Anda di halaman 1dari 7

PENDAHULUAN (PENGANTAR KULIAH I)

Dasar pengendalian hama penyakit

Masalah pangedalian pada dasarnya meliputi tingkat konsumsi yang berbeda-beda


antar daerah, potensi produksi belum tergali sepenuhnya dan keadaan posisi makanan yang
tidak seimbang. Untuk mengatasi permasalahan pangan dan lainnya ini maka program
peningkatan produksi pangan atau komoditas lainnya memegang peranan penting dalam
mengisi rencana pembangunan yang telah dikerjakan pemerintah. Sebagai salah satu usaha
pengembangan di sektor pertanian, maka sesuai dengan proyeksi yang ditetapkan usaha
peningkatan produksi pangan diarahkan untuk mencapai sasaran komsumsi karbohidrat
bukan terigu sebesar 170 kg ekivalen beras tiap kapita tiap tahun.

Pembangunan Pertanian dengan perencanaan yang lebih baik telah berjalan Selama
beberapa dekade dan produksi pangan sudah meningkat dengan cukup baik, dengan
pertumbuhan tidak kurang dari 3 persen per tahun. Akan tetapi produksi pangan tersebut
belum dapat memenuhi kebutuhan dalam negeri sehingga banyak komoditas pangan utama
yang masih harus diimpor dari luar negeri. Hal ini terutama disebabkan pola konsumsi
makanan yang makin condong kepada beras dan adanya kenaikan pendapatan masyarakat.
Masalah pangan, khususnya karbohidrat, yang dihadapi dewasa ini sebenarny tidak hanya
terletak pada kebutuhan yang belum tercukupi, terutama beras, tetapi juga terletak pada
tingkat konsumsi diantara berbagai golongan masyarakat yang belum seimbang. Golongan
masyarakat yang berpendapatan rendah ternyata konsumsi kalorinya masih di bawah
kebutuhan gizi minimun. Demikian pula konsumsi protein dan vitamin.

Impor pangan masih dilakukan setiap tahun bahkan terus meningkat untuk memenuhi
kebutuhan dalam negeri. Suatu saat pernah terjadi import beras mencapai hampir dua juta ton
dan rata-rata kenaikan impor beras mencapai 33,7 persen, impor gandum pernah mencapai
hampir satu juta ton dengan rata-rata kenaikan impor mencapai 6,3 persen, impor kedelai
pernah mencapai hampir dua ratus ribu ton dengan rata-rata kenaikan impor mencapai 408,2
persen.

Konsumsi gizi rata-rata nasional belum mencapai 2.100 kalori/kapita/hari dan belum
terpenuhi 55 gram protoin/kapita/hari, meskipun di beberapa daerah di luar Jawa telah
melebihi angka tersebut. Berdasarkan jumlah kalori yang diperlukan tersebut, maka
diperkirakan kebutuhan pangan karbohidrat bukan terigu adalah 170 kg ekivalen beras yang
berupa jagung dan ubi-ubian. Dengan dasar tersebut proyeksi kebutuhan untuk beras akan
mencapai 18,678 juta ton, jagung 2,839 juta ton, ubi kayu 3,280 juta ton, ubi jalar 0,620 juta
ton. Disamping itu diperhitungkan pula bahwa 10 persen dari keseluruhan produksi untuk
keperluan benih, makanan ternak, limbah dan susut.

Hal-hal tersebut di atas telah membawa konsekuensi bahwa pemerintah harus


meningkatkan produksi pangan untuk memenuhi kebutuhan yang terus meningkat tersebut.
Usaha pemerintah ini tercermin pada proyeksi produksi pangan yang terus meningkat dalam

1
setiap rencana pembangunannya. Dalam rencana pembangunan pemerintah menetapkan
proyeksi produksi beberapa komoditas pangan karbohidrat masing-masing untuk beras
20,574 juta ton, jagung 4,200 juta ton, ubi kayu 17,340 juta ton, ubi jalar 4,039 juta ton.
Proyeksi produksi untuk beberapa komoditas kacang-kacangan masing-masing untuk kacang
tanah 604 ribu ton, kedelai 852 ton, dan kacang hijau 131 ton. Sedangkan proyeksi produksi
untuk sayuran dan buah-buahan adalah untuk sayuran sebesar 2,420 juta ton yang terdiri dari
13 jenis tanaman yaitu bawang merah, cabai merah, ketimun, terung, kacang-kacangan,
kentang, kobis, petsai/ sawi, tomat, bawang daun, wortel, lobak dan buncis, untuk buah-
buahan sebesar 3,875 juta ton terdiri dari 12 jenis tanaman yaitu advokat, jeruk, duku/langsat,
durian, mangga, pepaya, salak, nanas, pisang, rambutan, sawo dan jambu.

