Disusun oleh:
Robytoh Nur Aulia Denhas NIM. 205040101111043
Kelas: AA
Program Studi: Agribisnis
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2021
LEMBAR PENGESAHAN
Kelas: AA
Disetujui oleh:
Asisten kelas,
Mulia Addieni
NIM. 195040201111063
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
Laporan Praktikum Dasar Budidaya Tanaman untuk memenuhi tugas pada mata
kuliah Ekologi Pertanian yang dapat diselesaikan tepat dengan waktu.
i
DAFTAR ISI
COVER.....................................................................................................................i
LEMBAR PENGESAHAN......................................................................................i
KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI...........................................................................................................ii
DAFTAR TABEL..................................................................................................iii
DAFTAR GAMBAR..............................................................................................iv
1. PENDAHULUAN...........................................................................................1
1.2 Tujuan........................................................................................................2
2. TINJAUAN PUSTAKA..................................................................................3
4.1. Hasil........................................................................................................11
4.2. Pembahasan.............................................................................................15
5. PENUTUP..........................................................................................................17
5.1 Kesimpulan..............................................................................................17
5.2 Saran........................................................................................................17
ii
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................18
LAMPIRAN...........................................................................................................20
iii
DAFTAR TABEL
iv
DAFTAR GAMBAR
v
DAFTAR LAMPIRAN
No. Teks Halaman
vi
1. PENDAHULUAN
Karena memiliki nilai ekonomis serta manfaat yang tinggi, jahe jahe (Zingiber
officinale) mampu diperdagangkan hingga ke luar negeri. Menurut Badan Pusat
Statistik (2018) tanaman ini memiliki luas panen tertinggi pada kelas rimpang
yakni sebesar 10.205,03 hektar dengan total panen produksi sebesar 216.587 ton.
Ekspor terbesar tanaman biofarmaka di Indonesia juga dipegang oleh jahe dengan
volume ekspor sebesar 23.551,9 ton atau senilai dengan 13,53 juta dollar. Negara
tujuan ekspor jahe (Zingiber officinale) antara lain Jepang, Hongkong, Korea,
Singapura, Filipina, hingga Malaysia.
1
melakukan pembungaan dan pembentukan biji. Oleh karena itu, jahe selalu
diperbanyak secara vegetatif melalui rimpangnya.
1.2 Tujuan
Berdasarkan latar belakang di atas penelitian ini memiliki tujuan untuk
mengetahui pertumbuhan tanaman jahe yang diperbanyak secara vegetatif.
2
2. TINJAUAN PUSTAKA
3
Dalam dunia pertanian, dikenal tiga varietas jahe berdasarkan ukuran dan
warna kulit rimpangnya, yaitu jahe gajah (badak), jahe emprit (biasa) dan jahe
merah (berem). Jahe gajah yang ukurannya besar, berkulit putih atau kuning dan
rasanya tidak terlalu pedas dapat diolah sebagai manisan dan asinan. Jahe emprit
yang ukurannya lebih kecil, berkulit putih atau kuning dan sangat pedas sering
digunakan untuk bumbu masakan dan obat (Setyawan, 2010).
4
terbuka, sehingga sinar matahari bisa masuk. Jika ditanam di tempat yang
ternaungi daunnya menjadi besar namun rimpang yang didapatkan kecil-kecil
(Agoes, 2010).
Menurut Latifah et al., (2019) jahe emprit dapat tumbuh dengan baik pada
ketinggian 200– 1000 m dpl, jahe gajah pada 400 – 800 m dpl dan jahe merah
pada 200 – 600 m dpl. Santoso (2010) menyatakan tanaman jahe paling cocok
ditanam pada tanah yang subur, gembur dan banyak bahan organik (humus).
Penanaman tanaman jahe biasanya pada tanah-tanah latosol merah coklat atau
andasol. Jahe tidak menyukai tanah yang drainasenya menggenang. Tanaman ini
kurang baik dan tidak cocok ditanam pada tanah rawa dan tanah berat yang
banyak mengandung fraksi liat maupun pada tanah yang didominasi oleh pasir
kasar. Curah hujan tahunan yang cocok untuk tanaman jahe adalah 1.500 – 3.000
mm, suhu udara 25 – 37 ͦ C (kelembaban sedang) serta pH tanah sekitar 5,0 – 7,0.
