Anda di halaman 1dari 40

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM

DASAR BUDIDAYA TANAMAN

“Bahan Tanam Vegetatif Komoditas Jahe (Zingiber


officinale)”

Disusun oleh:
Robytoh Nur Aulia Denhas NIM. 205040101111043

Kelas: AA
Program Studi: Agribisnis

Asisten: Mulia Addieni

FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG

2021
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM


DASAR BUDIDAYA TANAMAN

Kelas: AA

Disetujui oleh:

Asisten kelas,

Mulia Addieni
NIM. 195040201111063

FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2021
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Puji syukur kita panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
Laporan Praktikum Dasar Budidaya Tanaman untuk memenuhi tugas pada mata
kuliah Ekologi Pertanian yang dapat diselesaikan tepat dengan waktu.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Mulia Addieni, selaku asisten


praktikum Dasar Budidaya Tanaman yang telah memberikan bimbingan serta
arahan sehingga laporan ini dapat terselesaikan dengan baik. Penulis menyadari,
laporan ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang
membangun dibutuhkan demi kesempurnaan laporan ini.

Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Rembang, Mei 2021

Robytoh Nur Aulia Denhas

i
DAFTAR ISI

COVER.....................................................................................................................i

LEMBAR PENGESAHAN......................................................................................i

KATA PENGANTAR..............................................................................................i

DAFTAR ISI...........................................................................................................ii

DAFTAR TABEL..................................................................................................iii

DAFTAR GAMBAR..............................................................................................iv

1. PENDAHULUAN...........................................................................................1

1.1 Latar Belakang..........................................................................................1

1.2 Tujuan........................................................................................................2

2. TINJAUAN PUSTAKA..................................................................................3

2.1. Tanaman Jahe (Zingiber officinale)..........................................................3

2.2. Syarat Tumbuh Tanaman Jahe (Zingiber officinale).................................4

2.3. Teknik Budidaya Tanaman Jahe (Zingiber officinale)..............................5

2.4. Pertumbuhan Vegetatif Tanaman Jahe......................................................8

3. BAHAN DAN METODE................................................................................9

3.1 Waktu dan Tempat Kegiatan.....................................................................9

3.2 Alat dan Bahan..........................................................................................9

3.3 Cara Kerja.................................................................................................9

3.4 Parameter Pengamatan............................................................................10

4. HASIL DAN PEMBAHASAN......................................................................11

4.1. Hasil........................................................................................................11

4.2. Pembahasan.............................................................................................15

5. PENUTUP..........................................................................................................17

5.1 Kesimpulan..............................................................................................17

5.2 Saran........................................................................................................17

ii
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................18

LAMPIRAN...........................................................................................................20

iii
DAFTAR TABEL

No. Teks Halaman


1. Umur Kemunculan Tunas..................................................................................11
2. Jumlah Tunas.....................................................................................................12
3. Panjang Tunas....................................................................................................13
4. Logbook Kegiatan Praktikum............................................................................20

iv
DAFTAR GAMBAR

No. Teks Halaman


1. Grafik Perbandingan Jumlah Kemunculan Tunas.............................................12
2. Grafik Perbandingan Jumlah Tunas...................................................................13
3. Grafik Perbandingan Panjang Tunas..................................................................14

v
DAFTAR LAMPIRAN
No. Teks Halaman

vi
1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Jahe (Zingiber officinale) merupakan tanaman hortikultura yang kaya akan


berbagai manfaat. Rimpang ini banyak dipilih untuk ditanam karena dinilai
memiliki prospek yang cukup menguntungkan sehingga tidak asing bila kita
melihat komoditas ini banyak tersebar di lahan pertanian yang ada di Indonesia.
Tanaman ini selain digunakan untuk bumbu dapur juga dimanfaatkan sebagai
obat, olahan makanan dan minuman, hingga campuran kosmetik.

Jahe (Zingiber officinale) dapat tumbuh di berbagai daerah di Indonesia.


Rimpang ini dapat tumbuh di lahan subur dan gembur yang kaya akan humus.
Jahe (Zingiber officinale) juga dapat ditanam di pekarangan rumah bahkan dengan
cara tumpangsari. Hal tersebut menunjukkan bahwa penanaman dan perawatan
jahe (Zingiber officinale) cukup mudah sehingga tanaman ini banyak
dibudidayakan.

Karena memiliki nilai ekonomis serta manfaat yang tinggi, jahe jahe (Zingiber
officinale) mampu diperdagangkan hingga ke luar negeri. Menurut Badan Pusat
Statistik (2018) tanaman ini memiliki luas panen tertinggi pada kelas rimpang
yakni sebesar 10.205,03 hektar dengan total panen produksi sebesar 216.587 ton.
Ekspor terbesar tanaman biofarmaka di Indonesia juga dipegang oleh jahe dengan
volume ekspor sebesar 23.551,9 ton atau senilai dengan 13,53 juta dollar. Negara
tujuan ekspor jahe (Zingiber officinale) antara lain Jepang, Hongkong, Korea,
Singapura, Filipina, hingga Malaysia.

Prospek perkembangan jahe di Indonesia cukup cerah, terutama jahe yang


dihasilkan melalui sistem pertanian organik, akan memberikan nilai tambah yang
cukup signifikan. Permasalahan pengembangan budidaya dan produktivitas jahe
adalah terbatasnya bibit yang unggul dan kurangnya informasi mengenai varietas-
varietas jahe lainnya, sehingga petani hanya menggunakan bibit yang bersumber
dari pertanaman sebelumnya yang produktivitasnya masih belum memberikan
keuntungan yang besar terhadap petani. Selain itu juga, tanaman jahe sulit

1
melakukan pembungaan dan pembentukan biji. Oleh karena itu, jahe selalu
diperbanyak secara vegetatif melalui rimpangnya.
1.2 Tujuan
Berdasarkan latar belakang di atas penelitian ini memiliki tujuan untuk
mengetahui pertumbuhan tanaman jahe yang diperbanyak secara vegetatif.

