PENDAHULUAN
Memasuki era Pembangunan Jangka Panjang (PJP) II, khususnya mulai tahun
anggaran 1996/1997, pemerintah mencanangkan tanaman hortikultura sebagai komoditas
primadona pembangunan pertanian. Di antara jenis komoditas hortikultura yang
mendapat prioritas pengembangan adalah tanaman buah-buahan.
Budi daya tanaman buah-buahan di Indonesia umumnya masih dalam bentuk kultur
pekarangan. Pada waktu yang akan datang pengembangan buah-buahan komersial
diharapkan mengarah dalam bentuk kultur perkebunan. Di samping itu, pengembangan
pola usaha tani kecil unit desa, terutama pemanfaatan lahan pekarangan perlu
dioptimalkan.
Intensifikasi pertanian pada lahan sempit dapat dijadikan alternatif untuk memotivasi
masyarakat gemar menanam tanaman buah. Perilaku tersebut, selain berguna bagi upaya
pelestarian berbagai jenis tanaman buah-buahan, pada gilirannya merupakan sarana untuk
membudayakan gemar makan buah. Jenis buah potensial yang belum dibudidayakan
dapat dikaji potensi ekonominya melalui program intensifikasi di lahan-lahan sempit.
Salah satu jenis tanaman buah yang memiliki potensi ekonomi tinggi adalah kedondong.
Dewasa ini, orang masih jarang menanam kedondong secara khusus dan intensif karena
belum mengetahui potensi dan kegunaannya secara luas.
Sejak tahun 1966 di daerah Rembang telah dikoleksikan jenis kedondong
karimunjawa. Karakteristik kedondong karimunjawa adalah buah berukuran besar dengan
bobot per buah mencapai 0,9 kg 1,0 kg. Buah kedondong karimunjawa kini sudah
diperdagangkan di pasar-pasar swalayan di kota besar, seperti Jakarta, dengan harga jual
cukup mahal, yakni sekitar Rp 3.000,00/kg. Dalam beberapa tahun terakhir, masyarakat
dan Dinas Pertanian di Rembang dan Jepara menaruh perhatian besar terhadap pelestari-
an dan pengembangan tanaman kedondong karimunjawa. Jenis kedondong-lain yang
mempunyai potensi ekonomi cukup tinggi adalah kedondong
bangkok. Pada pameran dan lomba tanaman langka tahun 1987, diperkenalkan
kedondong bangkok yang ditanam dalam pot. Kelebihan kedondong bangkok antara lain
adalah berbuah lebat, umur mulai berbuahnya pendek (genjah), dan bentuk tajuk tanaman
relatif pendek sehingga amat cocok dijadikan bahan membuat tanaman buah dalam pot
(tabulampot).
Budaya menanam tabulampot sebenarnya telah dikenal dan dipraktek-kan masyarakat
di kota-kota besar sejak tahun 1980-an, bahkan dalam perkembangan terakhir mulai
memasyarakat di pedesaan. Pengembangan budi daya tabulampot tidak hanya diarahkan
untuk sarana penyalur hobi, tetapi mulai dikelola dalam skala bisnis. Prospek cerah bisnis
tabulampot menuntut kejelian pemilihan jenis tanaman buah yang diminta konsumen.
Beberapa produsen tabulampot, di antaranya di Taman Meruya Ilir Kebon Jeruk, Jakarta
Barat, kadang-kadang harus mendatangkan tabulampot jenis tertentu dari luar negeri.
Beberapa jenis, misalnya jeruk didatangkan dari RRC dan mangga bangkok didatangkan
dari Thailand.
Indonesia mempunyai berpeluang besar mengembangkan budi daya tanaman -buah
dalam pot, karena memiliki aneka jenis buah-buahan. yang varietasnya yang bervariasi.
Jenis tanaman buah yang ada di Indonesia terus bertambah dengan adanya usaha
eksplorasi, pemuliaan tanaman, serta mendatangkan dari luar negeri (introduksi). Salah
satu jenis buah introduksi yang mulai memasyarakat adalah kedondong bangkok.