2.3. Teknik Budidaya Tanaman Jahe (Zingiber officinale)
2.3.1. Pembibitan
Menurut (Triyono dan Sumarmi, 2018) bibit berkualitas adalah bibit yang
memenuhi syarat mutu genetik, mutu fisiologik (persentase tumbuh yang tinggi),
dan mutu fisik. Bibit jahe sebaiknya dari tanaman yang sudah tua (berumur 9-10
bulan) dari tanaman yang sehat dan kulit rimpang tidak terluka atau lecet. Selain
itu, sebelum ditanam bibit harus dibebaskan dari ancaman penyakit dengan cara
bibit tersebut dimasukkan ke dalam karung dan dicelupkan ke dalam larutan
fungisida sekitar 8 jam. Kemudian bibit dijemur 2-4 jam, barulah ditanam.
Sedangkan menurut Wicaksono dan Kusumawardhana (2017) rimpang jahe harus
sehat dan berkualitas tinggi yang ditandai dengan ukuran rimpang yang besar,
bertekstur keras dan memiliki banyak serat, serta bebas dari hama atau jamur yang
nampak seperti bercak-bercak putih.
2.3.2. Persiapan Lahan
Menurut Latifah et al., (2019) persipan lahan adalah rangkaian kegiatan
mulai dari membersihkan lahan dari bebatuan, gulma dan sisa-sisa tanaman lain.
Tujuannya adalah lahan siap ditanam bagi pertumbuhan dan perkembangan
tanaman. Sedangkan menurut (Dahmayanti et al., 2018) pengolahan tanah
merupakan salah satu kegiatan fisik dan mekanik dalam persiapan lahan untuk
5
kegiatan budidaya tanaman yang bertujuan untuk membuat media perakaran
tanaman lebih baik. Pengolahan tanah ditujukan untuk mengubah struktur tanah
menjadi gembur, kemudian meningkatkan sistem aerasi dan infiltrasi tanah,
mengendalikan tumbuhan pengganggu, serta ketersediaan hara meningkat
sehingga dapat meningkatkan produksi tanaman.
2.3.3. Penanaman
Menurut (Badriyah et al., 2020) penanaman dilakukan dengan meletakkan
bibit jahe pada lubang tanam kemudian diatasnya ditutup dengan menggunakan
jerami atau alang-alang. Selain itu, perlu pengontrolan kelembaban setiap
harinya Saat penanaman tersebut menyemai bibit jahe perlu untuk dikontrol
setiap hari agar kelembaban jahe merah tetap terjaga. Menurut (Nurlila dan
Fua, 2020) penanaman jahe bisa dilakukan dengan memasukkan jahe pada lubang
tanam yang sudah diatur sesuai jarak tanamnya yang memiliki tujuan agar
tanaman dapat tumbuh dengan baik. Jahe sebaiknya ditanam pada awal musim
hujan sehingga dalam satu tahun hanya memungkinkan untuk satu kali tanam
selanjutnya dilakukan dengan meletakkan rimpang dalam lubang tanam sedalam
5-7 cm dengan tunas menghadap ke atas (Sukarman, 2013).
2.3.4. Pemeliharaan
Pemeliharaan pada tanaman jahe meliputi penyulaman, penyiangan,
pembumbunan, pemupukan, dan pengendalian HPT (Latifah et al., 2019).
Penyulaman pada tanaman jahe dilakukan seawal mungkin atau maksimal
15 hari setelah tanam, agar tanaman cepat menyesuaikan diri terhadap lingkungan
dan tingkat pertumbuhan hasil sulaman relatif seragam (Sukarman, 2013).
Menurut (Triyono dan Sumarmi, 2018) penyulaman dapat dilakukan sekitar 2-3
minggu setelah tanam dan untuk menghindari kematian rimpang sebaiknya dipilih
bibit rimpang yang berkualitas.
Penyiangan merupakan kegiatan pembersihan gulma dan pembumbunan
merupakan kegiatan menimbun batang jahe dengan tanah yang gembur yang
dapat dilakukan jika sudah terbentuk rumpun dengan 4-5 anakan (Supriadi, 2011).
Kedua hal tersebut dapat dilakukan bersamaan pada waktu 2-4 minggu setelah
tanam (Sari, 2011). Penyiangan dan pembumbunan dapat dilakukan 3-5 kali,
hingga tanaman berusi kira-kira 6 hingga 7 bulan (Sukarman, 2013).