2
2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Tanaman Jahe (Zingiber officinale)

Jahe (Zingiber officinale) merupakan salah satu jenis tanaman hortikultura


yang termasuk kedalam suku Zingiberaceae. Jahe termasuk dalam suku temu-
temuan (Zingiberaceae). Nama Zingiber berasal dari bahasa Sansekerta
“Singabera” dan Yunani “Zingiberi” yang berarti tanduk, karena bentuk rimpang
jahe mirip dengan tanduk rusa. Officinale merupakan bahasa latin (officina) yang
berarti digunakan dalam farmasi atau pengobatan (Supriadi et al., 2011).
Tanaman ini dinilai memiliki banyak manfaat antara lain sebagai obat-obatan,
rempah, bahan makanan dan minuman, kosmetika hingga bahan komoditas ekspor
non migas (Friska et al., 2017). Menurut Aryanta (2019) di kawasan Asia, jahe
sudah dimanfaatkan sebagai bahan bumbu masakan dan bahan obat tradisional
sejak ribuan tahun yang lalu. Jahe juga dapat meredakan batuk dan radang
tenggorokan, menurunkan kolesterol jahat, meredakan sakit kepala, mengatasi
rematik, menurunkan berat badan, menjaga kesehatan jantung, mengatasi mual
dan masalah pencernaan, mencegah radang usus, meningkatkan sistem kekebalan
tubuh, dan menyembuhkan penyakit asma.
Berdasarkan taksonominya menurut (Noerfasya, 2018) jahe masuk ke dalam
Kingdom Plantae, Divisio Spermatophyta, Klas Monocotyledoneae, Ordo
Zingiberales, Family Zingiberaceae, Genus Zingiber dan Spesies Zingiber
officinale. Sedangkan, morfologi jahe menurut (Supriadi et al., 2011) tanaman
jahe terdiri atas akar, rimpang, batang, daun, dan bunga. Akarnya termasuk akar
tunggal yang semakin membesar seiring dengan umurnya, hingga membentuk
rimpang serta tunas-tunas yang akan tumbuh menjadi tanaman baru. Batangnya
batang semu yang tumbuh tegak lurus, berbentuk bulat pipih, tidak bercabang
tersusun atas seludang-seludang dan pelepah daun yang saling menutup sehingga
membentuk seperti batang. Daunnya terdiri atas pelepah dan helaian. Pelepah
daun melekat membungkus satu sama lain sehingga membentuk batang. Panjang
daun sekitar 5 — 25 cm dan lebar 0,8 — 2,5 cm. Bunga jahe panjang 30 cm
berbentuk spika, bunga berwarna putih kekuningan dengan bercak bercak ungu
merah.

3
Dalam dunia pertanian, dikenal tiga varietas jahe berdasarkan ukuran dan
warna kulit rimpangnya, yaitu jahe gajah (badak), jahe emprit (biasa) dan jahe
merah (berem). Jahe gajah yang ukurannya besar, berkulit putih atau kuning dan
rasanya tidak terlalu pedas dapat diolah sebagai manisan dan asinan. Jahe emprit
yang ukurannya lebih kecil, berkulit putih atau kuning dan sangat pedas sering
digunakan untuk bumbu masakan dan obat (Setyawan, 2010).

Gambar 1. Rimpang Jahe

Sumber: (Aryanti, Bayu, dan Kardhinata 2015)


Berdasarkan data Dirjenbun (2019), wilayah yang memiliki produktivitas
tinggi akan produksi tanaman jahe di Indonesia adalah daerah Sumatera dengan
produktivitas mencapai 27,4 ton. Tanaman jahe hampir dibudidayakan di seluruh
kabupaten dan kota. Kabupaten Simalungun adalah sentra produksi jahe terbesar
pada tahun 2019 dengan luas areal penanaman 135 Ha dengan produksi mencapai
3.909 ton per tahun dengan produktivitas rata-rata sekitar 29 ton/ha (Data Dinas
Pertanian Provinsi Sumatera Utara, 2019).
2.2. Syarat Tumbuh Tanaman Jahe (Zingiber officinale)
Santoso (2010) menyatakan sifat menguntungkan tanaman jahe adalah dapat
beradaptasi dengan lingkungan sekitarnya, karena mudah menyesuaikan diri.
Namun, untuk memperoleh pertumbuhan dan produksi jahe secara optimal, tentu
saja perlu diperhatikan persyaratan agroklimatnya. Pada umur 2,5 sampai 7 bulan
atau lebih, tanaman jahe selalu membutuhkan sinar matahari. Masa itu disebut
fase pertumbuhan membentuk rumpun. Tanaman jahe baik ditanam di lahan yang