Dalam rangka mencapai proyeksi produksi pangan telah dirumuskan suatu


kebijaksanaan yang benar-benar dapat mendorong terlaksananya pemerataan pembangunan di
bidang pertanian maupun pemerataan hasil-hasil pembangunan secara bersama-sama,
pembangunan pertanian tersebut dilaksanakan melalui Usaha Pokok yang terdiri atas kegiatan
intensifikasi, ekstensifikasi, dan rehabilitasi diversifikasi. Usaha Pokok tersebut bukan
saja untuk tujuan meningkatkan produksi pertanian yang sangat penting guna memenuhi
kebutuhan pangan dan meningkatkan ekspor, tetapi juga untuk meningkatkan pendapatan
sebagian besar rakyat.

Kebijaksanaan intensifikasi dimaksudkan untuk peningkatan sumber daya alam,


peningkatan penggunaan teknologi tepat guna, peningkatan pemanfaatan segala sarana
produksi seperti air, benih unggul, pupuk dan pestisida. Diversifikasi merupakan usaha untuk
meningkatkan luas panen dari tanaman pangan. Diversifikasi merupakan keaneka ragaman
dalam usaha tani baik secara vertikal mulai dari produksi sampai pemasaran maupun secara
horizontal yang merupakan imbangan pengembangan antar berbagai komoditas dan wilayah.
Rehabilitasi diartikan sebagai kegiatan pemulihan kemampuan daya produktivitas sumber
daya pertanian yang kritis serta membahayakan kondisi lingkungan dan pemulihan
kemampuan berproduksi usaha tani masyarakat di daerah-daerah rawan dengan tujuan
meningkatkan taraf hidup masyarakat tersebut. Salah satu kegiatan yang berkait dan harus
selalu melengkapi kebijaksanaan tersebut adalah perlindungan tanaman dari serangan
jasad pengganggu khususnya pada tanaman pangan berupa hama, penyakit dan gulma.
Usaha—usaha perlindungan tanaman lebih ditingkatkan dengan konsepsi integrated pest
management, yaitu pengelolaan hama-penyakit secara terpadu.

Sementara ini tumpuan harapan usaha peningkatan produksi pangan masih lebih
banyak diletakkan pada program perluasan dan peningkatan mutu intensifikasi. Usaha
intensifikasi sendiri dimaksudkan sebagai usaha untuk meningkatkan hasil tiap satuan luas
dengan cara menerapkan teknologi pertanian yang lebih baik, antara lain dengan melakukan
pengendalian terhadap jasad pengganggu tanaman.

Beberapa kendala masih banyak menghambat usaha peningkatan produksi pangan.


Agar program peningkatan produksi pangan dapat memberikan hasil yang memuaskan maka
harus dihindarkan kerusakan yang menyebabkan kerugian yang disebabkan oleh serangan

2
jasad pengganggu tanaman. Jasad pengganggu tanaman berupa hama, penyakit dan gulma
dapat menyerang tanaman sejak mulai ditanam sampai panen dan bahkan sampai hasil
disimpan di gudang. Teknologi produksi pangan dan usaha pengamanannya baik selama di
pertanaman maupun di penyimpanan perlu mendapat perhatian. Tingkat ketrampilan petani
untuk menerapkan teknologi maju masih merupakan masalah yang perlu terus mendapatkan
penanganan. Luas pemilihan lahan yang sangat sempit banyak menghambat dalam usaha
peningkatan produksi pangan. Kondisi ekonomi petani yang lemah juga menjadi penyebab
penting sehingga petani kurang mampu mengadopsi teknologi pertanian maju. Pola
penyediaan dari distribusi serta harga dasar jelas sangat berpengaruh terhadap keikut sertaan
petani dalam usaha meningkatkan produksi pangan. Penetapan harga dasar kiranya
merupakan kebijaksanaan strategis yang harus mendapat perhatian dan penelaahan seksama
demi berhasilnya usaha peningkatan produksi pangan. Usaha penekanan konsumsi beras
dengan tidak mengurangi kebutuhan kalori dan gizi merupakan suatu pendekatan lain untuk
melepaskan diri dari permasalahan penyediaan pangan.