BAB II
MENGENAL TANAMAN KEDONDONG
A. DAERAH ASAL DAN PENYEBARAN
Kedondong bukan tanaman asli. Indonesia, melainkan diintroduksikan oleh kaum
pendatang. Para pedagang Portugis dan Spanyol yang datang ke Indonesia pada masa
lampau berjasa dalam memperkenalkan jenis-jenis tanaman yang mendatangkan
keuntungan ekonomi. Dalam perkembangan selanjutnya, orang-orang Eropa khususnya
Belanda, berjasa pula mengembangkan aneka jenis tanaman pertanian di Indonesia.
Menurut literatur tanaman kedondong berasal dari benua Amerika, tepatnya di kawasan
Amerika Tengah. Belum ditemukan data terinci dan pasti tentang sejarah penyebaran
tanaman kedondong dari daerah asalnya, Amerika Tengah, ke berbagai negara di dunia.
Para ahli tanaman menemukan plasma nutfah kedondong di Filipina, Tahiti, Sri Lanka,
Afrika, Thailand, dan juga di Indonesia.
Beberapa spesies kedondong ditemukan tumbuh di berbagai daerah di Indonesia.
Kedondong karimunjawa masih terkonsentrasi di daerah Rembang dan Jepara, sementara
kedondong liar terdapat di Ujung Kulon (Jawa Barat), Jawa Timur, Sulawesi, Ternate,
dan Irian Jaya. Kedondong bangkok yang ditanam para kolektor tanaman berasal dari
Thailand. Kedondong biasa yang buahnya berukuran kecil dan enak dimakan sudah
ditanam di berbagai wilayah, namun hanya dijadikan tanaman pengisi lahan kosong atau
batas kebun.
B. MORFOLOGI DAN JENIS
Secara alami tanaman kedondong tumbuh menahun di habitat aslinya. Sebagai
tanaman berbiji keping dua (dicotyledonae), kedondong memiliki akar tunggang dan
sistem perakaran yang cukup dalam, menyebar ke semua arah sehingga memperkokoh
pertumbuhan tanaman di atas permukaan tanah. -
Batang tanaman kedondong berkayu dan dapat mencapai ketinggian
30 m 40 m atau lebih tanpa perlakuan pemangkasan. Sistem percabang-annya
melebar, tidak begitu rapat, agak lentur, dengan ranting-ranting yang mudah patah
(regas).
Daun kedondong berbentuk bundar memanjang, berwarna hijau mengilap, dan sedikit
meruncing pada bagian ujung. Daun tersusun dalam tangkai agak panjang, tumbuh saling
berhadapan (daun majemuk), dan menyirip ganjil (imparipinnatus).
Rangkaian bunga umumnya tumbuh dari ujung tanaman dan tiap tangkai bunga
terdiri dari banyak kuntum bunga. Buah yang terbentuk dari hasil penyerbukan tumbuh
menggantung dengan tangkai agak panjang, dan terpusat pada satu tangkai buah mirip
dompolan buah. Bentuk buah kedondong bervariasi antara bulat, bulat telur, sampai bulat
memanjang dengan ukuran buah kecil sampai besar.
Kulit buah kedondong yang masih muda berwarna hijau muda sampai hijau tua agak
mengilap; setelah buah tua (matang) berubah menjadi hijau kekuning-kuningan atau
kuning cerah. Daging buah relatif tebal, berwarna putih atau putih kehijau-hijauan,
berstruktur agak keras, berserat halus sampai kasar, dan rasanya manis sampai masam.
Pada bagian dalam buah
Gambar 1. Bentuk dan struktur buah kedondong. Foto: RR
terdapat biji berbentuk bulat yang dipenuhi duri-duri. Biji ini dapat digunakan sebagai
bahan perbanyakan tanaman secara generatif. Dalam tiap buah hanya terdapat satu biji.
Tanaman kedondong termasuk suku Spondiadeae, namun ada yang menduga famili
Anacardiaceae atau masih kerabat dekat tanaman mangga. Meskipun demikian, famili
Anacardiaceae ini memiliki beberapa tribe, antara lain tribe Spondiadeae. Tribe
Spondiadeae memiliki 6 genus, ya-itu genus Selonocarpus, Choerospondias,
Haplospondias, Allospondias, Spondias, dan Evia. Dua genus yang disebut paling akhir
memiliki ragam spesies yang dikenal dengan nama kedondong.
Jenis kedondong yang tumbuh di dunia pada dasarnya dapat dikelompokkan menjadi
dua macam, yakni sebagai berikut.