4
terbuka, sehingga sinar matahari bisa masuk. Jika ditanam di tempat yang
ternaungi daunnya menjadi besar namun rimpang yang didapatkan kecil-kecil
(Agoes, 2010).
Menurut Latifah et al., (2019) jahe emprit dapat tumbuh dengan baik pada
ketinggian 200– 1000 m dpl, jahe gajah pada 400 – 800 m dpl dan jahe merah
pada 200 – 600 m dpl. Santoso (2010) menyatakan tanaman jahe paling cocok
ditanam pada tanah yang subur, gembur dan banyak bahan organik (humus).
Penanaman tanaman jahe biasanya pada tanah-tanah latosol merah coklat atau
andasol. Jahe tidak menyukai tanah yang drainasenya menggenang. Tanaman ini
kurang baik dan tidak cocok ditanam pada tanah rawa dan tanah berat yang
banyak mengandung fraksi liat maupun pada tanah yang didominasi oleh pasir
kasar. Curah hujan tahunan yang cocok untuk tanaman jahe adalah 1.500 – 3.000
mm, suhu udara 25 – 37 ͦ C (kelembaban sedang) serta pH tanah sekitar 5,0 – 7,0.
2.3. Teknik Budidaya Tanaman Jahe (Zingiber officinale)
2.3.1. Pembibitan
Menurut (Triyono dan Sumarmi, 2018) bibit berkualitas adalah bibit yang
memenuhi syarat mutu genetik, mutu fisiologik (persentase tumbuh yang tinggi),
dan mutu fisik. Bibit jahe sebaiknya dari tanaman yang sudah tua (berumur 9-10
bulan) dari tanaman yang sehat dan kulit rimpang tidak terluka atau lecet. Selain
itu, sebelum ditanam bibit harus dibebaskan dari ancaman penyakit dengan cara
bibit tersebut dimasukkan ke dalam karung dan dicelupkan ke dalam larutan
fungisida sekitar 8 jam. Kemudian bibit dijemur 2-4 jam, barulah ditanam.
Sedangkan menurut Wicaksono dan Kusumawardhana (2017) rimpang jahe harus
sehat dan berkualitas tinggi yang ditandai dengan ukuran rimpang yang besar,
bertekstur keras dan memiliki banyak serat, serta bebas dari hama atau jamur yang
nampak seperti bercak-bercak putih.
2.3.2. Persiapan Lahan
Menurut Latifah et al., (2019) persipan lahan adalah rangkaian kegiatan
mulai dari membersihkan lahan dari bebatuan, gulma dan sisa-sisa tanaman lain.
Tujuannya adalah lahan siap ditanam bagi pertumbuhan dan perkembangan
tanaman. Sedangkan menurut (Dahmayanti et al., 2018) pengolahan tanah
merupakan salah satu kegiatan fisik dan mekanik dalam persiapan lahan untuk

5
kegiatan budidaya tanaman yang bertujuan untuk membuat media perakaran
tanaman lebih baik. Pengolahan tanah ditujukan untuk mengubah struktur tanah
menjadi gembur, kemudian meningkatkan sistem aerasi dan infiltrasi tanah,
mengendalikan tumbuhan pengganggu, serta ketersediaan hara meningkat
sehingga dapat meningkatkan produksi tanaman.
2.3.3. Penanaman
Menurut (Badriyah et al., 2020) penanaman dilakukan dengan meletakkan
bibit jahe pada lubang tanam kemudian diatasnya ditutup dengan menggunakan
jerami atau alang-alang. Selain itu, perlu pengontrolan kelembaban setiap
harinya Saat penanaman tersebut menyemai bibit jahe perlu untuk dikontrol
setiap hari agar kelembaban jahe merah tetap terjaga. Menurut (Nurlila dan
Fua, 2020) penanaman jahe bisa dilakukan dengan memasukkan jahe pada lubang
tanam yang sudah diatur sesuai jarak tanamnya yang memiliki tujuan agar
tanaman dapat tumbuh dengan baik. Jahe sebaiknya ditanam pada awal musim
hujan sehingga dalam satu tahun hanya memungkinkan untuk satu kali tanam
selanjutnya dilakukan dengan meletakkan rimpang dalam lubang tanam sedalam
5-7 cm dengan tunas menghadap ke atas (Sukarman, 2013).
2.3.4. Pemeliharaan
Pemeliharaan pada tanaman jahe meliputi penyulaman, penyiangan,
pembumbunan, pemupukan, dan pengendalian HPT (Latifah et al., 2019).
Penyulaman pada tanaman jahe dilakukan seawal mungkin atau maksimal
15 hari setelah tanam, agar tanaman cepat menyesuaikan diri terhadap lingkungan
dan tingkat pertumbuhan hasil sulaman relatif seragam (Sukarman, 2013).
Menurut (Triyono dan Sumarmi, 2018) penyulaman dapat dilakukan sekitar 2-3
minggu setelah tanam dan untuk menghindari kematian rimpang sebaiknya dipilih
bibit rimpang yang berkualitas.
Penyiangan merupakan kegiatan pembersihan gulma dan pembumbunan
merupakan kegiatan menimbun batang jahe dengan tanah yang gembur yang
dapat dilakukan jika sudah terbentuk rumpun dengan 4-5 anakan (Supriadi, 2011).
Kedua hal tersebut dapat dilakukan bersamaan pada waktu 2-4 minggu setelah
tanam (Sari, 2011). Penyiangan dan pembumbunan dapat dilakukan 3-5 kali,
hingga tanaman berusi kira-kira 6 hingga 7 bulan (Sukarman, 2013).

6
Pada tahap pemupukan, bisa digunakan pupuk organik (kandang atau
kompos) ataupun anorganik (Urea, SP, KCL) yang dapat diberikan saat awal
pertanaman (Triyono dan Sumarmi, 2018). Dosis untuk pupuk kandang ataupun
kompos ialah 1 karung per 100 m2 sedangkan untuk pupuk anorganik untuk jenis
urea sebesar 600 kg/ha, SP-36 sebesar 300 kg/ha dan KCl sebesar 400 kg/ha
(Latifah et al., 2019). Pemupukan tanaman jahe bisa dilakukan saat tanaman
berusia diberikan pada umur 1-4 bulan (Sari 2011).
Pengairan atau penyiraman pada tanaman jahe tidak dibutuhkan terlalu
banyak saat masa pertumbuhannya (Triyono dan Sumarmi, 2018). Air yang
terlalu menggenang akan memicu terjadinya pembusukan pada tanaman
(Supriadi, 2011).
Pengendalian HPT pada tanaman jahe dapat dilakukan dengan menjamin
kesehatan rimpang, mengkarantina jahe yang terkena penyakit, dan pengolahan
tanah dengan baik serta penyemprotan pestisida (Triyono dan Sumarmi, 2018).
Selain itu juga dapat dilakukan dengan menghindari perlukaan (penggunaan abu
sekam), pergiliran tanaman, pembersihan sisa tanaman dan gulma, serta pengairan
yang memadai (Badan Pengawas Obat dan Makanan, 2016).
2.3.5. Panen
Panen dapat dilakukan saat usia rimpang sudah mencapai 6 – 10 bulan
dengan ciri-ciri warna daun berubah dari hijau menjadi kuning dan batang semua
mengering, apabila dipatahkan berserat dan aroma rimpang menyengat, dan warna
rimpang lebih mengkilat dan terlihat bernas (Latifah et al., 2019). Panen jahe
dilakukan pada saat masa senescense atau pengguguran daun. Setelah masa ini,
jahe sebaiknya dibiarkan selama 1-2 minggu agar kulit mengering dan kuat,
sehingga tidak mudah lecet waktu dipanen (Supriadi, 2011).

