisien) cenderung pada awal pertumbuhan menghasilkan
perkembangan daun lebih dominan. Hal ini memungkinkan pemanfaatan radiasi matahari
lebih efisien. Dalam praktek agronomi kondisi seperti ini dapat dimanipulasi melalui
pengaturan jarak tanam yang sempit untuk memperbaiki penutupan tanah sehingga
penyerapan radiasi matahari lebih tinggi.
Pertanian pada dasarnya berhubungan dengan peningkatan efisiensi tanaman dalam
memanfaatkan radiasi matahari pada fotosintesis. Pada tanaman budidaya semusim dari
golongan serealia, perkembangan daun pada awalnya meningkat dengan laju pertumbuhan
eksponensial, tetapi ukuran daun awal relatif kecil menyebabkan tingkat penyerapan radiasi
matahari relatif rendah. Perkembangan luas daun selanjutnya terus meningkat diikuti dengan
peningkatan penyerapan energi cahaya matahari. Perkembangan luas daun terhenti setelah
tanaman mulai berbunga ((Gardner, Pearce, dan Mitchell, 1985).
Pada awal pertumbuhan tanaman secara individu, laju pertumbuhan bersifat
eksponensial dan digambarkan sebagai laju pertumbuhan relatif (LTR). LTR pada awal
pertumbuhan tanaman adalah tinggi, tetapi selanjutnya akan terus menurun secara teratur
dengan waktu LTR tidak dapat digunakan sebagai suatu pertanaman di lapangan, tetapi dapat
diterapkan untuk pengkajian laju pertumbuhan tanaman pada beberapa minggu pertama
pertumbuhan tanaman. Pertumbuhan tanaman selanjutnya akan mengakibatkan daundaun
tanaman akan saling menaungi sehingga sebahagian daun tidak efektif berfotosintesis. Pada
tahun 1947, Watson memperkenalkan konsep luas daun sebagai suatu ukuran produktif
tanaman pada tanaman budidaya yang disebut Lear Area Indeks (LAI) atau Indeks Luas
Daun (ILD). ILD tanaman meningkat dari nol pada awal pertumbuhan dan mencapai
puncaknya pada pertengahan umur tanaman, kemudian menurun secara tajam pada fase
penuaan. Sebelum mengalami penurunan ILD pada umur pertengahan tanaman, ILD relatif
konstan karena terjadi keseimbangan antara laju penuaan daun dan laju pembentukan daun
baru. ILD tertinggi umumnya pada tanaman budidaya sekitar 5,0 pada jarak tanam yang
umum. Nilai ILD tertinggi dari para peneliti pada tanaman jagung antara 3,9 5,0, pada
kacang tanah 4 4,5 dan pada ubi kayu 7,0 (Goldsworthy dan Fisher, 1984).
Tajuk tanaman yang mempunyai nilai ILD yang tinggi pada daun-daun mudanya.
Pada tajuk teratas memiliki laju CO2 yang tinggi dan mentranslokasi sebahagian asimilat ke
bagian tanaman yang aktif tumbuh. Kenaikan berat kering persatuan waktu persatuan luas
daun disebut Laju Satuan Daun atau Laju Asimilasi Netto (LAN). Laju satuan daun atau
LAN merupakan suatu ukuran rata-rata pertukaran CO2 bersih per satuan luas daun dalam
tajuk tanaman, maka LAN dapat dipandang sebagai suatu ukuran efisiensi dari setiap luas
daun melakukan fotosintesis melalui peningkatan pertumbuhan.
Fase-fase pertumbuhan tanaman merupakan tahapan perbedaan potensial fotosintesis
suatu tanaman yang sebenarnya diberikan oleh ILD, sehingga nilai LAN diharapkan
merupakan pengaruh lingkungan selama periode yang berbeda dari hidup tanaman.
Pengukuran luas daun dapat dilakukan dengan berbagai cara antara lain :