1. Kedondong liar atau kedondong hutan (Spondias pinnata L.f.) Kurz. Kedondong hutan
memiliki banyak spesies, antara lain: S. mombin, S. acida, S. malayana, dan S.
novoguineensis yang tumbuh liar di beberapa negara tropis.
2. Kedondong budi daya (S. dulcis Soland ex Park sinonim dengan S. cytherea Sonn. atau
Evia dulcis). Di Indonesia kedondong budi daya dikenal sebagai kedondong biasa.
Berdasarkan ukuran buahnya, kedondong biasa (S. dulcis) memiliki beberapa variasi
spesies, antara lain sebagai berikut.
1. Kedondong yang berbuah kecil-kecil dengan berat per buah 25 gr, misalnya kedondong
bangkok.
2. Kedondong yang berbuah agak besar dengan berat per buah antara 50 gr 200 gr.
3. Kedondong yang berbuah besar dengan berat per buah antara 900 gr 1.000 gr, misalnya
kedondong karimunjawa.
C. LINGKUNGAN TUMBUH
Tanaman kedondong umumnya tumbuh baik di lingkungan beriklim panas (tropis).
Di Indonesia tanaman kedondong cocok ditanam di dataran rendah sampai ketinggian
500 meter di atas permukaan laut (dpl.). Kondisi iklim yang dikehendaki tanaman
kedondong adalah iklim kering, namun tanggap terhadap iklim agak basah sampai basah.
Tanaman kedondong tumbuh subur pada daerah yang bersuhu 22 C 32 C,
kelembapan udara antara 60% 80%, dan cukup mendapat sinar matahari.
Berdasarkan kondisi lingkungan tumbuh di beberapa daerah, tanaman kedondong
memiliki daya adaptasi yang cukup luas, dan toleran terhadap berbagai jenis tanah. Untuk
mendapatkan pertumbuhan dan produksi yang optimal, tanaman kedondong ditanam pada
tanah yang subur, gembur, banyak mengandung bahan organik, aerasi dan drainasenya
baik, serta memiliki pH 5,5 6,5.
Kulit buah kedondong dapat diolah lebih lanjut menjadi makanan yang
lezat dan menyegarkan, antara lain jelly.
Kedondong bangkok termasuk tanaman yang mudah dibuahkan dalam pot, meskipun
dipraktekkan oleh para hobiis tabulampot pemula. Pengembangan di daya kedondong
bangkok sebagai tabulampot tidak hanya dengan penerapan kultur teknik biasa
(konvensional), namun dapat ditanarn secara modern secara hidroponik.
BAB III
BUDI DAYA KEDONDONG BANGKOK
DALAM POT
A. PENYIAPAN BIBIT
Tanaman kedondong bangkok dapat diperbanyak secara generatif dengan biji
maupun secara vegetatif berupa okulasi, cangkok, dan stek. Sekalipun bibit kedondong
bangkok berasal dari biji, namun mulai berbuah pada umur relatif genjah, perakarannya
kuat, dan pertumbuhan tanaman kokoh.
Tata laksana penyiapan bibit kedondong bangkok adalah sebagai berikut.
1. Bibit Asal Biji
Tahap-tahap penyiapan bibit kedondong Bangkok asal biji meliputi kegiatan pokok
sebagai berikut.
a. Pemilihan buah
Pilihlah buah kedondong bangkok yang matang (masak) di pohon, berkulit kekuning-
kuningan, sehat, bentuknya normal, dan struktur daging buahnya empuk.
b. Pengambilan biji
1) Masukkan buah kedondong bangkok yang telah matang ke dalam kantong plastik,
kemudian tutup rapat-rapat. Biarkan selama 7 hari sampai 10 hari hingga daging buahnya
lembek atau hancur.
2) Pisahkan kulit dan daging buah dari biji.
3) Cuci biji kedondong bangkok dengan air bersih, kemudian segera tiriskan.
c. Pengeringan biji
Keringkan biji kedondong bangkok di bawah sinar matahari (dijemur) selama 2 hari
sampai 3 hari, hingga kadar air dalam biji sekitar 12% 14%.
d. Pembuatan pesemaian
1) Siapkan alat dan bahan berupa: bak pesemaian, polybag, media terdiri dari tanah, pupuk
kandang, dan pasir (1 : 1 : 1).