Masalah serangan jasad pengganggu tanaman ternyata menjadi faktor pembatas yang
penting dalam usaha peningkatan produksi pangan. Banyak jasad pengganggu mengakibatkan
potensi produksi pangan tidak terwujud. Data lengkap tentang kerusakan dan kerugian yang
disebabkan oleh serangan jasad pengganggu tanaman pangan masih sangat kurang. Kurugian
hasil akibat serangan jasad pengganggu tanaman relatif besar, khususnya pada tanaman padi.
Berdasarkan hasil studi taksasi kheilangan hasil yang dilakukan pada musim hujan dan
musim kemarau yang dilakukan di beberapa kabupaten di seluruh Indonesia, menyebutkan
bahwa kehilangan hasil karena serangan kompleks serangga hama mencapai angka antara
19,4-24,1 persen. Dengan usaha pengendalian yang lebih terarah dan lebih intensif
kehilangan hasil karena serangan kompleks serangan hama dan jasad pengganggu tanaman
lainnya semakin dapat dikurangi. Beberapa percobaan pengendalian hama-hama penting pada
padi, beberapa tanaman palawija dan tanaman hortikultura juga menunjukkan bahwa denga
usaha pengendalian yang efektif dapat dikurangi kerugian akibat jasad pengganggu tanaman.

Di Indonosia saat ini pangan lebih banyak diartikan sebagai beras. Kekurangan beras
selalu diidentikkan dengan rawan pangan, karena itu usaha untuk terus meningkatkan
produksi beras guna benar-benar dapat mencapai swasembada pangan tetap merupakan
prioritas utama dalam pembangunan sektor pertanian. Dua faktor utama yang menyebabkan
produksi padi kurang stabil adalah (1) luas areal panen, dan (2) produksi tiap hektar. Luas
areal panen berfluktuasi dari tahun ke tahun yang disebabkan oleh faktor iklim yang tidak
stabil dan sulit diramalkan secara tepat, banjir, kekeringan serta terjadinya wabah hama dan
penyakit.

Beberapa jenis hama yang tercatat telah banyak menimbulkan kerugian dan
menyebabkan kerusakan pada tanaman padi adalah hama werong coklat, tikus, ganjur,
penggorok batang padi, walang sangit, hama putih/putih palsu dan ulat grayak. Sedangkan
penyakit-penyakit penting yang perlu mendapat perhatian adalah penyakit virus kerdil
rumput, kerdil hampa, tungro, penyakit jamur dan penyakit bakteri.

3
Beberapa hama dan penyakit penting pada tanaman palawija dan hortikultura juga
perlu mendapat perhatian. Hama dan penyakit pada tanaman palawija yang perlu diperhatikan
antara lain lalat kacang, kumbang daun, penggorok polong, serangga-serangga penusuk dan
pengisap serta penyakit karat pada tanaman kedelai, penyakit jamur dan virus khususnya
virus belang pada kacang tanah, penyakit bulai pada tanaman jagung. Hama dan penyakit
penting pada tanaman hortikultuta antara lain ulat krop dan penyakit bakteri pada kobis,
penyakit CVPD pada jeruk.

Hama penggorok batang padi sudah sejak lama ditemukan di Indonesia bahkan karena
pentingnya penelitian terhadap hama ini telah banyak mendapat perhatian, baik yang
menyangkut bionomi maupun cara pengendaliannya. Sampai saat ini hama penggorok batang
padi masih merupakan hama penting pada tanaman padi, dan penyebarannya di seluruh
daerah pertanaman padi. Hama penggorok batang padi disebabkan oleh jenis serangga
Scirpophaga incertulas, S. innotata Wlk., Chilo suppressalis Wlk., Sosamia inferens Wlk.,
dan Chilotraea polychrysus Meyr. Penggorok batang padi diperkirakan mengakibatkan
kerugian sebesar 125.200 ton beras tiap tahun senilai 12,52 milyar rupiah.