7
2.4. Pertumbuhan Vegetatif Tanaman Jahe
Menurut (Melati et al., 2015) tanaman jahe diperbanyak dengan cara vegetatif
dengan menggunakan potongan rimpang dengan beberapa mata tunas. Namun
perbanyakan dengan cara vegetatif ini memerlukan waktu yang lama untuk
mendapatkan bakal bibit yang bermutu dari rimpang yang sehat (umur 10-12
bulan), serta memerlukan bahan tanam yang lebih banyak. Selain itu perbanyakan
secara vegetatif ini menyebabkan tanaman mudah terinfeksi penyakit, seperti
penyakit layu bakteri (bacterial wilt) yang disebabkan oleh Pseudomonas
solanacearum.

8
3. BAHAN DAN METODE

3.1 Waktu dan Tempat Kegiatan

Kegiatan praktikum dasar budidaya tanaman pada komoditas Jahe


(Zingiber officinale) dilakukan mulai dari 19 Maret 2021 hingga 25 April 2021.
Kegiatan praktikum ini dilakukan secara mandiri di rumah masing-masing.
Berlokasi di Desa Balongmulyo Rt 07 Rw 03, Kecamatan Kragan, Kabupaten
Rembang, Jawa Tengah. Desa Balongmulyo memiliki luas wilayah 186.193 Ha
dan berada di daerah dataran rendah dan terletak di ujung timur laut Provinsi Jawa
Tengah dan dilalui Jalan Pantai Utara Jawa (Jalur Pantura). Daerah ini terletak
pada garis koordinat 111o 00′ – 111o 30′ Bujur Timur dan 6o 30′ – 7o 6′ Lintang
Selatan. Memiliki suhu 28-32°C dan curah hujan sedang yakni rata-rata 502.36
mm/tahun. mm. Secara Administratif, Desa Balongmulyo dikelilingi di sebelah
utara, berbatasan langsung dengan Desa Kragan. Di sebelah selatan, berbatasan
dengan Desa Narukan. Lalu, disebelah barat berbatasan dengan Desa Plawangan.
3.2 Alat dan Bahan

Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah gunting, sekop, wadah
dan juga smartphone. Sedangkan bahan yang dibutuhkan yaitu media tanam
(campuran antara tanah dan pupuk kandang), pot atau polybag, sekam, bahan
tanam berupa benih jahe, dan air.
3.3 Cara Kerja
3.3.1 Penanaman

Setelah menyiapkan alat dan bahan selanjutnya yakni dilakukan


penanaman. Penanaman dilakukan dengan cara menempatkan jahe pada
permukaan tanah media tanam di dalam pot atau polybag. Posisikan
horizontal dengan menghadapkan tunas keatas. Kemudian berikan sekam
diatasnya dengan ketebalan kira-kira 3 cm. Jangan lupa untuk melakukan
pendokumentasian menggunakan smartphone saat proses penanaman
tersebut.

9
3.3.2 Pemeliharaan

Pemeliharaan dilakukan dengan cara penyiraman secara rutin


menggunakan air. Tanaman jahe disiram sehari sekali setiap hari pada
pukul 16.00 sore. Kemudian juga dilakukan pembersihan gulma yang
tumbuh di sekitar tanaman. Terakhir, lakukan pendokumentasian
menggunakan smartphone saat proses perawatan.
3.4 Parameter Pengamatan

3.4.1 Umur Kemunculan Tunas

Pengamatan waktu muncul tunas dilakukan secara manual dengan


mengamati pertumbuhan jahe secara rutin setiap hari untuk mengetahui
umur kemunculan tunas kemudian dilakukan pencatatan data dan
pendokumentasian menggunakan smartphone.

3.4.2 Jumlah Tunas

Pengamatan jumlah tunas dilakukan dengan menghitung jumlah


tunas yang muncul dengan mengamati pertumbuhan jahe secara rutin
setiap hari untuk mengetahui jumlah tunas baru yang muncul kemudian
dilakukan pencatatan data dan pendokumentasian menggunakan
smartphone.

1.4.3. Panjang dan Tinggi Tunas

Pengamatan panjang dan tinggi tunas dilakukan dengan


pengukuran menggunakan penggaris pada ketiga sampel jahe setiap
seminggu sekali dimulai setelah munculnya tunas kemudian dilakukan
pencatatan data dan pendokumentasian menggunakan smartphone.

10
4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil

4.1.1 Umur Kemunculan Tunas

Umur kemunculan tunas merupakan salah satu parameter yang digunakan


dalam pengamatan ketiga sampel tanaman jahe yang akan ditunjukkan pada tabel
berikut di bawah ini.

Sampel Umur Kemunculan Dokumentasi


Tunas

1 Hari ke-12

2 Hari ke-10

3 Hari ke-10

Tabel 1. Umur Kemunculan Tunas

Berdasarkan data diatas dapat diketahui bahwa ketiga sampel jahe


mulai muncul tunas saat minggu kedua setelah penanaman yakni pada hari ke-10
dan ke-12. Dapat disimpulkan bahwa dari ketiga sampel jahe tersebut memiliki
perbedaan waktu atau laju pertumbuhan walaupun diberi perlakuan yang sama.

11
Grafik Perbandingan Umur Kemunculan Tunas
12.5

12

11.5

11
Hari ke-

10.5

10

9.5

9
1 2 3

Sampel

Gambar 2. Grafik Perbandingan Umur Kemunculan Tunas

Berdasarkan grafik diatas dapat kita ketahui bahwa walaupun diberi


perlakuan yang sama dari ketiga sampel jahe yang diamati terdapat perbedaan
waktu kemunculan tunas. Terlihat bahwa sampel yang paling lambat dalam
pertumbuhan tunasnya adalah sampel jahe ke-1. Perbedaan umur kemunculan
tunas disebabkan oleh masa dormansi tanaman jahe atau masa simpan benih jahe
sebelum siap tanam yang akan menentukan tingkat kemasakan benih jahe.