2) Isi wadah atau bak pesemaian dengan media pasir hingga cukup penuh.
e. Penyemaian biji
1) Kecambahkan biji kedondong bangkok dalam bak pesemaian sedalam 1 cm 11/2 cm,
dengan jarak antar biji 3 cm x 3 cm. Bila disemai dalam polybag cukup 1 biji per
polybag.
2) Siram media pesemaian dengan air bersih hingga cukup basah (lembap).
3) Tutup bak pengecambahan dengan lembaran plastik bening.
4) Biarkan biji kedondong bangkok berkecambah selama 7 hari sampai 15 hari.
f. Pendederan
1) Isi polybag dengan media campuran tanah, pupuk kandang, dan pasir (1 : 1 : 1) hingga
cukup penuh.
2) Pindahkan (deder) biji kedondong bangkok yang sudah berkecambah ke dalam polybag.
Tiap polybag ditanami satu bakal bibit.
3) Siram media dalam polybag dengan air bersih hingga cukup basah.
4) Simpan polybag berisi bakal bibit kedondong bangkok di tempat yang rata dalam
keadaan teduh atau ternaungi.
g. Pemeliharaan bibit
Pemeliharaan bibit ditujukan terhadap kegiatan-kegiatan pokok sebagai berikut.
1) Penyiraman secara kontinu 1 kali sampai 2 kali sehari atau tergantung keadaan cuaca dan
media.
2) Pemberian pupuk tambahan berupa pupuk daun yang banyak mengandung unsur
Nitrogen untuk merangsang pertumbuhan vegetatif,
secara hati-hati.
3. Buang sebagian akar, ranting, atau daun yang tidak berguna untuk mengurangi
penguapan.
Gambar 5. Penanaman kedondong bangkok Gambar 6. Kedondong bangkok dit;nsun
dalam drum. Foto: RR dalam pot semen. bolD: ttI
4. Ambil sebagian media dari dalam pot untuk memudahkan penanaman bibit kedondong
bangkok.
5. Tanamkan bibit kedondong bangkok tepat di tengah-tengah pot secara tegak.
6. Timbun kembali pot dengan media hingga penuh sambil memadatkannya dekat pangkal
batang.
7. Siram media dalam pot dengan air bersih hingga cukup basah.
8. Simpan pot di tempat yang teduh selama beberapa waktu agar tunas baru cepat tumbuh.
Tabulampot yang sudah tumbuh subur dapat segera dipajang di tempat terbuka.
Pengaturan tata letak pot sebaiknya berjajar atau berbaris dengan jarak antar pot 4 m x 4
m atau minimal 2 m x 2 m.
E. PEMELIHARAAN TABULAMPOT
Pemeliharaan tanaman kedondong bangkok yang ditanam dalam pot meliputi
kegiatan pokok sebagai berikut.
1. Penyiraman (Pengairan)
Media dalam pot cepat mengeras dan kering, sehingga kegiatan penyiraman
(pengairan) perlu dilakukan secara kontinu 1 kali sampai 2 kali sehari, terutama pada
musim kemarau. Hal yang penting diperhatikan dalam penyiraman adalah media jangan
terlalu becek (menggenang), karena tanaman akan layu akibat terlalu jenuh air. Gejala
layu dapat pula terjadi bila tanaman kekurangan air atau medianya kering.
Waktu penyiraman (pengairan) yang paling baik adalah pagi atau sore hari, yakni
saat temperatur udara tidak terlalu tinggi dan penyinaran matahari tidak terik.
Cara penyiraman (pengairan) dengan menggunakan emrat atau slang air. Air yang
digunakan sebaiknya air bersih dari sumur atau kolam. Bila terpaksa menggunakan air
ledeng harus diendapkan dulu dalam suatu tempat selama minimal 24 jam untuk
mengurangi kandungan kaporit.
2. Pemupukan
Pemupukan tanaman kedondong bangkok yang ditanam dalam pot harus dilakukan
kontinu. Belum ada pedoman khusus yang baku mengenai dosis pemupukan tanaman
kedondong dalam pot.