Hama wereng coklat yang disebabkan oleh serangga Nilaparvata lugens Stal.
merupakan hama penting pada tanaman padi di Indonesia dan telah banyak menimbulkan
kerugian disamping juga sebagai penyebar penyakit virus kerdil rumput dan virus kerdil
hampa. Hama wereng coklat memperlihatkan peranan merugikan pada tanaman padi sejak
tahun 1969, dan mulai mengakibatkan kerugian besar pada tahun 1975. Selama beberapa
tahun selanjutnya hama tersebut masih tetap menyebabkan kerusakan yang besar. Serangan
wereng coklat, virus kerdil rumput dan kerdil hampa meliputi lebih dari 450.000 hektar pada
musim kemarau dan musim hujan. Kerusakan total meliputi 30 persen dari jumlah areal
serangan dengan kehilangan hasil sekitar 350.000 ton beras tiap tahun senilai $ US 100 juta.
Menurut Oka dan Bahagiawati (1983) masalah wereng coklat ini bertambah kompleks
dengan munculnya biotipe-biotipe baru. Indonesia telah dua kali mengalami perkembangan
biotipe baru tersebut yaitu pada tahun 1976/1977 varietas PB 26 (monogenik resisten, Bph-1)
mengalami "break down" karena munculnya biotipe-biotipe tersebut. Varietas PB 26 pada
saat itu ditanam secara luas untuk mengatasi serangan wereng coklat biotipe-1. Pada tahun
1981/1982 PB 42 (monogenik resisten, Bph-2) diserang berat oleh wereng coklat biotipe
Sumatera Utara. Varietas PB 42 ditanam secara luas untuk mengatasi secara luas untuk
mengatasi serangan wereng coklat biotipe-2.

Serangan penyakit pada tanaman padi akhir-akhir ini dilaporkan makin meningkat,
bahkan sejak hama wereng coklat muncul sebagai hama penting masalah kerusakan tanaman
padi semakin rumit. Hama wereng coklat selain menularkan penyakit virus kerdil rumput
juga diketahui sebagai penular penyakit virus kerdil hampa. Serangan kedua penyakit virus
tersebut cukup luas karena kedua penyakit tersebut dapat timbul bersama-sama pada satu
rumpun atau petak tanaman padi. kerusakan tanaman padi karena komplikasi serangan
berbagai jenis hama dan penyakit seringkali menyebabkan tanaman padi sangat rusak.

4
Sampai saat ini tungro masih merupakan penyakit yang sangat berbahaya, yang
disebabkan oleh virus tungro padi dan ditularkan oleh wereng hijau, Tungro diketahui telah
banyak menimbulkan kerugian terutama di Sulawesi, Kalimantan Selatan, Jawa, Nusa
Tenggara Barat dan Bali. Di Sulawesi Selatan dalam periode tahun 1972 sampai dengan 1973
serangan penyakit tersebut sangat menghebat meliputi areal 99.154 hektar, dan pada tahun
1980 telah menimbulkan kerusakan berat pada tanaman padi di Bali seluas 3.939 hektar. Pada
tahun 1981 dilaporkan serangan seluas 1.623 hektar di Nusa Tenggara Barat, selanjutnya
pada tahun 1982 serangan terjadi juga di Sulawesi Tengah seluas 5.000 hektar, Sulawesi
Utara seluas 3.000 hektar dan Sulawesi Tenggara seluas 400 hektar. Kerusakan pertanaman
yang dapat dimonitor di seluruh Sulawesi dalam periode tahun 1972 sampai dengan tahun
1982 tercatat seluas 126.408 hektar. Hal ini membuktikan bahwa penyakit tungro di Sulawesi
saat itu masih merupakan masalah utama dan bahkan pada berbagai tempat di Indonesia.