4.1.2 Jumlah Tunas

Jumlah tunas merupakan salah satu parameter yang digunakan dalam


pengamatan ketiga sampel tanaman jahe yang akan ditunjukkan pada tabel berikut
di bawah ini.

Tabel 2. Perbandingan Jumlah Tunas

Sampe Jumlah Tunas Jumlah Tunas 3 Jumlah Tunas 4 Jumlah Tunas 5


l 2 MST MST MST MST

1 1 2 2 2

2 1 1 1 1

3 1 2 2 2

12
Berdasarkan data diatas bisa diketahui bahwa walaupun diberi perlakuan
yang sama namun terjadi perbedaan jumlah pertumbuhan tunas dari ketiga
sampel. Terlihat bahwa pada sampel 1 dan 3 terjadi pertumbuhan jumlah tunas
sedangkan pada sampel 2 jumlah tunas konstan hingga 5 MST.

13
Grafik Perbandingan Jumlah Tunas

2
1.5
1
0.5
0 Sampel 3
2 mst Sampel 2
3 mst
4 mst Sampel 1
5 mst

Sampel 1 Sampel 2 Sampel 3


Gambar 3. Grafik Perbandingan Jumlah Tunas

Berdasarkan grafik diatas dapat diketahui bahwa dari ketiga sampel


tersebut memiliki perbedaan jumlah tunas walaupun diberi perlakuan yang sama.
Pada sampel 2 tidak ada tunas baru yang tumbuh dari 2 MST hingga 5 MST,
sedangkan pada sampel 1 dan 3 terjadi pertumbuhan tunas baru.

4.1.3 Panjang Tunas

Panjang tunas merupakan salah satu parameter yang digunakan dalam


pengamatan ketiga sampel tanaman jahe yang akan ditunjukkan pada tabel berikut
di bawah ini.

Sampe Jumlah Tunas Jumlah Tunas 3 Jumlah Tunas 4 Jumlah Tunas 5


l 2 MST MST MST MST

1 0,5 cm 0,8 cm 1 cm 2,5 cm

2 0,5 cm 1,5 cm 5 cm 12 cm

3 0,5 cm 1,5 cm 4 cm 9 cm
Tabel 3. Perbandingan Panjang Tunas

Berdasarkan tabel diatas dapat kita ketahui bahwa walaupun diberi


perlakuan yang sama namun terjadi perbedaan laju pertumbuhan panjang dan
tinggi tunas dari ketiga sampel tanaman jahe. Terlihat bahwa pada sampel 1
memiliki pertumbuhan yang lambat dibandingkan kedua sampel lainnya.
Sedangkan pada sampel 2 dan 3 terjadi peningkatan pertumbuhan yang cukup
signifikan.

14
Grafik Perbandingan Panjang Tunas
14
12
10
Tinggi (cm)

8
6
4
2
0
2 mst 3 mst 4 mst 5 mst
Axis Title

Sampel 1 Sampel 2 Sampel 3


Gambar 4. Grafik Perbandingan Panjang Tunas

Dari grafik diatas bisa diketahui bahwa walaupun diberi perlakuan yang
sama ketiga sampel jahe memiliki perbedaan laju pertumbuhan. Terlihat bahwa
pada sampel 1 pertumbuhan tunasnya tidak terlalu signifikan dan terbilang paling
lambat dari sampel lainnya. Sedangkan pada sampel 2 dan 3 terjadi pertumbuhan
yang cukup signifikan. Sampel 2 bisa dikatakan memiliki pertumbuhan paling
cepat dari ketiga sampel yang mulai terlihat sejak 3 MST ke 4 MST dengan selisih
3,5 cm dan 4 MST ke 5 MST dengan selisih 7 cm. Pada sampel 3 juga terlihat
pertumbuhan pesatnya dari 3 MST ke 4 MST dengan selisih 2,5 cm dan 4 MST ke
5 MST dengan selisih 5 cm.

15
4.2. Pembahasan

Berdasarkan data diatas dapat diketahui tanaman jahe memiliki respon


yang berbeda dalam pertumbuhannya walaupun diberikan perlakuan yang sama
mulai penanaman hingga pemeliharaan. Pada tahap penanaman dilakukan dengan
memberikan media tanam berupa campuran antara tanah, pupuk kandang dan juga
sekam. Sedangkan untuk pemeliharaan dilakukan penyiraman serta pembersihan
hama dan gulma secara rutin.

Pada parameter kemunculan tunas diketahui bahwa sampel 1 mulai


muncul tunas pada hari ke 12 sedangkan pada sampel 2 dan 3 mulai muncul tunas
pada hari ke 10 setelah masa tanam. Hal tersebut berarti bahwa terdapat
perbedaan waktu dalam masa pertumbuhan ketiga sampel. Umur kemunculan
tunas dipengaruhi oleh faktor dormansi tanaman yakni proses penyimpanan jahe
kurang lebih dalam jangka waktu 1-1,5 bulan sehingga jahe siap untuk ditanam
(Cybex Pertanian, 2019). Salah satu faktor yang menentukan daya simpan benih
jahe ialah mutu sebelum disimpan. Mutu benih ditentukan oleh tingkat kamasakan
rimpang yang nantinya berpengaruh terhadap pembentukan dan perkembangan
rimpang (Rusmin et al., 2015).

Pada parameter jumlah tunas diketahui bahwa terdapat perbedaan jumlah


tunas pada ketiga sampel. Sampel 1 dan 3 mulai muncul tunas baru saat memasuki
3 MST sedangkan pada sampel 2 tidak mengalami pertambahan tunas baru hingga
5 MST. Masa simpan benih yang terlalu lama akan berpengaruh pada kualitas
benih yang nantinya menyebabkan penurunan mutu sehingga mengakibatkan
pertumbuhan tunas baru akan terhambat (Rusmin et al. 2015).