6
Pada tahap pemupukan, bisa digunakan pupuk organik (kandang atau
kompos) ataupun anorganik (Urea, SP, KCL) yang dapat diberikan saat awal
pertanaman (Triyono dan Sumarmi, 2018). Dosis untuk pupuk kandang ataupun
kompos ialah 1 karung per 100 m2 sedangkan untuk pupuk anorganik untuk jenis
urea sebesar 600 kg/ha, SP-36 sebesar 300 kg/ha dan KCl sebesar 400 kg/ha
(Latifah et al., 2019). Pemupukan tanaman jahe bisa dilakukan saat tanaman
berusia diberikan pada umur 1-4 bulan (Sari 2011).
Pengairan atau penyiraman pada tanaman jahe tidak dibutuhkan terlalu
banyak saat masa pertumbuhannya (Triyono dan Sumarmi, 2018). Air yang
terlalu menggenang akan memicu terjadinya pembusukan pada tanaman
(Supriadi, 2011).
Pengendalian HPT pada tanaman jahe dapat dilakukan dengan menjamin
kesehatan rimpang, mengkarantina jahe yang terkena penyakit, dan pengolahan
tanah dengan baik serta penyemprotan pestisida (Triyono dan Sumarmi, 2018).
Selain itu juga dapat dilakukan dengan menghindari perlukaan (penggunaan abu
sekam), pergiliran tanaman, pembersihan sisa tanaman dan gulma, serta pengairan
yang memadai (Badan Pengawas Obat dan Makanan, 2016).
2.3.5. Panen
Panen dapat dilakukan saat usia rimpang sudah mencapai 6 – 10 bulan
dengan ciri-ciri warna daun berubah dari hijau menjadi kuning dan batang semua
mengering, apabila dipatahkan berserat dan aroma rimpang menyengat, dan warna
rimpang lebih mengkilat dan terlihat bernas (Latifah et al., 2019). Panen jahe
dilakukan pada saat masa senescense atau pengguguran daun. Setelah masa ini,
jahe sebaiknya dibiarkan selama 1-2 minggu agar kulit mengering dan kuat,
sehingga tidak mudah lecet waktu dipanen (Supriadi, 2011).
7
2.4. Pertumbuhan Vegetatif Tanaman Jahe
Menurut (Melati et al., 2015) tanaman jahe diperbanyak dengan cara vegetatif
dengan menggunakan potongan rimpang dengan beberapa mata tunas. Namun
perbanyakan dengan cara vegetatif ini memerlukan waktu yang lama untuk
mendapatkan bakal bibit yang bermutu dari rimpang yang sehat (umur 10-12
bulan), serta memerlukan bahan tanam yang lebih banyak. Selain itu perbanyakan
secara vegetatif ini menyebabkan tanaman mudah terinfeksi penyakit, seperti
penyakit layu bakteri (bacterial wilt) yang disebabkan oleh Pseudomonas
solanacearum.
8
3. BAHAN DAN METODE
Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah gunting, sekop, wadah
dan juga smartphone. Sedangkan bahan yang dibutuhkan yaitu media tanam
(campuran antara tanah dan pupuk kandang), pot atau polybag, sekam, bahan
tanam berupa benih jahe, dan air.
3.3 Cara Kerja
3.3.1 Penanaman
9
3.3.2 Pemeliharaan
10
4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil
1 Hari ke-12
2 Hari ke-10
3 Hari ke-10
11
Grafik Perbandingan Umur Kemunculan Tunas
12.5
12
11.5
11
Hari ke-
10.5
10
9.5
9
1 2 3
Sampel
1 1 2 2 2
2 1 1 1 1
3 1 2 2 2
12
Berdasarkan data diatas bisa diketahui bahwa walaupun diberi perlakuan
yang sama namun terjadi perbedaan jumlah pertumbuhan tunas dari ketiga
sampel. Terlihat bahwa pada sampel 1 dan 3 terjadi pertumbuhan jumlah tunas
sedangkan pada sampel 2 jumlah tunas konstan hingga 5 MST.