Penyakit utama pada tanaman padi di Indonesia yang disebabkan oleh jamur antara
lain blas (Pyricularia oryzae Cav.), bercak coklat (Helminthosporium oryzae Breda de Haan),
busuk pelepah (Rhizoctonia solani Kuhn), bercak pelepah (Acrocylindrium oryzae Sawada)
dan bercak Corcospora (Cercospora oryzae Miyake), yang disebabkan oleh bakteri antara
lain kresek (Xanthomonas oryzae (Uyeda & Ishiyama) Dowsoy) dan daun bergaris
(Xanthomonas translucens (Fang et al) Bradbury).

Kerusakan pada tanaman padi oleh penyakit blas dapat mencapai 67 persen dan
penyakit bercak pelepah kerusakannya dapat mencapai 55 persen. Sedangkan kerusakan oleh
kresek pada tanaman peka dapat mencapai 70-80 persen dan pada tanaman agak tahan dapat
mencapai 40 persen.

Penyakit bulai pada tanaman jagung disebabkan oleh jamur Perenosclerospora maydis
(Rao.) telah banyak menimbulkan kerugian pada pertanaman jagung di Indonesia. Kerusakan
yang ditimbulkan oleh penyakit ini dilaporkan makin meningkat di daerah-daerah penghasil
jagung.

Gulma atau tumbuhan pengganggu telah dikenal sejak manusia memulai usaha
pertanian, dapat menyebabkan kerugian yang cukup besar karena dapat mempengaruhi
pertumbuhan dan menurunkan produksi tanaman pangan. Pengaruh gulma dapat secara
langsung yaitu berupa kompetisi baik dalam hal unsur hara, air, cahaya maupun tempat dan
secara tidak langsung merupakan tumbuhan inang bagi hama dan penyakit tanaman. Gulma
dapat menurunkan produksi sawah sampai 23 - 35 persen dan pada padi ladang antara 30 - 80
persen. Besarnya kerugian dalam bentuk beras hasil padi sawah dan padi ladang sebanyak 29
juta ton pada tahun 1975. Sedangkan pada pertanaman palawija tanpa disiang, dapat
menurunkan hasil 50 - 64 persen.

Berbagai cara pengendalian jasad penggangu memang sudah dikenal dan diterapkan
yaitu pengendalain secara bercocok tanam, pengendalian secara biotik, pengendalian secara
kimiawi, pengendalian secara genetik dan pengendalian secara perundang-undangan. Telah
banyak dibuktikan bahwa hanya mengandalkan satu cara pengendalian saja tidak diperoleh

5
hasil pengendalian yang memuaskan. Oleh karena itu perlu diadakan penelaahan cara-cara
pengendalian yang mungkin dapat diterapkan. Dalam menelaah cara-cara pengendalian jasad
pengganggu tanaman pada garis besarnya harus diingat bahwa tujuannya adalah agar
tanaman yang ditaman tidak menderita kerusakan oleh serangan jasad pengganggu tanaman
baik kuantitatif maupun kualitatif. Usaha pengendalian jasad pengganggu tanaman hedaknya
tidak hanya mempertimbangkan permasalahan jangka pendek akan tetapi sekaligus
mempertimbangkan dan meletakkan dasar-dasar untuk jangka panjang.

Penerapan konsep pengendalian terpadu hama yang dimulai dirintis sejak tahun 1959
oleh Storn et al., akan memberikan hasil yang lebih mantap dan memuaskan baik ditinjau dari
permasalah jasad pengganggu tanaman dalam jangka pendek dan jangka panjang begitu pula
apabila ditinjau dari segi ekonomi maupun lingkungan.

Beberapa jenis hama dapat ditanggulangi dengan menanam kultivar resisten. Selain itu
cara-cara pengendalian secara bercocok tanaman yaitu dengan mengatur waktu tanam dan
mengatur jarak tanam memberikan harapan yang menggembirakan, peranan parasit juga
dapat diharapkan untuk menekan serangan ganjur pada masa selanjutnya.