Pada parameter panjang tunas juga terdapat perbedaan yang cukup


signifikan. Pada sampel 1 terlihat pertumbuhan tunas walaupun terbilang lambat.
Hal ini berbanding terbalik dengan sampel 2 dan 3 yang memiliki laju
pertumbuhan pesat. Pertumbuhan rimpang dipengaruhi hormon auksin yang
berperan sebagai perangsang pembelahan sel di daerah kambium serta pemanjang
sel pada daerah titik tumbuh Laimatul Lailiya (2011). Pemilihan media tanam
mempengaruhi pertumbuhan pada ketiga sampel jahe. Pemberian pupuk kandang

16
sebagai media tanam akan dapat meningkatkan kandungan C-organik serta
penanaman pada polybag atau pot akan membuat pupuk lebih terkonsentrasi (Di
et al., 2018). Perlakuan sistem tanam dengan menggunakan pot atau polybag
cenderung menghasilkan tinggi tanaman yang relatif lebih tinggi dibandingkan
dengan sistem tanam pada lahan. Hal ini diduga karena pada sistem tanam
polybag, tanaman jahe tidak mengalami kompetisi unsur hara (Sri Lestari et al.,
2019). Bahan organik berperan meningkatkan daya menahan air (water holding
capacity), memperbaiki struktur tanah menjadi gembur, mencegah pengerasan
tanah, serta menyangga reaksi tanah dari kemasaman, kebasaan, dan salinitas
(Dobermann dan Fairhurst, 2000). Rimpang akan tumbuh dengan baik pada
komposisi media tanam yang tepat, pada komposisi media yang tidak tepat akan
menghambat perkembangan rimpang dalam proses pertumbuhan akar dan
pertumbuhan tajuk (Hijra, Idham, Made, 2021). Selain itu, penambahan sekam
pada media tanam membuat struktur media menjadi remah dan akar leluasa untuk
tumbuh serta sekam merupakan bahan organik yang mengikat air, tidak mudah
lapuk, dan merupakan sumber kalium (K) yang dibutuhkan tanaman (Yuniati,
2008). Oleh karena itu, dengan memadukan pupuk kandang, tanah dan sekam
sangatlah berpengaruh positif untuk pertumbuhan tanaman (Hijra, Idham, Made,
2021).

17
5. PENUTUP
5.1 Kesimpulan

Berdasarkan data pengamatan diatas dapat disimpulkan bahwa pemilihan


kualitas rimpang jahe dapat mempengaruhi laju pertumbuhan tanamannya. Perlu
adanya masa simpan rimpang sebelum ditanam untuk memastikan tingkat
kemasakan rimpang yang baik dan berkualitas yakni sekitar 1-1,5 bulan. Terlihat
pada sampel 1 yang mengalami keterlambatan masa muncul tunas serta masa
pertumbuhan daripada sampel lainnya. Selain itu, penggunaan media tanam yang
baik akan berpengaruh pada pertumbuhan rimpang yang pesat. Penggunaan pupuk
kandang dapat meningkatkan kandungan C-organik dalam tanah. Selain itu,
penambahan sekam juga akan membantu tanah menjadi gembur sehingg baik
untuk sistem perakarannya. Hal tersebut bisa terlihat pada sampel jahe 2 dan 3
yang mengalami pertumbuhan pesat.
5.2 Saran

Berdasarkan pengamatan yang sudah dilakukan, disarankan untuk


melakukan tahap pemeliharaan lebih intensif untuk menghasilkan rimpang dengan
kualitas lebih baik yang bisa dilakukan dengan pemupukan secara berkala dan
rutin.

18
DAFTAR PUSTAKA

Aryanta, I. Wayan Redi. 2019. Manfaat Jahe Untuk kesehatan. J. Widya


Kesehatan. 1(2):39–43.

Aryanti, I., E. Bayu, dan E. Kardhinata. 2015. Identifikasi Karakteristik


Morfologis Dan Hubungan Kekerabatan Pada Tanaman Jahe (Zingiber
Officinale Rosc.) Di Desa Dolok Saribu Kabupaten Simalungun.
J.Agroekoteknologi Universitas Sumatera Utara. 3(3):105-166.

Badriyah, Nurul, Zulkifli Lubis, Muhammad Bahtiar Adityas, dan Mifta Farid.
2020. Meningkatkan Perekonomian Masyarakat Di Masa Pandemi Dengan
Penanaman Jahe Merah Di Kelompok Wanita Tani Desa Kemlagigede Turi
Lamongan. J. Karya Abdi. 4(3):707–10.

Dahmayanti, Pertiwi, Wisa Mutiara Febriani, dan Abu Lekat. 2018. Pengaruh
Sistem Pengolahan Tanah dan Pemberian Macam Bahan Organik Terhadap
Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Jahe Gajah (Zingiber Officinale Rosc). J.
Applied Agricultural Science and Technology. 2(1):20–26.

Di et al., 2018. Keragaan Pertumbuhan Tanaman Jahe Merah (Zingiber officinale


Rosc.) Pada Kondisi Cekaman Kekeringan Provinsi Banten. J.
Agrovigor.11(1):9–14.

Friska, Meiliana, Budi, dan Setiadi Daryono. 2017. Derajat Ploidi Jahe Merah
( Zingiber officinale Rosc .) Hasil Induksi Dengan Kolkisin. J. Biogenesis.
5(1):49–54.

Hijra, Idham, Made, Usman. 2021. Pengaruh Ukuran Rimpang Dan Media Tanam
Terhadap Pertumbuhan Bibit Jahe (Zingiber officinale). J. Agrotekbis
9(1):128–36.

