) merupakan salah satu tanaman pangan dunia yang terpenting, selain padi dan
gandum. Sebagai sumber karbohidrat utama, di Amerika Tengah dan selatan, jagung juga menjadi
alternatif sumber pangan di Amerika Serikat. Penduduk beberapa daerah di Indonesia (misalnya di
Madura dan Nusa Tenggara) juga menggunakan jagung sebagai pakan ternak (hijauan maupun
tongkolnya), diambil minyaknya (dari biji), dibuat tepung (dari biji yang dikenaln dengan istilah tepung
jagung maizena), dan bahan baku industri(dari tepung biji dan tepung tongkolnya). Tongkol jagung kaya
akan pentosa, yang dipakai sebagai bahan baku pembuatan furfual. Jagung yang telah direkayasa
genetika juga sekarang ditanaman sebagai penghasil bahan farmasi.
Kendala dalam budidaya jagung yang menyebabkan rendahnya produktivitas jagung antara lain
adalah serangan hama dan penyakit. Pasalnya, Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (PKH)
Kementerian Pertanian (Kementan) Muladno mengakui soal permasalahan jagung yang kompleks.
Karenanya, pasokan produksi jagung di dalam negeri belum mampu memenuhi kebutuhan. Alhasil,
importasi jagung pun terpaksa masih dilakukan.
Salah satu persoalan pasokan jagung yakni pemasarannya yang terpusat di Jawa dan Sumatera. Di sisi
lain, pertumbuhan produksi rata-rata lima persen per tahun, sedangkan permintaan mencapai 12 persen.
Karenanya, Kementan ingin mendorong pemerataan persebaran produksi dan distribusi jagung hingga
wilayah tengah dan timur Indonesia. Akan pula pengintegrasian petani jagung agar memiliki sentra
produksi serta bekerja sama dengan perusahaan pakan ternak. Dengan penyatuan ini, kebutuhan jagung
untuk industri pakan akan diperoleh secara terjangkau.
Upaya lainnya agar Indonesia mandiri jagung yakni merencanakan penambahan areal tanam jagung
sebesar 1 juta hektare. "Pengurangan impor akan terjadi secara bertahap mulai tahun ini mengingat
potensi penambahan produksi sekitar 5-6 juta ton," kata Direktur Jenderal Tanaman Pangan Kementan
Hasil Sembiring. Penambahan luas tanam jagung 1 juta. Dari kegiatan tersebut, dialokasikan anggaran
sebesar Rp 2,5 triliun.
Hal sebaiknya yang dilakukan untuk menangani masalah produktivitas jagung di Indonesia adalah dengan
menerapkan cara pengendalian diantaranya seperti menanam varietas tahan misalnya, Sukmaraga,
Lagaligo, Srikandi, Lamuru dan Gumarang. Melakukan periode waktu bebas tanaman jagung minimal dua
minggu sampai satu bulan. Kultur teknis dan pola tanam, disebabkan oleh karena aktivitas lalat bibit
hanya selama 1 – 2 bulan pada musim hujan, maka dengan mengubah waktu tanam, pergiliran tanaman
dengan tanaman bukan padi, tanaman dengan tanaman bukan padi, dengan tanam serempak serangan
dapat dihindari. Upaya pengendalian oleh petani pada saat ini adalah dengan menggunakan pestisida
atau bahan kimia lainnya yang tidak ramah lingkungan. Pengendalian Hama Terpadu (PHT) yang
mengintegrasi komponen pengendalian yang selaras terbukti tidak hanya meningkatkan produksi jagung
tetapi juga pendapatan petani. Masalah penanganan impor, dapat disimpulkan bahwa untuk mengatasi
adanya impor jagung dari luar negeri maka indonesia harus mampu untuk melakukan intensifikasi jagung.
Dengan menggunakan jagung hibrida, perluasan lahan, dan melakukan penelitian-penelitian guna
meningkatkan kualitas hasil panen dengan cara diversifikasi hasil panen menjadi produk yang memiliki
nilai jual lebih tinggi. Diharapkan produktifitas jagung akan meningkat, dan mengurangi ketergantungan
pada hasil impor.
http://matame5.blogspot.co.id/2015/03/permasalahan-tanaman-jagung.html?m=1
http://m.republika.co.id/berita/ekonomi/makro/15/08/05/nsm31f349-kementan-masalah-jagung-
kompleks