13
Grafik Perbandingan Jumlah Tunas
2
1.5
1
0.5
0 Sampel 3
2 mst Sampel 2
3 mst
4 mst Sampel 1
5 mst
2 0,5 cm 1,5 cm 5 cm 12 cm
3 0,5 cm 1,5 cm 4 cm 9 cm
Tabel 3. Perbandingan Panjang Tunas
14
Grafik Perbandingan Panjang Tunas
14
12
10
Tinggi (cm)
8
6
4
2
0
2 mst 3 mst 4 mst 5 mst
Axis Title
Dari grafik diatas bisa diketahui bahwa walaupun diberi perlakuan yang
sama ketiga sampel jahe memiliki perbedaan laju pertumbuhan. Terlihat bahwa
pada sampel 1 pertumbuhan tunasnya tidak terlalu signifikan dan terbilang paling
lambat dari sampel lainnya. Sedangkan pada sampel 2 dan 3 terjadi pertumbuhan
yang cukup signifikan. Sampel 2 bisa dikatakan memiliki pertumbuhan paling
cepat dari ketiga sampel yang mulai terlihat sejak 3 MST ke 4 MST dengan selisih
3,5 cm dan 4 MST ke 5 MST dengan selisih 7 cm. Pada sampel 3 juga terlihat
pertumbuhan pesatnya dari 3 MST ke 4 MST dengan selisih 2,5 cm dan 4 MST ke
5 MST dengan selisih 5 cm.
15
4.2. Pembahasan
16
sebagai media tanam akan dapat meningkatkan kandungan C-organik serta
penanaman pada polybag atau pot akan membuat pupuk lebih terkonsentrasi (Di
et al., 2018). Perlakuan sistem tanam dengan menggunakan pot atau polybag
cenderung menghasilkan tinggi tanaman yang relatif lebih tinggi dibandingkan
dengan sistem tanam pada lahan. Hal ini diduga karena pada sistem tanam
polybag, tanaman jahe tidak mengalami kompetisi unsur hara (Sri Lestari et al.,
2019). Bahan organik berperan meningkatkan daya menahan air (water holding
capacity), memperbaiki struktur tanah menjadi gembur, mencegah pengerasan
tanah, serta menyangga reaksi tanah dari kemasaman, kebasaan, dan salinitas
(Dobermann dan Fairhurst, 2000). Rimpang akan tumbuh dengan baik pada
komposisi media tanam yang tepat, pada komposisi media yang tidak tepat akan
menghambat perkembangan rimpang dalam proses pertumbuhan akar dan
pertumbuhan tajuk (Hijra, Idham, Made, 2021). Selain itu, penambahan sekam
pada media tanam membuat struktur media menjadi remah dan akar leluasa untuk
tumbuh serta sekam merupakan bahan organik yang mengikat air, tidak mudah
lapuk, dan merupakan sumber kalium (K) yang dibutuhkan tanaman (Yuniati,
2008). Oleh karena itu, dengan memadukan pupuk kandang, tanah dan sekam
sangatlah berpengaruh positif untuk pertumbuhan tanaman (Hijra, Idham, Made,
2021).
17
5. PENUTUP
5.1 Kesimpulan
18
DAFTAR PUSTAKA
Badriyah, Nurul, Zulkifli Lubis, Muhammad Bahtiar Adityas, dan Mifta Farid.
2020. Meningkatkan Perekonomian Masyarakat Di Masa Pandemi Dengan
Penanaman Jahe Merah Di Kelompok Wanita Tani Desa Kemlagigede Turi
Lamongan. J. Karya Abdi. 4(3):707–10.
Dahmayanti, Pertiwi, Wisa Mutiara Febriani, dan Abu Lekat. 2018. Pengaruh
Sistem Pengolahan Tanah dan Pemberian Macam Bahan Organik Terhadap
Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Jahe Gajah (Zingiber Officinale Rosc). J.
Applied Agricultural Science and Technology. 2(1):20–26.
Friska, Meiliana, Budi, dan Setiadi Daryono. 2017. Derajat Ploidi Jahe Merah
( Zingiber officinale Rosc .) Hasil Induksi Dengan Kolkisin. J. Biogenesis.
5(1):49–54.
Hijra, Idham, Made, Usman. 2021. Pengaruh Ukuran Rimpang Dan Media Tanam
Terhadap Pertumbuhan Bibit Jahe (Zingiber officinale). J. Agrotekbis
9(1):128–36.
Badan Pengawas Obat dan Makanan. 2016. Jahe (fficinale Roscoe Zingiber
officinale Roscoe). Jakarta: Badan Pengawas Obat dan Makanan Deputi
Bidang Pengawasan Obat Tradisional, Kosmetik dan Produk Komplemen
Direktorat Obat Asli Indonesia Jakarta.
Melati, Satriyas, Endah Retno, Anas Susila. 2015. Karakter Fisik dan Fisiologis
Jenis Rimpang Serta Korelasinya dengan Viabilitas Benih Jahe Putih Besar.