Alternatif dalam tata laksana pemupukan tanaman kedondong bangkok adalah
menyesuaikan dengan umur atau fase pertumbuhan tanaman. Jenis pupuk yang dapat
digunakan antara lain Urea, ZA, KC1, NPK (15 15 15 atau 16 16 16), dan
NPK Tablet Pamafert yang mengandung unsur hara N, P2O5, K2O, CaO, MgO + mikro.
Tahap-tahap dan tata laksana pemupukan tanaman kedondong bangkok dalam pot
adalah sebagai berikut.
a. Tanaman Belum Menghasilkan (TBM)
1) Jenis dan dosis pupuk yang dapat digunakan adalah: pupuk NPK (15 15 15 atau 16
16 16) sebanyak 25 gr/pot 50 gr/pot, atau campuran Urea, TSP, KC1 (2 : 1 : 1)
antara 100 gr/pot sampai 200 gr/pot, atau NPK Tablet Pamafert komposisi (20 12
10 2 1 + mikro) sebanyak 1 tablet sampai 2 tablet (16 gr 32 gr) per pot.
2) Pemupukan dimulai pada umur 1 bulan setelah tanam, kemudian diulang dengan interval
1 bulan sampai 3 bulan sekali.
3) Cara pemberian pupuk dengan disebar atau dibenamkan di sekeliling bidang pot sedalam
10 cm 15 cm, kemudian ditimbun dengan media, dan segera disiram dengan air bersih.
b. Tanaman Sudah Menghasilkan (TSM)
1) Jenis dan dosis pupuk yang dapat digunakan adalah campuran Urea, TSP, KC1 (1 : 1 : 2
atau 1 : 2 : 2) sebanyak 50 gr/pot sampai 100 gr/ pot untuk sekali pemupukan, atau
berupa pupuk NPK Tablet Pamafert (14 11 23 4 2 + mikro) sebanyak 3
tablet/pot sampai 4 tablet/pot sekali pemupukan. Dalam setahun perlu dipupuk 2 kali
sampai 3 kali, yaitu pada waktu sebelum berbunga, setelah terbentuk pentil buah, dan
seusai panen buah.
2) Cara pemberian pupuk dengan dibenamkan di sekeliling bidang pot atau tajuk tanaman
atau pupuk dilarutkan dalam air, kemudian disiramkan pada media dalam pot. Seusai
pemupukan sebaiknya media dalam pot disiram dengan air bersih.
Pemberian pupuk fosfat yang berkadar tinggi dapat merangsang pembungaan dan
pembuahan kedondong, misalnya menggunakan pupuk TSP atau SP-36 dalam jumlah
banyak atau 2 kali dosis biasa. Untuk menambaH kesuburan, pertumbuhan, dan kualitas
hasil dapat disemprot dengan pupuk
daun. Pada fase pertumbuhan vegetatif dapat digunakan pupuk daun, seperti Super Jos
Green yang mengandung unsur N, P2O5, K2O, CaO + mikro (2215-7-1 + mikro),
sedangkan untuk fase reproduktif dengan pupuk daun Super Jos Red (12-24-12-1,5 +
mikro) atau Super Jos Blue (10-12-22-2 + mikro). Cara pemberian pupuk daun tersebut
amat praktis, yakni 1 tablet seberat 12 gr dilarutkan dalam 6 It air, kemudian
disemprotkan pada seluruh bagian tanaman.
3. Mengatur Pembungaan dan Pembuahan
Pembungaan dan pembuahan kedondong dapat disiasati dengan teknik perangsangan
atau perlakuan tertentu, misalnya dengan teknik pengeringan media selama beberapa
waktu, atau pemberian pupuk dengan kandungan fosfat dan protein tinggi.
Teknik pengeringan media selama beberapa waktu dilakukan dengan cara sebagai
berikut. Mula-mula tanaman kedondong dalam pot tidak disiram hingga tampak sedikit
gejala layu, lalu disiram air bersih sedikit demi
Gambar 7. Kedondong bangkok dalam drum Gambar 8. Kedondong bangkok dalam
drum
pada umur dini mulai berbuah. Foto: RR sedang berbunga dan berbuah. Foto: RR
sedikit. Pengaturan periode kering dan basah pada media ini dilakukan beberapa kali,
hingga akhirnya keluar kuncup atau tangkai bakal bunga. Demikian pula pemberian
pupuk berkandungan fosfat tinggi dapat merangsang fase reproduktif.