Latifah, Edy Djauhari, M. Januwati, Molide Rizal, Heru D.Wardana, Nani


Hendani, Listyorini, Baswasiati, Budi Hartoyo, Purwanto, Nurwidodo,
Supriyadi, Elnizar, Atje Hikm, dan Lina. 2019. Standar Operasional Prosedur
(SOP) Budidaya Jahe. Edisi 7. Jakarta: Kementrian Pertanian Direktorat
Jenderal Hortikultura.

Badan Pengawas Obat dan Makanan. 2016. Jahe (fficinale Roscoe Zingiber
officinale Roscoe). Jakarta: Badan Pengawas Obat dan Makanan Deputi
Bidang Pengawasan Obat Tradisional, Kosmetik dan Produk Komplemen
Direktorat Obat Asli Indonesia Jakarta.

Melati, Satriyas, Endah Retno, Anas Susila. 2015. Karakter Fisik dan Fisiologis
Jenis Rimpang Serta Korelasinya dengan Viabilitas Benih Jahe Putih Besar.
J. Littri. 21(2):88–89.

Noerfasya, Defriana Maulani. 2018. Uji Salep Ekstrak Jahe Merah (Zingiber
officinale Var. Rubrum) Terhadap Potensi Bakteri Staphylococcus aureus.
Skripsi. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Pasundan.

19
Nurlila, Ratna Umi, dan Jumarddin La Fua. 2020. Jahe Peningkat Sistem Imun
Tubuh di Era Pandemi Covid- 19 di Kelurahan Kadia Kota Kendari. J.
Mandala Pengabdian Masyarakat. 1(2):54–61.

Rusmin, Devi, M. R. Suhartanto, dan Satriyas Ilyas. 2015. Pengaruh Umur Panen
Rimpang Terhadap Perubahan Fisiologi dan Viabilitas Benih Jahe Putih
Besar Selama Penyimpanan. J. Littri. 21(1):17–24.

Sari, Galuh Prapita. 2011. Studi Budidaya Dan Pengaruh Lama Pengeringan
Terhadap Jahe Merah (Zingiber officinale Rosc.). Skripsi. Universitas Islam
Negeri Sultan Syarif Kasim Riau Pekanbaru.

Setyawan, Ahmad D. W. I. 2010. Keragaman Varietas Jahe (Zingiber officinale


Rosc.) Berdasarkan Kandungan Kimia Minyak Atsiri. 4:48–54.

Sri Lestari, Yati Astuti, Rika Jayanti Malik, Eko Kardiyanto. 2019. Keragaan
Pertumbuhan Tanaman Jahe Merah (Zingiber officinale Rosc.) pada Kondisi
Cekaman Kekeringan Di Provinsi Banten. J. Agroekoteknologi 53(9):140–
48.

Sukarman. 2013. Produksi dan Pengelolaan Benih Jahe Putih Besar (Zingiber
officinale var. officinale) Melalui Proses Industri. Balai Penelitian Tanaman
Rempah dan Obat. 32(1):76–84.

Supriadi, M. Yusron dan Dono Wahyuno. 2011. Jahe (Zingiber officinale Rosc.).
Bogor: Balai Penelitian Tanaman Obat dan Aromatik.

Triyono, Kharis, dan Sumarmi. 2018. Budidaya Tanaman Jahe Di Desa Plesung
Kecamatan Gondangrejo Kab. Karanganyar Provinsi Jawa Tengah. J.
Adiwidya. 2(2):1–9.

Wicaksono, Azizul Ghofar Candra, dan Buyung Kusumawardhana. 2017.


Budidaya Jahe Merah Berbasis Protray dalam Upaya Menambah
Produktivitas Pertanian Masyarakat Bubakan Kota Semarang. Prosiding
Seminar Nasional dan Entrepreneurship IV. 352–59.

20
LAMPIRAN
Lampiran 1. Logbook Kegiatan

Tabel 4. Logbook Kegiatan Praktikum Dasar Budidaya Tanaman


No Tanggal Kegiatan Deskripsi Dokumentasi
1. Jumat, Penanaman Proses penanaman jahe di
19 dalam pot 1, 2, dan 3. Proses
Maret penanamannya adalah sebagai
2021 berikut:
1. Siapkan bahan: jahe,
media tanam
(campuran tanah dan
pupuk kandang serta
sekam padi), dan alat:
pot, sekop dan gunting
(untuk melubangi
ujung pot).
2. Masukkan media
tanam ke dalam pot
lalu semai jahe
diatasnya dengan
memposisikan mata
tunas masih dapat
terlihat di permukaan.
3. Siram semaian jahe
tersebut dengan syarat
air tidak sampai
menggenang di dalam
pot.
2. Sabtu, Pemeliharaan Penyiraman jahe dilakukan
20 sehari sekali setiap hari pada
Maret pukul 16.00 WIB.
2021

21
3. Senin, Pemeliharaan Penyiraman jahe dilakukan
22 sehari sekali setiap hari pada
Maret pukul 16.00 WIB.
2021

4. Rabu, Pemeliharaan Penyiraman jahe dilakukan


24 sehari sekali setiap hari pada
Maret pukul 16.00 WIB.
2021

5. Jumat, Pemeliharaan Penyiraman jahe dilakukan


26 sehari sekali setiap hari pada
Maret pukul 16.00 WIB.
2021

6. Minggu, Pemeliharaan Penyiraman jahe dilakukan


28 sehari sekali setiap hari pada
Maret pukul 16.00 WIB.
2021

22
7. Selasa, Pengamatan Pengamatan perkembangan Jahe 1
30 tunas.
Maret Awal munculnya tunas terjadi
2021 pada minggu kedua setelah
penanaman. Terlihat bagian
Jahe 2
berwarna putih muncul pada
mata tunas.

Jahe 3

Pemeliharaan
Penyiraman jahe dilakukan
sehari sekali setiap hari pada
pukul 16.00 WIB.

8. Rabu, Pengamatan Pengamatan perkembangan Jahe 1


31 tunas.
Maret Muncul tunas kedua pada jahe
2021 1, sedangkan tunas jahe yang
lain juga semakin kentara
terlihat.