Kenyataan menunjukkan bahwa pestisida memegang peranan penting dalam usaha


pengendalian jasad pengganggu bahkan penggunaannya makin meningkat. Hal ini terjadi
karena tuntutan untuk memenuhi permintaan terhadap kebutuhan sehari-hari khususnya
pangan dalam waktu yang singkat. Di lain pihak kehilangan hasil panen karena serangan
jasad pengganggu tanaman cukup besar, yang apabila dapat ditanggulangi dengan baik
kerugian tersebut dapat ditekan sekecil mungkin. Dengan menggunakan pestisida yang
efektif usaha pengendalian hama dapat dilakukan dengan cepat untuk areal yang luas.
Dengan kemajuan teknologi dewasa ini, pembuatan insektisida tersebut dengan mudah dapat
dilakukan dalam jumlah yang besar. Cara pengendalian jasad pengganggu tanaman dengan
pestisida kiranya untuk masa yang akan datang tetap memegang peranan penting dalam
pengendalian pengganggu bersama dengan cara-cara pengendalian lainnya. Akan tetapi
dibalik penanggulangannya, pestisida juga mempunyai kelemahan-kelemahan.

Penggunaan pestisida yang kurang bijaksana justru akan mengakibatkan bahaya yang
tidak diinginkan dikemudian hari. Pengaruh-pengaruh samping dapat timbul terhadap
serangga sasaran, serangga bukan sasaran, pengguna pestisida, bahan makanan, ternak, flora
dan fauna serta lingkungan. Oleh sebab itu penggunaan pestisida hendaknya dilakukan secara
bijaksana, untuk menghindarkan pengaruh buruk yang mungkin terjadi salah satu usaha
penting yang perlu dikembangkan adalah penggunaan pestisida yang lebih selektif.
Penggunaan pestisida yang selektif adalah salah satu cara untuk menghindarkan
kemungkinan timbulnya pengaruh samping tersebut. Pestisida formula butiran adalah
merupakan salah satu contoh pestisida yang dapat bekerja secara selektif. Dengan
menggunakan insektisida butiran diharapkan peranan musuh-musuh alam yang bermanfaat
tidak terganggu.

6
Pemberian pestisida pada saat yang tepat akan memberikan manfaat yang besar dalam
usaha pengendalian jasad pengganggu yang lebih efisien. Manfaat ini akan kelihatan jelas
apabila dibandingkan dengan cara pengendalian hama dengan pestisida yang aplikasinya
didasarkan sistem kalender. Dengan cara pemberian pestisida yang lebih sedikit dan tenggang
waktu yang lebih lama akan mengurangi pengaruh samping penggunaannya untuk pemberian
pestisida harus ditetapkan tingkat populasi atau serangan tertentu yang tepat, sehingga
kerusakan tanaman dapat ditekan. Dosis optimum pestisida perlu ditetapkan secara teliti.
Karena pestisida adalah racun, maka pestisida harus digunakan sedikit mungkin, akan tetapi
masih efektif untuk mengendalikan jasad pengganggu secara efektif. Penurunan penggunaan
pestisida dapat di lakukan dengen cara mengurangi frekuensi pemberian atau dengan
menurunkan dosis pemberiannya.

Cara-cara pengendalian yang baik perlu dikombinasikan kedalam suatu sistem


pengendalian yang secara ekonomis menguntungkan dan secara ekologi dapat
dipertanggungjawabkan. Penerapan sistem pengendalian tunggal tidak memberikan jaminan
hasil yang memuaskan. Oleh karena itu perlu diteliti kemungkinan penggabungan beberapa
cara yang kompatibel dan efektif.

Cara-cara pengendalian jasad pengganggu sederhana dan praktis bagi petani perlu
mendapat perhatian. Pengendalian dengan cara bercocok tanam adalah merupakan kegiatan
sehari-hari bagi petani dalam mengusahakan tanaman, masalahnya adalah bagaimana cara
bercocok tanam tersebut dilakukan sehingga dapat membantu mengendalikan populasi jasad
pangganggu; cara bercocok tanam hendaknya serasi apabila ditinjau dari berbagai segi usaha
pertanian. Cara-cara pengendalian lain dapat diterapkan untuk meningkatkan kemampuan
menekan populasi hama. Dengan cara penggabungan yang demikian diharapkan dapat
ditetapkan kombinasi cara-cara pengendalian yang cukup sederhana dan praktis efektif,
efisien, dan aman terhadap lingkungan.

Anda mungkin juga menyukai