penggunaan analisis regeresi linier luas daun = a + b (p x l), penggunaan rumus daun;
luas daun = panjang daun (p) x lebar daun (l ) x konstanta (c).
Penggunaan metode proyeksi daun dengan rumus; luas daun = A/B x Z, di mana a = b =
landaian, p = panjang daun, l = lebar daun, c = konstanta, A = bobot proyeksi daun, B =
bobot kertas standar, dan Z = luas kertas standar.
Penggunaan Kertas millimeter, Daun di gambar pada kertas milimeter sehingga luas daun
dapat dihitung dengan menjumlahkan semua kotak-kotak milimiter pada gambar proyeksi
daun.
Area meter : semua daun dirompes, diletakkan di atas ban berjalan dari area meter luas
dapat dibaca
Penggunaan peralatan elektrik seperti leaf area meter, fotoelektrik, Canopy analizer dan
sebagainya, dapat lansung di baca luas daun

b. Pembahasan:
Setelah pemaparan materi bahasan tersebut di atas mahasiswa diberi kesempatan
bertanya atau membentuk kelompok diskusi atau kegiatan brain storming dengan tetap berada
dalam kendali atau pengawasan fasilitator untuk tetap berfungsinya expert jugments sebagai
nara sumber dari sudut pandang kecakapan dan filosofi keilmuan terkait.

c. Penelitian:
Fasilitator menguraikan berbagai contoh penelitian terkait materi yang dibahas baik
dari kegiatan penelitian nasional maupun internasional dan mengarahkan mahasiswa untuk
mengaitkan hasil penelitian pada topik yang sesuai. Pada sesi ini fasilitator juga mendorong
mahasiswa untuk mengutarakan hal-hal terkait yang diperoleh dan diketahuinya.

d. Penerapan:
Fasilitator menguraikan tentang hubungan indeks luas daun dan sintesa zat makanan.
Selain itu, fasilitator mendorong mahasiswa dapat mengutarakan hal terkait yang
diketahuinya berdasarkan pengalaman di lapangan sehari-hari.
e. Latihan:

Mahasiswa di dalam kelas melakukan kegiatan berupa melakukan diskusi kelompok


dengan topik fase pertumbuhan tanaman dan perkembangan kanopi tanaman serta faktor
yang mempengaruhinya.

f. Tugas Mandiri:
Dapat diberikan dalam bentuk mahasiswa menambahkan dengan mencari tambahan
materi terkait materi bahasan ini yakni mengenai manfaat indeks luas daun dalam
menentukan produksi tanaman budidaya.

III. PENUTUP
a. Rangkuman
Fasilitator merangkum materi kuliah ini dengan memberikan esensi dari materi
bahasan dan keterhubungannya dengan materi bahasan sebelumnya dan berikutnya.

b. Tes Formatif:

Fasilitator memberikan tes formatif untuk mengetahui tingkat penguasaan


pengetahuan yang diperoleh mahasiswa pada materi bahasan ini dengan memberikan
pertanyaan antara lain sebagai berikut:

1. Sebutkan hubungan antara luas daun dan luas kanopi.


2. Bedakan bentuk kanopi antara bermacam-macam tanaman dan penangkapan
energi untuk proses fotosintesis.

c. Umpan Balik:

Mahasiswa dapat mengajukan hal tentang kondisi yang dialami dan diharapkannya
untuk memahami materi bahasan terkait.

IV. DAFTAR PUSTAKA


1. Badron Zakaria, 2010, Stimulasi CO2 Terhadap Fotosintesis dan Cekaman
Tanaman. Editor Nasaruddin. Kretakupa Print Makassar.
2. Franklin P.G., Perce R.B., dan Mitchell R.L., 1991. Fisiologi Tanaman Budidaya.
Terjemahan Herawati S. Dan Subiyanto. Universitas Indonesia Press. Jakarta.
3. Nasaruddin/Yunus Musa , 2010. Dasar-dasar Fisiologi Tumbuhan . Masagena
Press Makassar.
4. Salisbury, F.B. dan C.W. Ross, 1995. Plant Physiolgy. Wadsworth Publishing
Company. Belmont, California. P.540.
5. Smith. T, 2009. Growth Regulators, Extension Floriculture Program, USDAs
Cooperative State Research, Education, and Extension Service(CSREES) and
College of Natural Resources and the Environment, is our federal partner,
providing federal assistance and program leadership for numerous research,
education, and extension activities. University of Massachusetts Amherst.
6. Taiz L., E. Zeiger, 2003. Plant Physiology. The Benjamin/Cummings Publishing
Company, Inc. New York.

Anda mungkin juga menyukai