J. Littri. 21(2):88–89.
Noerfasya, Defriana Maulani. 2018. Uji Salep Ekstrak Jahe Merah (Zingiber
officinale Var. Rubrum) Terhadap Potensi Bakteri Staphylococcus aureus.
Skripsi. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Pasundan.
19
Nurlila, Ratna Umi, dan Jumarddin La Fua. 2020. Jahe Peningkat Sistem Imun
Tubuh di Era Pandemi Covid- 19 di Kelurahan Kadia Kota Kendari. J.
Mandala Pengabdian Masyarakat. 1(2):54–61.
Rusmin, Devi, M. R. Suhartanto, dan Satriyas Ilyas. 2015. Pengaruh Umur Panen
Rimpang Terhadap Perubahan Fisiologi dan Viabilitas Benih Jahe Putih
Besar Selama Penyimpanan. J. Littri. 21(1):17–24.
Sari, Galuh Prapita. 2011. Studi Budidaya Dan Pengaruh Lama Pengeringan
Terhadap Jahe Merah (Zingiber officinale Rosc.). Skripsi. Universitas Islam
Negeri Sultan Syarif Kasim Riau Pekanbaru.
Sri Lestari, Yati Astuti, Rika Jayanti Malik, Eko Kardiyanto. 2019. Keragaan
Pertumbuhan Tanaman Jahe Merah (Zingiber officinale Rosc.) pada Kondisi
Cekaman Kekeringan Di Provinsi Banten. J. Agroekoteknologi 53(9):140–
48.
Sukarman. 2013. Produksi dan Pengelolaan Benih Jahe Putih Besar (Zingiber
officinale var. officinale) Melalui Proses Industri. Balai Penelitian Tanaman
Rempah dan Obat. 32(1):76–84.
Supriadi, M. Yusron dan Dono Wahyuno. 2011. Jahe (Zingiber officinale Rosc.).
Bogor: Balai Penelitian Tanaman Obat dan Aromatik.
Triyono, Kharis, dan Sumarmi. 2018. Budidaya Tanaman Jahe Di Desa Plesung
Kecamatan Gondangrejo Kab. Karanganyar Provinsi Jawa Tengah. J.
Adiwidya. 2(2):1–9.
20
LAMPIRAN
Lampiran 1. Logbook Kegiatan
21
3. Senin, Pemeliharaan Penyiraman jahe dilakukan
22 sehari sekali setiap hari pada
Maret pukul 16.00 WIB.
2021
22
7. Selasa, Pengamatan Pengamatan perkembangan Jahe 1
30 tunas.
Maret Awal munculnya tunas terjadi
2021 pada minggu kedua setelah
penanaman. Terlihat bagian
Jahe 2
berwarna putih muncul pada
mata tunas.
Jahe 3
Pemeliharaan
Penyiraman jahe dilakukan
sehari sekali setiap hari pada
pukul 16.00 WIB.
Jahe 2
23
Jahe 3
Jahe 2
Jahe 3
24
0,5 cm. Jahe 2
Jahe 3
Jahe 3
25
Pemeliharaan Penyiraman jahe dilakukan
sehari sekali setiap hari pada
pukul 16.00 WIB.
26
Pengamatan Pengamatan perkembangan Jahe 1
tunas. Dilakukan pengukuran
tunas yang sudah mulai terlihat.
Pada jahe 1 mata tunas mulai
bermunculan, tunas juga mulai
sedikit memanjang namun belum
sampai pada tahap pertumbuhan
yang signifikan dari sebelumnya.
Jahe 2
Pada jahe 2 terlihat pertumbuhan
tunas yang diukur dengan
penggaris ditemukan Panjang
tunas sebesar 1,5 cm.
27
19. Minggu, Pemeliharaan Penyiraman jahe dilakukan
11 April sehari sekali setiap hari pada
2021 pukul 16.00 WIB.
28
24. Jumat, 16 Pengamatan Dilakukan pengukuran
April menggunakan penggaris.
2021 Diketahui panjang tunas jahe
adalah 1 cm pada masing-msing
tunas.
29
26 Minggu, Pemeliharaan Penyiraman jahe dilakukan
18 April sehari sekali setiap hari
2021 pada pukul 16.00 WIB.
30
31 Jumat 23 Pengamatan Pada jahe 1 terlihat
April 2021 pertumbuhan tunas sebesar
2,5 cm pada masing-masing
tun
31