Khusus penambahan kandungan protein dalam media dapat dilakukan dengan
pemberian pupuk kandang yang matang secara kontinu, atau disiram dengan larutan
pupuk organik Amino AGE 1,2 cc/It sampai 2,0 cc/It air, atau larutan pembenah tanah
Agri SC 1 cc/It sampai 2 cc/It air sebanyak 500 cc/pot sampai 1.000 cc/pot.
Perlakuan pemangkasan pada waktu tertentu dapat merangsang pembungaan atau
pembuahan. Sebagian daun, ranting, atau cabang yang berlebihan dapat dipangkas ketika
pertumbuhan tanaman sedang prima.
4. Penggantian Media dan Pot
Tanaman kedondong bangkok yang ditanam dalam pot sewaktu-waktu harus diganti
media dan potnya dengan yang baru (repoting). Tidak ada aturan baku tentang waktu
penggantian pot dan media yang baru, namun dapat memperhatikan keadaan
pertumbuhan tanaman dan pot.
Penggantian media dan pot dianggap perlu bila ditemukan tanda-tanda sebagai
berikut.
a. Perakaran tanaman telah menyembul ke permukaan pot maupun keluar dari lubang di
dasar pot;
b. Pertumbuhan tanaman tampak merana (kerdil) dan tidak mau berbunga atau berbuah;
c. Wadah atau pot sudah rusak, berlumut, atau ukurannya tidak seimbang lagi dengan
ukuran tanaman;
Tata cara penggantian pot dan media yang baru (repoting) adalah sebagai berikut.
a. Penyiapan pot dan media
1) Siapkan pot atau wadah tanam yang berukuran lebih besar daripada pot lama.
2) Siapkan media baru berupa campuran tanah, pupuk kandang, dan pasir (1 : 1 : 1) atau
jenis media pilihan lainnya.
b. Pengisian media ke dalam pot
1) Periksa bagian dasar pot hendaknya berlubang untuk pembuangan air (drainase).
2) Masukkan selapis pecahan bata merah atau genting di dasar pot.
3) Isikan selapis serasah atau moss di atas lapisan pecahan bata merah.
4) Isikan media baru ke dalam pot baru hingga mencapai setengah bagian pot.
c. Mengeluarkan tanaman dari pot lama
1) Siram media dalam pot lama hingga cukup basah.
2) Balikkan posisi pot sambil ditepuk-tepuk bagian dasarnya agar tanaman kedondong
bangkok beserta akar dan tanahnya keluar dari pot lama. Dapat pula dengan cara
langsung mencabut tanaman, asalkan akar dan tanah terbawa secara utuh.
d. Penanaman dalam pot baru
1) Potong sebagian akar yang berlebih untuk disisakan sepanjang 30 cm dari pangkal akar.
2) Tanamkan tanaman kedondong bangkok tepat di tengah-tengah pot yang baru.
3) Penuhi pot dengan media baru sambil memadatkannya dekat pangkal batang tanaman.
4) Siram media dengan air bersih hingga basah.
5) Potong sebagian dahan, ranting, dan daun yang berlebihan atau tidak berguna, sambil
merapikan bentuk tanaman.
6) Simpan tabulampot di tempat yang teduh dan lembap selama beberapa waktu hingga
segar kembali.
7) Pajang tabulampot yang sudah segar kembali pada tempat yang diinginkan.
5. Pengendalian Hama dan Penyakit
Hama penting yang sering ditemukan menyerang tanaman kedondong antara lain
adalah sebagai berikut.
a. Ulat Cricula (Cricula trifenestrata HeIf.). Ulat ini berwarna hitam dengan bintik putih dan
berbulu putih yang menyerang daun secara bergerombol. Serangannya dapat
menghabiskan daun hingga tanaman menjadi gundul. Ulat Cricula dapat dikendalikan
secara mekanik atau fisik, yaitu dikumpulkan untuk dimusnahkan. Pengendalian secara
kimiawi adalah dengan disemprot insektisida seperti Decis 2,5 EC atau Hostathion 40 EC
dengan konsentrasi yang dianjurkan.
b. Kumbang Podontia (Podontia affinis Grond.). Hama ini berkepompong dalam tanah.