Jahe 2

23
Jahe 3

9. Kamis, Pengamatan Pengamatan perkembangan Jahe 1


1 April tunas. Pada ketiga jahe tidak
2021 terjadi perubahan yang begitu
signifikan.

Jahe 2

Jahe 3

Pemeliharaan Penyiraman jahe dilakukan


sehari sekali setiap hari pada
pukul 16.00 WIB.

10. Jumat, 2 Pengamatan Pengamatan perkembangan Jahe 1


April tunas. Dilakukan pengukuran
2021 tunas yang sudah mulai
terlihat. Dari masing-masing
jahe diperkirakan memiliki
panjang tunas kurang lebih

24
0,5 cm. Jahe 2

Jahe 3

11 Jumat, 3 Pengamatan Pengamatan perkembangan Jahe 1


April tunas. Pada jahe 1 dan 3, tidak
2021 terlalu terlihat perubahan
yang signifikan. Namun, pada
jahe 2 terlihat tunas semakin
Jahe 2
menonjol.

Jahe 3

25
Pemeliharaan Penyiraman jahe dilakukan
sehari sekali setiap hari pada
pukul 16.00 WIB.

12. Minggu, Pemeliharaan Penyiraman jahe dilakukan


4 April sehari sekali setiap hari pada
2021 pukul 16.00 WIB.

13. Senin, 5 Pemeliharaan Penyiraman jahe dilakukan


April sehari sekali setiap hari pada
2021 pukul 16.00 WIB.
14. Selasa, 6 Pemeliharaan Penyiraman jahe dilakukan
April sehari sekali setiap hari pada
2021 pukul 16.00 WIB.

15. Rabu, 7 Pemeliharaan Penyiraman jahe dilakukan


April sehari sekali setiap hari pada
2021 pukul 16.00 WIB.

16. Kamis, 8 Pemeliharaan Penyiraman jahe dilakukan


April sehari sekali setiap hari pada
2021 pukul 16.00 WIB.

Jumat, 9 Pemeliharaan Penyiraman jahe dilakukan


April sehari sekali setiap hari pada
2021 pukul 16.00 WIB.

26
Pengamatan Pengamatan perkembangan Jahe 1
tunas. Dilakukan pengukuran
tunas yang sudah mulai terlihat.
Pada jahe 1 mata tunas mulai
bermunculan, tunas juga mulai
sedikit memanjang namun belum
sampai pada tahap pertumbuhan
yang signifikan dari sebelumnya.
Jahe 2
Pada jahe 2 terlihat pertumbuhan
tunas yang diukur dengan
penggaris ditemukan Panjang
tunas sebesar 1,5 cm.

Pada jahe 3 terlihat muncul tunas


Jahe 3
lainnya dan pertumbuhan tunas
diukur dengan penggaris
ditemukan panjang tunas kira-
kira sebesar 0,5 cm dan 1 cm.

18. Sabtu, 10 Pemeliharaan Penyiraman jahe dilakukan


April sehari sekali setiap hari pada
2021 pukul 16.00 WIB.

27
19. Minggu, Pemeliharaan Penyiraman jahe dilakukan
11 April sehari sekali setiap hari pada
2021 pukul 16.00 WIB.

20. Senin, 12 Pemeliharaan Penyiraman jahe dilakukan


April sehari sekali setiap hari pada
2021 pukul 16.00 WIB.

21. Selasa, Pemeliharaan Penyiraman jahe dilakukan


13 April sehari sekali setiap hari pada
2021 pukul 16.00 WIB.

22 Rabu, 14 Pemeliharaan Penyiraman jahe dilakukan


april sehari sekali setiap hari pada
2021 pukul 16.00 WIB.

23. Kamis, Pemeliharaan Penyiraman jahe dilakukan


15 April sehari sekali setiap hari pada
2021 pukul 16.00 WIB.

28
24. Jumat, 16 Pengamatan Dilakukan pengukuran
April menggunakan penggaris.
2021 Diketahui panjang tunas jahe
adalah 1 cm pada masing-msing
tunas.

Pada jahe 2 terlihat pertumbuhan


tunas yang diukur dengan
penggaris ditemukan panjang
tunas sebesar 5 cm.

Pada jahe 3 terlihat pertumbuhan


tunas yang diukur dengan
penggaris ditemukan panjang
tunas sebesar 3 cm dan 4 cm.
Penyiraman jahe dilakukan
sehari sekali setiap hari pada
pukul 16.00 WIB.

25 Sabtu, 17 Pemeliharaan Penyiraman jahe dilakukan


April 2021 sehari sekali setiap hari
pada pukul 16.00 WIB.

29
26 Minggu, Pemeliharaan Penyiraman jahe dilakukan
18 April sehari sekali setiap hari
2021 pada pukul 16.00 WIB.

27 Senin, 19 Pemeliharaan Penyiraman jahe dilakukan


April 2021 sehari sekali setiap hari
pada pukul 16.00 WIB.

28 Selasa, 20 Pemeliharaan Penyiraman jahe dilakukan


April 2021 sehari sekali setiap hari
pada pukul 16.00 WIB.

29 Rabu, 21 Pemeliharaan Penyiraman jahe dilakukan


April 2021 sehari sekali setiap hari
pada pukul 16.00 WIB.

30 Kamis, 22 Pemeliharaan Penyiraman jahe dilakukan


April 2021 sehari sekali setiap hari
pada pukul 16.00 WIB.

30
31 Jumat 23 Pengamatan Pada jahe 1 terlihat
April 2021 pertumbuhan tunas sebesar
2,5 cm pada masing-masing
tun

Pada jahe 2 terlihat


pertumbuhan
tunas yang diukur dengan
penggaris ditemukan tinggi
tunas sebesar 12 cm.

Pada jahe 3 terlihat


pertumbuhan tunas yang
diukur dengan penggaris
ditemukan tinggi tunas
sebesar 9 cm pada masing-
masing tunas.

Pemeliharaan Penyiraman jahe dilakukan


sehari sekali setiap hari
pada pukul 16.00 WIB.

31

Anda mungkin juga menyukai