Serangga betina dewasa meletakkan telur pada permukaan bawah daun dan setelah
menetas akan menyerang daun. Pengendalian hama kumbang dapat disemprot dengan
insektisida sistemik, seperti Tamaron 200 LC dengan konsentrasi yang dianjurkan.
c. Kutu daun (Aphid, Aphis sp.), terutama kutu putih dan kutu hitam. Kutu putih tubuhnya
berukuran kecil dan berwarna putih sampai kekuning-kuningan, ditutupi dengan bulu-
bulu halus, seperti kapas. Kutu hitam tubuhnya berwarna hitam atau kecokelat-cokelatan
dan kadang-kadang bersayap. Kedua jenis kutu ini hidup bergerombol pada permukaan
bawah daun, dan menyerang tanaman kedondong dengan menghisap cairan sd daun.
Serangan kutu daun menyebabkan tidak normalnya
Gambar 9. Serangan kutu putih menyebabkan pertumbuhan tanaman kedondong abnor-
magnesium sulfat : 15 gr
Gambar 13. Manisan buah kedondong yang dikemas dalam kantong plastik Foto:
RR
3) Potong-potong daging buah kedondong sebesar jari telunjuk, biji-
nya dibuang.
4) Rendam daging buah kedondong dalam air garam yang telah diberi sedikit kapur sirih.
Lama perendaman sekitar 1 jam, lalu air di-
buang.
5) Tambahkan gula putih dan sedikit air matang ke dalam daging buah kedondong, lalu
biarkan selama 1 malam sampai 2 malam. Untuk menabah cita rasa dan meningkatkan
daya simpan tambahkan sedikit lombok giling dan 1/2 sendok teh natrium benzoat.
6) Masukkan manisan buah kedondong ke dalam stoples bersih yang
telah disterilkan.
7) Simpan atau nikmati manisan buah kedondong yang manis, masam,
menyegarkan.
2. Buah Dalam Sirop
Tata cara pembuatan buah kedondong dalam sirop adalah sebagai berikut.
a. Persiapan
Siapkan alat dan bahan terdiri dari: kompor, pisau stainless, sendok, panci, jam pot,
etiket, lap, buah kedondong, gula pasir, citroen zuur, dan natrium benzoat.
b. Proses pembuatan
1) Cuci buah kedondong sampai bersih.
2) Kupas kulit buah kedondong hingga tinggal bulatan daging buah.
3) Potong-potong daging buah berbentuk kubus atau persegi panjang atau bentuk lain sesuai
selera.
4) Masukkan daging buah kedondong ke dalam air mendidih selama 3 menit sampai 5 menit
(blanching).
5) Angkat dari perapian dan buah segera disusun atau dimasukkan ke dalam jam pot.
6) Buat air sirop dengan alternatif perbandingan bahan gula dan air adalah
a) 1 : 1 (pekat) c) 1 : 3 (encer)
b) 1 : 2 (sedang) d) 1 : 4 (encer sekali)
7) Masukkan sirop ke dalam botol jam, lalu tutup rapat dilapisi kertas selopan.
8) Kukus (pasteurisasi) botol jam berisi buah dalam sirop tadi selama 30 menit.
9) Angkat dan dinginkan botol jam, buah dalam sirop siap disimpan atau dihidangkan.
3. Jelly Kulit Buah Kedondong
Tata cara pembuatan jelly kulit buah kedondong adalah sebagai berikut. a. Persiapan
Siapkan alat dan bahan berupa: kompor, pisau stainless, panci, sendok, saringan kawat,
kulit buah kedondong, gula pasir, dan citroen zuur.
b. Proses pembuatan
1) Cuci kulit buah kedondong hingga bersih.
2) Timbang kulit buah kedondong sebanyak 1 kg, kemudian campur dengan 1/2 It 1 It
air, dan dibubuhi 3 gr 5 gr citroen zuur.
3) Didihkan (rebus) kulit buah kedondong selama 20 menit sampai 30 menit sampai lunak.
4) Saring hasil rebusan untuk diambil sarinya.
5) Tambahkan 250 gr gula pasir, 3 gr 5 gr citroen zuur pada setiap 1 It sari kulit buah
kedondong, kemudian aduk-aduk hingga merata.
6) Panaskan (masak) air sari kulit buah hingga kental.
7) Masukkan jelly ke dalam botol berpermukaan lebar.
8) Simpan atau hidangkan jelly kulit buah kedondong dengan roti tawar.